REVIEW

Prediksi Grade Tembakau Yang Laku Saat Panen Raya Masa Pandemi

Sebentar lagi panen raya tembakau di Nusantara ini akan tiba waktunya. Panen raya tembakau kali ini beda dengan panen tahun-tahun sebelumnya. Pembedanya, kali ini panen raya di tengah-tengah gelombang pandemi covid 19, yang berdampak merosotnya ekonomi nasional bahkan internasional.


Semua negara di dunia kena dampak adanya pandemi ini. Dampaknya hampir di semua sektor. Mengkin satu-satunya sektor yang terlewatkan pandemi adalah bidang kesehatan terlebih farmasi dan jasa medis keuntungannya melimpah dan penuh tantangan.


Prediksi nanti saat panen raya tembakau pun terkena dampak pandemi covis 19. Apalagi gelombang pasar olahan tembakau mulai melemah jauh sebelum pandemi ada. Jadi petani tembakau harus punya kejelian melihat situasi dan kondisi menjadi bagian faktor yang mempengaruhi nilai jual tembakau. Seperti keadaan saat pandemi kali ini.


Faktor utama dalam nilai jual tembakau tidak hanya kualitas dan kuantitas. Situasi dan kandisi politik misalkan, dapat berpengaruh terhadap rendah dan tidaknya nilai jual tembakau. Karena situasi dan kondisi ini berdampak terhadap melesunya pasaran olahan tembakau (rokok). Gara-gara rokok pasarnya lesu berpengaruh terhadap melesunya pembelian tembakau.
Sederhanya begini, kalau pasar tidak ada permintaan, maka industri tidak akan berproduksi banyak dan tidak membutuhkan bahan baku banyak. Akhirnya pembelian bahan bakupun di tekan. Sebaliknya, jika permintaan pasar kenceng, produksi pasti di genjot, pembelian bahan baku ikut meningkat. Logikanya demikian dalam siklus bisnis dan perdagangan.


Memang perdagangan pada sektor pertembakauan punya keunikan tersendiri. Misal, pembelian bahan baku tembakau tahun ini tidak mungkin industri akan langsung memprodusi bahan tersebut. Jika dipaksakan diproduksi, konsekuwennya rasa dan kenikmatan rokok ambyar.


Baiknya bahan baku yang diproduksi itu bahan baku simpanan minimal tiga tahun yang lalu. Semakin lama simpanan tembakaunya, akan semakin bagus. Hasil olahan rokoknya semakin nikmat. Selama tembakau yang dibeli kualitas bagus. Ini menunjukkan minimal tiga tahun yang lalu pembelian tembakaunya, baru tahun ini diproduksi.


Walaupun demikian, tidak bisa kondisi dan situasi terkini diabaikan sebagai faktor yang mempengaruhi pembelian dan nilai jual tembakau. Tetap kondisi dan situasi terkini punya pengaruh.


Bahkan sekalipun cuaca mendukung dan hasil tanaman tembakau bagus, baik kualitas dan kuantitas, tidak ada jaminan pembelian bahan baku ikut membaik. Juga, tidak selamanya cuaca jelek, hasil tembakau bisa dikatakan jelek, tidak selamanya pembelian dan niali jual tembakau ikut jelek.


Justru terkadang sebaliknya, saat cuaca mendukung terjadi panen raya hasil tembakau petani rata-rata berkuwalitas bagus sehingga terjadi persaingan pasar, bisa jadi nilai tembakau turun. Karena terlalu banyak bahan baku. Sebaliknya, cuaca tidak mendukung, hasil pertanian tembakau jelek, bisa jadi nilai tembakau naik, karena terjadi kelangkaan tembakau berkuwalitas.


Umumnya, cuaca bagus dan mendukung berpengaruh hasil tanaman tembakaunya berkuwalitas, berpengaruh pula terhadap nilai jual tembakau menjadi bagus, selama permintaan pasar rokok bagus.


Jika permintaan pasar rokok kurang bagus (melesu), sama saja pembelian bahan bakupun ikut melesu, sekalipun hasil panen tembakau bagus. Cuman terkadang ada pabrikan yang baik hati, saat hasil panen bagus, dilihatnya situasi dan kondisi kedepan bagus, tidak ada kendala pasaran rokok, maka pembelian bahan baku ditingkatkan, kemudian disimpan untuk bahan baku kedepan.
Inilah uniknya perdagangan sektor pertembakauan. Pabrikan atau industri rokok harus punya modal dobel dan berlipat-lipat. Satu sisi, membeli bahan baku minimal tiga tahun kedepan baru bisa diproduksi. Kedua, pabrikan harus membayar biaya cukai di depan, sebelum bahan baku terolah menjadi rokok dan sebelum terjual. Seperti halnya perokok, ia harus bayar pajak dulu di depan sebelum menikmati rokoknya.


Prediksi pembelian bahan baku tembakau tahun ini (masa pandemi) berdasar data kondisi dan situasi sebelum pandemi dan di masa pandemi, maka tembakau yang akan terbeli dengan kuota besar itu tembakau grade tengah dan cenderung grade bawah tapi tidak grade yang terbawah yaitu sekitar grade B yang agak C atau keterbalikannya grade C yang agak B (grade C terendah), grade C, dan grade D. Sedangkan grade selanjutnya dan grade yang terbawah cenderung pembeliannya sedikit.


Kira-kira penjelasannya begini, cuaca tahun ini mendukung, jadi rerata hasil pertanian tembakau bagus baik kualitasnya atau kuantitasnya. Gara-gara pandemi, situasi dan kondisi regulasi/kebijakan pemerintah yang tidak mendukung berdampak terhadap pembelian bahan baku tembakau.


Perlu diingat, pabrikan atau industri rokok tidak akan berspikulasi terlalu berani. Karena sebelum mendekati kemunculan covid 19, rokok dipasaran melemah disebabkan tekanan kenaikan cukai dan kampanye anti rokok. Keadaan pasar rokok belum membaik, baru merangkak ketingkat perbaikan, muncul pandemi covid 19 yang menjadikan perekonomian nasional dan internasional merosot tajam. Keadaan ini berdampak pada sektor pertembakauan di Indonesia, akan ikut melemah.


Gambarannya, sebelum covid 19, sekitar awal tahun 2019 hingga bulan Agustus orang sudah banyak beralih ke rokok “tingwe” (nglinting dewe/melinting sendiri) sebagai alternatif untuk berhemat. Sekitar bulan september hingga akhir tahun sebagian penikmat rokok tingwe kembali ke rokok kretek industri. Itupun memilih rokok kelas tiga dan sedikit ada yang kelas dua. Perokok belum berani terlalu banyak mengkonsumsi rokok kelas satu karena harganya naik dan mahal. Hanya sesekali merokok kelas satu untuk selingan.


Masa transisi kembali ke rokok pabrikan, di awal tahun 2020 muncul pandemi covid 19, yang sekarang dampaknya begitu hebat mempengaruhi pendapatan masyarakat merosot tajam, dan berpengaruh terhadap melemahnya rokok dipasaran. Selain itu sekitar mulai bulan Juni hingga sekarang isu kebijakan/ regulasi pemerintah tentang kenaikan cukai muncul lagi.
Nah, keadaan inilah sangat berpengaruh terhadap pembelian bahan baku oleh pabrik/industri rokok. Yang terkena dampak pertama kali bagi mereka petani lepas/atau tidak ikut kemitraan, harganya akan terombang ambing. Beda dengan petani kemitraan masih relatif aman dan selamat.


Tapi, walaupun harga terombang ambing, petani tembakau saat pandemi ini masih relatif aman dibanding hasil pertanian lainnya yang harganya jauh merosot sampai titik merugi. Petani tembakau masih untung walaupun tipis-tipis. Karena aktifitas merokok kretek itu sebagai media relaksasi, rekreasi dan budaya masyarakat turun temurun.