OPINI

Mendung dan Kelabu di Hari Kretek Nasional

Tepat setahun yang lalu kami berkumpul di Institut Prancis Indonesia yang terletak di Sagan, Yogyakarta. Masih ingat betul dalam ingatan saya acara itu berlangsung dengan meriah meski dengan nuansa sederhana dan kekeluargaan. Malam itu, semua keluar dari ruangan dengan muka yang cerah lalu silaturahmi pun semakin dipanjangkan dan kami semua merayakan Hari Kretek dengan gembira.

Setahun pun berlalu kemudian, tak pernah terbayangkan dalam pikiran kami saat itu hari-hari ke depan akan terasa berat. Lepas beberapa bulan kemudian Wabah Covid-19 mulai masuk Indonesia dan mengacaukan segalanya. Pemerintah yang salah langkah dan masyarakat yang abai membuat kondisi saat ini di Indonesia jadi kian tak menentu.

Hari-hari belakangan pun menjadi kian gelap dan muram. Kemarin, tepat dengan perayaan Hari Kretek, kami melewatinya dengan perasaan murung dan duka. Kami sadar betul bahwa kami tetap harus membangun optimisme di tengah kondisi yang serba sulit ini. Namun semuanya terasa tak mudah.

Kondisi pertembakauan sedang sangat tidak baik di 2020 ini. Dimulai dari naiknya tarif cukai secara progresif membuat banyak perusahaan yang gigit jari. Akibatnya berdampak pada banyak hal. Pembelian menurun, pegawai banyak yang dirumahkan, industri gulung tikar, penyerapan tembakau juga mengkhawatirkan. 

Di sisi lain dalam kondisi duka itu pemerintah dengan congkaknya menyebut bahwa cukai hasil tembakau jadi pondasi perekonomian negara saat pandemi. Perasaan kami kian tercabik-cabik setelah mengetahui banyak tenaga kesehatan yang kelelahan dan kurang insentif sedangkan acara seremonial seperti lomba lagu corona terus digalakkan. Sialan!

Bisa-bisanya di tengah pandemi seperti ini kelompok-kelompok antirokok tetap bermain isu perokok jadi medium penyebaran covid-19, perokok lebih rentan terpapar covid-19. Isu-isu yang sebenarnya sangat kita ketahui bersama adalah hoax semata. Coba pikir saja, virus baru keluar dan belum ditemukan vaksinnya tapi mereka sudah koar-koar tentang penyebabnya. Lupa riset, komentar kebencian diutamakan.

Bisa-bisanya juga dalam kondisi seperti ini ketika daya beli masyarakat harus tetap terjaga agar negara tak jatuh dalam jurang depresi ekonomi, eh pemerintah malah tetap menaikkan tarif cukai rokok untuk tahun depan. Apalagi dengan cara yang jijik mereka menggunakan dalih demi menurunkan jumlah perokok maka tarif cukai ditinggikan. Halah Kentel!

Ayo fair-fairan saja! larang saja penjualan rokok, utus Badan Intelijen Negara, instruktsikan polisi dan tentara untuk menangkap dan menghukum setiap warga negara yang merokok. Dijamin ampuh pasti akan mengurangi jumlah perokok di Indonesia!

Hari-hari penuh dengan mendung dan kelabu masih hadir dalam dunia Kretek. Entah ini kapan akan berakhir? Akan tetapi saya masih tetap bisa optimis. Saat melihat ladang tembakau di kaki perbukitan yang indah. Senyum para petani tetap merekah meski di saat sulit. Aktivitas jual beli tetap ada dengan segala keterbatasan dan kesederhanaannya. Lalu juga ikatan yang semakin kuat di antara para kretekus, saya yakin, hari-hari cerah itu pasti akan tiba. Selamat Hari Kretek!