OPINI

Dari Dulu Kretek Cerminan Kedaulatan Ekonomi dan Identitas Jati Diri Bangsa Indonesia

Pengaruh lahirnya kretek bukan hanya  terhadap ranah ekonomi, melainkan juga terhadap ranah sosial dan budaya.  Ketika kretek muncul maka konsekuensinya, tradisi meng-kretek di kalangan masyarakat pun mulai terbangun. Kretek menjadi jati diri Indonesia.

Masyarakat Indonesia banyak yang mulai menikmati kretek di berbagai bentuk aktivitas mereka. Dengan tradisi meng-kretek ini, maka kretek menjadi bagian hidup  masyarakat Indonesia. 

Kretek telah diterima sebagai bagian hidup dari berjuta-juta masyarakat Indonesia. Dengan terintegrasinya tradisi kretek ke dalam kehidupan masyarakat itu, maka, kretek kemudian turut membentuk identitas dan jati diri bangsa Indonesia. Ciri khas bangsa Indonesia adalah menyukai kretek.  Kretek kemudian tidak bisa dipungkiri sebagai ikon budaya Indonesia. 

Menurut Hanusz, orang yang mungkin mengabaikan fakta tentang terintegrasinya kretek ke dalam kehidupan masyarakat Indonesia, maka akan berpandangan bahwa menjadikan kretek sebagai ikon kebudayaan Indonesia adalah hal yang berlebihan.  Namun tidak bisa dipungkiri bahwa kretek telah memainkan peran penting di berbagai ranah kehidupan masyarakat Indonesia. Fakta ini bisa menjadi justifikasi tentang adanya budaya kretek di kalangan masyarakat Indonesia. Jika table manners merupakan ranah yang legitimate untuk penelitian antropologis, maka begitu juga halnya dengan budaya merokok kretek.

Di antara nilai sosio-kultural kretek adalah fungsi kretek dalam konteks hubungan sosial di antara masyarakat. Kretek kata Hanusz lanjutan, bisa menjadi pemecah kebekuan sosial (social ice-breaker) untuk membangun keakraban dalam persahabatan dan persaudaraan di antara anggota masyarakat. Biasanya untuk menjalin persahabatan dan menciptakan kehangatan di antara sesama anggota masyarakat, utamanya bagi mereka yang belum saling kenal, maka langkah pertamanya adalah meyodorkan rokok kretek. 

Bahkan kalau lawan bicara yang kita tawari kretek jarang sekali di tolak, terlebih di suku-suku pedalaman atau di masyarakat adat. Oleh karenanya, menyodorkan rokok kretek ke orang lain adalah bentuk niatan baik untuk saling mengenal dan berbagi. Persoalan orang mau menerima tawaran kita untuk merokok atau tidak itu bukan hal yang utama. Yang paling diutamakan dalam hal ini adalah basa-basi sosial untuk menjalin keakraban. Kretek dalam hal ini kemudian berfungsi sebagai sarana menjalin keakraban. Di sinilah kemudian, rokok kretek mempunyai peran di dalam ranah sosial.

Sedikit cerita, ada seorang bernama Kyai Buchori dari salah satu desa di Kudus Kota Kretek bagian timur di bawah perbukitan pati ayam berkata “orang yang banyak beramal dan banyak teman itu perokok, saat bertemu dengan siapapun pasti menyodorkan rokoknya, apakah yang disodori mau dan tidak, tidak ada soal yang penting ada tabiat untuk memberi dan berbagi”. 

Selain itu, dampak sosial munculnya kretek juga terjadi di dalam ranah ekonomi. Tidak bisa dipungkiri bahwa kretek merupakan basis perekonomian nasional yang paling menjanjikan. Sebab, pertama, bahan bakunya sebagian besar didapatkan dari bumi Indonesia sendiri. Tembakau dan cengkeh bisa dijumpai di bumi Indonesia. Kemudian yang kedua, para konsumen kretek terbesar juga masyarakat Indonesia. Kretek sebagai budaya Indonesia tentu sangat akrab dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini sekaligus membukakan pasar tersendiri bagi kretek. Karena itu, kretek merupakan cermin dari kedaulatan ekonomi warga pribumi. 

Karena itulah wajar kalau Pramoedya Ananta Toer, mengatakan bahwa rokok kretek selalu menjadi bagian terpenting dalam penguatan ekonomi lokal. Pemerintah Indonesia menarik pajak yang besar terhadap industri dan penjualan rokok kretek. Karenanya, lanjut Pramoedya, rokok kretek merupakan sebuah komoditas yang sangat signifikan bagi kedualatan ekonomi nasional. Selain itu, industri kretek juga sangat efektif untuk menyerap tenaga kerja Indoensia. Sekarang jutaan masyarakat Indonesia yang bekerja dalam dunia kretek, mulai dari buruh pabrikan hingga marketing. Belum lagi kalau industri kretek ini dihubungkan dengan dunia pertanian, maka kretek bisa memperkuat ekonomi petani tembakau dan cengkeh.

Karena memang sudah menjadi tradisi dan budaya, maka kretek kemudian telah mendarah daging dalam diri masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia merasa ada yang hilang dalam diri dan kehidupannya ketika tidak meng-kretek.  Kretek juga menjadi “teman” yang hangat ketika seseorang dilanda kesepian. Maka kretek bagi rakyat Indonesia yang benar-benar Indonesia, harus ada dalam sakunya. Ketidakterpisahan antara kretek dengan masyarakat Indonesia ini sudah terbukti dalam sejarah, termasuk dulu di era penjajahan.

Seperti dikisahkan oleh Pramoedya Ananta Toer, bahwa  ketika masa pendudukan Jepang  rakyat Indonesia yang saat itu sulit mendapatkan rokok kretek klobot, mencari alternatif lain dengan menggunakan daun-daunan untuk bisa terus mengkretek. Bahkan masih kata Pramoedya, saat rakyat Indonesia kesulitan pangan akibat penjajahan, kretek bisa menjadi sarana untuk menghilangkan rasa lapar yang melilit. Bukan hanya itu, merokok kretek kata Pramoedya kemudian bisa membuat dirinya menjadi tenang (calm down). 

Sebagai bagian yang integral dalam kebudayaan masyarakat Indonesia, kretek bukan hanya difungsikan untuk hal-hal yang profan, seperti untuk basa-basi sosial, untuk mengisi kesepian, untuk beramah tamah dengan saudara atau teman dan sebagainya. tetapi juga aktivitas-aktivitas ritual dan spiritual sebagai ciri khas masyarakat Indonesia.