rokokkretek
OPINI

Kretek, Rokok Khas Indonesia yang Hulu hingga Hilirnya Dikuasai Rakyat

Satu-satunya rokok khas Indonesia tak lain hanya kretek. Ia dibuat dari bahan baku tanaman yang tumbuh subur di bumi pertiwi, ia diciptakan dan diproduksi oleh anak bangsa sendiri. Ia punya rentetan sejarah yang amat panjang, dari budaya, kebangkitan ekonomi dan industri bumiputera di saat terjadi depresi ekonomi nasional, penyumbang kas negara dari zaman penjajahan hingga sekarang. Perlu diingat, dalam catatan sejarah, ia satu-satunya industri dalam negeri yang tahan akan guncangan ekonomi, dan tahan akan gerusan perkembangan jaman dari tahun ke tahun. 

Bahan baku utama kretek dari daun tembakau dan buah cengkeh. Memang daun tembakau sendiri masih banyak kontroversi, sebagai tanaman asli atau bukan. Ada tulisan yang mengatakan tanaman tembakau ditemukan seorang bernama Christoper Columbus di San Salvador, kepulauan Bahana. Yang kemudian pada tahun 1600 tanaman tersebut dibawa dan di tanam Bangsa Portugis dibumi pertiwi. Hal ini merujuk pada penamaan tumbuhan tersebut  dari bahasa Portugis yaitu “tobacco” atau “tumbacco”. 

rokok kretek

Pada awal abad XVII tembakau di tanam besar-besaran oleh Belanda di beberapa wilayah di Jawa, Sumatera, Bali dan Lombok. Semasa Gubernur Hindia Belanda Johannes Van Den Bosch tahun 1830, tanaman tembakau Nusantara menjadi salah satu tanaman ekspor. Pada akhirnya penduduk bumiputra diwajibkan menanam tembakau di era sitem tanam paksa oleh Belanda. Adanya ekspor tembakau tersebut, Belanda memperoleh keuntungan yang berlimpah awalnya pada tahun 1840 sebesar 180.000 gulden, meningkat 1.200.000 gulden hingga pada tahun 1845 menjadi 2.300.000 gulden. Wah keuntungan yang fantastik, jadi tak heran Belanda kaya dan makmur saat itu. 

Beda lagi pernyataan Jadul Maula, seorang budayawan asal Yogyakarta. Melalui pendekatan bahasa, tanaman tembakau sudah ada sejak dulu, tumbuh dan berkembang dengan sendiri di bumi pertiwi ini. Ia menggambarkan secara kedaerahan, contoh di daerah Temanggung, orang sering mengatakan “sotho” sebutan untuk tembakau. Tembakau sebutan kerennya, dan sotho nama aslinya. Sebutan sotho dan tembakau gak ada miripnya, kalau “bako” “tembakau” “tobacco” dan “ tumbacco” hampir mirip pelafalannya. Jadi hipotesa yang dibangun mas Jadul, apa yang disebut tembakau itu bisa jadi sebetulnya tanaman yang disemua negara ada termasuk Indonesia. Namun karena saat itu orang Portugis lebih mempopulerkan dengan sebutan “tobacco” atau “tumbacco” dan orang Indonesia kesulitan melafalkannya, sehingga menyebutnya “tembakau” atau “bako”.  

Memperkuat hipotesa Budayawan asal Yogyakarta tersebut, di Kudus tepatnya di Desa Colo Kecamatan Dawe, tembakau tumbuh liar di bebatuan. Anehnya tanaman tersebut ketika dibersihkan dan dicabut, akan tumbuh lagi disekitaran tempat itu, cerita Masrukin. Ada lagi kejadian di Desa Gribig Kecamatan Gebog sebelah timur makam Sunan Kedu, tembakau tumbuh di sela-sela dinding batu bata salah satu rumah warga. Kalau dicabut selang beberapa hari tumbuh lagi begitu seterusnya. Rasa gregetan, karena menurutnya tumbuh tak sewajarnya dan tak memperindah pandangan rumahnya, akhirnya baru dua tahun ini dinding rumah tersebut di keraskan memakai semen, cerita Nur Cholis warga setempat. 

rokok kretek

Bisa jadi memang tanaman tembakau ada dimana-mana dan awalnya tumbuh liar termasuk di bumi Nusantara ini, hanya sebutannya yang beda. Juga bisa jadi dahulu orang-orang terdahulu sudah tau ada tanaman tersebut, tapi tak mengerti namanya, akhirnya mengikuti nama populernya.

Terlepas beda pendapat tentang tembakau, ada laporan yang menarik yang ditulis oleh P. De Kat Angelino dalam Voorstenlandsche Tabaksenquete tahun 1929, mengungkapkan bahwa kalaupun tanaman tembakau bukan tanaman asli Indonesia, sejak diperkenalkan sudah memiliki pertalian khusus dengan tanah Indonesia. Tembakau tak hanya menjadi komoditas utama pemerintah kolonial, tetapi juga telah mengubah kehidupan sosial ekonomi masyarakat bumiputera.   

Lain halnya tembakau, ada buah cengkeh. Kalau ini sudah tidak diragukan lagi, sebagai tanaman asli bumi pertiwi. Walaupun banyak juga anak bangsa yang menganggap tanaman cengkeh itu bukan tanaman asli Nusantara. Anggapan itu sangat keliru, tapi juga tidak bisa di salahkan. Karena memang sejarah tanaman cengkeh di Nusantara ini pernah habis dibakar penjajah yang kemudian di budidaya penjajah di negari lain. Dan mungkin saat itu tanaman cengkeh di Nusantara ini hanya tinggal beberapa glintir. Berjalannya waktu, varietas cengkeh yang pernah di ambil dan dibudidayakan di negeri lain oleh penjajah, kemudian diambil dan dibudidayakan lagi di bumi pertiwi ini. Inilah sejarah singkat tanaman cengkeh yang fenomenal. Jelasnya, tanaman cengkeh adalah tanaman asli Nusantara, dan banyak literatur yang menuliskan dari daerah Maluku cengkeh yang kuwalitasnya sangat bagus. 

Data Statistik Perkebunan Indonesia 2015-2017 menunjukkan perkebunan tembakau tersebar di 15 Provinsi dan perkebunan cengkeh terdapat 30 provinsi yang tersebar di bumi pertiwi ini. Dari perkebunan tembakau dan cengkeh tersebut, 93% terserap untuk bahan baku rokok kretek. Adanya cengkeh ini sebagai pembeda dengan rokok produk luar. Rokok produk luar bahan bakunya hanya memakai tembakau. Populer dengan sebutan “rokok putihan”, sedang rokok asli Indonesia ditambahkan cengkeh yang akhirnya disebut “rokok kretek”.  

Rokok kretek, awalnya di temukan H. Djamhari untuk pengobatan alternatif dan kemudian diproduksi masal oleh Nitisemito, keduanya putra bangsa dari Kudus Kota Kretek. Belakangan banyak berdiri industri rokok kretek milik putra bangsa di beberapa daerah, dengan karyawan dari asal daerah tersebut. Hitungan kumulatif, sekitar ada 6.1 juta jiwa penyerapan tenaga kerja dari hulu hingga hilir. 

Rokok kretek ditemukan putra bangsa, di produksi putra bangsa, industriya milik bumiputera, bahan bakunya diperoleh dari petani lokal, keuntungan dari penjualan sebagian besar masuk kas Negara untuk pembangunan, yang dinikmati semua kalangan bahkan yang tidak merokok dan benci rokok sekalipun. Lalu alasan apalagi hingga tak merokok kretek? Mari kita sama-sama mencintai produk dalam negeri, agar kita menjadi bangsa yang kuat.