logo boleh merokok putih 2

Selamat Paskah, Kretekus

Hujan yang turun semalaman masih membekas di pagi hari. Paparan sinar matahari menjatuhkan sisa-sisa air hujan dari daun ke tanah. Seorang tese (pejabat kampung berdasar struktur adat) pengumuman memberikan pengumuman ke seluruh kampung. Berjalan kaki, Ia hilir mudik di perkampungan meneriakkan pengumuman. Satu per satu warga Mumugu Batas Batu, Kabupaten Asmat, Papua keluar dari rumah masing-masing, juga dari Jew (rumah adat suku Asmat). Anak-anak, remaja, dan orang tua, bergegas menuju gereja yang terletak di tengah kampung.

Pastor Hendrik, Pastor Kris, dan empat orang biarawati sudah berada di gereja. Kursi-kursi dirapikan, lilin-lilin dinyalakan, Al Kitab dalam genggaman, lantunan pujian disenandungkan, latihan sebelum benar-benar disenandungkan ketika misa dimulai. Satu per satu warga Mumugu Batas Batu memasuki gereja dan mengambil tempat duduk sekehendaknya. Barisan anak-anak yang dipilih menjadi paduan suara juga mulai menempati posisinya.

Ketika misa akhirnya dimulai, semua khidmat mengikuti. Suara-suara yang sebelumnya riuh menjadi sunyi, tersisa suara Pastor Hendrik yang memimpin misa dan menyampaikan khutbah. Ketika para biarawati memandu anak-anak paduan suara menyanyikan kidung di gereja, suasana kian khidmat.

Ada yang spesial pada misa kali ini. Sebelum misa usai, seluruh jemaat diberi tanda salib di dahi mereka menggunakan abu. Hari itu, ketika saya menyaksikan semua itu, adalah hari rabu abu. Hari dimulainya pra-paskah, hari penanda dimulainya puasa hingga tiba saatnya paskah.

Rabu abu dilaksanakan 40 hari sebelum paskah tiba –tanpa hitungan hari minggu. Jika minggu disertakan, jadi 44 hari. Selanjutnya, usai misa rabu abu, setiap hari jumat, di Mumugu Batas Batu, jalan salib diselenggarakan hingga tiba puncaknya pada jumat agung, dua hari sebelum perayaan kebangkitan Yesus pada hari paskah.

Setiap jumat pula, sinergitas antara kepercayaan Katolik dengan tradisi dan kebudayaan Mumugu Batas Batu begitu kentara. Pada jalan salib setiap senja pada hari jumat akan diakhiri dengan ritual adat di dalam Jew. Bermacam ritual dilakukan, sesaji disediakan sebagai bagian tak terpisahkan dari ritual. Rupa-rupa makanan, hasil alam, dan gulungan tembakau yang didatangkan dari luar kampung ada dalam sesaji.

Bagi saya yang seorang muslim, apa yang saya lihat dan alami di Mumugu Batas Batu memberi banyak pengalaman berharga. Saya jadi tahu proses menuju paskah yang dijalankan umat kristiani. Melihat langsung sinergitas agama dan adat istiadat. Dan, toleransi yang luas. Mereka semua mengizinkan dan mempersilakan saya melihat langsung dari dekat semua prosesi dan ritual yang mereka jalani. Semua itu, begitu membekas dalam ingatan dan perasaan saya.

Hari ini, umat nasrani di seluruh dunia merayakan hari raya paskah. Bagi saya yang seorang muslim, paskah bukan hanya mengingatkan saya akan Mumugu Batas Batu di Papua, tempat saya menjadi sukarelawan guru di Sokola Asmat. Lebib dari itu, paskah mengingatkan saya akan pelajaran toleransi yang diberikan warga Mumugu Batas Batu kepada saya.

Mewakili Komite Nasional Pelestarian Kretek, saya mengucapkan selamat merayakan hari Paskah bagi Anda yang merayakan.

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Penulis

Fawaz al Batawy

Fawaz al Batawy

Pecinta kretek, saat ini aktif di Sokola Rimba, Ketua Jaringan Relawan Indonesia untuk Keadilan (JARIK)