logo boleh merokok putih 2

Tembakau Srintil, Tembakau Termahal di Dunia

tembakau srintil

Sebutan Srintil mungkin sudah banyak yang paham, terutama orang yang sudah terbiasa berkecimpung di dunia pertembakauan. Namun, tidak ada seorang petani yang bisa memastikan tanaman tembakaunya menjadi srintil. Itu adalah sebutan populer salah satu jenis tembakau yang berkualitas di Kabupaten Temanggung.  Tidak semua lahan pertanian tembakau di Temanggung muncul jenis tembakau srintil. Keberadaannya sangat langka dan bahkan hanya di daerah tertentu berkat kearifan lokal.

Salah satu petani dari Parakan, Temanggung, Sumedi bercerita bahwa tidak semua lahan dapat menghasilkan tembakau Srintil. Hanya di lahan-lahan tertentu saja seperti lahan di daerah pegunungan sekitar Temanggung. Kualitas srintil terbaik berada di daerah Lamuk Legok dan Dampit Losari, lereng Gunung Sumbing. Selain itu, juga terdapat di daerah Kwadungan dan Bansari lereng Gunung Sindoro, Kabupaten Temanggung.

Saat musim kemarau panjang, seperti tahun ini (2018), munculnya srintil lebih banyak. Seperti halnya di sebagian kecil tegalan bawah. Namun, tetap kualitasnya masih di bawah tembakau srintil asal daerah pegunungan Sumbing dan Sindoro.

Sumedi mengaku, tidak ada standarisasi harga tembakau tersebut. Tahun ini (2018), harga tembakau srintil asal Dampit, Losari, lereng gunung Sumbing, mencapai Rp1.000.000 per Kg. Sedangkan, tembakau srintil hasil dari lereng Gunung Sindoro sekitar Rp300.000 per Kg. Namun, harga tembakau temanggung pada umumnya hanya berkisar ± Rp100.000an per Kg.

Kualitas Tembakau Srintil

Kualitas daun tembakau menentukan harga srintil. Semakin banyak kadar nikotinnya, maka semakin mahal harganya. Nikotin secara sederhana adalah bahan yang mengandung perangsang kelompok alkaloid. Hal ini juga terdapat pada tumbuhan famili solanaceae yaitu tomato, terong ungu (eggplant), jenis sayur sayuran seperti kembang kol, dan kentang.

Secara sederhana tembakau jenis ini dapat dilihat saat disimpan, ia akan mengeluarkan bau menyengat seperti busuk berwarna kuning, diakibatkan kadar nikotinnya begitu banyak. Kalau dijemur memerlukan waktu 4-5 hari baru bisa kering.  Beda dengan tembakau temanggung pada umumnya, baunya tidak begitu menyengat dan hanya butuh 1-3 hari untuk pengeringan.

Pada prinsipnya daun tembakau bisa menjadi srintil berasal dari varietas lokal asli Temanggung, yaitu jenis kemloko yang ditanam dengan memakai teknik bagus. Sebagai contoh saat menanam tidak dicampur dengan varietas lain, tanah tidak terlalu banyak kadar airnya dan lain sebagainya.

Legenda Srintil

Nama srintil, sebagian masyarakat mengatakan berasal dari kata sri-ne dan kata ngintil. Sri dipercaya masyarakat Temanggung sebagai Dwi Sri yang diterjemahkan keberuntungan, sedang ngintil adalah ikut-mengikuti. Jadi srintil itu daun tembakau yang diikuti dengan keberuntungan dengan hasil kualitas tembakau bagus (mengandung nikotin banyak). Harganya bagus di atas rata-rata harga tembakau pada umumnya. Tidak semua lahan menghasilkan srintil (karena kearifan lokal) dan tingginya permintaan pasar.  

Keberadaan tembakau ini tidak terlepas dari cerita yang melegenda di kalangan masyarakat Temanggung. Sebagian masyarakat masih meyakini bahwa tanaman tembakau daunnya bisa menghasilkan srintil karena sebelum masa panen tiba, di atas lahan pertaniannya dilalui jalur sinar yang diyakini dari langit (Tuhan).

Seperti cerita Sugito, seorang petani asal Tlogomulyo yang mempunyai lahan di lereng Sumbing dan sering menghasilkan srintil, bahwa ia sering melihat di atas lahannya sinar yang memancar dengan cepat,  itulah yang dinamakan sinar wahyu atau bagi masyarakat Temanggung menamai dengan sebutan “rigen”. Saat lahan tembakau di lalui jalur sinar tersebut, dipastikan hasil daun tembakaunya berkualitas selama jenis yang ditanam asli Temanggung (kemloko). Sebaliknya jika tidak ada sinar, biasanya hasil panen tembakaunya jelek.

Singkat cerita, rigen atau sinar yang memancar, mitosnya berasal dari lemparan kinjeng emas (capung emas) yang dilakukan Sunan Kudus disaat mendapatkan laporan dari Ki Ageng Makukuhan (sunan Kedu) bahwa tanaman tembakau yang telah dititipkan Sunan Kudus untuk ditanam di Temanggung tidak menghasilkan bagi masyarakat. Kemudian Sunan Kudus melempar capung emas, lokasi jatuhnya capung emas, disitulah tempat yang cocok untuk tanaman tembakau. Ternyata capung emas jatuh di daerah gunung sumbing.

Sehingga, di lereng gunung sumbing tepatnya di daerah Lamuk Legok sampai sekarang terkenal dengan hasil daun tembakau ini yang sangat berkualitas dan harganya paling mahal. Biasanya daun tembakau srintil di pabrikan rokok kretek masuk pada grade F atau G (kode penentuan daun tembakau terhitung  dari daun paling bawah dengan urutan grade a, b dan seterusnya). Semakin ke atas, semakin baik kualitas daun tembakau dan harganya semakin bagus.

Srintil, Tembakau Terbaik di Dunia

Secara umum, karena kearifan lokal, tembakau yang dihasilkan di Temanggung, baik daun tembakau biasa  maupun daun tembakau srintil dipastikan mengandung kadar nikotin tinggi. Bahkan keberadaan tembakau Temanggung bagi pabrikan rokok kretek dikategorikan sebagai tembakau lauk. Sebagai tembakau nasinya diambil dari daerah luar Temanggung dengan kadar nikotin lebih rendah.

Selain cerita mitos tentang kemunculan tembakau srintil di atas, apabila dilihat berdasarkan letak geografis  gunung sumbing adalah wilayah yang terkena sinar matahari pertama kali di Temanggung saat pagi hari. Hal ini bisa sebagai salah satu penguat kemunculan tembakau tersebut, selain jenis varietas yang ditanam dan kearifan lokal. Karena dari beberapa lahan pertanian tembakau lainnya yang menghasilkan srintil adalah termasuk wilayah Temanggung terkena sinar matahari tergolong pertama kali di pagi hari. Tentunya asumsi ini perlu pembuktian lebih lanjut.

Faktanya, sampai saat ini tembakau kualitas terbaik dan termahal di dunia adalah tembakau srintil, dan hanya ada di Indonesia. Berkat kearifan lokal yang tidak bisa ditiru di daerah lain bahkan di duniai.  Hal itu bisa dibuktikan, umpama sama varietas kemloko ditanam di daerah lain bahkan di negara lain, tidak akan bisa menghasilkan kualitas tembakau menyerupai bahkan melebihi kualitas srintil.

Berbeda dengan jenis tembakau virginia. Saat ini sudah bisa di budidayakan secara massal di lahan pertanian Indonesia, seperti di lombok. Walaupun hasil pertaniannya belum bisa mencukupi kebutuhan tembakau virginia untuk konten rokok kretek mild, sehingga masih sangat dibutuhkan impor tembakau virginia.

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Penulis

Udin Badruddin

Udin Badruddin

Seorang santri dari Kudus. Saat ini aktif di Komite Nasional Penyelamatan Kretek (KNPK).