Beasiswa KNPKREVIEW

Ramadan Bersama Petani Tembakau di Temanggung (4)

Khoirul dan Siti, Ibu dari Khoirul, tinggal di rumah berukuran lima kali enam meter dengan dinding batu bata, dan lantai tanah. Lima buah kursi kayu dan sebuah meja kayu di ruang utama. Pada sudut ruangan, sebuah lemari kayu berpintu kaca menghadap jendela utama rumah. Selain Khoirul dan Ibunya, di rumah itu tinggal adik dari Khoirul usia enam tahun.

Untuk mencapai rumah Siti, dari jalan kampung tempat memarkir sepeda motor, kami mesti melewati jalan setapak menanjak dengan lebar jalan kurang dari satu meter. Tidak jauh memang, sekira 53 meter saja.

Saya duduk membelakangi pintu. Saling berhadapan dengan Khoirul dipisahkan sebuah meja. Siti duduk di sebelah kiri Khoirul. Menghadap pintu masuk rumah. Khoirul mengenakan celana panjang berwarna hitam dan kaus oblong berwarna putih. Sedang Siti masih mengenakan pakaian dinas berkebun.

Baca: Ramadan Bersama Petani Tembakau di Temanggung (2)
Baca: Ramadan Bersama Petani Tembakau di Temanggung (3)

Sehari-hari, Siti bekerja sebagai buruh. Buruh di kebun dan buruh di sebuah restoran dengan menu utama sate. Pagi hari, selepas makan Siti berangkat ke kebun, menggarap kebun pertanian. Cabai, tomat, terong, dan beberapa komoditas lainnya ia tanam dan rawat di kebun hingga panen kelak. Pada musim kemarau, tembakau menjadi satu-satunya komoditas yang ia tanam.

Siang hari, usai istirahat sejenak di rumahnya, Dusun Luwihan, Kecamatan Bulu, Siti berangkat ke Pusat Kecamatan Parakan. Ia datang ke salah satu restoran di sana untuk bekerja, bekerja menusuk potongan-potongan daging menggunakan bambu yang telah dipotong dan diruncingkan. Sebelum maghrib, Ia pulang.

Pada musim panen tembakau, Siti cuti dari pekerjaan di Parakan. Ia fokus bekerja sebagai pemanen tembakau dan penjemur tembakau yang baru selesai dipanen. Siti, petani tanpa ladang. Ia bekerja dari ladang satu ke ladang lain yang bukan miliknya. Mengumpulkan uang dari sana untuk menghidupi kedua anaknya.

Siti memiliki tiga orang anak. Anak pertamanya, sudah menikah. Ia tinggal bersama keluarganya di luar dusun. Masih satu desa.

Khoirul, anak keduanya, tahun ini lulus SMP. Ia mendaftar program Beasiswa KNPK karena ingin melanjutkan sekolah di SMKN 1 Temanggung. Nilai tes tertulis Khoirul, cukup memuaskan. Memenuhi standar yang ditetapkan KNPK.

Saat mengetahui saya adalah salah satu anggota tim verifikasi beasiswa KNPK, Siti berusaha tetap bersikap tenang. Namun raut wajah, dan binar matanya memancarkan harapan. Sudah. Sebatas itu saja. Tak ada secuil pun Ia berujar tentang harapan itu kepada saya.

Tentu saja saya merekomendasikan Khoirul lolos program beasiswa ini saat rapat pleno tim verifikasi Beasiswa KNPK. Semua setuju dengan rekomendasi saya. Namun itu tak saya beritahukan ke Siti dan Khoirul. Sepekan usai perjumpaan itu, Khoirul dan Siti baru tahu lewat pengumuman resmi yang kami keluarkan.