logo boleh merokok putih 2

Asbak Rokok Bisa Goyang Elektabilitas Anies Baswedan

asbak rokok anies

Jangan karena asbak rokok, kau pertaruhkan elektabilitasmu, Anies Baswedan!

Ayah dan ibu saya dulu pernah bilang kalau ingin menggapai sesuatu maka harus ada usaha yang relevan untuk bisa mewujudkannya. Hanya berusaha tanpa relevansi sama saja bohong. Bisa jadi usahanya akan sia-sia karena tak sesuai dengan jalannya.

Ada sebuah pepatah Arab lama yang mengatakan “Kamu mengharapkan kesuksesan tetapi kamu tidak menempuh jalannya, maka ketahuilah sesungguhnya perahu itu tidak berlayar di daratan,” Segala sesuatu memang harus disesuaikan dengan jalannya masing-masing.

Nun jauh di sana ada seorang putra bangsa yang punya elektabilitas tinggi untuk menjadi seorang presiden. Jejak karier politiknya mentereng dan saat ini menjadi Gubernur DKI Jakarta. Patut kalian akui bahwa kursi nomor satu di ibu kota ini punya value yang tinggi. Lebih tinggi dari banyak daerah di Indonesia. 

Putra bangsa tersebut bernama Anies Baswedan. Konon ada beberapa partai politik besar yang ingin menjadikannya petarung dalam kontestasi Pilpres 2024 nanti. Belakangan ini namanya selalu dikaitkan dengan itu. Isi pemberitaan juga tak jauh dari puja-puji atau sebaliknya adalah kritikan pedas atas kinerjanya.

Jujur saya awam dengan politik akan tetapi saya percaya satu hal yaitu kalau ingin jadi presiden maka kepercayaan rakyat harus diperoleh. Dalam hal ini rakyat secara luas dan bukan golongan tertentu saja. Kalau rakyat sudah mengiyakan maka pinangan partai politik akan banyak berdatangan.

Tapi rasanya kok sulit melihat keberpihakan Anies Baswedan kepada rakyat secara luas. Sebagai seorang perokok saya turut kesal atas Seruan Gubernur DKI Jakarta nomor 8 tahun 2021 untuk tidak menyediakan asbak rokok di kawasan dilarang merokok.

Sebagai informasi, Hotel, Restoran, Mall, dan tempat kerja jadi tempat yang diatur dalam Peraturan Gubernur nomor 50 tahun 2012 tentang Kawasan Dilarang Merokok. Sergub di atas berefek pada tidak disediakannya asbak di ruang-ruang yang sebenarnya tak layak dijadikan zona dilarang merokok.

orang-orang merokok di jalan

Masalahnya begini, seruan tersebut jelas bertentangan dengan aturan yang lebih kuat di atasnya yaitu Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang mewajibkan di beberapa tempat untuk menyediakan tempat khusus merokok. Hotel, restoran, mall dan tempat kerja harus memiliki zona untuk merokok.

Menghilangkan asbak dari tempat-tempat tersebut sama saja melawan aturan negara. Improvisasi ini jelas keblinger dan kebablasan. Pertama, seolah-olah menimbulkan kesan anies jadi pahlawan kesehatan, kedua adalah jelas tidak paham mekanisme hukum.

Apalagi alasan terbitnya Sergub asbak ini sungguh aneh. Anies bilang kalau larangan penyediaan asbak demi penurunan resiko tersebarnya covid-19. Ajaib memang! Rokok kok dikaitin sama covid, besok-besok rokok pun dikaitkan dengan yahudi! Tunggu ajah.

Jadi gini, Bung Anies. Seperti yang saya tadi bilang di awal bahwa keberpihakan terhadap rakyat secara luas adalah amanah Anda sebagai gubernur. Penerapannya secara maksimal bisa membuahkan hasil berupa dukungan rakyat untuk anda jika suatu saat mau jadi presiden.

Kalau bikin blunder-blunder maca mini ya sulit rasanya sebagian besar rakyat di Indonesia mau mendukung anda. Pemilih anda bukan cuman antirokok, ada juga buruh di industri rokok, petani tembakau dan cengkeh, pedagang asongan, dan semua yang hidupnya bergantung dari ekosistem ini. 

Seperti yang saya sebutkan di awal, untuk menggapai sesuatu maka harus dengan upaya yang tepat. Berpihak pada seluruh elemen rakyat dan tidak berat sebelah pada antirokok saja adalah cara tepat untuk meraih dukungan yang sebesar-besarnya. 

Sebaliknya, jika melakukan hal yang sebaliknya termasuk mengeluarkan sergub ini, Anies tidak akan maju selangkah tapi hanya akan menghadirkan kesulitan bagi dirinya. Ingat, Anies! Anda sedang diawasi para buzzer pro rezim, salah sedikit saja bisa berujung pada propaganda buruk tentang anda. Siap-siap saja habis ini anda disandingin sama asbak rokok. 

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Penulis

Indi Hikami

Indi Hikami

Seorang lelaki yang tak pernah merasa kesepian