sukuntradisionalklobot
Pabrikan

Tetap Bekerja Membuat Kretek Klobot Walaupun Usia Senja

Kudus Kota Kretek, sesuai faktanya demikian, Selain tempat ditemukannya kretek kali pertama, kemudian menjadi industri besar satu-satunya milik putra bangsa di masa penjajahan, ternyata srikandi pewaris pembuat kretek masih banyak dijumpai di kota kretek Kudus. Menariknya masih juga dijumpai umur 60an lebih. Ia tetap semangat bekerja membuat kretek klobot. 

Tepatnya di PR. Sukun, mereka bekerja membuat rokok kretek jenis klobot. Keterangan Anton nama panggilan piarnya PR. Sukun, bahwa sebetulnya pernah mereka yang sudah berumur mau dipensiunkan karena sudah tua dan kasihan, tentunya dengan pesangon. Tetapi ternyata mereka sendiri tidak mau, ingin tetap bekerja membuat kretek klobot, walaupun sangat layak dengan panggilan simbah. Mereka rerata di atas umur 50 tahun. 

Disisi lain, Wasilah nama samaran salah satu simbah, memberikan alasan tetap ingin bekerja: “nek ijeh mampu yo golek duit dewe, ojo gantung anak po putu, isone giling rokok yo giling, arep tani ra duwe sawah, biyen leren sedelo loro, bareng sehat nok omah mung nglangut ra nyekel duit, balek meneh nok pabrik, sitik sitik iso entuk duit, wes tuo ngene luru kerjo opo ra payu, babu ae saiki nom nom tuo ra payu, alhamdulillah pabrik sukun iki ijeh gelem nompo, iso gawe nyangoni putu nak”. 

“Kalau masih mampu dan bisa, ya cari uang sendiri, jangan menggantungkan sama anak dan cucu, bisanya kerja giling rokok ya giling rokok, mau bertani tidak punya lahan, dulu pernah berhenti sebentar karena sakit, setelah sehat di rumah hanya melamun (tidak ada yang dikerjakan) tidak punya uang, kembali lagi kerja pabrik, walaupun sedikit bisa dapat uang, sudah tua begini cari kerja lain tidak laku, pembantu rumah tangga sekarang umurnya masih muda umur tua tidak mau, bersyukur pabrik rokok sukun masih mau menerima, bisa untuk memberi uang ke cucu”     

Setelah menyaksikan langsung mereka bekerja, ternyata walaupun usia boleh tua, ketrampilan kecepatan jari-jari tangan saat membuat kretek tidak diragukan lagi. Jari jarinya yang lentik sangat terampil dan cepat. Apalagi klobot itu sendiri jenis kretek yang hanya bisa dibuat tangan dan paling sulit dibanding dengan membuat kretek lainnya. 

Konten bahan bakunya kretek klobot sama dengan rokok kretek lainnya, memakai olahan tembakau dan cengkeh. Perbedaannya hanya pada media pembungkusnya. Klobot memakai daun jagung yang sudah dihaluskan, kemudian memakai tali untuk pengikat. Rokok kretek, memakai kertas papier dan sedikit lem dari bahan sari ketela sebagai pengikat. 

rokok klobot

Sifat bahan klobot, tentunya beda dengan kertas papier. Klobot agak tebal dan agak kaku, jadi tingkat kesulitan agak tinggi saat menggulung. Beda dengan kertas papier relatif lemas dan mudah saat digulung. Lain itu, klobot hanya bisa pakai tali pengikat, tidak bisa pakai lem, tali pengikatnya pun minimal harus dua, bagian yang mendekati ujung hisap dan bagian yang mendekati ujung bakar.

Bentuk klobot lebih konus daripada rokok kretek. Artinya ujung hisab harus lebih kecil dari pada ujung bakar. Kecilnya hingga menyerupai bentuk runcing. Kenapa demikian?, ada beberapa alasan:

  1. Sedotannya biar mantap tidak hambar. Kalau ujung sedotannya agak besar, kenikmatan rokok klobot berkurang, tidak mantap karena angin dari sedotan mulut terobos di luar lubang hisap. Sedotannya tidak bisa menghasilkan hasil pembakaran tembakau dan cengkeh dengan maksimal. 
  2. Mudah untuk digigit. Biasanya pecinta klobot adalah pekerja tepi pantai atau nelayan, bersinggungan langsung dengan air. Merokok merokok klobot sambil beraktifitas atau bekerja, jadi tanpa dipegang rokok masih tetap bisa dinikmati karena digigit ujungnya. Walaupun digigit ujungnya, rokok klobot tak akan cepat rusak. 

Keistimewaan rokok klobot tidak mudah rusak ketika terkena air, paling mati dan bisa disulut lagi. Disinilah menjadi pilihan para nelayan dan orang pinggir pantai bahkan orang pegunungan saat kondisi cuaca sangat dingin. Dan mungkin lebih efektif, efisien dan ekonomis dibanding rokok lainnya. Ini hanya asumsi, perlu kajian yang mendalam. 

Rokok klobot muncul jauh sebelum rokok memakai kertas papir dan berbusa. Jadi bisa dikata, klobot adalah nenek moyang rokok kretek. Dulu perokok kretek klobot dan kretek kertas papir sebagai perokok kelas bawah (rakyat jelata). Beda dengan perokok cangklong, dulu sebagai rokok orang elit baik  bangsawan dan ningrat. Jadi sangat wajar, kalau penjajah dahulu mengatakan perokok kretek klobot atau kretek kertas papir adalah kaum rakyat jelata.

pegawai rokok klobot

Indahnya, berjalannya waktu, rokok kretek kertas papir menjadi idola para perokok. Selain tidak memerlukan media cangklong yang ribet bawanya dan cara konsumsinya, juga kenikmatannya lebih dapat. Begitupun keadaan rokok kretek klobot, terkikis oleh rokok kretek kertas papir yang dirasa lebih enteng hisapannya. Hanya di daerah-daerah tertentu rokok klobot masih bertahan. 

Melihat kondisi pasar kretek klobot yang demikian, sehingga tidak semua pabrikan rokok memproduksi rokok klobot. Dan sangat sedikit jumlahnya saat ini. Salah satunya yang masih memproduksi adalah PR. Sukun di Kabupaten Kudus dengan jumlah karyawan hanya puluhan dengan usia senja. Mereka inilah sebagai penjaga dan pewaris budaya yang sesungguhnya, yang seharusnya Pemerintah memberikan apresiasi. 

Dengan usia senja tetap bekerja, bukti bahwa mereka tidak mau menjadi beban negara. Berbekal keterampilan yang dimiliki, ia tetap kerja kerja dan kerja demi kelangsungan hidupnya. Sebetulnya, mereka adalah orang-orang tangguh aset negara, yang harus dilindungi hasil karyanya. Mereka tidak mengharapkan bantuan lebih kepada pemerintah, mereka hanya ingin pemerintah melindungi eksistensi rokok kretek klobot dan kretek lainnya, jangan dimusuhi bahkan mau dimatikan. Sebagai warga negara yang baik, mereka punya hak untuk hidup, dan hak perlindungan karyanya.