industri rokok kudus
data

Industri Rokok Kudus Mampu Menyerap 80 Ribu Tenaga Kerja

Industri rokok Kudus menyerap tenaga kerja yang begitu banyak. Industri ini menjadi tumpuan dan penggerak perekonomian masyarakat.

Di wilayah ini terdapat 92 perusahaan rokok besar, menengah, dan kecil, yang mampu menyerap hingga 80 ribuan tenaga kerja di sektor formal. Industri ini menjadi salah satu tumpuan ekonomi dan sosial masyarakat di sekitarnya.

Menariknya, sebagian besar pekerja di industri hasil tembakau itu adalah tenaga kerja perempuan yang menjadi pengrajin pembuat sigaret kretek tangan. Pendidikannya pun menengah. Jenis rokok kretek dengan karakter konus, mengecil di bagian ujung yang berperan untuk menyempurnakan proses pembakaran tidak bisa tergantikan oleh mesin. 

Tak berhenti di sana, karena keberadaan industri hilir industri hasil tembakau di Kudus membawa multiplier effect pertumbuhan pendapatan daerah dan geliat ekonomi di sektor lainnya. 

Dampak ini terlihat pula dengan banyaknya pedagang tembakau dan cengkeh yang membuka usaha di sekitar tempat pengolahan. 

“Ini contoh konkret pertumbuhan dan pergerakan ekonomi, sebagai dampak dari adanya industri SKT yang menyerap banyak tenaga kerja,” ujar Penjabat (Pj) Bupati Kudus, Bergas Catursasi Penanggungan.

Industri Rokok Kudus Melindungi Tenaga Kerja

Kontribusi yang besar dari satu titik mata rantai industri hasil tembakau di hilir yang dirasakan oleh masyarakat Kudus tampak nyata. Apalagi terdapat komitmen pemda untuk memastikan tenaga kerja mendapatkan jaminan ketenagakerjaan, baik dari sisi jaminan kesehatan maupun dari pemenuhan hak-hak pekerja. 

“Hak itu di antaranya upah, minimal UMK. Termasuk kalau lembur juga harus diberikan uang lembur,” kata Bergas.

Keberadaan industri hasil tembakau yang padat karya, menjadi tumpuan bagi sebuah wilayah seperti Kudus bisa menjadi tolok ukur peran industri ini di daerah-daerah lain. 

Di industri hasil tembakau tidak hanya pengolahan saja yang berada di Indonesia, bahan baku tembakau dan cengkeh juga dihasilkan di negeri sendiri. Juga menjadi tumpuan perekonomian bagi banyak manusia Indonesia.

Kretek adalah buah kreativitas anak bangsa yang berkembang menjadi industri digdaya. Di era awal industri kretek harus berhadapan dengan peraturan perpajakan pemerintah kolonial yang tinggi, rumit, dan diskriminatif. Keadaan ini menumbuhkan pemikiran nasionalisme ekonomi para pelaku usaha kretek, sebuah upaya untuk mendorong terciptanya kemandirian dan demokrasi ekonomi yang memperjuangkan kesamaan perlakuan dalam usaha. Nasionalisme ekonomi dengan nasionalisme politik yang bertujuan mewujudkan kemerdekaan bangsa Indonesia