logo boleh merokok putih 2

Mengenal Tembakau Kasturi Jember

Dalam dunia pertanian, wilayah Jember sejajar dengan Deli Serdang, Temanggung, Madura, Bojonegoro, dan Lombok, dikenal sebagai wilayah sentra pertanian tembakau. Lebih dari itu, Jember merupakan wilayah pertanian tembakau tua. Kesuburan tanah di wilayah Jember sudah dimanfaatkan Belanda untuk ditanami komoditas yang sempat menjadi sumber utama pemasukan Belanda pada periode akhir abad 19 dan awal abad 20.

Beberapa sejarawan menganggap kemunculan dan keberadaan kota Jember tak lepas dari mobilisasi pertanian di wilayah tersebut. Kota terbentuk usai kedatangan orang-orang dari Madura dan Jawa untuk bekerja di sektor pertanian, terutama tembakau. Para pekerja dan pembangunan pabrik-pabrik pengelolaan hasil pertanian serta fasilitas-fasilitas penunjang lainnya dianggap mempercepat pertumbuhan Jember sebagai kota yang kini menjadi kota terbesar ke tiga di wilayah Jawa Timur.
Selepas kemerdekaan Indonesia, Jember tetap dipertahankan sebagai salah satu wilayah pertanian di Pulau Jawa. Selain tembakau, ada kopi, kakao, karet, dan beberapa komoditas lainnya yang dikembangkan di Jember.

Keseriusan Jember sebagai wilayah pertanian dibuktikan dengan keberadaan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) terbesar dan satu-satunya di negeri ini. Bertahannya Jember sebagai wilayah pertanian terutama pertanian tembakau juga dibuktikan dengan keberadaan museum tembakau di pusat kota Jember.
Dari sekian banyak jenis tembakau yang ada di dunia, ada dua jenis tembakau yang umum ditanam di Jember. Tembakau pertama berjenis Na Oogst dengan varietas yang ditanam di wilayah Jember adalah Besuki Na Oogst (BNO). Tembakau jenis ini cocok dipakai sebagai pembalut, pengikat atau pembungkus, bahkan pengisi cerutu.
Selanjutnya, tembakau yang banyak ditanam di wilayah Jember adalah tembakau kasturi. Tembakau kasturi merupakan tembakau jenis Voor Oogst (VO) yang banyak ditanam dan dikembangkan di wilayah Jember dan Bondowoso.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (BALITTAS) di bawah Balai Penelitian dan Pengembangan (BALITBANG) Kementerian Pertanian, tembakau kasturi merupakan jenis tembakau krosok yang biasa digunakan sebagai campuran untuk produksi rokok kretek karena memiliki rasa yang gurih, aroma yang kuat, serta kadar nikotin yang cukup tinggi.

Dari seluruh produksi tembakau kasturi nasional, sebanyak 11 persen diekspor dengan label Besuki Voor Oogst (BVO). Sisanya diserap industri hasil tembakau dalam negeri. Djarum, Sampoerna, Gudang Garam, dan beberapa pabrikan yang memproduksi rokok kretek lainnya menjadi penyerap utama tembakau jenis kasturi.

Di Jember sendiri, hamparan lahan pertanian tembakau jenis kasturi berada pada angka 3000 hingga 4000 hektare. Tembakau jenis ini mulai ditanam pada penghujung musim hujan dan dipanen antara bulan Juli hingga bulan September. Rata-rata produksi tembakau kasturi di Jember mencapai angka 985 kilogram per hektare. Menurut riset yang dilakukan BALITTAS, maksimal produksi tembakau kasturi per hektare bisa mencapai 1,75 ton.

Pada mulanya, para petani tembakau di Jember menanam tembakau jenis kasturi dengan varietas yang beragam sesuai dengan karakteristik wilayah tanam masing-masing. Pada 1997, dilakukan pemuliaan untuk memperbaiki varietas lokal yang ada. Seleksi terhadap varietas lokal menghasilkan dua varietas yang diputihkan/dilepas pada tahun 2006, yaitu Kasturi 1 dan Kasturi 2 berdasarkan SK Mentan No: 132/Kpts/SR.120/2/ 2007 dan No: 133/Kpts/SR.120/2/2007.

Dengan lebih dari 80 persen dari populasi penduduk Jember berprofesi sebagai petani, dan mayoritas sebagai petani tembakau, tak bisa dimungkiri, tembakau begitu berpengaruh dalam menggerakkan roda perekonomian di Jember. Aroma kasturi di Jember, adalah juga merupakan aroma kesejahteraan para petani tembakau Jember.

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Penulis

Fawaz al Batawy

Fawaz al Batawy

Pecinta kretek, saat ini aktif di Sokola Rimba, Ketua Jaringan Relawan Indonesia untuk Keadilan (JARIK)