3 Daerah yang Lebih Memilih Tanahnya Jadi Ladang Tembakau dan Cengkeh daripada Tambang dan Pariwisata, Karena Menghidupi Bukan Eksploitasi

Setidaknya ada tiga daerah di Indonesia yang memilih tanahnya menjadi ladang tembakau dan cengkeh, alih-alih menjadi tambang dan sentra pariwisata Boleh Merokok

Setidaknya ada tiga daerah di Indonesia yang memilih tanahnya menjadi ladang tembakau dan cengkeh, alih-alih menjadi tambang dan sentra pariwisata. Sebab, dua komoditas tersebut lebih menghidupi, tidak semata mengeksploitasi.

Temanggung pilih hidup dari tembakau dan cengkeh daripada pariwisata

Temanggung dikenal sebagai Negeri Tembakau karena sebagian besar masyarakatnya bertani tembakau. Dilansir dari website media center Temanggung, luas lahan tembakau yang ada di Temanggung saat ini ada di angka 14.000 hektare.

Di antara banyak daerah di Temanggung yang menanam tanaman itu itu, ada lahan yang sangat bagus ditanami tembakau. Yakni di bagian lereng gunung.

Di sana banyak desa yang berdiri di lereng Sumbing-Sindoro. Kalau kita ke sana, jangan tanyakan bagus atau tidak pemandangannya, sudah pasti bagus karena berada di dataran tinggi.

Tapi hal itu tidak lantas membuat mereka menyulam desanya menjadi wisata. Karena kalau demikian bisa jadi akan merusak alam.

Ketimbang membuka lahan pariwisata, masyarakat di sana memilih tembakau saja. Karena di sana tanaman tersebut cukup menjanjikan dan sebagai tanaman warisan dari nenek moyang.

Lahan-lahan tembakau di  Boyolali: menghidupi

Selain Temanggung, kabupaten yang menjadi sentra tembakau adalah Boyolali. Di kota ini luas lahan untuk komoditas bahan baku kretek itu per tahun 2024 mencapai 3600 hektare.

Jika Temanggung berada di lereng Sumbing-Sindoro, Boyolali berada di lereng Merapi-Merbabu. Di bagian lereng ini, persisnya di Kecamatan Selo, pemandangannya juga sangat bagus.

Namun, kendati begitu, warga Selo Boyolali tidak lantas menjadikan lahan mereka sebagai pusat wisata. Mereka lebih memilih bertani tembakau di musim kemarau untuk keberlangsungan hidup.

Karena dari komoditas itu lah mereka bisa terus menyambung hidup dan memperbaiki ekonomi. Dari mulai membangun rumah, membiayai anak sekolah-kuliah, naik haji dan lain sebagainya.

Bahkan di Selo Boyolali, persisnya di desa Senden, setiap tahun panen, selalu dirayakan dengan Festival Tungguk Tembakau. Acara ini adalah bentuk syukur dan peringatan kebudayaan atas tanaman tembakau.

Maluku Utara

Kalau tadi sudah bicara tembakau, kini giliran cengkeh. Tanaman ini adalah asli Indonesia. Jika tembakau banyak ditanam di Jawa, cengkeh banyak ditanam di Indonesia Timur. Salah satunya adalah Maluku Utara.

Di sisi lain, bumi Maluku Utara juga menyimpan kekayaan tambang yang luar biasa. Daerah ini menjadi sentra tambang Nikel terbesar di Indonesia. Bumi Maluku sudah dihisap habis-habisan oleh para korporasi raksasa.

Nah, seandainya tidak ada cengkeh, bumi Maluku sudah menjadi tambang semua akibat ulah para korporasi raksasa perusak alam.

Tapi masih cukup beruntung karena di Maluku Utara masih banyak masyarakat yang mempertahankan cengkeh dan pala sebagai komoditas yang menjanjikan. Pohon cengkeh menjadi bukti perlawanan para petani dari tambang yang terus merongrong mereka.

Juru Bicara Komite Nasional Pelestarian Kretek (KNPK), Khoirul Atfifudin

BACA JUGA: Kesadaran “Merawat Kehidupan” Petani Tembakau Selo Boyolalo

 

Artikel Lain Posts

Paling Populer