Pernah juga terjadi, kata Pak Buari, Ki Ageng Makukuhan merasuki tubuh warga memberikan peringatan. Tubuh warga yang dirasuki Ki Ageng Makukuhan itu mengatakan agar warga Dusun Cepit tidak berpergian jauh karena ada yang akan dipanggil Tuhan. Sebuah berita lelayu. Benar saja, dua hari kemudian ada seorang warga Dusun Cepit yang meninggal dunia.
<\/p>\n\n\n\n
Kisah-kisah lisan yang bertebaran di lereng Sumbing memang sukar untuk dipercayai kebenarannya. Tetapi kisah-kisah sejarah lisan ataupun legenda yang disampaikan melalui pitutur selama membawa kebaikan bagi semua warga yang meyakininya akan menjadi kebenaran itu sendiri. Karena kebenaran kisah-kisah lisan ataupun legenda tidak membutuhkan konfirmasi dari berbagai pihak melainkan untuk diyakini. Warga Dusun Cepit tahu bahwa kebenaran mutlak hanya milik Tuhan Yang Maha Kuasa. Dan mereka meyakini kebenaran kisah-kisah lisan itu dan menjadikannya sebagai tradisi dan budaya warisan leluhur. Kebudayaan pada hakekatnya melahirkan ketentraman dan kedamaian hidup tidak hanya bagi warga lereng Sumbing tetapi juga seluruh masyarakat di negeri ini.
<\/p>\n","post_title":"Kisah-Kisah dari Lereng Sumbing","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kisah-kisah-dari-lereng-sumbing","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-12-07 13:07:41","post_modified_gmt":"2023-12-07 06:07:41","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5594","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2553,"post_author":"845","post_date":"2016-04-15 07:00:47","post_date_gmt":"2016-04-15 00:00:47","post_content":"
Bagi warga Dusun Cepit kejadian-kejadian aneh itu sudah sering terjadi dan sudah menjadi hal yang biasa. Ki Ageng Makukuhan sering memberikan weweling<\/em> kepada warga melalui tubuh seorang warga. Anjuran untuk mengadakan kesenian juga atas permintaan orang yang dirasuki Ki Ageng Makukuhan. Saat ini Dusun Cepit mempunyai kelompok jathilan bernama Turangga Seta. Jahilan dan kesenian tradisi seperti kethoprak konon merupakan kesenian kesukaan Ki Ageng Makukuhan. Pernah juga terjadi, kata Pak Buari, Ki Ageng Makukuhan merasuki tubuh warga memberikan peringatan. Tubuh warga yang dirasuki Ki Ageng Makukuhan itu mengatakan agar warga Dusun Cepit tidak berpergian jauh karena ada yang akan dipanggil Tuhan. Sebuah berita lelayu. Benar saja, dua hari kemudian ada seorang warga Dusun Cepit yang meninggal dunia. Kisah-kisah lisan yang bertebaran di lereng Sumbing memang sukar untuk dipercayai kebenarannya. Tetapi kisah-kisah sejarah lisan ataupun legenda yang disampaikan melalui pitutur selama membawa kebaikan bagi semua warga yang meyakininya akan menjadi kebenaran itu sendiri. Karena kebenaran kisah-kisah lisan ataupun legenda tidak membutuhkan konfirmasi dari berbagai pihak melainkan untuk diyakini. Warga Dusun Cepit tahu bahwa kebenaran mutlak hanya milik Tuhan Yang Maha Kuasa. Dan mereka meyakini kebenaran kisah-kisah lisan itu dan menjadikannya sebagai tradisi dan budaya warisan leluhur. Kebudayaan pada hakekatnya melahirkan ketentraman dan kedamaian hidup tidak hanya bagi warga lereng Sumbing tetapi juga seluruh masyarakat di negeri ini. Ringkasnya, perempuan dari Kendal itu adalah seorang pengusaha yang tengah anjlok usahanya. Saat gundah dan putus asa dia didatangi seorang lelaki tua mengaku bernama Ki Ageng Makukuhan. Orang yang mengaku sebagai Ki Ageng makukuhan itu lantas menyuruhnya datang ke rumahnya di Dusun Cepit. Sowan, silaturahmi. Anehnya, Ki Ageng Makukuhan datang menemui perempuan itu menyerupai Mbah Suyono.<\/p>\n\n\n\n Bagi warga Dusun Cepit kejadian-kejadian aneh itu sudah sering terjadi dan sudah menjadi hal yang biasa. Ki Ageng Makukuhan sering memberikan weweling<\/em> kepada warga melalui tubuh seorang warga. Anjuran untuk mengadakan kesenian juga atas permintaan orang yang dirasuki Ki Ageng Makukuhan. Saat ini Dusun Cepit mempunyai kelompok jathilan bernama Turangga Seta. Jahilan dan kesenian tradisi seperti kethoprak konon merupakan kesenian kesukaan Ki Ageng Makukuhan. Pernah juga terjadi, kata Pak Buari, Ki Ageng Makukuhan merasuki tubuh warga memberikan peringatan. Tubuh warga yang dirasuki Ki Ageng Makukuhan itu mengatakan agar warga Dusun Cepit tidak berpergian jauh karena ada yang akan dipanggil Tuhan. Sebuah berita lelayu. Benar saja, dua hari kemudian ada seorang warga Dusun Cepit yang meninggal dunia. Kisah-kisah lisan yang bertebaran di lereng Sumbing memang sukar untuk dipercayai kebenarannya. Tetapi kisah-kisah sejarah lisan ataupun legenda yang disampaikan melalui pitutur selama membawa kebaikan bagi semua warga yang meyakininya akan menjadi kebenaran itu sendiri. Karena kebenaran kisah-kisah lisan ataupun legenda tidak membutuhkan konfirmasi dari berbagai pihak melainkan untuk diyakini. Warga Dusun Cepit tahu bahwa kebenaran mutlak hanya milik Tuhan Yang Maha Kuasa. Dan mereka meyakini kebenaran kisah-kisah lisan itu dan menjadikannya sebagai tradisi dan budaya warisan leluhur. Kebudayaan pada hakekatnya melahirkan ketentraman dan kedamaian hidup tidak hanya bagi warga lereng Sumbing tetapi juga seluruh masyarakat di negeri ini. \u201cSaat tiba di rumah Mbah Suyono, perempuan itu terkejut dan berseru, lha ini yang datang ke rumah saya,\u201d kata Pak Buari. Ringkasnya, perempuan dari Kendal itu adalah seorang pengusaha yang tengah anjlok usahanya. Saat gundah dan putus asa dia didatangi seorang lelaki tua mengaku bernama Ki Ageng Makukuhan. Orang yang mengaku sebagai Ki Ageng makukuhan itu lantas menyuruhnya datang ke rumahnya di Dusun Cepit. Sowan, silaturahmi. Anehnya, Ki Ageng Makukuhan datang menemui perempuan itu menyerupai Mbah Suyono.<\/p>\n\n\n\n Bagi warga Dusun Cepit kejadian-kejadian aneh itu sudah sering terjadi dan sudah menjadi hal yang biasa. Ki Ageng Makukuhan sering memberikan weweling<\/em> kepada warga melalui tubuh seorang warga. Anjuran untuk mengadakan kesenian juga atas permintaan orang yang dirasuki Ki Ageng Makukuhan. Saat ini Dusun Cepit mempunyai kelompok jathilan bernama Turangga Seta. Jahilan dan kesenian tradisi seperti kethoprak konon merupakan kesenian kesukaan Ki Ageng Makukuhan. Pernah juga terjadi, kata Pak Buari, Ki Ageng Makukuhan merasuki tubuh warga memberikan peringatan. Tubuh warga yang dirasuki Ki Ageng Makukuhan itu mengatakan agar warga Dusun Cepit tidak berpergian jauh karena ada yang akan dipanggil Tuhan. Sebuah berita lelayu. Benar saja, dua hari kemudian ada seorang warga Dusun Cepit yang meninggal dunia. Kisah-kisah lisan yang bertebaran di lereng Sumbing memang sukar untuk dipercayai kebenarannya. Tetapi kisah-kisah sejarah lisan ataupun legenda yang disampaikan melalui pitutur selama membawa kebaikan bagi semua warga yang meyakininya akan menjadi kebenaran itu sendiri. Karena kebenaran kisah-kisah lisan ataupun legenda tidak membutuhkan konfirmasi dari berbagai pihak melainkan untuk diyakini. Warga Dusun Cepit tahu bahwa kebenaran mutlak hanya milik Tuhan Yang Maha Kuasa. Dan mereka meyakini kebenaran kisah-kisah lisan itu dan menjadikannya sebagai tradisi dan budaya warisan leluhur. Kebudayaan pada hakekatnya melahirkan ketentraman dan kedamaian hidup tidak hanya bagi warga lereng Sumbing tetapi juga seluruh masyarakat di negeri ini. \u201cSaya lantas mengantarkan perempuan itu ke rumah Mbah Suyono,\u201d kata Pak Buari. <\/p>\n\n\n\n \u201cSaat tiba di rumah Mbah Suyono, perempuan itu terkejut dan berseru, lha ini yang datang ke rumah saya,\u201d kata Pak Buari. Ringkasnya, perempuan dari Kendal itu adalah seorang pengusaha yang tengah anjlok usahanya. Saat gundah dan putus asa dia didatangi seorang lelaki tua mengaku bernama Ki Ageng Makukuhan. Orang yang mengaku sebagai Ki Ageng makukuhan itu lantas menyuruhnya datang ke rumahnya di Dusun Cepit. Sowan, silaturahmi. Anehnya, Ki Ageng Makukuhan datang menemui perempuan itu menyerupai Mbah Suyono.<\/p>\n\n\n\n Bagi warga Dusun Cepit kejadian-kejadian aneh itu sudah sering terjadi dan sudah menjadi hal yang biasa. Ki Ageng Makukuhan sering memberikan weweling<\/em> kepada warga melalui tubuh seorang warga. Anjuran untuk mengadakan kesenian juga atas permintaan orang yang dirasuki Ki Ageng Makukuhan. Saat ini Dusun Cepit mempunyai kelompok jathilan bernama Turangga Seta. Jahilan dan kesenian tradisi seperti kethoprak konon merupakan kesenian kesukaan Ki Ageng Makukuhan. Pernah juga terjadi, kata Pak Buari, Ki Ageng Makukuhan merasuki tubuh warga memberikan peringatan. Tubuh warga yang dirasuki Ki Ageng Makukuhan itu mengatakan agar warga Dusun Cepit tidak berpergian jauh karena ada yang akan dipanggil Tuhan. Sebuah berita lelayu. Benar saja, dua hari kemudian ada seorang warga Dusun Cepit yang meninggal dunia. Kisah-kisah lisan yang bertebaran di lereng Sumbing memang sukar untuk dipercayai kebenarannya. Tetapi kisah-kisah sejarah lisan ataupun legenda yang disampaikan melalui pitutur selama membawa kebaikan bagi semua warga yang meyakininya akan menjadi kebenaran itu sendiri. Karena kebenaran kisah-kisah lisan ataupun legenda tidak membutuhkan konfirmasi dari berbagai pihak melainkan untuk diyakini. Warga Dusun Cepit tahu bahwa kebenaran mutlak hanya milik Tuhan Yang Maha Kuasa. Dan mereka meyakini kebenaran kisah-kisah lisan itu dan menjadikannya sebagai tradisi dan budaya warisan leluhur. Kebudayaan pada hakekatnya melahirkan ketentraman dan kedamaian hidup tidak hanya bagi warga lereng Sumbing tetapi juga seluruh masyarakat di negeri ini. Pak Buari juga bercerita; pernah suatu hari ada seorang perempuan datang dari Desa Sukorejo, Kendal, mendatangi Dusun Cepit. Perempuan itu datang bersama tukang ojek dan menanyakan rumah Ki Ageng Makukuhan. Warga yang ditanyai malah bingung karena yang ditanyai merupakan makam bukan rumah. Perempuan itu tetap yakin lelaki yang datang ke rumahnya dan menyuruhnya ke Dusun Cepit orangnya masih hidup dan bernama Ki Ageng Makukuhan. Pak Buari yang kebetulan lewat berhenti dan menanyai perempuan itu. Jawabannya sama. Perempuan itu tetap yakin Ki Ageng Makukuhan masih hidup. Dan mengundang ke rumahnya di Dusun Cepit. \u201cSaya lantas mengantarkan perempuan itu ke rumah Mbah Suyono,\u201d kata Pak Buari. <\/p>\n\n\n\n \u201cSaat tiba di rumah Mbah Suyono, perempuan itu terkejut dan berseru, lha ini yang datang ke rumah saya,\u201d kata Pak Buari. Ringkasnya, perempuan dari Kendal itu adalah seorang pengusaha yang tengah anjlok usahanya. Saat gundah dan putus asa dia didatangi seorang lelaki tua mengaku bernama Ki Ageng Makukuhan. Orang yang mengaku sebagai Ki Ageng makukuhan itu lantas menyuruhnya datang ke rumahnya di Dusun Cepit. Sowan, silaturahmi. Anehnya, Ki Ageng Makukuhan datang menemui perempuan itu menyerupai Mbah Suyono.<\/p>\n\n\n\n Bagi warga Dusun Cepit kejadian-kejadian aneh itu sudah sering terjadi dan sudah menjadi hal yang biasa. Ki Ageng Makukuhan sering memberikan weweling<\/em> kepada warga melalui tubuh seorang warga. Anjuran untuk mengadakan kesenian juga atas permintaan orang yang dirasuki Ki Ageng Makukuhan. Saat ini Dusun Cepit mempunyai kelompok jathilan bernama Turangga Seta. Jahilan dan kesenian tradisi seperti kethoprak konon merupakan kesenian kesukaan Ki Ageng Makukuhan. Pernah juga terjadi, kata Pak Buari, Ki Ageng Makukuhan merasuki tubuh warga memberikan peringatan. Tubuh warga yang dirasuki Ki Ageng Makukuhan itu mengatakan agar warga Dusun Cepit tidak berpergian jauh karena ada yang akan dipanggil Tuhan. Sebuah berita lelayu. Benar saja, dua hari kemudian ada seorang warga Dusun Cepit yang meninggal dunia. Kisah-kisah lisan yang bertebaran di lereng Sumbing memang sukar untuk dipercayai kebenarannya. Tetapi kisah-kisah sejarah lisan ataupun legenda yang disampaikan melalui pitutur selama membawa kebaikan bagi semua warga yang meyakininya akan menjadi kebenaran itu sendiri. Karena kebenaran kisah-kisah lisan ataupun legenda tidak membutuhkan konfirmasi dari berbagai pihak melainkan untuk diyakini. Warga Dusun Cepit tahu bahwa kebenaran mutlak hanya milik Tuhan Yang Maha Kuasa. Dan mereka meyakini kebenaran kisah-kisah lisan itu dan menjadikannya sebagai tradisi dan budaya warisan leluhur. Kebudayaan pada hakekatnya melahirkan ketentraman dan kedamaian hidup tidak hanya bagi warga lereng Sumbing tetapi juga seluruh masyarakat di negeri ini. \u201cWah, ya sudah pasti banyak, Mas,\u201d jawabnya. \u201cDan itu tidak terjadi hanya satu kali. Sering terjadi orang meminta di Plabengan dilemparkan dari Makam. Jika warga mendengar kabar itu, warga lantas bisa menebak, pasti yang diminta adalah pusaka Ki Ageng Makukuhan.\u201d Pak Buari juga bercerita; pernah suatu hari ada seorang perempuan datang dari Desa Sukorejo, Kendal, mendatangi Dusun Cepit. Perempuan itu datang bersama tukang ojek dan menanyakan rumah Ki Ageng Makukuhan. Warga yang ditanyai malah bingung karena yang ditanyai merupakan makam bukan rumah. Perempuan itu tetap yakin lelaki yang datang ke rumahnya dan menyuruhnya ke Dusun Cepit orangnya masih hidup dan bernama Ki Ageng Makukuhan. Pak Buari yang kebetulan lewat berhenti dan menanyai perempuan itu. Jawabannya sama. Perempuan itu tetap yakin Ki Ageng Makukuhan masih hidup. Dan mengundang ke rumahnya di Dusun Cepit. \u201cSaya lantas mengantarkan perempuan itu ke rumah Mbah Suyono,\u201d kata Pak Buari. <\/p>\n\n\n\n \u201cSaat tiba di rumah Mbah Suyono, perempuan itu terkejut dan berseru, lha ini yang datang ke rumah saya,\u201d kata Pak Buari. Ringkasnya, perempuan dari Kendal itu adalah seorang pengusaha yang tengah anjlok usahanya. Saat gundah dan putus asa dia didatangi seorang lelaki tua mengaku bernama Ki Ageng Makukuhan. Orang yang mengaku sebagai Ki Ageng makukuhan itu lantas menyuruhnya datang ke rumahnya di Dusun Cepit. Sowan, silaturahmi. Anehnya, Ki Ageng Makukuhan datang menemui perempuan itu menyerupai Mbah Suyono.<\/p>\n\n\n\n Bagi warga Dusun Cepit kejadian-kejadian aneh itu sudah sering terjadi dan sudah menjadi hal yang biasa. Ki Ageng Makukuhan sering memberikan weweling<\/em> kepada warga melalui tubuh seorang warga. Anjuran untuk mengadakan kesenian juga atas permintaan orang yang dirasuki Ki Ageng Makukuhan. Saat ini Dusun Cepit mempunyai kelompok jathilan bernama Turangga Seta. Jahilan dan kesenian tradisi seperti kethoprak konon merupakan kesenian kesukaan Ki Ageng Makukuhan. Pernah juga terjadi, kata Pak Buari, Ki Ageng Makukuhan merasuki tubuh warga memberikan peringatan. Tubuh warga yang dirasuki Ki Ageng Makukuhan itu mengatakan agar warga Dusun Cepit tidak berpergian jauh karena ada yang akan dipanggil Tuhan. Sebuah berita lelayu. Benar saja, dua hari kemudian ada seorang warga Dusun Cepit yang meninggal dunia. Kisah-kisah lisan yang bertebaran di lereng Sumbing memang sukar untuk dipercayai kebenarannya. Tetapi kisah-kisah sejarah lisan ataupun legenda yang disampaikan melalui pitutur selama membawa kebaikan bagi semua warga yang meyakininya akan menjadi kebenaran itu sendiri. Karena kebenaran kisah-kisah lisan ataupun legenda tidak membutuhkan konfirmasi dari berbagai pihak melainkan untuk diyakini. Warga Dusun Cepit tahu bahwa kebenaran mutlak hanya milik Tuhan Yang Maha Kuasa. Dan mereka meyakini kebenaran kisah-kisah lisan itu dan menjadikannya sebagai tradisi dan budaya warisan leluhur. Kebudayaan pada hakekatnya melahirkan ketentraman dan kedamaian hidup tidak hanya bagi warga lereng Sumbing tetapi juga seluruh masyarakat di negeri ini. \u201cWah, jangan-jangan banyak ya pusaka di Plabengan?\u201d \u201cWah, ya sudah pasti banyak, Mas,\u201d jawabnya. \u201cDan itu tidak terjadi hanya satu kali. Sering terjadi orang meminta di Plabengan dilemparkan dari Makam. Jika warga mendengar kabar itu, warga lantas bisa menebak, pasti yang diminta adalah pusaka Ki Ageng Makukuhan.\u201d Pak Buari juga bercerita; pernah suatu hari ada seorang perempuan datang dari Desa Sukorejo, Kendal, mendatangi Dusun Cepit. Perempuan itu datang bersama tukang ojek dan menanyakan rumah Ki Ageng Makukuhan. Warga yang ditanyai malah bingung karena yang ditanyai merupakan makam bukan rumah. Perempuan itu tetap yakin lelaki yang datang ke rumahnya dan menyuruhnya ke Dusun Cepit orangnya masih hidup dan bernama Ki Ageng Makukuhan. Pak Buari yang kebetulan lewat berhenti dan menanyai perempuan itu. Jawabannya sama. Perempuan itu tetap yakin Ki Ageng Makukuhan masih hidup. Dan mengundang ke rumahnya di Dusun Cepit. \u201cSaya lantas mengantarkan perempuan itu ke rumah Mbah Suyono,\u201d kata Pak Buari. <\/p>\n\n\n\n \u201cSaat tiba di rumah Mbah Suyono, perempuan itu terkejut dan berseru, lha ini yang datang ke rumah saya,\u201d kata Pak Buari. Ringkasnya, perempuan dari Kendal itu adalah seorang pengusaha yang tengah anjlok usahanya. Saat gundah dan putus asa dia didatangi seorang lelaki tua mengaku bernama Ki Ageng Makukuhan. Orang yang mengaku sebagai Ki Ageng makukuhan itu lantas menyuruhnya datang ke rumahnya di Dusun Cepit. Sowan, silaturahmi. Anehnya, Ki Ageng Makukuhan datang menemui perempuan itu menyerupai Mbah Suyono.<\/p>\n\n\n\n Bagi warga Dusun Cepit kejadian-kejadian aneh itu sudah sering terjadi dan sudah menjadi hal yang biasa. Ki Ageng Makukuhan sering memberikan weweling<\/em> kepada warga melalui tubuh seorang warga. Anjuran untuk mengadakan kesenian juga atas permintaan orang yang dirasuki Ki Ageng Makukuhan. Saat ini Dusun Cepit mempunyai kelompok jathilan bernama Turangga Seta. Jahilan dan kesenian tradisi seperti kethoprak konon merupakan kesenian kesukaan Ki Ageng Makukuhan. Pernah juga terjadi, kata Pak Buari, Ki Ageng Makukuhan merasuki tubuh warga memberikan peringatan. Tubuh warga yang dirasuki Ki Ageng Makukuhan itu mengatakan agar warga Dusun Cepit tidak berpergian jauh karena ada yang akan dipanggil Tuhan. Sebuah berita lelayu. Benar saja, dua hari kemudian ada seorang warga Dusun Cepit yang meninggal dunia. Kisah-kisah lisan yang bertebaran di lereng Sumbing memang sukar untuk dipercayai kebenarannya. Tetapi kisah-kisah sejarah lisan ataupun legenda yang disampaikan melalui pitutur selama membawa kebaikan bagi semua warga yang meyakininya akan menjadi kebenaran itu sendiri. Karena kebenaran kisah-kisah lisan ataupun legenda tidak membutuhkan konfirmasi dari berbagai pihak melainkan untuk diyakini. Warga Dusun Cepit tahu bahwa kebenaran mutlak hanya milik Tuhan Yang Maha Kuasa. Dan mereka meyakini kebenaran kisah-kisah lisan itu dan menjadikannya sebagai tradisi dan budaya warisan leluhur. Kebudayaan pada hakekatnya melahirkan ketentraman dan kedamaian hidup tidak hanya bagi warga lereng Sumbing tetapi juga seluruh masyarakat di negeri ini. \u201cPemuda itu meminta pusaka di Plabengan.\u201d Jawab Pak Buari. \u201cWah, jangan-jangan banyak ya pusaka di Plabengan?\u201d \u201cWah, ya sudah pasti banyak, Mas,\u201d jawabnya. \u201cDan itu tidak terjadi hanya satu kali. Sering terjadi orang meminta di Plabengan dilemparkan dari Makam. Jika warga mendengar kabar itu, warga lantas bisa menebak, pasti yang diminta adalah pusaka Ki Ageng Makukuhan.\u201d Pak Buari juga bercerita; pernah suatu hari ada seorang perempuan datang dari Desa Sukorejo, Kendal, mendatangi Dusun Cepit. Perempuan itu datang bersama tukang ojek dan menanyakan rumah Ki Ageng Makukuhan. Warga yang ditanyai malah bingung karena yang ditanyai merupakan makam bukan rumah. Perempuan itu tetap yakin lelaki yang datang ke rumahnya dan menyuruhnya ke Dusun Cepit orangnya masih hidup dan bernama Ki Ageng Makukuhan. Pak Buari yang kebetulan lewat berhenti dan menanyai perempuan itu. Jawabannya sama. Perempuan itu tetap yakin Ki Ageng Makukuhan masih hidup. Dan mengundang ke rumahnya di Dusun Cepit. \u201cSaya lantas mengantarkan perempuan itu ke rumah Mbah Suyono,\u201d kata Pak Buari. <\/p>\n\n\n\n \u201cSaat tiba di rumah Mbah Suyono, perempuan itu terkejut dan berseru, lha ini yang datang ke rumah saya,\u201d kata Pak Buari. Ringkasnya, perempuan dari Kendal itu adalah seorang pengusaha yang tengah anjlok usahanya. Saat gundah dan putus asa dia didatangi seorang lelaki tua mengaku bernama Ki Ageng Makukuhan. Orang yang mengaku sebagai Ki Ageng makukuhan itu lantas menyuruhnya datang ke rumahnya di Dusun Cepit. Sowan, silaturahmi. Anehnya, Ki Ageng Makukuhan datang menemui perempuan itu menyerupai Mbah Suyono.<\/p>\n\n\n\n Bagi warga Dusun Cepit kejadian-kejadian aneh itu sudah sering terjadi dan sudah menjadi hal yang biasa. Ki Ageng Makukuhan sering memberikan weweling<\/em> kepada warga melalui tubuh seorang warga. Anjuran untuk mengadakan kesenian juga atas permintaan orang yang dirasuki Ki Ageng Makukuhan. Saat ini Dusun Cepit mempunyai kelompok jathilan bernama Turangga Seta. Jahilan dan kesenian tradisi seperti kethoprak konon merupakan kesenian kesukaan Ki Ageng Makukuhan. Pernah juga terjadi, kata Pak Buari, Ki Ageng Makukuhan merasuki tubuh warga memberikan peringatan. Tubuh warga yang dirasuki Ki Ageng Makukuhan itu mengatakan agar warga Dusun Cepit tidak berpergian jauh karena ada yang akan dipanggil Tuhan. Sebuah berita lelayu. Benar saja, dua hari kemudian ada seorang warga Dusun Cepit yang meninggal dunia. Kisah-kisah lisan yang bertebaran di lereng Sumbing memang sukar untuk dipercayai kebenarannya. Tetapi kisah-kisah sejarah lisan ataupun legenda yang disampaikan melalui pitutur selama membawa kebaikan bagi semua warga yang meyakininya akan menjadi kebenaran itu sendiri. Karena kebenaran kisah-kisah lisan ataupun legenda tidak membutuhkan konfirmasi dari berbagai pihak melainkan untuk diyakini. Warga Dusun Cepit tahu bahwa kebenaran mutlak hanya milik Tuhan Yang Maha Kuasa. Dan mereka meyakini kebenaran kisah-kisah lisan itu dan menjadikannya sebagai tradisi dan budaya warisan leluhur. Kebudayaan pada hakekatnya melahirkan ketentraman dan kedamaian hidup tidak hanya bagi warga lereng Sumbing tetapi juga seluruh masyarakat di negeri ini. \u201cMemang yang diminta apa, Pak, kok sampe dilempar,\u201d tanya saya lagi. \u201cPemuda itu meminta pusaka di Plabengan.\u201d Jawab Pak Buari. \u201cWah, jangan-jangan banyak ya pusaka di Plabengan?\u201d \u201cWah, ya sudah pasti banyak, Mas,\u201d jawabnya. \u201cDan itu tidak terjadi hanya satu kali. Sering terjadi orang meminta di Plabengan dilemparkan dari Makam. Jika warga mendengar kabar itu, warga lantas bisa menebak, pasti yang diminta adalah pusaka Ki Ageng Makukuhan.\u201d Pak Buari juga bercerita; pernah suatu hari ada seorang perempuan datang dari Desa Sukorejo, Kendal, mendatangi Dusun Cepit. Perempuan itu datang bersama tukang ojek dan menanyakan rumah Ki Ageng Makukuhan. Warga yang ditanyai malah bingung karena yang ditanyai merupakan makam bukan rumah. Perempuan itu tetap yakin lelaki yang datang ke rumahnya dan menyuruhnya ke Dusun Cepit orangnya masih hidup dan bernama Ki Ageng Makukuhan. Pak Buari yang kebetulan lewat berhenti dan menanyai perempuan itu. Jawabannya sama. Perempuan itu tetap yakin Ki Ageng Makukuhan masih hidup. Dan mengundang ke rumahnya di Dusun Cepit. \u201cSaya lantas mengantarkan perempuan itu ke rumah Mbah Suyono,\u201d kata Pak Buari. <\/p>\n\n\n\n \u201cSaat tiba di rumah Mbah Suyono, perempuan itu terkejut dan berseru, lha ini yang datang ke rumah saya,\u201d kata Pak Buari. Ringkasnya, perempuan dari Kendal itu adalah seorang pengusaha yang tengah anjlok usahanya. Saat gundah dan putus asa dia didatangi seorang lelaki tua mengaku bernama Ki Ageng Makukuhan. Orang yang mengaku sebagai Ki Ageng makukuhan itu lantas menyuruhnya datang ke rumahnya di Dusun Cepit. Sowan, silaturahmi. Anehnya, Ki Ageng Makukuhan datang menemui perempuan itu menyerupai Mbah Suyono.<\/p>\n\n\n\n Bagi warga Dusun Cepit kejadian-kejadian aneh itu sudah sering terjadi dan sudah menjadi hal yang biasa. Ki Ageng Makukuhan sering memberikan weweling<\/em> kepada warga melalui tubuh seorang warga. Anjuran untuk mengadakan kesenian juga atas permintaan orang yang dirasuki Ki Ageng Makukuhan. Saat ini Dusun Cepit mempunyai kelompok jathilan bernama Turangga Seta. Jahilan dan kesenian tradisi seperti kethoprak konon merupakan kesenian kesukaan Ki Ageng Makukuhan. Pernah juga terjadi, kata Pak Buari, Ki Ageng Makukuhan merasuki tubuh warga memberikan peringatan. Tubuh warga yang dirasuki Ki Ageng Makukuhan itu mengatakan agar warga Dusun Cepit tidak berpergian jauh karena ada yang akan dipanggil Tuhan. Sebuah berita lelayu. Benar saja, dua hari kemudian ada seorang warga Dusun Cepit yang meninggal dunia. Kisah-kisah lisan yang bertebaran di lereng Sumbing memang sukar untuk dipercayai kebenarannya. Tetapi kisah-kisah sejarah lisan ataupun legenda yang disampaikan melalui pitutur selama membawa kebaikan bagi semua warga yang meyakininya akan menjadi kebenaran itu sendiri. Karena kebenaran kisah-kisah lisan ataupun legenda tidak membutuhkan konfirmasi dari berbagai pihak melainkan untuk diyakini. Warga Dusun Cepit tahu bahwa kebenaran mutlak hanya milik Tuhan Yang Maha Kuasa. Dan mereka meyakini kebenaran kisah-kisah lisan itu dan menjadikannya sebagai tradisi dan budaya warisan leluhur. Kebudayaan pada hakekatnya melahirkan ketentraman dan kedamaian hidup tidak hanya bagi warga lereng Sumbing tetapi juga seluruh masyarakat di negeri ini. \u201cPernah ada seorang pemuda tirakat di makam tiba tiba tubuhnya terlontar seperti dilemparkan oleh seseorang yang tak terlihat. Pemuda itu jatuh di tepian jurang, lalu terperosok. Untungnya jurang di depan makam tidak terlalu dalam.\u201d \u201cMemang yang diminta apa, Pak, kok sampe dilempar,\u201d tanya saya lagi. \u201cPemuda itu meminta pusaka di Plabengan.\u201d Jawab Pak Buari. \u201cWah, jangan-jangan banyak ya pusaka di Plabengan?\u201d \u201cWah, ya sudah pasti banyak, Mas,\u201d jawabnya. \u201cDan itu tidak terjadi hanya satu kali. Sering terjadi orang meminta di Plabengan dilemparkan dari Makam. Jika warga mendengar kabar itu, warga lantas bisa menebak, pasti yang diminta adalah pusaka Ki Ageng Makukuhan.\u201d Pak Buari juga bercerita; pernah suatu hari ada seorang perempuan datang dari Desa Sukorejo, Kendal, mendatangi Dusun Cepit. Perempuan itu datang bersama tukang ojek dan menanyakan rumah Ki Ageng Makukuhan. Warga yang ditanyai malah bingung karena yang ditanyai merupakan makam bukan rumah. Perempuan itu tetap yakin lelaki yang datang ke rumahnya dan menyuruhnya ke Dusun Cepit orangnya masih hidup dan bernama Ki Ageng Makukuhan. Pak Buari yang kebetulan lewat berhenti dan menanyai perempuan itu. Jawabannya sama. Perempuan itu tetap yakin Ki Ageng Makukuhan masih hidup. Dan mengundang ke rumahnya di Dusun Cepit. \u201cSaya lantas mengantarkan perempuan itu ke rumah Mbah Suyono,\u201d kata Pak Buari. <\/p>\n\n\n\n \u201cSaat tiba di rumah Mbah Suyono, perempuan itu terkejut dan berseru, lha ini yang datang ke rumah saya,\u201d kata Pak Buari. Ringkasnya, perempuan dari Kendal itu adalah seorang pengusaha yang tengah anjlok usahanya. Saat gundah dan putus asa dia didatangi seorang lelaki tua mengaku bernama Ki Ageng Makukuhan. Orang yang mengaku sebagai Ki Ageng makukuhan itu lantas menyuruhnya datang ke rumahnya di Dusun Cepit. Sowan, silaturahmi. Anehnya, Ki Ageng Makukuhan datang menemui perempuan itu menyerupai Mbah Suyono.<\/p>\n\n\n\n Bagi warga Dusun Cepit kejadian-kejadian aneh itu sudah sering terjadi dan sudah menjadi hal yang biasa. Ki Ageng Makukuhan sering memberikan weweling<\/em> kepada warga melalui tubuh seorang warga. Anjuran untuk mengadakan kesenian juga atas permintaan orang yang dirasuki Ki Ageng Makukuhan. Saat ini Dusun Cepit mempunyai kelompok jathilan bernama Turangga Seta. Jahilan dan kesenian tradisi seperti kethoprak konon merupakan kesenian kesukaan Ki Ageng Makukuhan. Pernah juga terjadi, kata Pak Buari, Ki Ageng Makukuhan merasuki tubuh warga memberikan peringatan. Tubuh warga yang dirasuki Ki Ageng Makukuhan itu mengatakan agar warga Dusun Cepit tidak berpergian jauh karena ada yang akan dipanggil Tuhan. Sebuah berita lelayu. Benar saja, dua hari kemudian ada seorang warga Dusun Cepit yang meninggal dunia. Kisah-kisah lisan yang bertebaran di lereng Sumbing memang sukar untuk dipercayai kebenarannya. Tetapi kisah-kisah sejarah lisan ataupun legenda yang disampaikan melalui pitutur selama membawa kebaikan bagi semua warga yang meyakininya akan menjadi kebenaran itu sendiri. Karena kebenaran kisah-kisah lisan ataupun legenda tidak membutuhkan konfirmasi dari berbagai pihak melainkan untuk diyakini. Warga Dusun Cepit tahu bahwa kebenaran mutlak hanya milik Tuhan Yang Maha Kuasa. Dan mereka meyakini kebenaran kisah-kisah lisan itu dan menjadikannya sebagai tradisi dan budaya warisan leluhur. Kebudayaan pada hakekatnya melahirkan ketentraman dan kedamaian hidup tidak hanya bagi warga lereng Sumbing tetapi juga seluruh masyarakat di negeri ini. \u201cSembarangan bagaimana maksudnya, Pak,\u201d tanya saya dalam jawa. \u201cPernah ada seorang pemuda tirakat di makam tiba tiba tubuhnya terlontar seperti dilemparkan oleh seseorang yang tak terlihat. Pemuda itu jatuh di tepian jurang, lalu terperosok. Untungnya jurang di depan makam tidak terlalu dalam.\u201d \u201cMemang yang diminta apa, Pak, kok sampe dilempar,\u201d tanya saya lagi. \u201cPemuda itu meminta pusaka di Plabengan.\u201d Jawab Pak Buari. \u201cWah, jangan-jangan banyak ya pusaka di Plabengan?\u201d \u201cWah, ya sudah pasti banyak, Mas,\u201d jawabnya. \u201cDan itu tidak terjadi hanya satu kali. Sering terjadi orang meminta di Plabengan dilemparkan dari Makam. Jika warga mendengar kabar itu, warga lantas bisa menebak, pasti yang diminta adalah pusaka Ki Ageng Makukuhan.\u201d Pak Buari juga bercerita; pernah suatu hari ada seorang perempuan datang dari Desa Sukorejo, Kendal, mendatangi Dusun Cepit. Perempuan itu datang bersama tukang ojek dan menanyakan rumah Ki Ageng Makukuhan. Warga yang ditanyai malah bingung karena yang ditanyai merupakan makam bukan rumah. Perempuan itu tetap yakin lelaki yang datang ke rumahnya dan menyuruhnya ke Dusun Cepit orangnya masih hidup dan bernama Ki Ageng Makukuhan. Pak Buari yang kebetulan lewat berhenti dan menanyai perempuan itu. Jawabannya sama. Perempuan itu tetap yakin Ki Ageng Makukuhan masih hidup. Dan mengundang ke rumahnya di Dusun Cepit. \u201cSaya lantas mengantarkan perempuan itu ke rumah Mbah Suyono,\u201d kata Pak Buari. <\/p>\n\n\n\n \u201cSaat tiba di rumah Mbah Suyono, perempuan itu terkejut dan berseru, lha ini yang datang ke rumah saya,\u201d kata Pak Buari. Ringkasnya, perempuan dari Kendal itu adalah seorang pengusaha yang tengah anjlok usahanya. Saat gundah dan putus asa dia didatangi seorang lelaki tua mengaku bernama Ki Ageng Makukuhan. Orang yang mengaku sebagai Ki Ageng makukuhan itu lantas menyuruhnya datang ke rumahnya di Dusun Cepit. Sowan, silaturahmi. Anehnya, Ki Ageng Makukuhan datang menemui perempuan itu menyerupai Mbah Suyono.<\/p>\n\n\n\n Bagi warga Dusun Cepit kejadian-kejadian aneh itu sudah sering terjadi dan sudah menjadi hal yang biasa. Ki Ageng Makukuhan sering memberikan weweling<\/em> kepada warga melalui tubuh seorang warga. Anjuran untuk mengadakan kesenian juga atas permintaan orang yang dirasuki Ki Ageng Makukuhan. Saat ini Dusun Cepit mempunyai kelompok jathilan bernama Turangga Seta. Jahilan dan kesenian tradisi seperti kethoprak konon merupakan kesenian kesukaan Ki Ageng Makukuhan. Pernah juga terjadi, kata Pak Buari, Ki Ageng Makukuhan merasuki tubuh warga memberikan peringatan. Tubuh warga yang dirasuki Ki Ageng Makukuhan itu mengatakan agar warga Dusun Cepit tidak berpergian jauh karena ada yang akan dipanggil Tuhan. Sebuah berita lelayu. Benar saja, dua hari kemudian ada seorang warga Dusun Cepit yang meninggal dunia. Kisah-kisah lisan yang bertebaran di lereng Sumbing memang sukar untuk dipercayai kebenarannya. Tetapi kisah-kisah sejarah lisan ataupun legenda yang disampaikan melalui pitutur selama membawa kebaikan bagi semua warga yang meyakininya akan menjadi kebenaran itu sendiri. Karena kebenaran kisah-kisah lisan ataupun legenda tidak membutuhkan konfirmasi dari berbagai pihak melainkan untuk diyakini. Warga Dusun Cepit tahu bahwa kebenaran mutlak hanya milik Tuhan Yang Maha Kuasa. Dan mereka meyakini kebenaran kisah-kisah lisan itu dan menjadikannya sebagai tradisi dan budaya warisan leluhur. Kebudayaan pada hakekatnya melahirkan ketentraman dan kedamaian hidup tidak hanya bagi warga lereng Sumbing tetapi juga seluruh masyarakat di negeri ini.
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n","post_title":"Kisah-Kisah dari Lereng Sumbing","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kisah-kisah-dari-lereng-sumbing","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-12-07 13:07:41","post_modified_gmt":"2023-12-07 06:07:41","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5594","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2553,"post_author":"845","post_date":"2016-04-15 07:00:47","post_date_gmt":"2016-04-15 00:00:47","post_content":"Pada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. <\/em><\/h4>\n\nhttps:\/\/youtu.be\/c-L1Dj5a0n4[\/embed]\n\nMungkin di Indonesia nama musisi satu ini jarang didengar. Bahkan ketika ia sudah tenar dengan grup bentukan Ry Cooder, Buena Vista Social Club. Tetap saja namanya tak setenar Gipsy Kings. Dia bukan hanya musisi besar yang sanggup membawakan sukacita dan emosi saat musik rakyat Kuba didendangkan. Lebih dari itu, berkat dia-lah cerutu Kuba terangkat secara membanggakan dan terkesan glamor. Dia jarang terlihat tidak memegang cerutu, kecuali tentu saja saat ia memetik Armonica, sebuah gitar berdawai tujuh yang mampu menambah kekayaan nuansa musiknya. Siapakah dia?\n\nYa, dialah Compay Segundo, sang legenda musik Kuba dan duta cerutu Kuba, wafat pada usia 95 tahun.\n\nCompay dilahirkan di Siboney pada 18 November 1907 dengan nama Maximo Francisco Rapilado Mu\u00f1oz. Pada umur sembilan tahun Compay pindah ke Santiago de Cuba. Di usia itulah Comapy pertama kali tampil bersama kelompok musik lokal yang disutradarai oleh gurunya, Enrique Bueno. Nama panggung depannya, Compay berasal dari bahasa slang di Kuba, compadre <\/em>yang artinya \"kawan\". Sedang Segundo mengacu suara harmoni bass yang dibawakannya.\n\nDia memulai karir musiknya pada tahun 1920 dengan beberapa maestro besar seperti Sindo Garay, Nico Saquito, Miguel Matamoros dan Benny Mor\u00ea. Pada 1930-an dan 1940-an ia memainkan klarinet untuk kelompok El Conjunto Matamoros. Ia tidak memiliki kelompok sendiri sampai tahun 1956, ketika ia membentuk trio Compay Segundo y sus Muchachos.\n\nMeskipun sudah terkenal di seluruh Kuba, namun ketenaran Compay sebagai musisi tidak mendunia. Hingga datang seorang Ry Cooder dan Wim Wanders yang memproduksi musik-musik Kuba dan menyatukannya dalam sebuah kelompok yang diberi nama Buena Vista Social Club. Proses produksi dan kehidupan keseharian anggota kelompok musik ini difilmkan oleh Wim Wanders dan dirilis dengan judul yang sama, Buena Vista Social Club.\n\nBuena Viesta Social Club<\/a> adalah berkah tersendiri bagi musisi-musisi senior yang tergabung di dalamnya. Selain Compay Segundo, kelompok itu beranggotakan Ibrahim Ferrer, Ruben Gonzales, dan Eliades Ochoa. Ketenaran Compay dan rekan-rekannya di Buena Vista Social Club segera mendunia. Selain mengantarkan mereka meraih Grammy Award pada tahun 1997, filmnya telah menaikkan status sosial mereka sebagai selebriti di Kuba. Setelah dirilisnya film itu Compay Segundo selalu diundang menghadiri gala dinner dan pesta cerutu yang diadakan di Kuba<\/a>.\n\nSebelum terbentuknya Buena Vista Social Club, kehidupan Compay Segundo sebagai musisi di Kuba tidaklah mudah. Compay menambal kekurangan pendapatannya dari musik dengan bekerja sebagai pelinting cerutu. Compay sudah menjalani pekerjaan melinting sejak berusia 14 tahun. Dia mengaku bisa melinting hingga 300 cerutu sehari. Pada awal abad 20 cerutu Kuba mempunyai model kecil seperti panatella atau corona. Namun saat ini standar cerutu Kuba lebih besar. Seorang pelinting cerutu handal sekalipun paling hanya mampu menghasilkan 80 \u2013 130 batang per hari. Dan pada sebuah wawancara dengan majalah Cigar Aficionado, Compay mengaku bahwa dia bukan seorang pelinting yang baik. Dia pernah dipecat oleh Ramon Cifuentes dari Partagas, perusahaan cerutu Kuba yang berdiri sejak 1845.\n\nHarus diakui, sejak terbentuknya Buena Vista Social Club, pesona Compay sebagai selebriti memang tidak terelakkan. Saking populernya apapun yang disandang dan dilakukan Compay dalam kehidupan sehari-hari segera jadi panutan para penggemarnya. Suatu ketika pemimpin Kuba pernah dibuat heran oleh Compay Segundo saat seribu orang menyanyikan Chan-Chan bersama-sama dan dilanjutkan dengan melelang topi koboi ciri khasnya itu yang langsung laku 17.500 US Dolar. Fidel Castro hanya berkomentar \"I can't believe that someone paid $17,500 for Compay's hat\u201d <\/em>dengan penuh keterkejutan. Dana yang didapat dari lelang topi itu diserahkan kepada otoritas kesehatan di Kuba.\n\nPada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. Compay bukan juru bicara biasa. Minatnya yang begitu besar pada tembakau adalah alasan dibalik dia menerima tawaran sebagai duta cerutu Kuba. Karena kecintaannya pada tembakau inilah Compay kadang-kadang mengunjungi sahabatnya, Alejandro Robaina, seorang petani sekaligus ekspertis tembakau Kuba. Mereka sering terlihat duduk berdua di kebun sembari menikamati cerutu dan berbincang tentang kehidupan.\n\nPada suatu ketika Compay pernah ditanya tentang rahasia umur panjanganya. Saat itu diusianya yang 90 tahun itu dia masih nampak begitu bugar dan enerjik. Menjawab pertanyaan itu Compay berkata: \"Boy, it's very simple. I drink a lot, I smoke a lot and I fuck a lot.\"<\/em>","post_title":"Compay Segundo","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"compay-segundo","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 15:01:16","post_modified_gmt":"2024-12-10 08:01:16","post_content_filtered":"
Pada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. <\/em><\/h4>\r\nhttps:\/\/youtu.be\/c-L1Dj5a0n4[\/embed]\r\n\r\nMungkin di Indonesia nama musisi satu ini jarang didengar. Bahkan ketika ia sudah tenar dengan grup bentukan Ry Cooder, Buena Vista Social Club. Tetap saja namanya tak setenar Gipsy Kings. Dia bukan hanya musisi besar yang sanggup membawakan sukacita dan emosi saat musik rakyat Kuba didendangkan. Lebih dari itu, berkat dia-lah cerutu Kuba terangkat secara membanggakan dan terkesan glamor. Dia jarang terlihat tidak memegang cerutu, kecuali tentu saja saat ia memetik Armonica, sebuah gitar berdawai tujuh yang mampu menambah kekayaan nuansa musiknya. Siapakah dia?\r\n\r\nYa, dialah Compay Segundo, sang legenda musik Kuba dan duta cerutu Kuba, wafat pada usia 95 tahun.\r\n\r\nCompay dilahirkan di Siboney pada 18 November 1907 dengan nama Maximo Francisco Rapilado Mu\u00f1oz. Pada umur sembilan tahun Compay pindah ke Santiago de Cuba. Di usia itulah Comapy pertama kali tampil bersama kelompok musik lokal yang disutradarai oleh gurunya, Enrique Bueno. Nama panggung depannya, Compay berasal dari bahasa slang di Kuba, compadre <\/em>yang artinya \"kawan\". Sedang Segundo mengacu suara harmoni bass yang dibawakannya.\r\n\r\nDia memulai karir musiknya pada tahun 1920 dengan beberapa maestro besar seperti Sindo Garay, Nico Saquito, Miguel Matamoros dan Benny Mor\u00ea. Pada 1930-an dan 1940-an ia memainkan klarinet untuk kelompok El Conjunto Matamoros. Ia tidak memiliki kelompok sendiri sampai tahun 1956, ketika ia membentuk trio Compay Segundo y sus Muchachos.\r\n\r\nMeskipun sudah terkenal di seluruh Kuba, namun ketenaran Compay sebagai musisi tidak mendunia. Hingga datang seorang Ry Cooder dan Wim Wanders yang memproduksi musik-musik Kuba dan menyatukannya dalam sebuah kelompok yang diberi nama Buena Vista Social Club. Proses produksi dan kehidupan keseharian anggota kelompok musik ini difilmkan oleh Wim Wanders dan dirilis dengan judul yang sama, Buena Vista Social Club.\r\n\r\nBuena Viesta Social Club<\/a> adalah berkah tersendiri bagi musisi-musisi senior yang tergabung di dalamnya. Selain Compay Segundo, kelompok itu beranggotakan Ibrahim Ferrer, Ruben Gonzales, dan Eliades Ochoa. Ketenaran Compay dan rekan-rekannya di Buena Vista Social Club segera mendunia. Selain mengantarkan mereka meraih Grammy Award pada tahun 1997, filmnya telah menaikkan status sosial mereka sebagai selebriti di Kuba. Setelah dirilisnya film itu Compay Segundo selalu diundang menghadiri gala dinner dan pesta cerutu yang diadakan di Kuba<\/a>.\r\n\r\nSebelum terbentuknya Buena Vista Social Club, kehidupan Compay Segundo sebagai musisi di Kuba tidaklah mudah. Compay menambal kekurangan pendapatannya dari musik dengan bekerja sebagai pelinting cerutu. Compay sudah menjalani pekerjaan melinting sejak berusia 14 tahun. Dia mengaku bisa melinting hingga 300 cerutu sehari. Pada awal abad 20 cerutu Kuba mempunyai model kecil seperti panatella atau corona. Namun saat ini standar cerutu Kuba lebih besar. Seorang pelinting cerutu handal sekalipun paling hanya mampu menghasilkan 80 \u2013 130 batang per hari. Dan pada sebuah wawancara dengan majalah Cigar Aficionado, Compay mengaku bahwa dia bukan seorang pelinting yang baik. Dia pernah dipecat oleh Ramon Cifuentes dari Partagas, perusahaan cerutu Kuba yang berdiri sejak 1845.\r\n\r\nHarus diakui, sejak terbentuknya Buena Vista Social Club, pesona Compay sebagai selebriti memang tidak terelakkan. Saking populernya apapun yang disandang dan dilakukan Compay dalam kehidupan sehari-hari segera jadi panutan para penggemarnya. Suatu ketika pemimpin Kuba pernah dibuat heran oleh Compay Segundo saat seribu orang menyanyikan Chan-Chan bersama-sama dan dilanjutkan dengan melelang topi koboi ciri khasnya itu yang langsung laku 17.500 US Dolar. Fidel Castro hanya berkomentar \"I can't believe that someone paid $17,500 for Compay's hat\u201d <\/em>dengan penuh keterkejutan. Dana yang didapat dari lelang topi itu diserahkan kepada otoritas kesehatan di Kuba.\r\n\r\nPada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. Compay bukan juru bicara biasa. Minatnya yang begitu besar pada tembakau adalah alasan dibalik dia menerima tawaran sebagai duta cerutu Kuba. Karena kecintaannya pada tembakau inilah Compay kadang-kadang mengunjungi sahabatnya, Alejandro Robaina, seorang petani sekaligus ekspertis tembakau Kuba. Mereka sering terlihat duduk berdua di kebun sembari menikamati cerutu dan berbincang tentang kehidupan.\r\n\r\nPada suatu ketika Compay pernah ditanya tentang rahasia umur panjanganya. Saat itu diusianya yang 90 tahun itu dia masih nampak begitu bugar dan enerjik. Menjawab pertanyaan itu Compay berkata: \"Boy, it's very simple. I drink a lot, I smoke a lot and I fuck a lot.\"<\/em>","post_parent":0,"guid":"http:\/\/www.bolehmerokok.com\/?p=2553","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2543,"post_author":"860","post_date":"2016-04-05 12:50:53","post_date_gmt":"2016-04-05 05:50:53","post_content":"
Adegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut.<\/em><\/h4>\n\nhttps:\/\/youtu.be\/ISNd4PbHFTc[\/embed]\n\nBerporos pada pinggangnya, penari bertopeng itu meliukkan bagian atas tubuhnya dari depan ke belakang sembari berputar berlawanan arah jarum jam untuk kembali ke posisi semula. Diiringi bunyi gamelan yang bertalu-talu, liukan itu dilakukan dengan kelenturan layaknya pebalet profesional yang hanya tinggal menyisakan jarak satu jengkal dengan lantai. Gerakan khas itu dikenal dengan nama \u201cGaleyong\u201d. Satu gerakan tari yang menjadi ciri khas Tari Topeng Cirebon gaya Losari.\n\nRasa penasaran mulai muncul. Tontonan tari tradisi pada saat ini bisa dibilang adalah barang yang sangat langka untuk bisa dilihat dalam tayangan televisi komersial yang hadir setiap saat di dalam keseharian kita. Untunglah, di jaman kemajuan teknologi informasi saat ini tayangan video di internet dapat dengan mudah hadir dalam genggaman piranti telepon pintar atau yang sekarang ini disebut dengan istilah \"gawai\".\n\nSaya merasa beruntung saat sedang iseng berselancar di berbagai tayangan video yang beraneka ragam bisa menemukan tarian yang begitu menarik. Saya pun segera membaca berbagai informasi yang tersedia di laman media sosial berbagi video itu. Pengunggah video itu adalah seseorang berkebangsaan Hungaria bernama Korn\u00e9l Magyar, yang ternyata merupakan seorang pemain perkusi di negaranya yang kerap menampilkan koreografi gamelan dan berbagai alat musik dari Asia.\n\nMagyar saat itu mengunggah video itu dengan keterbatasan pengetahuannya mengatakan bahwasanya sosok yang tampil dalam tarian itu adalah putri dari mendiang Mimi Rasinah, maestro Topeng Cirebon dari Indramayu. Komentar-komentar yang muncul kemudian memberikan koreksi bahwa yang tampil adalah Nur Anani, putri dari Mimi Dewi kemenakan dari Mimi Sawitri yang merupakan maestro Topeng Cirebon dari Losari.\n\nBegitu hebatnya, media sosial pada saat ini, begitu informatif, baru selesai menonton tarian Topeng yang begitu atraktif komentar-komentar langsung memberikan referensi yang sungguh membuka pikiran. Tak cukup hanya itu salah satu komentar menyebutkan adanya tarian lain yang bernama Rumyang. Saya pun segera mencari referensi di mesin pencari dan memang benar bahwa Topeng Cirebon mempunyai lima jenis tarian yang terdiri dari tari Topeng Panji, Pamindo, Rumyang, Tumenggung, dan Klana.\n\n
Dari Video kemudian Jelajah Cerita<\/h3>\n\nDi sini saya berpikir, dari secuil tayangan video ini ternyata begitu banyak informasi bisa didapatkan. Dengan penelusuran lebih jauh menggunakan metode investigasi media ternyata tayangan video tersebut plus berbagai komentarnya tak hanya berhasil memotret dunia kreatif melainkan juga memberikan banyak sekali informasi yang selama ini luput dari perhatian orang awam seperti saya.\n\nSiapa sangka video berdurasi kurang dari 9 menit itu membawa cerita yang membanggakan bahkan mengharukan. Di awal tayangan tampak seorang perempuan penari senior yakni Mimi Rasinah, membisikkan sesuatu di telinga penari<\/a> yang waktu itu masih sangat yunior yakni Nur Anani, yang duduk membelakangi penoton untuk segera memulai pementasan. Berikutnya Nur Anani tampak mengatakan sesuatu pada salah seorang Panjak (pemain gamelan) yang bertugas menabuh Kecrek yang digantungkan pada sebuah kotak besar yang biasa dipergunakan untuk menyimpan wayang. Sambil memainkan Kecrek dan memukul kotak wayang dengan Cempala (pemukul) sang panjak sebelumnya berkata \u201c\u2026\u2026..Tumenggung Magangdiraja.\u201d\n\nAdegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut. Video itu adalah rekaman dari sebuah kolaborasi yang sangat langka dari tiga wilayah di Cirebon yang memiliki maestro tari Topeng. Sebagai penari senior dan maestro mendiang Mimi Rasinah terlihat masih sangat bugar dalam tayangan itu, dia mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Indramayu. Sang penampil adalah Nur Anani yang masih berumur belasan tahun saat itu, mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Losari. Sementara para pengiringnya bersama seorang perempuan muda dewasa yang duduk di sebelah Mimi Rasinah adalah Wangi Indria, mereka adalah keluarga para seniman dari padepokan Tari Topeng Cirebon gaya Slangit.\n\nSungguh suatu kolaborasi<\/a> yang hebat. Sebuah peristiwa yang sangat langka mengingat dalam tradisi pertunjukan rakyat biasanya sangat lekat dengan ego masing-masing. Bisa tampilnya tiga padepokan besar dalam satu tayangan video pasti menyiratkan sebuah peristiwa luar bisa yang melatarbelakangi pertunjukan itu. Jika dilihat di peta daerah Cirebon tiga wilayah itu adalah wilayah yang saling berjauhan satu sama lain, bahkan jika dibuat garis bisa membentuk sebuah segitiga yang meliputi bentangan yang melewati Kabupaten Cirebon, Kotamadya Cirebon dan Kabupaten Indramayu.\n\nUsut punya usut berdasarkan penelusuran berbagai referensi, peristiwa kolaborasi dalam video itu ternyata merupakan peristiwa yang jarang terjadi. Bagaimana tidak, pada saat video itu dibuat kesenioran Mimi Rasinah ditemani oleh para pegiat dan peneliti budaya seperti Toto Amsar Suanda dan Endo Suanda (pengajar di STSI Bandung), juga kesediaan Maestro Topeng Slangit Sujana Arja menjadi fasilitator, dan bakat besar yang dimiliki oleh Nur Anani, mahasiswa STSI sekaligus kemenakan Maestro Topeng Mimi Sawitri, dan dokumenter film amatir dari seorang pencinta budaya Nusantara dari Hungaria, mereka semua adalah para kontributor yang memungkinkan adanya video di atas.\n\nSungguh \u2026 sebuah tayangan yang sangat berarti.","post_title":"Kolaborasi Para Maestro untuk Tari Topeng","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"tari-topeng","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:57:00","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:57:00","post_content_filtered":"
Adegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut.<\/em><\/h4>\r\nhttps:\/\/youtu.be\/ISNd4PbHFTc[\/embed]\r\n\r\nBerporos pada pinggangnya, penari bertopeng itu meliukkan bagian atas tubuhnya dari depan ke belakang sembari berputar berlawanan arah jarum jam untuk kembali ke posisi semula. Diiringi bunyi gamelan yang bertalu-talu, liukan itu dilakukan dengan kelenturan layaknya pebalet profesional yang hanya tinggal menyisakan jarak satu jengkal dengan lantai. Gerakan khas itu dikenal dengan nama \u201cGaleyong\u201d. Satu gerakan tari yang menjadi ciri khas Tari Topeng Cirebon gaya Losari.\r\n\r\nRasa penasaran mulai muncul. Tontonan tari tradisi pada saat ini bisa dibilang adalah barang yang sangat langka untuk bisa dilihat dalam tayangan televisi komersial yang hadir setiap saat di dalam keseharian kita. Untunglah, di jaman kemajuan teknologi informasi saat ini tayangan video di internet dapat dengan mudah hadir dalam genggaman piranti telepon pintar atau yang sekarang ini disebut dengan istilah \"gawai\".\r\n\r\nSaya merasa beruntung saat sedang iseng berselancar di berbagai tayangan video yang beraneka ragam bisa menemukan tarian yang begitu menarik. Saya pun segera membaca berbagai informasi yang tersedia di laman media sosial berbagi video itu. Pengunggah video itu adalah seseorang berkebangsaan Hungaria bernama Korn\u00e9l Magyar, yang ternyata merupakan seorang pemain perkusi di negaranya yang kerap menampilkan koreografi gamelan dan berbagai alat musik dari Asia.\r\n\r\nMagyar saat itu mengunggah video itu dengan keterbatasan pengetahuannya mengatakan bahwasanya sosok yang tampil dalam tarian itu adalah putri dari mendiang Mimi Rasinah, maestro Topeng Cirebon dari Indramayu. Komentar-komentar yang muncul kemudian memberikan koreksi bahwa yang tampil adalah Nur Anani, putri dari Mimi Dewi kemenakan dari Mimi Sawitri yang merupakan maestro Topeng Cirebon dari Losari.\r\n\r\nBegitu hebatnya, media sosial pada saat ini, begitu informatif, baru selesai menonton tarian Topeng yang begitu atraktif komentar-komentar langsung memberikan referensi yang sungguh membuka pikiran. Tak cukup hanya itu salah satu komentar menyebutkan adanya tarian lain yang bernama Rumyang. Saya pun segera mencari referensi di mesin pencari dan memang benar bahwa Topeng Cirebon mempunyai lima jenis tarian yang terdiri dari tari Topeng Panji, Pamindo, Rumyang, Tumenggung, dan Klana.\r\n
Dari Video kemudian Jelajah Cerita<\/h3>\r\nDi sini saya berpikir, dari secuil tayangan video ini ternyata begitu banyak informasi bisa didapatkan. Dengan penelusuran lebih jauh menggunakan metode investigasi media ternyata tayangan video tersebut plus berbagai komentarnya tak hanya berhasil memotret dunia kreatif melainkan juga memberikan banyak sekali informasi yang selama ini luput dari perhatian orang awam seperti saya.\r\n\r\nSiapa sangka video berdurasi kurang dari 9 menit itu membawa cerita yang membanggakan bahkan mengharukan. Di awal tayangan tampak seorang perempuan penari senior yakni Mimi Rasinah, membisikkan sesuatu di telinga penari<\/a> yang waktu itu masih sangat yunior yakni Nur Anani, yang duduk membelakangi penoton untuk segera memulai pementasan. Berikutnya Nur Anani tampak mengatakan sesuatu pada salah seorang Panjak (pemain gamelan) yang bertugas menabuh Kecrek yang digantungkan pada sebuah kotak besar yang biasa dipergunakan untuk menyimpan wayang. Sambil memainkan Kecrek dan memukul kotak wayang dengan Cempala (pemukul) sang panjak sebelumnya berkata \u201c\u2026\u2026..Tumenggung Magangdiraja.\u201d\r\n\r\nAdegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut. Video itu adalah rekaman dari sebuah kolaborasi yang sangat langka dari tiga wilayah di Cirebon yang memiliki maestro tari Topeng. Sebagai penari senior dan maestro mendiang Mimi Rasinah terlihat masih sangat bugar dalam tayangan itu, dia mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Indramayu. Sang penampil adalah Nur Anani yang masih berumur belasan tahun saat itu, mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Losari. Sementara para pengiringnya bersama seorang perempuan muda dewasa yang duduk di sebelah Mimi Rasinah adalah Wangi Indria, mereka adalah keluarga para seniman dari padepokan Tari Topeng Cirebon gaya Slangit.\r\n\r\nSungguh suatu kolaborasi<\/a> yang hebat. Sebuah peristiwa yang sangat langka mengingat dalam tradisi pertunjukan rakyat biasanya sangat lekat dengan ego masing-masing. Bisa tampilnya tiga padepokan besar dalam satu tayangan video pasti menyiratkan sebuah peristiwa luar bisa yang melatarbelakangi pertunjukan itu. Jika dilihat di peta daerah Cirebon tiga wilayah itu adalah wilayah yang saling berjauhan satu sama lain, bahkan jika dibuat garis bisa membentuk sebuah segitiga yang meliputi bentangan yang melewati Kabupaten Cirebon, Kotamadya Cirebon dan Kabupaten Indramayu.\r\n\r\nUsut punya usut berdasarkan penelusuran berbagai referensi, peristiwa kolaborasi dalam video itu ternyata merupakan peristiwa yang jarang terjadi. Bagaimana tidak, pada saat video itu dibuat kesenioran Mimi Rasinah ditemani oleh para pegiat dan peneliti budaya seperti Toto Amsar Suanda dan Endo Suanda (pengajar di STSI Bandung), juga kesediaan Maestro Topeng Slangit Sujana Arja menjadi fasilitator, dan bakat besar yang dimiliki oleh Nur Anani, mahasiswa STSI sekaligus kemenakan Maestro Topeng Mimi Sawitri, dan dokumenter film amatir dari seorang pencinta budaya Nusantara dari Hungaria, mereka semua adalah para kontributor yang memungkinkan adanya video di atas.\r\n\r\nSungguh \u2026 sebuah tayangan yang sangat berarti.","post_parent":0,"guid":"http:\/\/www.bolehmerokok.com\/?p=2543","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n","post_title":"Kisah-Kisah dari Lereng Sumbing","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kisah-kisah-dari-lereng-sumbing","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-12-07 13:07:41","post_modified_gmt":"2023-12-07 06:07:41","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5594","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2553,"post_author":"845","post_date":"2016-04-15 07:00:47","post_date_gmt":"2016-04-15 00:00:47","post_content":"Pada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. <\/em><\/h4>\n\nhttps:\/\/youtu.be\/c-L1Dj5a0n4[\/embed]\n\nMungkin di Indonesia nama musisi satu ini jarang didengar. Bahkan ketika ia sudah tenar dengan grup bentukan Ry Cooder, Buena Vista Social Club. Tetap saja namanya tak setenar Gipsy Kings. Dia bukan hanya musisi besar yang sanggup membawakan sukacita dan emosi saat musik rakyat Kuba didendangkan. Lebih dari itu, berkat dia-lah cerutu Kuba terangkat secara membanggakan dan terkesan glamor. Dia jarang terlihat tidak memegang cerutu, kecuali tentu saja saat ia memetik Armonica, sebuah gitar berdawai tujuh yang mampu menambah kekayaan nuansa musiknya. Siapakah dia?\n\nYa, dialah Compay Segundo, sang legenda musik Kuba dan duta cerutu Kuba, wafat pada usia 95 tahun.\n\nCompay dilahirkan di Siboney pada 18 November 1907 dengan nama Maximo Francisco Rapilado Mu\u00f1oz. Pada umur sembilan tahun Compay pindah ke Santiago de Cuba. Di usia itulah Comapy pertama kali tampil bersama kelompok musik lokal yang disutradarai oleh gurunya, Enrique Bueno. Nama panggung depannya, Compay berasal dari bahasa slang di Kuba, compadre <\/em>yang artinya \"kawan\". Sedang Segundo mengacu suara harmoni bass yang dibawakannya.\n\nDia memulai karir musiknya pada tahun 1920 dengan beberapa maestro besar seperti Sindo Garay, Nico Saquito, Miguel Matamoros dan Benny Mor\u00ea. Pada 1930-an dan 1940-an ia memainkan klarinet untuk kelompok El Conjunto Matamoros. Ia tidak memiliki kelompok sendiri sampai tahun 1956, ketika ia membentuk trio Compay Segundo y sus Muchachos.\n\nMeskipun sudah terkenal di seluruh Kuba, namun ketenaran Compay sebagai musisi tidak mendunia. Hingga datang seorang Ry Cooder dan Wim Wanders yang memproduksi musik-musik Kuba dan menyatukannya dalam sebuah kelompok yang diberi nama Buena Vista Social Club. Proses produksi dan kehidupan keseharian anggota kelompok musik ini difilmkan oleh Wim Wanders dan dirilis dengan judul yang sama, Buena Vista Social Club.\n\nBuena Viesta Social Club<\/a> adalah berkah tersendiri bagi musisi-musisi senior yang tergabung di dalamnya. Selain Compay Segundo, kelompok itu beranggotakan Ibrahim Ferrer, Ruben Gonzales, dan Eliades Ochoa. Ketenaran Compay dan rekan-rekannya di Buena Vista Social Club segera mendunia. Selain mengantarkan mereka meraih Grammy Award pada tahun 1997, filmnya telah menaikkan status sosial mereka sebagai selebriti di Kuba. Setelah dirilisnya film itu Compay Segundo selalu diundang menghadiri gala dinner dan pesta cerutu yang diadakan di Kuba<\/a>.\n\nSebelum terbentuknya Buena Vista Social Club, kehidupan Compay Segundo sebagai musisi di Kuba tidaklah mudah. Compay menambal kekurangan pendapatannya dari musik dengan bekerja sebagai pelinting cerutu. Compay sudah menjalani pekerjaan melinting sejak berusia 14 tahun. Dia mengaku bisa melinting hingga 300 cerutu sehari. Pada awal abad 20 cerutu Kuba mempunyai model kecil seperti panatella atau corona. Namun saat ini standar cerutu Kuba lebih besar. Seorang pelinting cerutu handal sekalipun paling hanya mampu menghasilkan 80 \u2013 130 batang per hari. Dan pada sebuah wawancara dengan majalah Cigar Aficionado, Compay mengaku bahwa dia bukan seorang pelinting yang baik. Dia pernah dipecat oleh Ramon Cifuentes dari Partagas, perusahaan cerutu Kuba yang berdiri sejak 1845.\n\nHarus diakui, sejak terbentuknya Buena Vista Social Club, pesona Compay sebagai selebriti memang tidak terelakkan. Saking populernya apapun yang disandang dan dilakukan Compay dalam kehidupan sehari-hari segera jadi panutan para penggemarnya. Suatu ketika pemimpin Kuba pernah dibuat heran oleh Compay Segundo saat seribu orang menyanyikan Chan-Chan bersama-sama dan dilanjutkan dengan melelang topi koboi ciri khasnya itu yang langsung laku 17.500 US Dolar. Fidel Castro hanya berkomentar \"I can't believe that someone paid $17,500 for Compay's hat\u201d <\/em>dengan penuh keterkejutan. Dana yang didapat dari lelang topi itu diserahkan kepada otoritas kesehatan di Kuba.\n\nPada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. Compay bukan juru bicara biasa. Minatnya yang begitu besar pada tembakau adalah alasan dibalik dia menerima tawaran sebagai duta cerutu Kuba. Karena kecintaannya pada tembakau inilah Compay kadang-kadang mengunjungi sahabatnya, Alejandro Robaina, seorang petani sekaligus ekspertis tembakau Kuba. Mereka sering terlihat duduk berdua di kebun sembari menikamati cerutu dan berbincang tentang kehidupan.\n\nPada suatu ketika Compay pernah ditanya tentang rahasia umur panjanganya. Saat itu diusianya yang 90 tahun itu dia masih nampak begitu bugar dan enerjik. Menjawab pertanyaan itu Compay berkata: \"Boy, it's very simple. I drink a lot, I smoke a lot and I fuck a lot.\"<\/em>","post_title":"Compay Segundo","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"compay-segundo","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 15:01:16","post_modified_gmt":"2024-12-10 08:01:16","post_content_filtered":"
Pada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. <\/em><\/h4>\r\nhttps:\/\/youtu.be\/c-L1Dj5a0n4[\/embed]\r\n\r\nMungkin di Indonesia nama musisi satu ini jarang didengar. Bahkan ketika ia sudah tenar dengan grup bentukan Ry Cooder, Buena Vista Social Club. Tetap saja namanya tak setenar Gipsy Kings. Dia bukan hanya musisi besar yang sanggup membawakan sukacita dan emosi saat musik rakyat Kuba didendangkan. Lebih dari itu, berkat dia-lah cerutu Kuba terangkat secara membanggakan dan terkesan glamor. Dia jarang terlihat tidak memegang cerutu, kecuali tentu saja saat ia memetik Armonica, sebuah gitar berdawai tujuh yang mampu menambah kekayaan nuansa musiknya. Siapakah dia?\r\n\r\nYa, dialah Compay Segundo, sang legenda musik Kuba dan duta cerutu Kuba, wafat pada usia 95 tahun.\r\n\r\nCompay dilahirkan di Siboney pada 18 November 1907 dengan nama Maximo Francisco Rapilado Mu\u00f1oz. Pada umur sembilan tahun Compay pindah ke Santiago de Cuba. Di usia itulah Comapy pertama kali tampil bersama kelompok musik lokal yang disutradarai oleh gurunya, Enrique Bueno. Nama panggung depannya, Compay berasal dari bahasa slang di Kuba, compadre <\/em>yang artinya \"kawan\". Sedang Segundo mengacu suara harmoni bass yang dibawakannya.\r\n\r\nDia memulai karir musiknya pada tahun 1920 dengan beberapa maestro besar seperti Sindo Garay, Nico Saquito, Miguel Matamoros dan Benny Mor\u00ea. Pada 1930-an dan 1940-an ia memainkan klarinet untuk kelompok El Conjunto Matamoros. Ia tidak memiliki kelompok sendiri sampai tahun 1956, ketika ia membentuk trio Compay Segundo y sus Muchachos.\r\n\r\nMeskipun sudah terkenal di seluruh Kuba, namun ketenaran Compay sebagai musisi tidak mendunia. Hingga datang seorang Ry Cooder dan Wim Wanders yang memproduksi musik-musik Kuba dan menyatukannya dalam sebuah kelompok yang diberi nama Buena Vista Social Club. Proses produksi dan kehidupan keseharian anggota kelompok musik ini difilmkan oleh Wim Wanders dan dirilis dengan judul yang sama, Buena Vista Social Club.\r\n\r\nBuena Viesta Social Club<\/a> adalah berkah tersendiri bagi musisi-musisi senior yang tergabung di dalamnya. Selain Compay Segundo, kelompok itu beranggotakan Ibrahim Ferrer, Ruben Gonzales, dan Eliades Ochoa. Ketenaran Compay dan rekan-rekannya di Buena Vista Social Club segera mendunia. Selain mengantarkan mereka meraih Grammy Award pada tahun 1997, filmnya telah menaikkan status sosial mereka sebagai selebriti di Kuba. Setelah dirilisnya film itu Compay Segundo selalu diundang menghadiri gala dinner dan pesta cerutu yang diadakan di Kuba<\/a>.\r\n\r\nSebelum terbentuknya Buena Vista Social Club, kehidupan Compay Segundo sebagai musisi di Kuba tidaklah mudah. Compay menambal kekurangan pendapatannya dari musik dengan bekerja sebagai pelinting cerutu. Compay sudah menjalani pekerjaan melinting sejak berusia 14 tahun. Dia mengaku bisa melinting hingga 300 cerutu sehari. Pada awal abad 20 cerutu Kuba mempunyai model kecil seperti panatella atau corona. Namun saat ini standar cerutu Kuba lebih besar. Seorang pelinting cerutu handal sekalipun paling hanya mampu menghasilkan 80 \u2013 130 batang per hari. Dan pada sebuah wawancara dengan majalah Cigar Aficionado, Compay mengaku bahwa dia bukan seorang pelinting yang baik. Dia pernah dipecat oleh Ramon Cifuentes dari Partagas, perusahaan cerutu Kuba yang berdiri sejak 1845.\r\n\r\nHarus diakui, sejak terbentuknya Buena Vista Social Club, pesona Compay sebagai selebriti memang tidak terelakkan. Saking populernya apapun yang disandang dan dilakukan Compay dalam kehidupan sehari-hari segera jadi panutan para penggemarnya. Suatu ketika pemimpin Kuba pernah dibuat heran oleh Compay Segundo saat seribu orang menyanyikan Chan-Chan bersama-sama dan dilanjutkan dengan melelang topi koboi ciri khasnya itu yang langsung laku 17.500 US Dolar. Fidel Castro hanya berkomentar \"I can't believe that someone paid $17,500 for Compay's hat\u201d <\/em>dengan penuh keterkejutan. Dana yang didapat dari lelang topi itu diserahkan kepada otoritas kesehatan di Kuba.\r\n\r\nPada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. Compay bukan juru bicara biasa. Minatnya yang begitu besar pada tembakau adalah alasan dibalik dia menerima tawaran sebagai duta cerutu Kuba. Karena kecintaannya pada tembakau inilah Compay kadang-kadang mengunjungi sahabatnya, Alejandro Robaina, seorang petani sekaligus ekspertis tembakau Kuba. Mereka sering terlihat duduk berdua di kebun sembari menikamati cerutu dan berbincang tentang kehidupan.\r\n\r\nPada suatu ketika Compay pernah ditanya tentang rahasia umur panjanganya. Saat itu diusianya yang 90 tahun itu dia masih nampak begitu bugar dan enerjik. Menjawab pertanyaan itu Compay berkata: \"Boy, it's very simple. I drink a lot, I smoke a lot and I fuck a lot.\"<\/em>","post_parent":0,"guid":"http:\/\/www.bolehmerokok.com\/?p=2553","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2543,"post_author":"860","post_date":"2016-04-05 12:50:53","post_date_gmt":"2016-04-05 05:50:53","post_content":"
Adegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut.<\/em><\/h4>\n\nhttps:\/\/youtu.be\/ISNd4PbHFTc[\/embed]\n\nBerporos pada pinggangnya, penari bertopeng itu meliukkan bagian atas tubuhnya dari depan ke belakang sembari berputar berlawanan arah jarum jam untuk kembali ke posisi semula. Diiringi bunyi gamelan yang bertalu-talu, liukan itu dilakukan dengan kelenturan layaknya pebalet profesional yang hanya tinggal menyisakan jarak satu jengkal dengan lantai. Gerakan khas itu dikenal dengan nama \u201cGaleyong\u201d. Satu gerakan tari yang menjadi ciri khas Tari Topeng Cirebon gaya Losari.\n\nRasa penasaran mulai muncul. Tontonan tari tradisi pada saat ini bisa dibilang adalah barang yang sangat langka untuk bisa dilihat dalam tayangan televisi komersial yang hadir setiap saat di dalam keseharian kita. Untunglah, di jaman kemajuan teknologi informasi saat ini tayangan video di internet dapat dengan mudah hadir dalam genggaman piranti telepon pintar atau yang sekarang ini disebut dengan istilah \"gawai\".\n\nSaya merasa beruntung saat sedang iseng berselancar di berbagai tayangan video yang beraneka ragam bisa menemukan tarian yang begitu menarik. Saya pun segera membaca berbagai informasi yang tersedia di laman media sosial berbagi video itu. Pengunggah video itu adalah seseorang berkebangsaan Hungaria bernama Korn\u00e9l Magyar, yang ternyata merupakan seorang pemain perkusi di negaranya yang kerap menampilkan koreografi gamelan dan berbagai alat musik dari Asia.\n\nMagyar saat itu mengunggah video itu dengan keterbatasan pengetahuannya mengatakan bahwasanya sosok yang tampil dalam tarian itu adalah putri dari mendiang Mimi Rasinah, maestro Topeng Cirebon dari Indramayu. Komentar-komentar yang muncul kemudian memberikan koreksi bahwa yang tampil adalah Nur Anani, putri dari Mimi Dewi kemenakan dari Mimi Sawitri yang merupakan maestro Topeng Cirebon dari Losari.\n\nBegitu hebatnya, media sosial pada saat ini, begitu informatif, baru selesai menonton tarian Topeng yang begitu atraktif komentar-komentar langsung memberikan referensi yang sungguh membuka pikiran. Tak cukup hanya itu salah satu komentar menyebutkan adanya tarian lain yang bernama Rumyang. Saya pun segera mencari referensi di mesin pencari dan memang benar bahwa Topeng Cirebon mempunyai lima jenis tarian yang terdiri dari tari Topeng Panji, Pamindo, Rumyang, Tumenggung, dan Klana.\n\n
Dari Video kemudian Jelajah Cerita<\/h3>\n\nDi sini saya berpikir, dari secuil tayangan video ini ternyata begitu banyak informasi bisa didapatkan. Dengan penelusuran lebih jauh menggunakan metode investigasi media ternyata tayangan video tersebut plus berbagai komentarnya tak hanya berhasil memotret dunia kreatif melainkan juga memberikan banyak sekali informasi yang selama ini luput dari perhatian orang awam seperti saya.\n\nSiapa sangka video berdurasi kurang dari 9 menit itu membawa cerita yang membanggakan bahkan mengharukan. Di awal tayangan tampak seorang perempuan penari senior yakni Mimi Rasinah, membisikkan sesuatu di telinga penari<\/a> yang waktu itu masih sangat yunior yakni Nur Anani, yang duduk membelakangi penoton untuk segera memulai pementasan. Berikutnya Nur Anani tampak mengatakan sesuatu pada salah seorang Panjak (pemain gamelan) yang bertugas menabuh Kecrek yang digantungkan pada sebuah kotak besar yang biasa dipergunakan untuk menyimpan wayang. Sambil memainkan Kecrek dan memukul kotak wayang dengan Cempala (pemukul) sang panjak sebelumnya berkata \u201c\u2026\u2026..Tumenggung Magangdiraja.\u201d\n\nAdegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut. Video itu adalah rekaman dari sebuah kolaborasi yang sangat langka dari tiga wilayah di Cirebon yang memiliki maestro tari Topeng. Sebagai penari senior dan maestro mendiang Mimi Rasinah terlihat masih sangat bugar dalam tayangan itu, dia mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Indramayu. Sang penampil adalah Nur Anani yang masih berumur belasan tahun saat itu, mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Losari. Sementara para pengiringnya bersama seorang perempuan muda dewasa yang duduk di sebelah Mimi Rasinah adalah Wangi Indria, mereka adalah keluarga para seniman dari padepokan Tari Topeng Cirebon gaya Slangit.\n\nSungguh suatu kolaborasi<\/a> yang hebat. Sebuah peristiwa yang sangat langka mengingat dalam tradisi pertunjukan rakyat biasanya sangat lekat dengan ego masing-masing. Bisa tampilnya tiga padepokan besar dalam satu tayangan video pasti menyiratkan sebuah peristiwa luar bisa yang melatarbelakangi pertunjukan itu. Jika dilihat di peta daerah Cirebon tiga wilayah itu adalah wilayah yang saling berjauhan satu sama lain, bahkan jika dibuat garis bisa membentuk sebuah segitiga yang meliputi bentangan yang melewati Kabupaten Cirebon, Kotamadya Cirebon dan Kabupaten Indramayu.\n\nUsut punya usut berdasarkan penelusuran berbagai referensi, peristiwa kolaborasi dalam video itu ternyata merupakan peristiwa yang jarang terjadi. Bagaimana tidak, pada saat video itu dibuat kesenioran Mimi Rasinah ditemani oleh para pegiat dan peneliti budaya seperti Toto Amsar Suanda dan Endo Suanda (pengajar di STSI Bandung), juga kesediaan Maestro Topeng Slangit Sujana Arja menjadi fasilitator, dan bakat besar yang dimiliki oleh Nur Anani, mahasiswa STSI sekaligus kemenakan Maestro Topeng Mimi Sawitri, dan dokumenter film amatir dari seorang pencinta budaya Nusantara dari Hungaria, mereka semua adalah para kontributor yang memungkinkan adanya video di atas.\n\nSungguh \u2026 sebuah tayangan yang sangat berarti.","post_title":"Kolaborasi Para Maestro untuk Tari Topeng","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"tari-topeng","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:57:00","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:57:00","post_content_filtered":"
Adegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut.<\/em><\/h4>\r\nhttps:\/\/youtu.be\/ISNd4PbHFTc[\/embed]\r\n\r\nBerporos pada pinggangnya, penari bertopeng itu meliukkan bagian atas tubuhnya dari depan ke belakang sembari berputar berlawanan arah jarum jam untuk kembali ke posisi semula. Diiringi bunyi gamelan yang bertalu-talu, liukan itu dilakukan dengan kelenturan layaknya pebalet profesional yang hanya tinggal menyisakan jarak satu jengkal dengan lantai. Gerakan khas itu dikenal dengan nama \u201cGaleyong\u201d. Satu gerakan tari yang menjadi ciri khas Tari Topeng Cirebon gaya Losari.\r\n\r\nRasa penasaran mulai muncul. Tontonan tari tradisi pada saat ini bisa dibilang adalah barang yang sangat langka untuk bisa dilihat dalam tayangan televisi komersial yang hadir setiap saat di dalam keseharian kita. Untunglah, di jaman kemajuan teknologi informasi saat ini tayangan video di internet dapat dengan mudah hadir dalam genggaman piranti telepon pintar atau yang sekarang ini disebut dengan istilah \"gawai\".\r\n\r\nSaya merasa beruntung saat sedang iseng berselancar di berbagai tayangan video yang beraneka ragam bisa menemukan tarian yang begitu menarik. Saya pun segera membaca berbagai informasi yang tersedia di laman media sosial berbagi video itu. Pengunggah video itu adalah seseorang berkebangsaan Hungaria bernama Korn\u00e9l Magyar, yang ternyata merupakan seorang pemain perkusi di negaranya yang kerap menampilkan koreografi gamelan dan berbagai alat musik dari Asia.\r\n\r\nMagyar saat itu mengunggah video itu dengan keterbatasan pengetahuannya mengatakan bahwasanya sosok yang tampil dalam tarian itu adalah putri dari mendiang Mimi Rasinah, maestro Topeng Cirebon dari Indramayu. Komentar-komentar yang muncul kemudian memberikan koreksi bahwa yang tampil adalah Nur Anani, putri dari Mimi Dewi kemenakan dari Mimi Sawitri yang merupakan maestro Topeng Cirebon dari Losari.\r\n\r\nBegitu hebatnya, media sosial pada saat ini, begitu informatif, baru selesai menonton tarian Topeng yang begitu atraktif komentar-komentar langsung memberikan referensi yang sungguh membuka pikiran. Tak cukup hanya itu salah satu komentar menyebutkan adanya tarian lain yang bernama Rumyang. Saya pun segera mencari referensi di mesin pencari dan memang benar bahwa Topeng Cirebon mempunyai lima jenis tarian yang terdiri dari tari Topeng Panji, Pamindo, Rumyang, Tumenggung, dan Klana.\r\n
Dari Video kemudian Jelajah Cerita<\/h3>\r\nDi sini saya berpikir, dari secuil tayangan video ini ternyata begitu banyak informasi bisa didapatkan. Dengan penelusuran lebih jauh menggunakan metode investigasi media ternyata tayangan video tersebut plus berbagai komentarnya tak hanya berhasil memotret dunia kreatif melainkan juga memberikan banyak sekali informasi yang selama ini luput dari perhatian orang awam seperti saya.\r\n\r\nSiapa sangka video berdurasi kurang dari 9 menit itu membawa cerita yang membanggakan bahkan mengharukan. Di awal tayangan tampak seorang perempuan penari senior yakni Mimi Rasinah, membisikkan sesuatu di telinga penari<\/a> yang waktu itu masih sangat yunior yakni Nur Anani, yang duduk membelakangi penoton untuk segera memulai pementasan. Berikutnya Nur Anani tampak mengatakan sesuatu pada salah seorang Panjak (pemain gamelan) yang bertugas menabuh Kecrek yang digantungkan pada sebuah kotak besar yang biasa dipergunakan untuk menyimpan wayang. Sambil memainkan Kecrek dan memukul kotak wayang dengan Cempala (pemukul) sang panjak sebelumnya berkata \u201c\u2026\u2026..Tumenggung Magangdiraja.\u201d\r\n\r\nAdegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut. Video itu adalah rekaman dari sebuah kolaborasi yang sangat langka dari tiga wilayah di Cirebon yang memiliki maestro tari Topeng. Sebagai penari senior dan maestro mendiang Mimi Rasinah terlihat masih sangat bugar dalam tayangan itu, dia mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Indramayu. Sang penampil adalah Nur Anani yang masih berumur belasan tahun saat itu, mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Losari. Sementara para pengiringnya bersama seorang perempuan muda dewasa yang duduk di sebelah Mimi Rasinah adalah Wangi Indria, mereka adalah keluarga para seniman dari padepokan Tari Topeng Cirebon gaya Slangit.\r\n\r\nSungguh suatu kolaborasi<\/a> yang hebat. Sebuah peristiwa yang sangat langka mengingat dalam tradisi pertunjukan rakyat biasanya sangat lekat dengan ego masing-masing. Bisa tampilnya tiga padepokan besar dalam satu tayangan video pasti menyiratkan sebuah peristiwa luar bisa yang melatarbelakangi pertunjukan itu. Jika dilihat di peta daerah Cirebon tiga wilayah itu adalah wilayah yang saling berjauhan satu sama lain, bahkan jika dibuat garis bisa membentuk sebuah segitiga yang meliputi bentangan yang melewati Kabupaten Cirebon, Kotamadya Cirebon dan Kabupaten Indramayu.\r\n\r\nUsut punya usut berdasarkan penelusuran berbagai referensi, peristiwa kolaborasi dalam video itu ternyata merupakan peristiwa yang jarang terjadi. Bagaimana tidak, pada saat video itu dibuat kesenioran Mimi Rasinah ditemani oleh para pegiat dan peneliti budaya seperti Toto Amsar Suanda dan Endo Suanda (pengajar di STSI Bandung), juga kesediaan Maestro Topeng Slangit Sujana Arja menjadi fasilitator, dan bakat besar yang dimiliki oleh Nur Anani, mahasiswa STSI sekaligus kemenakan Maestro Topeng Mimi Sawitri, dan dokumenter film amatir dari seorang pencinta budaya Nusantara dari Hungaria, mereka semua adalah para kontributor yang memungkinkan adanya video di atas.\r\n\r\nSungguh \u2026 sebuah tayangan yang sangat berarti.","post_parent":0,"guid":"http:\/\/www.bolehmerokok.com\/?p=2543","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n","post_title":"Kisah-Kisah dari Lereng Sumbing","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kisah-kisah-dari-lereng-sumbing","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-12-07 13:07:41","post_modified_gmt":"2023-12-07 06:07:41","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5594","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2553,"post_author":"845","post_date":"2016-04-15 07:00:47","post_date_gmt":"2016-04-15 00:00:47","post_content":"Pada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. <\/em><\/h4>\n\nhttps:\/\/youtu.be\/c-L1Dj5a0n4[\/embed]\n\nMungkin di Indonesia nama musisi satu ini jarang didengar. Bahkan ketika ia sudah tenar dengan grup bentukan Ry Cooder, Buena Vista Social Club. Tetap saja namanya tak setenar Gipsy Kings. Dia bukan hanya musisi besar yang sanggup membawakan sukacita dan emosi saat musik rakyat Kuba didendangkan. Lebih dari itu, berkat dia-lah cerutu Kuba terangkat secara membanggakan dan terkesan glamor. Dia jarang terlihat tidak memegang cerutu, kecuali tentu saja saat ia memetik Armonica, sebuah gitar berdawai tujuh yang mampu menambah kekayaan nuansa musiknya. Siapakah dia?\n\nYa, dialah Compay Segundo, sang legenda musik Kuba dan duta cerutu Kuba, wafat pada usia 95 tahun.\n\nCompay dilahirkan di Siboney pada 18 November 1907 dengan nama Maximo Francisco Rapilado Mu\u00f1oz. Pada umur sembilan tahun Compay pindah ke Santiago de Cuba. Di usia itulah Comapy pertama kali tampil bersama kelompok musik lokal yang disutradarai oleh gurunya, Enrique Bueno. Nama panggung depannya, Compay berasal dari bahasa slang di Kuba, compadre <\/em>yang artinya \"kawan\". Sedang Segundo mengacu suara harmoni bass yang dibawakannya.\n\nDia memulai karir musiknya pada tahun 1920 dengan beberapa maestro besar seperti Sindo Garay, Nico Saquito, Miguel Matamoros dan Benny Mor\u00ea. Pada 1930-an dan 1940-an ia memainkan klarinet untuk kelompok El Conjunto Matamoros. Ia tidak memiliki kelompok sendiri sampai tahun 1956, ketika ia membentuk trio Compay Segundo y sus Muchachos.\n\nMeskipun sudah terkenal di seluruh Kuba, namun ketenaran Compay sebagai musisi tidak mendunia. Hingga datang seorang Ry Cooder dan Wim Wanders yang memproduksi musik-musik Kuba dan menyatukannya dalam sebuah kelompok yang diberi nama Buena Vista Social Club. Proses produksi dan kehidupan keseharian anggota kelompok musik ini difilmkan oleh Wim Wanders dan dirilis dengan judul yang sama, Buena Vista Social Club.\n\nBuena Viesta Social Club<\/a> adalah berkah tersendiri bagi musisi-musisi senior yang tergabung di dalamnya. Selain Compay Segundo, kelompok itu beranggotakan Ibrahim Ferrer, Ruben Gonzales, dan Eliades Ochoa. Ketenaran Compay dan rekan-rekannya di Buena Vista Social Club segera mendunia. Selain mengantarkan mereka meraih Grammy Award pada tahun 1997, filmnya telah menaikkan status sosial mereka sebagai selebriti di Kuba. Setelah dirilisnya film itu Compay Segundo selalu diundang menghadiri gala dinner dan pesta cerutu yang diadakan di Kuba<\/a>.\n\nSebelum terbentuknya Buena Vista Social Club, kehidupan Compay Segundo sebagai musisi di Kuba tidaklah mudah. Compay menambal kekurangan pendapatannya dari musik dengan bekerja sebagai pelinting cerutu. Compay sudah menjalani pekerjaan melinting sejak berusia 14 tahun. Dia mengaku bisa melinting hingga 300 cerutu sehari. Pada awal abad 20 cerutu Kuba mempunyai model kecil seperti panatella atau corona. Namun saat ini standar cerutu Kuba lebih besar. Seorang pelinting cerutu handal sekalipun paling hanya mampu menghasilkan 80 \u2013 130 batang per hari. Dan pada sebuah wawancara dengan majalah Cigar Aficionado, Compay mengaku bahwa dia bukan seorang pelinting yang baik. Dia pernah dipecat oleh Ramon Cifuentes dari Partagas, perusahaan cerutu Kuba yang berdiri sejak 1845.\n\nHarus diakui, sejak terbentuknya Buena Vista Social Club, pesona Compay sebagai selebriti memang tidak terelakkan. Saking populernya apapun yang disandang dan dilakukan Compay dalam kehidupan sehari-hari segera jadi panutan para penggemarnya. Suatu ketika pemimpin Kuba pernah dibuat heran oleh Compay Segundo saat seribu orang menyanyikan Chan-Chan bersama-sama dan dilanjutkan dengan melelang topi koboi ciri khasnya itu yang langsung laku 17.500 US Dolar. Fidel Castro hanya berkomentar \"I can't believe that someone paid $17,500 for Compay's hat\u201d <\/em>dengan penuh keterkejutan. Dana yang didapat dari lelang topi itu diserahkan kepada otoritas kesehatan di Kuba.\n\nPada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. Compay bukan juru bicara biasa. Minatnya yang begitu besar pada tembakau adalah alasan dibalik dia menerima tawaran sebagai duta cerutu Kuba. Karena kecintaannya pada tembakau inilah Compay kadang-kadang mengunjungi sahabatnya, Alejandro Robaina, seorang petani sekaligus ekspertis tembakau Kuba. Mereka sering terlihat duduk berdua di kebun sembari menikamati cerutu dan berbincang tentang kehidupan.\n\nPada suatu ketika Compay pernah ditanya tentang rahasia umur panjanganya. Saat itu diusianya yang 90 tahun itu dia masih nampak begitu bugar dan enerjik. Menjawab pertanyaan itu Compay berkata: \"Boy, it's very simple. I drink a lot, I smoke a lot and I fuck a lot.\"<\/em>","post_title":"Compay Segundo","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"compay-segundo","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 15:01:16","post_modified_gmt":"2024-12-10 08:01:16","post_content_filtered":"
Pada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. <\/em><\/h4>\r\nhttps:\/\/youtu.be\/c-L1Dj5a0n4[\/embed]\r\n\r\nMungkin di Indonesia nama musisi satu ini jarang didengar. Bahkan ketika ia sudah tenar dengan grup bentukan Ry Cooder, Buena Vista Social Club. Tetap saja namanya tak setenar Gipsy Kings. Dia bukan hanya musisi besar yang sanggup membawakan sukacita dan emosi saat musik rakyat Kuba didendangkan. Lebih dari itu, berkat dia-lah cerutu Kuba terangkat secara membanggakan dan terkesan glamor. Dia jarang terlihat tidak memegang cerutu, kecuali tentu saja saat ia memetik Armonica, sebuah gitar berdawai tujuh yang mampu menambah kekayaan nuansa musiknya. Siapakah dia?\r\n\r\nYa, dialah Compay Segundo, sang legenda musik Kuba dan duta cerutu Kuba, wafat pada usia 95 tahun.\r\n\r\nCompay dilahirkan di Siboney pada 18 November 1907 dengan nama Maximo Francisco Rapilado Mu\u00f1oz. Pada umur sembilan tahun Compay pindah ke Santiago de Cuba. Di usia itulah Comapy pertama kali tampil bersama kelompok musik lokal yang disutradarai oleh gurunya, Enrique Bueno. Nama panggung depannya, Compay berasal dari bahasa slang di Kuba, compadre <\/em>yang artinya \"kawan\". Sedang Segundo mengacu suara harmoni bass yang dibawakannya.\r\n\r\nDia memulai karir musiknya pada tahun 1920 dengan beberapa maestro besar seperti Sindo Garay, Nico Saquito, Miguel Matamoros dan Benny Mor\u00ea. Pada 1930-an dan 1940-an ia memainkan klarinet untuk kelompok El Conjunto Matamoros. Ia tidak memiliki kelompok sendiri sampai tahun 1956, ketika ia membentuk trio Compay Segundo y sus Muchachos.\r\n\r\nMeskipun sudah terkenal di seluruh Kuba, namun ketenaran Compay sebagai musisi tidak mendunia. Hingga datang seorang Ry Cooder dan Wim Wanders yang memproduksi musik-musik Kuba dan menyatukannya dalam sebuah kelompok yang diberi nama Buena Vista Social Club. Proses produksi dan kehidupan keseharian anggota kelompok musik ini difilmkan oleh Wim Wanders dan dirilis dengan judul yang sama, Buena Vista Social Club.\r\n\r\nBuena Viesta Social Club<\/a> adalah berkah tersendiri bagi musisi-musisi senior yang tergabung di dalamnya. Selain Compay Segundo, kelompok itu beranggotakan Ibrahim Ferrer, Ruben Gonzales, dan Eliades Ochoa. Ketenaran Compay dan rekan-rekannya di Buena Vista Social Club segera mendunia. Selain mengantarkan mereka meraih Grammy Award pada tahun 1997, filmnya telah menaikkan status sosial mereka sebagai selebriti di Kuba. Setelah dirilisnya film itu Compay Segundo selalu diundang menghadiri gala dinner dan pesta cerutu yang diadakan di Kuba<\/a>.\r\n\r\nSebelum terbentuknya Buena Vista Social Club, kehidupan Compay Segundo sebagai musisi di Kuba tidaklah mudah. Compay menambal kekurangan pendapatannya dari musik dengan bekerja sebagai pelinting cerutu. Compay sudah menjalani pekerjaan melinting sejak berusia 14 tahun. Dia mengaku bisa melinting hingga 300 cerutu sehari. Pada awal abad 20 cerutu Kuba mempunyai model kecil seperti panatella atau corona. Namun saat ini standar cerutu Kuba lebih besar. Seorang pelinting cerutu handal sekalipun paling hanya mampu menghasilkan 80 \u2013 130 batang per hari. Dan pada sebuah wawancara dengan majalah Cigar Aficionado, Compay mengaku bahwa dia bukan seorang pelinting yang baik. Dia pernah dipecat oleh Ramon Cifuentes dari Partagas, perusahaan cerutu Kuba yang berdiri sejak 1845.\r\n\r\nHarus diakui, sejak terbentuknya Buena Vista Social Club, pesona Compay sebagai selebriti memang tidak terelakkan. Saking populernya apapun yang disandang dan dilakukan Compay dalam kehidupan sehari-hari segera jadi panutan para penggemarnya. Suatu ketika pemimpin Kuba pernah dibuat heran oleh Compay Segundo saat seribu orang menyanyikan Chan-Chan bersama-sama dan dilanjutkan dengan melelang topi koboi ciri khasnya itu yang langsung laku 17.500 US Dolar. Fidel Castro hanya berkomentar \"I can't believe that someone paid $17,500 for Compay's hat\u201d <\/em>dengan penuh keterkejutan. Dana yang didapat dari lelang topi itu diserahkan kepada otoritas kesehatan di Kuba.\r\n\r\nPada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. Compay bukan juru bicara biasa. Minatnya yang begitu besar pada tembakau adalah alasan dibalik dia menerima tawaran sebagai duta cerutu Kuba. Karena kecintaannya pada tembakau inilah Compay kadang-kadang mengunjungi sahabatnya, Alejandro Robaina, seorang petani sekaligus ekspertis tembakau Kuba. Mereka sering terlihat duduk berdua di kebun sembari menikamati cerutu dan berbincang tentang kehidupan.\r\n\r\nPada suatu ketika Compay pernah ditanya tentang rahasia umur panjanganya. Saat itu diusianya yang 90 tahun itu dia masih nampak begitu bugar dan enerjik. Menjawab pertanyaan itu Compay berkata: \"Boy, it's very simple. I drink a lot, I smoke a lot and I fuck a lot.\"<\/em>","post_parent":0,"guid":"http:\/\/www.bolehmerokok.com\/?p=2553","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2543,"post_author":"860","post_date":"2016-04-05 12:50:53","post_date_gmt":"2016-04-05 05:50:53","post_content":"
Adegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut.<\/em><\/h4>\n\nhttps:\/\/youtu.be\/ISNd4PbHFTc[\/embed]\n\nBerporos pada pinggangnya, penari bertopeng itu meliukkan bagian atas tubuhnya dari depan ke belakang sembari berputar berlawanan arah jarum jam untuk kembali ke posisi semula. Diiringi bunyi gamelan yang bertalu-talu, liukan itu dilakukan dengan kelenturan layaknya pebalet profesional yang hanya tinggal menyisakan jarak satu jengkal dengan lantai. Gerakan khas itu dikenal dengan nama \u201cGaleyong\u201d. Satu gerakan tari yang menjadi ciri khas Tari Topeng Cirebon gaya Losari.\n\nRasa penasaran mulai muncul. Tontonan tari tradisi pada saat ini bisa dibilang adalah barang yang sangat langka untuk bisa dilihat dalam tayangan televisi komersial yang hadir setiap saat di dalam keseharian kita. Untunglah, di jaman kemajuan teknologi informasi saat ini tayangan video di internet dapat dengan mudah hadir dalam genggaman piranti telepon pintar atau yang sekarang ini disebut dengan istilah \"gawai\".\n\nSaya merasa beruntung saat sedang iseng berselancar di berbagai tayangan video yang beraneka ragam bisa menemukan tarian yang begitu menarik. Saya pun segera membaca berbagai informasi yang tersedia di laman media sosial berbagi video itu. Pengunggah video itu adalah seseorang berkebangsaan Hungaria bernama Korn\u00e9l Magyar, yang ternyata merupakan seorang pemain perkusi di negaranya yang kerap menampilkan koreografi gamelan dan berbagai alat musik dari Asia.\n\nMagyar saat itu mengunggah video itu dengan keterbatasan pengetahuannya mengatakan bahwasanya sosok yang tampil dalam tarian itu adalah putri dari mendiang Mimi Rasinah, maestro Topeng Cirebon dari Indramayu. Komentar-komentar yang muncul kemudian memberikan koreksi bahwa yang tampil adalah Nur Anani, putri dari Mimi Dewi kemenakan dari Mimi Sawitri yang merupakan maestro Topeng Cirebon dari Losari.\n\nBegitu hebatnya, media sosial pada saat ini, begitu informatif, baru selesai menonton tarian Topeng yang begitu atraktif komentar-komentar langsung memberikan referensi yang sungguh membuka pikiran. Tak cukup hanya itu salah satu komentar menyebutkan adanya tarian lain yang bernama Rumyang. Saya pun segera mencari referensi di mesin pencari dan memang benar bahwa Topeng Cirebon mempunyai lima jenis tarian yang terdiri dari tari Topeng Panji, Pamindo, Rumyang, Tumenggung, dan Klana.\n\n
Dari Video kemudian Jelajah Cerita<\/h3>\n\nDi sini saya berpikir, dari secuil tayangan video ini ternyata begitu banyak informasi bisa didapatkan. Dengan penelusuran lebih jauh menggunakan metode investigasi media ternyata tayangan video tersebut plus berbagai komentarnya tak hanya berhasil memotret dunia kreatif melainkan juga memberikan banyak sekali informasi yang selama ini luput dari perhatian orang awam seperti saya.\n\nSiapa sangka video berdurasi kurang dari 9 menit itu membawa cerita yang membanggakan bahkan mengharukan. Di awal tayangan tampak seorang perempuan penari senior yakni Mimi Rasinah, membisikkan sesuatu di telinga penari<\/a> yang waktu itu masih sangat yunior yakni Nur Anani, yang duduk membelakangi penoton untuk segera memulai pementasan. Berikutnya Nur Anani tampak mengatakan sesuatu pada salah seorang Panjak (pemain gamelan) yang bertugas menabuh Kecrek yang digantungkan pada sebuah kotak besar yang biasa dipergunakan untuk menyimpan wayang. Sambil memainkan Kecrek dan memukul kotak wayang dengan Cempala (pemukul) sang panjak sebelumnya berkata \u201c\u2026\u2026..Tumenggung Magangdiraja.\u201d\n\nAdegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut. Video itu adalah rekaman dari sebuah kolaborasi yang sangat langka dari tiga wilayah di Cirebon yang memiliki maestro tari Topeng. Sebagai penari senior dan maestro mendiang Mimi Rasinah terlihat masih sangat bugar dalam tayangan itu, dia mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Indramayu. Sang penampil adalah Nur Anani yang masih berumur belasan tahun saat itu, mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Losari. Sementara para pengiringnya bersama seorang perempuan muda dewasa yang duduk di sebelah Mimi Rasinah adalah Wangi Indria, mereka adalah keluarga para seniman dari padepokan Tari Topeng Cirebon gaya Slangit.\n\nSungguh suatu kolaborasi<\/a> yang hebat. Sebuah peristiwa yang sangat langka mengingat dalam tradisi pertunjukan rakyat biasanya sangat lekat dengan ego masing-masing. Bisa tampilnya tiga padepokan besar dalam satu tayangan video pasti menyiratkan sebuah peristiwa luar bisa yang melatarbelakangi pertunjukan itu. Jika dilihat di peta daerah Cirebon tiga wilayah itu adalah wilayah yang saling berjauhan satu sama lain, bahkan jika dibuat garis bisa membentuk sebuah segitiga yang meliputi bentangan yang melewati Kabupaten Cirebon, Kotamadya Cirebon dan Kabupaten Indramayu.\n\nUsut punya usut berdasarkan penelusuran berbagai referensi, peristiwa kolaborasi dalam video itu ternyata merupakan peristiwa yang jarang terjadi. Bagaimana tidak, pada saat video itu dibuat kesenioran Mimi Rasinah ditemani oleh para pegiat dan peneliti budaya seperti Toto Amsar Suanda dan Endo Suanda (pengajar di STSI Bandung), juga kesediaan Maestro Topeng Slangit Sujana Arja menjadi fasilitator, dan bakat besar yang dimiliki oleh Nur Anani, mahasiswa STSI sekaligus kemenakan Maestro Topeng Mimi Sawitri, dan dokumenter film amatir dari seorang pencinta budaya Nusantara dari Hungaria, mereka semua adalah para kontributor yang memungkinkan adanya video di atas.\n\nSungguh \u2026 sebuah tayangan yang sangat berarti.","post_title":"Kolaborasi Para Maestro untuk Tari Topeng","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"tari-topeng","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:57:00","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:57:00","post_content_filtered":"
Adegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut.<\/em><\/h4>\r\nhttps:\/\/youtu.be\/ISNd4PbHFTc[\/embed]\r\n\r\nBerporos pada pinggangnya, penari bertopeng itu meliukkan bagian atas tubuhnya dari depan ke belakang sembari berputar berlawanan arah jarum jam untuk kembali ke posisi semula. Diiringi bunyi gamelan yang bertalu-talu, liukan itu dilakukan dengan kelenturan layaknya pebalet profesional yang hanya tinggal menyisakan jarak satu jengkal dengan lantai. Gerakan khas itu dikenal dengan nama \u201cGaleyong\u201d. Satu gerakan tari yang menjadi ciri khas Tari Topeng Cirebon gaya Losari.\r\n\r\nRasa penasaran mulai muncul. Tontonan tari tradisi pada saat ini bisa dibilang adalah barang yang sangat langka untuk bisa dilihat dalam tayangan televisi komersial yang hadir setiap saat di dalam keseharian kita. Untunglah, di jaman kemajuan teknologi informasi saat ini tayangan video di internet dapat dengan mudah hadir dalam genggaman piranti telepon pintar atau yang sekarang ini disebut dengan istilah \"gawai\".\r\n\r\nSaya merasa beruntung saat sedang iseng berselancar di berbagai tayangan video yang beraneka ragam bisa menemukan tarian yang begitu menarik. Saya pun segera membaca berbagai informasi yang tersedia di laman media sosial berbagi video itu. Pengunggah video itu adalah seseorang berkebangsaan Hungaria bernama Korn\u00e9l Magyar, yang ternyata merupakan seorang pemain perkusi di negaranya yang kerap menampilkan koreografi gamelan dan berbagai alat musik dari Asia.\r\n\r\nMagyar saat itu mengunggah video itu dengan keterbatasan pengetahuannya mengatakan bahwasanya sosok yang tampil dalam tarian itu adalah putri dari mendiang Mimi Rasinah, maestro Topeng Cirebon dari Indramayu. Komentar-komentar yang muncul kemudian memberikan koreksi bahwa yang tampil adalah Nur Anani, putri dari Mimi Dewi kemenakan dari Mimi Sawitri yang merupakan maestro Topeng Cirebon dari Losari.\r\n\r\nBegitu hebatnya, media sosial pada saat ini, begitu informatif, baru selesai menonton tarian Topeng yang begitu atraktif komentar-komentar langsung memberikan referensi yang sungguh membuka pikiran. Tak cukup hanya itu salah satu komentar menyebutkan adanya tarian lain yang bernama Rumyang. Saya pun segera mencari referensi di mesin pencari dan memang benar bahwa Topeng Cirebon mempunyai lima jenis tarian yang terdiri dari tari Topeng Panji, Pamindo, Rumyang, Tumenggung, dan Klana.\r\n
Dari Video kemudian Jelajah Cerita<\/h3>\r\nDi sini saya berpikir, dari secuil tayangan video ini ternyata begitu banyak informasi bisa didapatkan. Dengan penelusuran lebih jauh menggunakan metode investigasi media ternyata tayangan video tersebut plus berbagai komentarnya tak hanya berhasil memotret dunia kreatif melainkan juga memberikan banyak sekali informasi yang selama ini luput dari perhatian orang awam seperti saya.\r\n\r\nSiapa sangka video berdurasi kurang dari 9 menit itu membawa cerita yang membanggakan bahkan mengharukan. Di awal tayangan tampak seorang perempuan penari senior yakni Mimi Rasinah, membisikkan sesuatu di telinga penari<\/a> yang waktu itu masih sangat yunior yakni Nur Anani, yang duduk membelakangi penoton untuk segera memulai pementasan. Berikutnya Nur Anani tampak mengatakan sesuatu pada salah seorang Panjak (pemain gamelan) yang bertugas menabuh Kecrek yang digantungkan pada sebuah kotak besar yang biasa dipergunakan untuk menyimpan wayang. Sambil memainkan Kecrek dan memukul kotak wayang dengan Cempala (pemukul) sang panjak sebelumnya berkata \u201c\u2026\u2026..Tumenggung Magangdiraja.\u201d\r\n\r\nAdegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut. Video itu adalah rekaman dari sebuah kolaborasi yang sangat langka dari tiga wilayah di Cirebon yang memiliki maestro tari Topeng. Sebagai penari senior dan maestro mendiang Mimi Rasinah terlihat masih sangat bugar dalam tayangan itu, dia mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Indramayu. Sang penampil adalah Nur Anani yang masih berumur belasan tahun saat itu, mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Losari. Sementara para pengiringnya bersama seorang perempuan muda dewasa yang duduk di sebelah Mimi Rasinah adalah Wangi Indria, mereka adalah keluarga para seniman dari padepokan Tari Topeng Cirebon gaya Slangit.\r\n\r\nSungguh suatu kolaborasi<\/a> yang hebat. Sebuah peristiwa yang sangat langka mengingat dalam tradisi pertunjukan rakyat biasanya sangat lekat dengan ego masing-masing. Bisa tampilnya tiga padepokan besar dalam satu tayangan video pasti menyiratkan sebuah peristiwa luar bisa yang melatarbelakangi pertunjukan itu. Jika dilihat di peta daerah Cirebon tiga wilayah itu adalah wilayah yang saling berjauhan satu sama lain, bahkan jika dibuat garis bisa membentuk sebuah segitiga yang meliputi bentangan yang melewati Kabupaten Cirebon, Kotamadya Cirebon dan Kabupaten Indramayu.\r\n\r\nUsut punya usut berdasarkan penelusuran berbagai referensi, peristiwa kolaborasi dalam video itu ternyata merupakan peristiwa yang jarang terjadi. Bagaimana tidak, pada saat video itu dibuat kesenioran Mimi Rasinah ditemani oleh para pegiat dan peneliti budaya seperti Toto Amsar Suanda dan Endo Suanda (pengajar di STSI Bandung), juga kesediaan Maestro Topeng Slangit Sujana Arja menjadi fasilitator, dan bakat besar yang dimiliki oleh Nur Anani, mahasiswa STSI sekaligus kemenakan Maestro Topeng Mimi Sawitri, dan dokumenter film amatir dari seorang pencinta budaya Nusantara dari Hungaria, mereka semua adalah para kontributor yang memungkinkan adanya video di atas.\r\n\r\nSungguh \u2026 sebuah tayangan yang sangat berarti.","post_parent":0,"guid":"http:\/\/www.bolehmerokok.com\/?p=2543","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n","post_title":"Kisah-Kisah dari Lereng Sumbing","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kisah-kisah-dari-lereng-sumbing","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-12-07 13:07:41","post_modified_gmt":"2023-12-07 06:07:41","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5594","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2553,"post_author":"845","post_date":"2016-04-15 07:00:47","post_date_gmt":"2016-04-15 00:00:47","post_content":"Pada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. <\/em><\/h4>\n\nhttps:\/\/youtu.be\/c-L1Dj5a0n4[\/embed]\n\nMungkin di Indonesia nama musisi satu ini jarang didengar. Bahkan ketika ia sudah tenar dengan grup bentukan Ry Cooder, Buena Vista Social Club. Tetap saja namanya tak setenar Gipsy Kings. Dia bukan hanya musisi besar yang sanggup membawakan sukacita dan emosi saat musik rakyat Kuba didendangkan. Lebih dari itu, berkat dia-lah cerutu Kuba terangkat secara membanggakan dan terkesan glamor. Dia jarang terlihat tidak memegang cerutu, kecuali tentu saja saat ia memetik Armonica, sebuah gitar berdawai tujuh yang mampu menambah kekayaan nuansa musiknya. Siapakah dia?\n\nYa, dialah Compay Segundo, sang legenda musik Kuba dan duta cerutu Kuba, wafat pada usia 95 tahun.\n\nCompay dilahirkan di Siboney pada 18 November 1907 dengan nama Maximo Francisco Rapilado Mu\u00f1oz. Pada umur sembilan tahun Compay pindah ke Santiago de Cuba. Di usia itulah Comapy pertama kali tampil bersama kelompok musik lokal yang disutradarai oleh gurunya, Enrique Bueno. Nama panggung depannya, Compay berasal dari bahasa slang di Kuba, compadre <\/em>yang artinya \"kawan\". Sedang Segundo mengacu suara harmoni bass yang dibawakannya.\n\nDia memulai karir musiknya pada tahun 1920 dengan beberapa maestro besar seperti Sindo Garay, Nico Saquito, Miguel Matamoros dan Benny Mor\u00ea. Pada 1930-an dan 1940-an ia memainkan klarinet untuk kelompok El Conjunto Matamoros. Ia tidak memiliki kelompok sendiri sampai tahun 1956, ketika ia membentuk trio Compay Segundo y sus Muchachos.\n\nMeskipun sudah terkenal di seluruh Kuba, namun ketenaran Compay sebagai musisi tidak mendunia. Hingga datang seorang Ry Cooder dan Wim Wanders yang memproduksi musik-musik Kuba dan menyatukannya dalam sebuah kelompok yang diberi nama Buena Vista Social Club. Proses produksi dan kehidupan keseharian anggota kelompok musik ini difilmkan oleh Wim Wanders dan dirilis dengan judul yang sama, Buena Vista Social Club.\n\nBuena Viesta Social Club<\/a> adalah berkah tersendiri bagi musisi-musisi senior yang tergabung di dalamnya. Selain Compay Segundo, kelompok itu beranggotakan Ibrahim Ferrer, Ruben Gonzales, dan Eliades Ochoa. Ketenaran Compay dan rekan-rekannya di Buena Vista Social Club segera mendunia. Selain mengantarkan mereka meraih Grammy Award pada tahun 1997, filmnya telah menaikkan status sosial mereka sebagai selebriti di Kuba. Setelah dirilisnya film itu Compay Segundo selalu diundang menghadiri gala dinner dan pesta cerutu yang diadakan di Kuba<\/a>.\n\nSebelum terbentuknya Buena Vista Social Club, kehidupan Compay Segundo sebagai musisi di Kuba tidaklah mudah. Compay menambal kekurangan pendapatannya dari musik dengan bekerja sebagai pelinting cerutu. Compay sudah menjalani pekerjaan melinting sejak berusia 14 tahun. Dia mengaku bisa melinting hingga 300 cerutu sehari. Pada awal abad 20 cerutu Kuba mempunyai model kecil seperti panatella atau corona. Namun saat ini standar cerutu Kuba lebih besar. Seorang pelinting cerutu handal sekalipun paling hanya mampu menghasilkan 80 \u2013 130 batang per hari. Dan pada sebuah wawancara dengan majalah Cigar Aficionado, Compay mengaku bahwa dia bukan seorang pelinting yang baik. Dia pernah dipecat oleh Ramon Cifuentes dari Partagas, perusahaan cerutu Kuba yang berdiri sejak 1845.\n\nHarus diakui, sejak terbentuknya Buena Vista Social Club, pesona Compay sebagai selebriti memang tidak terelakkan. Saking populernya apapun yang disandang dan dilakukan Compay dalam kehidupan sehari-hari segera jadi panutan para penggemarnya. Suatu ketika pemimpin Kuba pernah dibuat heran oleh Compay Segundo saat seribu orang menyanyikan Chan-Chan bersama-sama dan dilanjutkan dengan melelang topi koboi ciri khasnya itu yang langsung laku 17.500 US Dolar. Fidel Castro hanya berkomentar \"I can't believe that someone paid $17,500 for Compay's hat\u201d <\/em>dengan penuh keterkejutan. Dana yang didapat dari lelang topi itu diserahkan kepada otoritas kesehatan di Kuba.\n\nPada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. Compay bukan juru bicara biasa. Minatnya yang begitu besar pada tembakau adalah alasan dibalik dia menerima tawaran sebagai duta cerutu Kuba. Karena kecintaannya pada tembakau inilah Compay kadang-kadang mengunjungi sahabatnya, Alejandro Robaina, seorang petani sekaligus ekspertis tembakau Kuba. Mereka sering terlihat duduk berdua di kebun sembari menikamati cerutu dan berbincang tentang kehidupan.\n\nPada suatu ketika Compay pernah ditanya tentang rahasia umur panjanganya. Saat itu diusianya yang 90 tahun itu dia masih nampak begitu bugar dan enerjik. Menjawab pertanyaan itu Compay berkata: \"Boy, it's very simple. I drink a lot, I smoke a lot and I fuck a lot.\"<\/em>","post_title":"Compay Segundo","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"compay-segundo","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 15:01:16","post_modified_gmt":"2024-12-10 08:01:16","post_content_filtered":"
Pada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. <\/em><\/h4>\r\nhttps:\/\/youtu.be\/c-L1Dj5a0n4[\/embed]\r\n\r\nMungkin di Indonesia nama musisi satu ini jarang didengar. Bahkan ketika ia sudah tenar dengan grup bentukan Ry Cooder, Buena Vista Social Club. Tetap saja namanya tak setenar Gipsy Kings. Dia bukan hanya musisi besar yang sanggup membawakan sukacita dan emosi saat musik rakyat Kuba didendangkan. Lebih dari itu, berkat dia-lah cerutu Kuba terangkat secara membanggakan dan terkesan glamor. Dia jarang terlihat tidak memegang cerutu, kecuali tentu saja saat ia memetik Armonica, sebuah gitar berdawai tujuh yang mampu menambah kekayaan nuansa musiknya. Siapakah dia?\r\n\r\nYa, dialah Compay Segundo, sang legenda musik Kuba dan duta cerutu Kuba, wafat pada usia 95 tahun.\r\n\r\nCompay dilahirkan di Siboney pada 18 November 1907 dengan nama Maximo Francisco Rapilado Mu\u00f1oz. Pada umur sembilan tahun Compay pindah ke Santiago de Cuba. Di usia itulah Comapy pertama kali tampil bersama kelompok musik lokal yang disutradarai oleh gurunya, Enrique Bueno. Nama panggung depannya, Compay berasal dari bahasa slang di Kuba, compadre <\/em>yang artinya \"kawan\". Sedang Segundo mengacu suara harmoni bass yang dibawakannya.\r\n\r\nDia memulai karir musiknya pada tahun 1920 dengan beberapa maestro besar seperti Sindo Garay, Nico Saquito, Miguel Matamoros dan Benny Mor\u00ea. Pada 1930-an dan 1940-an ia memainkan klarinet untuk kelompok El Conjunto Matamoros. Ia tidak memiliki kelompok sendiri sampai tahun 1956, ketika ia membentuk trio Compay Segundo y sus Muchachos.\r\n\r\nMeskipun sudah terkenal di seluruh Kuba, namun ketenaran Compay sebagai musisi tidak mendunia. Hingga datang seorang Ry Cooder dan Wim Wanders yang memproduksi musik-musik Kuba dan menyatukannya dalam sebuah kelompok yang diberi nama Buena Vista Social Club. Proses produksi dan kehidupan keseharian anggota kelompok musik ini difilmkan oleh Wim Wanders dan dirilis dengan judul yang sama, Buena Vista Social Club.\r\n\r\nBuena Viesta Social Club<\/a> adalah berkah tersendiri bagi musisi-musisi senior yang tergabung di dalamnya. Selain Compay Segundo, kelompok itu beranggotakan Ibrahim Ferrer, Ruben Gonzales, dan Eliades Ochoa. Ketenaran Compay dan rekan-rekannya di Buena Vista Social Club segera mendunia. Selain mengantarkan mereka meraih Grammy Award pada tahun 1997, filmnya telah menaikkan status sosial mereka sebagai selebriti di Kuba. Setelah dirilisnya film itu Compay Segundo selalu diundang menghadiri gala dinner dan pesta cerutu yang diadakan di Kuba<\/a>.\r\n\r\nSebelum terbentuknya Buena Vista Social Club, kehidupan Compay Segundo sebagai musisi di Kuba tidaklah mudah. Compay menambal kekurangan pendapatannya dari musik dengan bekerja sebagai pelinting cerutu. Compay sudah menjalani pekerjaan melinting sejak berusia 14 tahun. Dia mengaku bisa melinting hingga 300 cerutu sehari. Pada awal abad 20 cerutu Kuba mempunyai model kecil seperti panatella atau corona. Namun saat ini standar cerutu Kuba lebih besar. Seorang pelinting cerutu handal sekalipun paling hanya mampu menghasilkan 80 \u2013 130 batang per hari. Dan pada sebuah wawancara dengan majalah Cigar Aficionado, Compay mengaku bahwa dia bukan seorang pelinting yang baik. Dia pernah dipecat oleh Ramon Cifuentes dari Partagas, perusahaan cerutu Kuba yang berdiri sejak 1845.\r\n\r\nHarus diakui, sejak terbentuknya Buena Vista Social Club, pesona Compay sebagai selebriti memang tidak terelakkan. Saking populernya apapun yang disandang dan dilakukan Compay dalam kehidupan sehari-hari segera jadi panutan para penggemarnya. Suatu ketika pemimpin Kuba pernah dibuat heran oleh Compay Segundo saat seribu orang menyanyikan Chan-Chan bersama-sama dan dilanjutkan dengan melelang topi koboi ciri khasnya itu yang langsung laku 17.500 US Dolar. Fidel Castro hanya berkomentar \"I can't believe that someone paid $17,500 for Compay's hat\u201d <\/em>dengan penuh keterkejutan. Dana yang didapat dari lelang topi itu diserahkan kepada otoritas kesehatan di Kuba.\r\n\r\nPada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. Compay bukan juru bicara biasa. Minatnya yang begitu besar pada tembakau adalah alasan dibalik dia menerima tawaran sebagai duta cerutu Kuba. Karena kecintaannya pada tembakau inilah Compay kadang-kadang mengunjungi sahabatnya, Alejandro Robaina, seorang petani sekaligus ekspertis tembakau Kuba. Mereka sering terlihat duduk berdua di kebun sembari menikamati cerutu dan berbincang tentang kehidupan.\r\n\r\nPada suatu ketika Compay pernah ditanya tentang rahasia umur panjanganya. Saat itu diusianya yang 90 tahun itu dia masih nampak begitu bugar dan enerjik. Menjawab pertanyaan itu Compay berkata: \"Boy, it's very simple. I drink a lot, I smoke a lot and I fuck a lot.\"<\/em>","post_parent":0,"guid":"http:\/\/www.bolehmerokok.com\/?p=2553","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2543,"post_author":"860","post_date":"2016-04-05 12:50:53","post_date_gmt":"2016-04-05 05:50:53","post_content":"
Adegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut.<\/em><\/h4>\n\nhttps:\/\/youtu.be\/ISNd4PbHFTc[\/embed]\n\nBerporos pada pinggangnya, penari bertopeng itu meliukkan bagian atas tubuhnya dari depan ke belakang sembari berputar berlawanan arah jarum jam untuk kembali ke posisi semula. Diiringi bunyi gamelan yang bertalu-talu, liukan itu dilakukan dengan kelenturan layaknya pebalet profesional yang hanya tinggal menyisakan jarak satu jengkal dengan lantai. Gerakan khas itu dikenal dengan nama \u201cGaleyong\u201d. Satu gerakan tari yang menjadi ciri khas Tari Topeng Cirebon gaya Losari.\n\nRasa penasaran mulai muncul. Tontonan tari tradisi pada saat ini bisa dibilang adalah barang yang sangat langka untuk bisa dilihat dalam tayangan televisi komersial yang hadir setiap saat di dalam keseharian kita. Untunglah, di jaman kemajuan teknologi informasi saat ini tayangan video di internet dapat dengan mudah hadir dalam genggaman piranti telepon pintar atau yang sekarang ini disebut dengan istilah \"gawai\".\n\nSaya merasa beruntung saat sedang iseng berselancar di berbagai tayangan video yang beraneka ragam bisa menemukan tarian yang begitu menarik. Saya pun segera membaca berbagai informasi yang tersedia di laman media sosial berbagi video itu. Pengunggah video itu adalah seseorang berkebangsaan Hungaria bernama Korn\u00e9l Magyar, yang ternyata merupakan seorang pemain perkusi di negaranya yang kerap menampilkan koreografi gamelan dan berbagai alat musik dari Asia.\n\nMagyar saat itu mengunggah video itu dengan keterbatasan pengetahuannya mengatakan bahwasanya sosok yang tampil dalam tarian itu adalah putri dari mendiang Mimi Rasinah, maestro Topeng Cirebon dari Indramayu. Komentar-komentar yang muncul kemudian memberikan koreksi bahwa yang tampil adalah Nur Anani, putri dari Mimi Dewi kemenakan dari Mimi Sawitri yang merupakan maestro Topeng Cirebon dari Losari.\n\nBegitu hebatnya, media sosial pada saat ini, begitu informatif, baru selesai menonton tarian Topeng yang begitu atraktif komentar-komentar langsung memberikan referensi yang sungguh membuka pikiran. Tak cukup hanya itu salah satu komentar menyebutkan adanya tarian lain yang bernama Rumyang. Saya pun segera mencari referensi di mesin pencari dan memang benar bahwa Topeng Cirebon mempunyai lima jenis tarian yang terdiri dari tari Topeng Panji, Pamindo, Rumyang, Tumenggung, dan Klana.\n\n
Dari Video kemudian Jelajah Cerita<\/h3>\n\nDi sini saya berpikir, dari secuil tayangan video ini ternyata begitu banyak informasi bisa didapatkan. Dengan penelusuran lebih jauh menggunakan metode investigasi media ternyata tayangan video tersebut plus berbagai komentarnya tak hanya berhasil memotret dunia kreatif melainkan juga memberikan banyak sekali informasi yang selama ini luput dari perhatian orang awam seperti saya.\n\nSiapa sangka video berdurasi kurang dari 9 menit itu membawa cerita yang membanggakan bahkan mengharukan. Di awal tayangan tampak seorang perempuan penari senior yakni Mimi Rasinah, membisikkan sesuatu di telinga penari<\/a> yang waktu itu masih sangat yunior yakni Nur Anani, yang duduk membelakangi penoton untuk segera memulai pementasan. Berikutnya Nur Anani tampak mengatakan sesuatu pada salah seorang Panjak (pemain gamelan) yang bertugas menabuh Kecrek yang digantungkan pada sebuah kotak besar yang biasa dipergunakan untuk menyimpan wayang. Sambil memainkan Kecrek dan memukul kotak wayang dengan Cempala (pemukul) sang panjak sebelumnya berkata \u201c\u2026\u2026..Tumenggung Magangdiraja.\u201d\n\nAdegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut. Video itu adalah rekaman dari sebuah kolaborasi yang sangat langka dari tiga wilayah di Cirebon yang memiliki maestro tari Topeng. Sebagai penari senior dan maestro mendiang Mimi Rasinah terlihat masih sangat bugar dalam tayangan itu, dia mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Indramayu. Sang penampil adalah Nur Anani yang masih berumur belasan tahun saat itu, mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Losari. Sementara para pengiringnya bersama seorang perempuan muda dewasa yang duduk di sebelah Mimi Rasinah adalah Wangi Indria, mereka adalah keluarga para seniman dari padepokan Tari Topeng Cirebon gaya Slangit.\n\nSungguh suatu kolaborasi<\/a> yang hebat. Sebuah peristiwa yang sangat langka mengingat dalam tradisi pertunjukan rakyat biasanya sangat lekat dengan ego masing-masing. Bisa tampilnya tiga padepokan besar dalam satu tayangan video pasti menyiratkan sebuah peristiwa luar bisa yang melatarbelakangi pertunjukan itu. Jika dilihat di peta daerah Cirebon tiga wilayah itu adalah wilayah yang saling berjauhan satu sama lain, bahkan jika dibuat garis bisa membentuk sebuah segitiga yang meliputi bentangan yang melewati Kabupaten Cirebon, Kotamadya Cirebon dan Kabupaten Indramayu.\n\nUsut punya usut berdasarkan penelusuran berbagai referensi, peristiwa kolaborasi dalam video itu ternyata merupakan peristiwa yang jarang terjadi. Bagaimana tidak, pada saat video itu dibuat kesenioran Mimi Rasinah ditemani oleh para pegiat dan peneliti budaya seperti Toto Amsar Suanda dan Endo Suanda (pengajar di STSI Bandung), juga kesediaan Maestro Topeng Slangit Sujana Arja menjadi fasilitator, dan bakat besar yang dimiliki oleh Nur Anani, mahasiswa STSI sekaligus kemenakan Maestro Topeng Mimi Sawitri, dan dokumenter film amatir dari seorang pencinta budaya Nusantara dari Hungaria, mereka semua adalah para kontributor yang memungkinkan adanya video di atas.\n\nSungguh \u2026 sebuah tayangan yang sangat berarti.","post_title":"Kolaborasi Para Maestro untuk Tari Topeng","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"tari-topeng","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:57:00","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:57:00","post_content_filtered":"
Adegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut.<\/em><\/h4>\r\nhttps:\/\/youtu.be\/ISNd4PbHFTc[\/embed]\r\n\r\nBerporos pada pinggangnya, penari bertopeng itu meliukkan bagian atas tubuhnya dari depan ke belakang sembari berputar berlawanan arah jarum jam untuk kembali ke posisi semula. Diiringi bunyi gamelan yang bertalu-talu, liukan itu dilakukan dengan kelenturan layaknya pebalet profesional yang hanya tinggal menyisakan jarak satu jengkal dengan lantai. Gerakan khas itu dikenal dengan nama \u201cGaleyong\u201d. Satu gerakan tari yang menjadi ciri khas Tari Topeng Cirebon gaya Losari.\r\n\r\nRasa penasaran mulai muncul. Tontonan tari tradisi pada saat ini bisa dibilang adalah barang yang sangat langka untuk bisa dilihat dalam tayangan televisi komersial yang hadir setiap saat di dalam keseharian kita. Untunglah, di jaman kemajuan teknologi informasi saat ini tayangan video di internet dapat dengan mudah hadir dalam genggaman piranti telepon pintar atau yang sekarang ini disebut dengan istilah \"gawai\".\r\n\r\nSaya merasa beruntung saat sedang iseng berselancar di berbagai tayangan video yang beraneka ragam bisa menemukan tarian yang begitu menarik. Saya pun segera membaca berbagai informasi yang tersedia di laman media sosial berbagi video itu. Pengunggah video itu adalah seseorang berkebangsaan Hungaria bernama Korn\u00e9l Magyar, yang ternyata merupakan seorang pemain perkusi di negaranya yang kerap menampilkan koreografi gamelan dan berbagai alat musik dari Asia.\r\n\r\nMagyar saat itu mengunggah video itu dengan keterbatasan pengetahuannya mengatakan bahwasanya sosok yang tampil dalam tarian itu adalah putri dari mendiang Mimi Rasinah, maestro Topeng Cirebon dari Indramayu. Komentar-komentar yang muncul kemudian memberikan koreksi bahwa yang tampil adalah Nur Anani, putri dari Mimi Dewi kemenakan dari Mimi Sawitri yang merupakan maestro Topeng Cirebon dari Losari.\r\n\r\nBegitu hebatnya, media sosial pada saat ini, begitu informatif, baru selesai menonton tarian Topeng yang begitu atraktif komentar-komentar langsung memberikan referensi yang sungguh membuka pikiran. Tak cukup hanya itu salah satu komentar menyebutkan adanya tarian lain yang bernama Rumyang. Saya pun segera mencari referensi di mesin pencari dan memang benar bahwa Topeng Cirebon mempunyai lima jenis tarian yang terdiri dari tari Topeng Panji, Pamindo, Rumyang, Tumenggung, dan Klana.\r\n
Dari Video kemudian Jelajah Cerita<\/h3>\r\nDi sini saya berpikir, dari secuil tayangan video ini ternyata begitu banyak informasi bisa didapatkan. Dengan penelusuran lebih jauh menggunakan metode investigasi media ternyata tayangan video tersebut plus berbagai komentarnya tak hanya berhasil memotret dunia kreatif melainkan juga memberikan banyak sekali informasi yang selama ini luput dari perhatian orang awam seperti saya.\r\n\r\nSiapa sangka video berdurasi kurang dari 9 menit itu membawa cerita yang membanggakan bahkan mengharukan. Di awal tayangan tampak seorang perempuan penari senior yakni Mimi Rasinah, membisikkan sesuatu di telinga penari<\/a> yang waktu itu masih sangat yunior yakni Nur Anani, yang duduk membelakangi penoton untuk segera memulai pementasan. Berikutnya Nur Anani tampak mengatakan sesuatu pada salah seorang Panjak (pemain gamelan) yang bertugas menabuh Kecrek yang digantungkan pada sebuah kotak besar yang biasa dipergunakan untuk menyimpan wayang. Sambil memainkan Kecrek dan memukul kotak wayang dengan Cempala (pemukul) sang panjak sebelumnya berkata \u201c\u2026\u2026..Tumenggung Magangdiraja.\u201d\r\n\r\nAdegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut. Video itu adalah rekaman dari sebuah kolaborasi yang sangat langka dari tiga wilayah di Cirebon yang memiliki maestro tari Topeng. Sebagai penari senior dan maestro mendiang Mimi Rasinah terlihat masih sangat bugar dalam tayangan itu, dia mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Indramayu. Sang penampil adalah Nur Anani yang masih berumur belasan tahun saat itu, mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Losari. Sementara para pengiringnya bersama seorang perempuan muda dewasa yang duduk di sebelah Mimi Rasinah adalah Wangi Indria, mereka adalah keluarga para seniman dari padepokan Tari Topeng Cirebon gaya Slangit.\r\n\r\nSungguh suatu kolaborasi<\/a> yang hebat. Sebuah peristiwa yang sangat langka mengingat dalam tradisi pertunjukan rakyat biasanya sangat lekat dengan ego masing-masing. Bisa tampilnya tiga padepokan besar dalam satu tayangan video pasti menyiratkan sebuah peristiwa luar bisa yang melatarbelakangi pertunjukan itu. Jika dilihat di peta daerah Cirebon tiga wilayah itu adalah wilayah yang saling berjauhan satu sama lain, bahkan jika dibuat garis bisa membentuk sebuah segitiga yang meliputi bentangan yang melewati Kabupaten Cirebon, Kotamadya Cirebon dan Kabupaten Indramayu.\r\n\r\nUsut punya usut berdasarkan penelusuran berbagai referensi, peristiwa kolaborasi dalam video itu ternyata merupakan peristiwa yang jarang terjadi. Bagaimana tidak, pada saat video itu dibuat kesenioran Mimi Rasinah ditemani oleh para pegiat dan peneliti budaya seperti Toto Amsar Suanda dan Endo Suanda (pengajar di STSI Bandung), juga kesediaan Maestro Topeng Slangit Sujana Arja menjadi fasilitator, dan bakat besar yang dimiliki oleh Nur Anani, mahasiswa STSI sekaligus kemenakan Maestro Topeng Mimi Sawitri, dan dokumenter film amatir dari seorang pencinta budaya Nusantara dari Hungaria, mereka semua adalah para kontributor yang memungkinkan adanya video di atas.\r\n\r\nSungguh \u2026 sebuah tayangan yang sangat berarti.","post_parent":0,"guid":"http:\/\/www.bolehmerokok.com\/?p=2543","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
<\/p>\n\n\n\n
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n","post_title":"Kisah-Kisah dari Lereng Sumbing","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kisah-kisah-dari-lereng-sumbing","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-12-07 13:07:41","post_modified_gmt":"2023-12-07 06:07:41","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5594","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2553,"post_author":"845","post_date":"2016-04-15 07:00:47","post_date_gmt":"2016-04-15 00:00:47","post_content":"Pada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. <\/em><\/h4>\n\nhttps:\/\/youtu.be\/c-L1Dj5a0n4[\/embed]\n\nMungkin di Indonesia nama musisi satu ini jarang didengar. Bahkan ketika ia sudah tenar dengan grup bentukan Ry Cooder, Buena Vista Social Club. Tetap saja namanya tak setenar Gipsy Kings. Dia bukan hanya musisi besar yang sanggup membawakan sukacita dan emosi saat musik rakyat Kuba didendangkan. Lebih dari itu, berkat dia-lah cerutu Kuba terangkat secara membanggakan dan terkesan glamor. Dia jarang terlihat tidak memegang cerutu, kecuali tentu saja saat ia memetik Armonica, sebuah gitar berdawai tujuh yang mampu menambah kekayaan nuansa musiknya. Siapakah dia?\n\nYa, dialah Compay Segundo, sang legenda musik Kuba dan duta cerutu Kuba, wafat pada usia 95 tahun.\n\nCompay dilahirkan di Siboney pada 18 November 1907 dengan nama Maximo Francisco Rapilado Mu\u00f1oz. Pada umur sembilan tahun Compay pindah ke Santiago de Cuba. Di usia itulah Comapy pertama kali tampil bersama kelompok musik lokal yang disutradarai oleh gurunya, Enrique Bueno. Nama panggung depannya, Compay berasal dari bahasa slang di Kuba, compadre <\/em>yang artinya \"kawan\". Sedang Segundo mengacu suara harmoni bass yang dibawakannya.\n\nDia memulai karir musiknya pada tahun 1920 dengan beberapa maestro besar seperti Sindo Garay, Nico Saquito, Miguel Matamoros dan Benny Mor\u00ea. Pada 1930-an dan 1940-an ia memainkan klarinet untuk kelompok El Conjunto Matamoros. Ia tidak memiliki kelompok sendiri sampai tahun 1956, ketika ia membentuk trio Compay Segundo y sus Muchachos.\n\nMeskipun sudah terkenal di seluruh Kuba, namun ketenaran Compay sebagai musisi tidak mendunia. Hingga datang seorang Ry Cooder dan Wim Wanders yang memproduksi musik-musik Kuba dan menyatukannya dalam sebuah kelompok yang diberi nama Buena Vista Social Club. Proses produksi dan kehidupan keseharian anggota kelompok musik ini difilmkan oleh Wim Wanders dan dirilis dengan judul yang sama, Buena Vista Social Club.\n\nBuena Viesta Social Club<\/a> adalah berkah tersendiri bagi musisi-musisi senior yang tergabung di dalamnya. Selain Compay Segundo, kelompok itu beranggotakan Ibrahim Ferrer, Ruben Gonzales, dan Eliades Ochoa. Ketenaran Compay dan rekan-rekannya di Buena Vista Social Club segera mendunia. Selain mengantarkan mereka meraih Grammy Award pada tahun 1997, filmnya telah menaikkan status sosial mereka sebagai selebriti di Kuba. Setelah dirilisnya film itu Compay Segundo selalu diundang menghadiri gala dinner dan pesta cerutu yang diadakan di Kuba<\/a>.\n\nSebelum terbentuknya Buena Vista Social Club, kehidupan Compay Segundo sebagai musisi di Kuba tidaklah mudah. Compay menambal kekurangan pendapatannya dari musik dengan bekerja sebagai pelinting cerutu. Compay sudah menjalani pekerjaan melinting sejak berusia 14 tahun. Dia mengaku bisa melinting hingga 300 cerutu sehari. Pada awal abad 20 cerutu Kuba mempunyai model kecil seperti panatella atau corona. Namun saat ini standar cerutu Kuba lebih besar. Seorang pelinting cerutu handal sekalipun paling hanya mampu menghasilkan 80 \u2013 130 batang per hari. Dan pada sebuah wawancara dengan majalah Cigar Aficionado, Compay mengaku bahwa dia bukan seorang pelinting yang baik. Dia pernah dipecat oleh Ramon Cifuentes dari Partagas, perusahaan cerutu Kuba yang berdiri sejak 1845.\n\nHarus diakui, sejak terbentuknya Buena Vista Social Club, pesona Compay sebagai selebriti memang tidak terelakkan. Saking populernya apapun yang disandang dan dilakukan Compay dalam kehidupan sehari-hari segera jadi panutan para penggemarnya. Suatu ketika pemimpin Kuba pernah dibuat heran oleh Compay Segundo saat seribu orang menyanyikan Chan-Chan bersama-sama dan dilanjutkan dengan melelang topi koboi ciri khasnya itu yang langsung laku 17.500 US Dolar. Fidel Castro hanya berkomentar \"I can't believe that someone paid $17,500 for Compay's hat\u201d <\/em>dengan penuh keterkejutan. Dana yang didapat dari lelang topi itu diserahkan kepada otoritas kesehatan di Kuba.\n\nPada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. Compay bukan juru bicara biasa. Minatnya yang begitu besar pada tembakau adalah alasan dibalik dia menerima tawaran sebagai duta cerutu Kuba. Karena kecintaannya pada tembakau inilah Compay kadang-kadang mengunjungi sahabatnya, Alejandro Robaina, seorang petani sekaligus ekspertis tembakau Kuba. Mereka sering terlihat duduk berdua di kebun sembari menikamati cerutu dan berbincang tentang kehidupan.\n\nPada suatu ketika Compay pernah ditanya tentang rahasia umur panjanganya. Saat itu diusianya yang 90 tahun itu dia masih nampak begitu bugar dan enerjik. Menjawab pertanyaan itu Compay berkata: \"Boy, it's very simple. I drink a lot, I smoke a lot and I fuck a lot.\"<\/em>","post_title":"Compay Segundo","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"compay-segundo","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 15:01:16","post_modified_gmt":"2024-12-10 08:01:16","post_content_filtered":"
Pada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. <\/em><\/h4>\r\nhttps:\/\/youtu.be\/c-L1Dj5a0n4[\/embed]\r\n\r\nMungkin di Indonesia nama musisi satu ini jarang didengar. Bahkan ketika ia sudah tenar dengan grup bentukan Ry Cooder, Buena Vista Social Club. Tetap saja namanya tak setenar Gipsy Kings. Dia bukan hanya musisi besar yang sanggup membawakan sukacita dan emosi saat musik rakyat Kuba didendangkan. Lebih dari itu, berkat dia-lah cerutu Kuba terangkat secara membanggakan dan terkesan glamor. Dia jarang terlihat tidak memegang cerutu, kecuali tentu saja saat ia memetik Armonica, sebuah gitar berdawai tujuh yang mampu menambah kekayaan nuansa musiknya. Siapakah dia?\r\n\r\nYa, dialah Compay Segundo, sang legenda musik Kuba dan duta cerutu Kuba, wafat pada usia 95 tahun.\r\n\r\nCompay dilahirkan di Siboney pada 18 November 1907 dengan nama Maximo Francisco Rapilado Mu\u00f1oz. Pada umur sembilan tahun Compay pindah ke Santiago de Cuba. Di usia itulah Comapy pertama kali tampil bersama kelompok musik lokal yang disutradarai oleh gurunya, Enrique Bueno. Nama panggung depannya, Compay berasal dari bahasa slang di Kuba, compadre <\/em>yang artinya \"kawan\". Sedang Segundo mengacu suara harmoni bass yang dibawakannya.\r\n\r\nDia memulai karir musiknya pada tahun 1920 dengan beberapa maestro besar seperti Sindo Garay, Nico Saquito, Miguel Matamoros dan Benny Mor\u00ea. Pada 1930-an dan 1940-an ia memainkan klarinet untuk kelompok El Conjunto Matamoros. Ia tidak memiliki kelompok sendiri sampai tahun 1956, ketika ia membentuk trio Compay Segundo y sus Muchachos.\r\n\r\nMeskipun sudah terkenal di seluruh Kuba, namun ketenaran Compay sebagai musisi tidak mendunia. Hingga datang seorang Ry Cooder dan Wim Wanders yang memproduksi musik-musik Kuba dan menyatukannya dalam sebuah kelompok yang diberi nama Buena Vista Social Club. Proses produksi dan kehidupan keseharian anggota kelompok musik ini difilmkan oleh Wim Wanders dan dirilis dengan judul yang sama, Buena Vista Social Club.\r\n\r\nBuena Viesta Social Club<\/a> adalah berkah tersendiri bagi musisi-musisi senior yang tergabung di dalamnya. Selain Compay Segundo, kelompok itu beranggotakan Ibrahim Ferrer, Ruben Gonzales, dan Eliades Ochoa. Ketenaran Compay dan rekan-rekannya di Buena Vista Social Club segera mendunia. Selain mengantarkan mereka meraih Grammy Award pada tahun 1997, filmnya telah menaikkan status sosial mereka sebagai selebriti di Kuba. Setelah dirilisnya film itu Compay Segundo selalu diundang menghadiri gala dinner dan pesta cerutu yang diadakan di Kuba<\/a>.\r\n\r\nSebelum terbentuknya Buena Vista Social Club, kehidupan Compay Segundo sebagai musisi di Kuba tidaklah mudah. Compay menambal kekurangan pendapatannya dari musik dengan bekerja sebagai pelinting cerutu. Compay sudah menjalani pekerjaan melinting sejak berusia 14 tahun. Dia mengaku bisa melinting hingga 300 cerutu sehari. Pada awal abad 20 cerutu Kuba mempunyai model kecil seperti panatella atau corona. Namun saat ini standar cerutu Kuba lebih besar. Seorang pelinting cerutu handal sekalipun paling hanya mampu menghasilkan 80 \u2013 130 batang per hari. Dan pada sebuah wawancara dengan majalah Cigar Aficionado, Compay mengaku bahwa dia bukan seorang pelinting yang baik. Dia pernah dipecat oleh Ramon Cifuentes dari Partagas, perusahaan cerutu Kuba yang berdiri sejak 1845.\r\n\r\nHarus diakui, sejak terbentuknya Buena Vista Social Club, pesona Compay sebagai selebriti memang tidak terelakkan. Saking populernya apapun yang disandang dan dilakukan Compay dalam kehidupan sehari-hari segera jadi panutan para penggemarnya. Suatu ketika pemimpin Kuba pernah dibuat heran oleh Compay Segundo saat seribu orang menyanyikan Chan-Chan bersama-sama dan dilanjutkan dengan melelang topi koboi ciri khasnya itu yang langsung laku 17.500 US Dolar. Fidel Castro hanya berkomentar \"I can't believe that someone paid $17,500 for Compay's hat\u201d <\/em>dengan penuh keterkejutan. Dana yang didapat dari lelang topi itu diserahkan kepada otoritas kesehatan di Kuba.\r\n\r\nPada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. Compay bukan juru bicara biasa. Minatnya yang begitu besar pada tembakau adalah alasan dibalik dia menerima tawaran sebagai duta cerutu Kuba. Karena kecintaannya pada tembakau inilah Compay kadang-kadang mengunjungi sahabatnya, Alejandro Robaina, seorang petani sekaligus ekspertis tembakau Kuba. Mereka sering terlihat duduk berdua di kebun sembari menikamati cerutu dan berbincang tentang kehidupan.\r\n\r\nPada suatu ketika Compay pernah ditanya tentang rahasia umur panjanganya. Saat itu diusianya yang 90 tahun itu dia masih nampak begitu bugar dan enerjik. Menjawab pertanyaan itu Compay berkata: \"Boy, it's very simple. I drink a lot, I smoke a lot and I fuck a lot.\"<\/em>","post_parent":0,"guid":"http:\/\/www.bolehmerokok.com\/?p=2553","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2543,"post_author":"860","post_date":"2016-04-05 12:50:53","post_date_gmt":"2016-04-05 05:50:53","post_content":"
Adegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut.<\/em><\/h4>\n\nhttps:\/\/youtu.be\/ISNd4PbHFTc[\/embed]\n\nBerporos pada pinggangnya, penari bertopeng itu meliukkan bagian atas tubuhnya dari depan ke belakang sembari berputar berlawanan arah jarum jam untuk kembali ke posisi semula. Diiringi bunyi gamelan yang bertalu-talu, liukan itu dilakukan dengan kelenturan layaknya pebalet profesional yang hanya tinggal menyisakan jarak satu jengkal dengan lantai. Gerakan khas itu dikenal dengan nama \u201cGaleyong\u201d. Satu gerakan tari yang menjadi ciri khas Tari Topeng Cirebon gaya Losari.\n\nRasa penasaran mulai muncul. Tontonan tari tradisi pada saat ini bisa dibilang adalah barang yang sangat langka untuk bisa dilihat dalam tayangan televisi komersial yang hadir setiap saat di dalam keseharian kita. Untunglah, di jaman kemajuan teknologi informasi saat ini tayangan video di internet dapat dengan mudah hadir dalam genggaman piranti telepon pintar atau yang sekarang ini disebut dengan istilah \"gawai\".\n\nSaya merasa beruntung saat sedang iseng berselancar di berbagai tayangan video yang beraneka ragam bisa menemukan tarian yang begitu menarik. Saya pun segera membaca berbagai informasi yang tersedia di laman media sosial berbagi video itu. Pengunggah video itu adalah seseorang berkebangsaan Hungaria bernama Korn\u00e9l Magyar, yang ternyata merupakan seorang pemain perkusi di negaranya yang kerap menampilkan koreografi gamelan dan berbagai alat musik dari Asia.\n\nMagyar saat itu mengunggah video itu dengan keterbatasan pengetahuannya mengatakan bahwasanya sosok yang tampil dalam tarian itu adalah putri dari mendiang Mimi Rasinah, maestro Topeng Cirebon dari Indramayu. Komentar-komentar yang muncul kemudian memberikan koreksi bahwa yang tampil adalah Nur Anani, putri dari Mimi Dewi kemenakan dari Mimi Sawitri yang merupakan maestro Topeng Cirebon dari Losari.\n\nBegitu hebatnya, media sosial pada saat ini, begitu informatif, baru selesai menonton tarian Topeng yang begitu atraktif komentar-komentar langsung memberikan referensi yang sungguh membuka pikiran. Tak cukup hanya itu salah satu komentar menyebutkan adanya tarian lain yang bernama Rumyang. Saya pun segera mencari referensi di mesin pencari dan memang benar bahwa Topeng Cirebon mempunyai lima jenis tarian yang terdiri dari tari Topeng Panji, Pamindo, Rumyang, Tumenggung, dan Klana.\n\n
Dari Video kemudian Jelajah Cerita<\/h3>\n\nDi sini saya berpikir, dari secuil tayangan video ini ternyata begitu banyak informasi bisa didapatkan. Dengan penelusuran lebih jauh menggunakan metode investigasi media ternyata tayangan video tersebut plus berbagai komentarnya tak hanya berhasil memotret dunia kreatif melainkan juga memberikan banyak sekali informasi yang selama ini luput dari perhatian orang awam seperti saya.\n\nSiapa sangka video berdurasi kurang dari 9 menit itu membawa cerita yang membanggakan bahkan mengharukan. Di awal tayangan tampak seorang perempuan penari senior yakni Mimi Rasinah, membisikkan sesuatu di telinga penari<\/a> yang waktu itu masih sangat yunior yakni Nur Anani, yang duduk membelakangi penoton untuk segera memulai pementasan. Berikutnya Nur Anani tampak mengatakan sesuatu pada salah seorang Panjak (pemain gamelan) yang bertugas menabuh Kecrek yang digantungkan pada sebuah kotak besar yang biasa dipergunakan untuk menyimpan wayang. Sambil memainkan Kecrek dan memukul kotak wayang dengan Cempala (pemukul) sang panjak sebelumnya berkata \u201c\u2026\u2026..Tumenggung Magangdiraja.\u201d\n\nAdegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut. Video itu adalah rekaman dari sebuah kolaborasi yang sangat langka dari tiga wilayah di Cirebon yang memiliki maestro tari Topeng. Sebagai penari senior dan maestro mendiang Mimi Rasinah terlihat masih sangat bugar dalam tayangan itu, dia mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Indramayu. Sang penampil adalah Nur Anani yang masih berumur belasan tahun saat itu, mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Losari. Sementara para pengiringnya bersama seorang perempuan muda dewasa yang duduk di sebelah Mimi Rasinah adalah Wangi Indria, mereka adalah keluarga para seniman dari padepokan Tari Topeng Cirebon gaya Slangit.\n\nSungguh suatu kolaborasi<\/a> yang hebat. Sebuah peristiwa yang sangat langka mengingat dalam tradisi pertunjukan rakyat biasanya sangat lekat dengan ego masing-masing. Bisa tampilnya tiga padepokan besar dalam satu tayangan video pasti menyiratkan sebuah peristiwa luar bisa yang melatarbelakangi pertunjukan itu. Jika dilihat di peta daerah Cirebon tiga wilayah itu adalah wilayah yang saling berjauhan satu sama lain, bahkan jika dibuat garis bisa membentuk sebuah segitiga yang meliputi bentangan yang melewati Kabupaten Cirebon, Kotamadya Cirebon dan Kabupaten Indramayu.\n\nUsut punya usut berdasarkan penelusuran berbagai referensi, peristiwa kolaborasi dalam video itu ternyata merupakan peristiwa yang jarang terjadi. Bagaimana tidak, pada saat video itu dibuat kesenioran Mimi Rasinah ditemani oleh para pegiat dan peneliti budaya seperti Toto Amsar Suanda dan Endo Suanda (pengajar di STSI Bandung), juga kesediaan Maestro Topeng Slangit Sujana Arja menjadi fasilitator, dan bakat besar yang dimiliki oleh Nur Anani, mahasiswa STSI sekaligus kemenakan Maestro Topeng Mimi Sawitri, dan dokumenter film amatir dari seorang pencinta budaya Nusantara dari Hungaria, mereka semua adalah para kontributor yang memungkinkan adanya video di atas.\n\nSungguh \u2026 sebuah tayangan yang sangat berarti.","post_title":"Kolaborasi Para Maestro untuk Tari Topeng","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"tari-topeng","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:57:00","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:57:00","post_content_filtered":"
Adegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut.<\/em><\/h4>\r\nhttps:\/\/youtu.be\/ISNd4PbHFTc[\/embed]\r\n\r\nBerporos pada pinggangnya, penari bertopeng itu meliukkan bagian atas tubuhnya dari depan ke belakang sembari berputar berlawanan arah jarum jam untuk kembali ke posisi semula. Diiringi bunyi gamelan yang bertalu-talu, liukan itu dilakukan dengan kelenturan layaknya pebalet profesional yang hanya tinggal menyisakan jarak satu jengkal dengan lantai. Gerakan khas itu dikenal dengan nama \u201cGaleyong\u201d. Satu gerakan tari yang menjadi ciri khas Tari Topeng Cirebon gaya Losari.\r\n\r\nRasa penasaran mulai muncul. Tontonan tari tradisi pada saat ini bisa dibilang adalah barang yang sangat langka untuk bisa dilihat dalam tayangan televisi komersial yang hadir setiap saat di dalam keseharian kita. Untunglah, di jaman kemajuan teknologi informasi saat ini tayangan video di internet dapat dengan mudah hadir dalam genggaman piranti telepon pintar atau yang sekarang ini disebut dengan istilah \"gawai\".\r\n\r\nSaya merasa beruntung saat sedang iseng berselancar di berbagai tayangan video yang beraneka ragam bisa menemukan tarian yang begitu menarik. Saya pun segera membaca berbagai informasi yang tersedia di laman media sosial berbagi video itu. Pengunggah video itu adalah seseorang berkebangsaan Hungaria bernama Korn\u00e9l Magyar, yang ternyata merupakan seorang pemain perkusi di negaranya yang kerap menampilkan koreografi gamelan dan berbagai alat musik dari Asia.\r\n\r\nMagyar saat itu mengunggah video itu dengan keterbatasan pengetahuannya mengatakan bahwasanya sosok yang tampil dalam tarian itu adalah putri dari mendiang Mimi Rasinah, maestro Topeng Cirebon dari Indramayu. Komentar-komentar yang muncul kemudian memberikan koreksi bahwa yang tampil adalah Nur Anani, putri dari Mimi Dewi kemenakan dari Mimi Sawitri yang merupakan maestro Topeng Cirebon dari Losari.\r\n\r\nBegitu hebatnya, media sosial pada saat ini, begitu informatif, baru selesai menonton tarian Topeng yang begitu atraktif komentar-komentar langsung memberikan referensi yang sungguh membuka pikiran. Tak cukup hanya itu salah satu komentar menyebutkan adanya tarian lain yang bernama Rumyang. Saya pun segera mencari referensi di mesin pencari dan memang benar bahwa Topeng Cirebon mempunyai lima jenis tarian yang terdiri dari tari Topeng Panji, Pamindo, Rumyang, Tumenggung, dan Klana.\r\n
Dari Video kemudian Jelajah Cerita<\/h3>\r\nDi sini saya berpikir, dari secuil tayangan video ini ternyata begitu banyak informasi bisa didapatkan. Dengan penelusuran lebih jauh menggunakan metode investigasi media ternyata tayangan video tersebut plus berbagai komentarnya tak hanya berhasil memotret dunia kreatif melainkan juga memberikan banyak sekali informasi yang selama ini luput dari perhatian orang awam seperti saya.\r\n\r\nSiapa sangka video berdurasi kurang dari 9 menit itu membawa cerita yang membanggakan bahkan mengharukan. Di awal tayangan tampak seorang perempuan penari senior yakni Mimi Rasinah, membisikkan sesuatu di telinga penari<\/a> yang waktu itu masih sangat yunior yakni Nur Anani, yang duduk membelakangi penoton untuk segera memulai pementasan. Berikutnya Nur Anani tampak mengatakan sesuatu pada salah seorang Panjak (pemain gamelan) yang bertugas menabuh Kecrek yang digantungkan pada sebuah kotak besar yang biasa dipergunakan untuk menyimpan wayang. Sambil memainkan Kecrek dan memukul kotak wayang dengan Cempala (pemukul) sang panjak sebelumnya berkata \u201c\u2026\u2026..Tumenggung Magangdiraja.\u201d\r\n\r\nAdegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut. Video itu adalah rekaman dari sebuah kolaborasi yang sangat langka dari tiga wilayah di Cirebon yang memiliki maestro tari Topeng. Sebagai penari senior dan maestro mendiang Mimi Rasinah terlihat masih sangat bugar dalam tayangan itu, dia mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Indramayu. Sang penampil adalah Nur Anani yang masih berumur belasan tahun saat itu, mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Losari. Sementara para pengiringnya bersama seorang perempuan muda dewasa yang duduk di sebelah Mimi Rasinah adalah Wangi Indria, mereka adalah keluarga para seniman dari padepokan Tari Topeng Cirebon gaya Slangit.\r\n\r\nSungguh suatu kolaborasi<\/a> yang hebat. Sebuah peristiwa yang sangat langka mengingat dalam tradisi pertunjukan rakyat biasanya sangat lekat dengan ego masing-masing. Bisa tampilnya tiga padepokan besar dalam satu tayangan video pasti menyiratkan sebuah peristiwa luar bisa yang melatarbelakangi pertunjukan itu. Jika dilihat di peta daerah Cirebon tiga wilayah itu adalah wilayah yang saling berjauhan satu sama lain, bahkan jika dibuat garis bisa membentuk sebuah segitiga yang meliputi bentangan yang melewati Kabupaten Cirebon, Kotamadya Cirebon dan Kabupaten Indramayu.\r\n\r\nUsut punya usut berdasarkan penelusuran berbagai referensi, peristiwa kolaborasi dalam video itu ternyata merupakan peristiwa yang jarang terjadi. Bagaimana tidak, pada saat video itu dibuat kesenioran Mimi Rasinah ditemani oleh para pegiat dan peneliti budaya seperti Toto Amsar Suanda dan Endo Suanda (pengajar di STSI Bandung), juga kesediaan Maestro Topeng Slangit Sujana Arja menjadi fasilitator, dan bakat besar yang dimiliki oleh Nur Anani, mahasiswa STSI sekaligus kemenakan Maestro Topeng Mimi Sawitri, dan dokumenter film amatir dari seorang pencinta budaya Nusantara dari Hungaria, mereka semua adalah para kontributor yang memungkinkan adanya video di atas.\r\n\r\nSungguh \u2026 sebuah tayangan yang sangat berarti.","post_parent":0,"guid":"http:\/\/www.bolehmerokok.com\/?p=2543","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n","post_title":"Kisah-Kisah dari Lereng Sumbing","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kisah-kisah-dari-lereng-sumbing","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-12-07 13:07:41","post_modified_gmt":"2023-12-07 06:07:41","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5594","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2553,"post_author":"845","post_date":"2016-04-15 07:00:47","post_date_gmt":"2016-04-15 00:00:47","post_content":"Pada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. <\/em><\/h4>\n\nhttps:\/\/youtu.be\/c-L1Dj5a0n4[\/embed]\n\nMungkin di Indonesia nama musisi satu ini jarang didengar. Bahkan ketika ia sudah tenar dengan grup bentukan Ry Cooder, Buena Vista Social Club. Tetap saja namanya tak setenar Gipsy Kings. Dia bukan hanya musisi besar yang sanggup membawakan sukacita dan emosi saat musik rakyat Kuba didendangkan. Lebih dari itu, berkat dia-lah cerutu Kuba terangkat secara membanggakan dan terkesan glamor. Dia jarang terlihat tidak memegang cerutu, kecuali tentu saja saat ia memetik Armonica, sebuah gitar berdawai tujuh yang mampu menambah kekayaan nuansa musiknya. Siapakah dia?\n\nYa, dialah Compay Segundo, sang legenda musik Kuba dan duta cerutu Kuba, wafat pada usia 95 tahun.\n\nCompay dilahirkan di Siboney pada 18 November 1907 dengan nama Maximo Francisco Rapilado Mu\u00f1oz. Pada umur sembilan tahun Compay pindah ke Santiago de Cuba. Di usia itulah Comapy pertama kali tampil bersama kelompok musik lokal yang disutradarai oleh gurunya, Enrique Bueno. Nama panggung depannya, Compay berasal dari bahasa slang di Kuba, compadre <\/em>yang artinya \"kawan\". Sedang Segundo mengacu suara harmoni bass yang dibawakannya.\n\nDia memulai karir musiknya pada tahun 1920 dengan beberapa maestro besar seperti Sindo Garay, Nico Saquito, Miguel Matamoros dan Benny Mor\u00ea. Pada 1930-an dan 1940-an ia memainkan klarinet untuk kelompok El Conjunto Matamoros. Ia tidak memiliki kelompok sendiri sampai tahun 1956, ketika ia membentuk trio Compay Segundo y sus Muchachos.\n\nMeskipun sudah terkenal di seluruh Kuba, namun ketenaran Compay sebagai musisi tidak mendunia. Hingga datang seorang Ry Cooder dan Wim Wanders yang memproduksi musik-musik Kuba dan menyatukannya dalam sebuah kelompok yang diberi nama Buena Vista Social Club. Proses produksi dan kehidupan keseharian anggota kelompok musik ini difilmkan oleh Wim Wanders dan dirilis dengan judul yang sama, Buena Vista Social Club.\n\nBuena Viesta Social Club<\/a> adalah berkah tersendiri bagi musisi-musisi senior yang tergabung di dalamnya. Selain Compay Segundo, kelompok itu beranggotakan Ibrahim Ferrer, Ruben Gonzales, dan Eliades Ochoa. Ketenaran Compay dan rekan-rekannya di Buena Vista Social Club segera mendunia. Selain mengantarkan mereka meraih Grammy Award pada tahun 1997, filmnya telah menaikkan status sosial mereka sebagai selebriti di Kuba. Setelah dirilisnya film itu Compay Segundo selalu diundang menghadiri gala dinner dan pesta cerutu yang diadakan di Kuba<\/a>.\n\nSebelum terbentuknya Buena Vista Social Club, kehidupan Compay Segundo sebagai musisi di Kuba tidaklah mudah. Compay menambal kekurangan pendapatannya dari musik dengan bekerja sebagai pelinting cerutu. Compay sudah menjalani pekerjaan melinting sejak berusia 14 tahun. Dia mengaku bisa melinting hingga 300 cerutu sehari. Pada awal abad 20 cerutu Kuba mempunyai model kecil seperti panatella atau corona. Namun saat ini standar cerutu Kuba lebih besar. Seorang pelinting cerutu handal sekalipun paling hanya mampu menghasilkan 80 \u2013 130 batang per hari. Dan pada sebuah wawancara dengan majalah Cigar Aficionado, Compay mengaku bahwa dia bukan seorang pelinting yang baik. Dia pernah dipecat oleh Ramon Cifuentes dari Partagas, perusahaan cerutu Kuba yang berdiri sejak 1845.\n\nHarus diakui, sejak terbentuknya Buena Vista Social Club, pesona Compay sebagai selebriti memang tidak terelakkan. Saking populernya apapun yang disandang dan dilakukan Compay dalam kehidupan sehari-hari segera jadi panutan para penggemarnya. Suatu ketika pemimpin Kuba pernah dibuat heran oleh Compay Segundo saat seribu orang menyanyikan Chan-Chan bersama-sama dan dilanjutkan dengan melelang topi koboi ciri khasnya itu yang langsung laku 17.500 US Dolar. Fidel Castro hanya berkomentar \"I can't believe that someone paid $17,500 for Compay's hat\u201d <\/em>dengan penuh keterkejutan. Dana yang didapat dari lelang topi itu diserahkan kepada otoritas kesehatan di Kuba.\n\nPada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. Compay bukan juru bicara biasa. Minatnya yang begitu besar pada tembakau adalah alasan dibalik dia menerima tawaran sebagai duta cerutu Kuba. Karena kecintaannya pada tembakau inilah Compay kadang-kadang mengunjungi sahabatnya, Alejandro Robaina, seorang petani sekaligus ekspertis tembakau Kuba. Mereka sering terlihat duduk berdua di kebun sembari menikamati cerutu dan berbincang tentang kehidupan.\n\nPada suatu ketika Compay pernah ditanya tentang rahasia umur panjanganya. Saat itu diusianya yang 90 tahun itu dia masih nampak begitu bugar dan enerjik. Menjawab pertanyaan itu Compay berkata: \"Boy, it's very simple. I drink a lot, I smoke a lot and I fuck a lot.\"<\/em>","post_title":"Compay Segundo","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"compay-segundo","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 15:01:16","post_modified_gmt":"2024-12-10 08:01:16","post_content_filtered":"
Pada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. <\/em><\/h4>\r\nhttps:\/\/youtu.be\/c-L1Dj5a0n4[\/embed]\r\n\r\nMungkin di Indonesia nama musisi satu ini jarang didengar. Bahkan ketika ia sudah tenar dengan grup bentukan Ry Cooder, Buena Vista Social Club. Tetap saja namanya tak setenar Gipsy Kings. Dia bukan hanya musisi besar yang sanggup membawakan sukacita dan emosi saat musik rakyat Kuba didendangkan. Lebih dari itu, berkat dia-lah cerutu Kuba terangkat secara membanggakan dan terkesan glamor. Dia jarang terlihat tidak memegang cerutu, kecuali tentu saja saat ia memetik Armonica, sebuah gitar berdawai tujuh yang mampu menambah kekayaan nuansa musiknya. Siapakah dia?\r\n\r\nYa, dialah Compay Segundo, sang legenda musik Kuba dan duta cerutu Kuba, wafat pada usia 95 tahun.\r\n\r\nCompay dilahirkan di Siboney pada 18 November 1907 dengan nama Maximo Francisco Rapilado Mu\u00f1oz. Pada umur sembilan tahun Compay pindah ke Santiago de Cuba. Di usia itulah Comapy pertama kali tampil bersama kelompok musik lokal yang disutradarai oleh gurunya, Enrique Bueno. Nama panggung depannya, Compay berasal dari bahasa slang di Kuba, compadre <\/em>yang artinya \"kawan\". Sedang Segundo mengacu suara harmoni bass yang dibawakannya.\r\n\r\nDia memulai karir musiknya pada tahun 1920 dengan beberapa maestro besar seperti Sindo Garay, Nico Saquito, Miguel Matamoros dan Benny Mor\u00ea. Pada 1930-an dan 1940-an ia memainkan klarinet untuk kelompok El Conjunto Matamoros. Ia tidak memiliki kelompok sendiri sampai tahun 1956, ketika ia membentuk trio Compay Segundo y sus Muchachos.\r\n\r\nMeskipun sudah terkenal di seluruh Kuba, namun ketenaran Compay sebagai musisi tidak mendunia. Hingga datang seorang Ry Cooder dan Wim Wanders yang memproduksi musik-musik Kuba dan menyatukannya dalam sebuah kelompok yang diberi nama Buena Vista Social Club. Proses produksi dan kehidupan keseharian anggota kelompok musik ini difilmkan oleh Wim Wanders dan dirilis dengan judul yang sama, Buena Vista Social Club.\r\n\r\nBuena Viesta Social Club<\/a> adalah berkah tersendiri bagi musisi-musisi senior yang tergabung di dalamnya. Selain Compay Segundo, kelompok itu beranggotakan Ibrahim Ferrer, Ruben Gonzales, dan Eliades Ochoa. Ketenaran Compay dan rekan-rekannya di Buena Vista Social Club segera mendunia. Selain mengantarkan mereka meraih Grammy Award pada tahun 1997, filmnya telah menaikkan status sosial mereka sebagai selebriti di Kuba. Setelah dirilisnya film itu Compay Segundo selalu diundang menghadiri gala dinner dan pesta cerutu yang diadakan di Kuba<\/a>.\r\n\r\nSebelum terbentuknya Buena Vista Social Club, kehidupan Compay Segundo sebagai musisi di Kuba tidaklah mudah. Compay menambal kekurangan pendapatannya dari musik dengan bekerja sebagai pelinting cerutu. Compay sudah menjalani pekerjaan melinting sejak berusia 14 tahun. Dia mengaku bisa melinting hingga 300 cerutu sehari. Pada awal abad 20 cerutu Kuba mempunyai model kecil seperti panatella atau corona. Namun saat ini standar cerutu Kuba lebih besar. Seorang pelinting cerutu handal sekalipun paling hanya mampu menghasilkan 80 \u2013 130 batang per hari. Dan pada sebuah wawancara dengan majalah Cigar Aficionado, Compay mengaku bahwa dia bukan seorang pelinting yang baik. Dia pernah dipecat oleh Ramon Cifuentes dari Partagas, perusahaan cerutu Kuba yang berdiri sejak 1845.\r\n\r\nHarus diakui, sejak terbentuknya Buena Vista Social Club, pesona Compay sebagai selebriti memang tidak terelakkan. Saking populernya apapun yang disandang dan dilakukan Compay dalam kehidupan sehari-hari segera jadi panutan para penggemarnya. Suatu ketika pemimpin Kuba pernah dibuat heran oleh Compay Segundo saat seribu orang menyanyikan Chan-Chan bersama-sama dan dilanjutkan dengan melelang topi koboi ciri khasnya itu yang langsung laku 17.500 US Dolar. Fidel Castro hanya berkomentar \"I can't believe that someone paid $17,500 for Compay's hat\u201d <\/em>dengan penuh keterkejutan. Dana yang didapat dari lelang topi itu diserahkan kepada otoritas kesehatan di Kuba.\r\n\r\nPada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. Compay bukan juru bicara biasa. Minatnya yang begitu besar pada tembakau adalah alasan dibalik dia menerima tawaran sebagai duta cerutu Kuba. Karena kecintaannya pada tembakau inilah Compay kadang-kadang mengunjungi sahabatnya, Alejandro Robaina, seorang petani sekaligus ekspertis tembakau Kuba. Mereka sering terlihat duduk berdua di kebun sembari menikamati cerutu dan berbincang tentang kehidupan.\r\n\r\nPada suatu ketika Compay pernah ditanya tentang rahasia umur panjanganya. Saat itu diusianya yang 90 tahun itu dia masih nampak begitu bugar dan enerjik. Menjawab pertanyaan itu Compay berkata: \"Boy, it's very simple. I drink a lot, I smoke a lot and I fuck a lot.\"<\/em>","post_parent":0,"guid":"http:\/\/www.bolehmerokok.com\/?p=2553","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2543,"post_author":"860","post_date":"2016-04-05 12:50:53","post_date_gmt":"2016-04-05 05:50:53","post_content":"
Adegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut.<\/em><\/h4>\n\nhttps:\/\/youtu.be\/ISNd4PbHFTc[\/embed]\n\nBerporos pada pinggangnya, penari bertopeng itu meliukkan bagian atas tubuhnya dari depan ke belakang sembari berputar berlawanan arah jarum jam untuk kembali ke posisi semula. Diiringi bunyi gamelan yang bertalu-talu, liukan itu dilakukan dengan kelenturan layaknya pebalet profesional yang hanya tinggal menyisakan jarak satu jengkal dengan lantai. Gerakan khas itu dikenal dengan nama \u201cGaleyong\u201d. Satu gerakan tari yang menjadi ciri khas Tari Topeng Cirebon gaya Losari.\n\nRasa penasaran mulai muncul. Tontonan tari tradisi pada saat ini bisa dibilang adalah barang yang sangat langka untuk bisa dilihat dalam tayangan televisi komersial yang hadir setiap saat di dalam keseharian kita. Untunglah, di jaman kemajuan teknologi informasi saat ini tayangan video di internet dapat dengan mudah hadir dalam genggaman piranti telepon pintar atau yang sekarang ini disebut dengan istilah \"gawai\".\n\nSaya merasa beruntung saat sedang iseng berselancar di berbagai tayangan video yang beraneka ragam bisa menemukan tarian yang begitu menarik. Saya pun segera membaca berbagai informasi yang tersedia di laman media sosial berbagi video itu. Pengunggah video itu adalah seseorang berkebangsaan Hungaria bernama Korn\u00e9l Magyar, yang ternyata merupakan seorang pemain perkusi di negaranya yang kerap menampilkan koreografi gamelan dan berbagai alat musik dari Asia.\n\nMagyar saat itu mengunggah video itu dengan keterbatasan pengetahuannya mengatakan bahwasanya sosok yang tampil dalam tarian itu adalah putri dari mendiang Mimi Rasinah, maestro Topeng Cirebon dari Indramayu. Komentar-komentar yang muncul kemudian memberikan koreksi bahwa yang tampil adalah Nur Anani, putri dari Mimi Dewi kemenakan dari Mimi Sawitri yang merupakan maestro Topeng Cirebon dari Losari.\n\nBegitu hebatnya, media sosial pada saat ini, begitu informatif, baru selesai menonton tarian Topeng yang begitu atraktif komentar-komentar langsung memberikan referensi yang sungguh membuka pikiran. Tak cukup hanya itu salah satu komentar menyebutkan adanya tarian lain yang bernama Rumyang. Saya pun segera mencari referensi di mesin pencari dan memang benar bahwa Topeng Cirebon mempunyai lima jenis tarian yang terdiri dari tari Topeng Panji, Pamindo, Rumyang, Tumenggung, dan Klana.\n\n
Dari Video kemudian Jelajah Cerita<\/h3>\n\nDi sini saya berpikir, dari secuil tayangan video ini ternyata begitu banyak informasi bisa didapatkan. Dengan penelusuran lebih jauh menggunakan metode investigasi media ternyata tayangan video tersebut plus berbagai komentarnya tak hanya berhasil memotret dunia kreatif melainkan juga memberikan banyak sekali informasi yang selama ini luput dari perhatian orang awam seperti saya.\n\nSiapa sangka video berdurasi kurang dari 9 menit itu membawa cerita yang membanggakan bahkan mengharukan. Di awal tayangan tampak seorang perempuan penari senior yakni Mimi Rasinah, membisikkan sesuatu di telinga penari<\/a> yang waktu itu masih sangat yunior yakni Nur Anani, yang duduk membelakangi penoton untuk segera memulai pementasan. Berikutnya Nur Anani tampak mengatakan sesuatu pada salah seorang Panjak (pemain gamelan) yang bertugas menabuh Kecrek yang digantungkan pada sebuah kotak besar yang biasa dipergunakan untuk menyimpan wayang. Sambil memainkan Kecrek dan memukul kotak wayang dengan Cempala (pemukul) sang panjak sebelumnya berkata \u201c\u2026\u2026..Tumenggung Magangdiraja.\u201d\n\nAdegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut. Video itu adalah rekaman dari sebuah kolaborasi yang sangat langka dari tiga wilayah di Cirebon yang memiliki maestro tari Topeng. Sebagai penari senior dan maestro mendiang Mimi Rasinah terlihat masih sangat bugar dalam tayangan itu, dia mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Indramayu. Sang penampil adalah Nur Anani yang masih berumur belasan tahun saat itu, mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Losari. Sementara para pengiringnya bersama seorang perempuan muda dewasa yang duduk di sebelah Mimi Rasinah adalah Wangi Indria, mereka adalah keluarga para seniman dari padepokan Tari Topeng Cirebon gaya Slangit.\n\nSungguh suatu kolaborasi<\/a> yang hebat. Sebuah peristiwa yang sangat langka mengingat dalam tradisi pertunjukan rakyat biasanya sangat lekat dengan ego masing-masing. Bisa tampilnya tiga padepokan besar dalam satu tayangan video pasti menyiratkan sebuah peristiwa luar bisa yang melatarbelakangi pertunjukan itu. Jika dilihat di peta daerah Cirebon tiga wilayah itu adalah wilayah yang saling berjauhan satu sama lain, bahkan jika dibuat garis bisa membentuk sebuah segitiga yang meliputi bentangan yang melewati Kabupaten Cirebon, Kotamadya Cirebon dan Kabupaten Indramayu.\n\nUsut punya usut berdasarkan penelusuran berbagai referensi, peristiwa kolaborasi dalam video itu ternyata merupakan peristiwa yang jarang terjadi. Bagaimana tidak, pada saat video itu dibuat kesenioran Mimi Rasinah ditemani oleh para pegiat dan peneliti budaya seperti Toto Amsar Suanda dan Endo Suanda (pengajar di STSI Bandung), juga kesediaan Maestro Topeng Slangit Sujana Arja menjadi fasilitator, dan bakat besar yang dimiliki oleh Nur Anani, mahasiswa STSI sekaligus kemenakan Maestro Topeng Mimi Sawitri, dan dokumenter film amatir dari seorang pencinta budaya Nusantara dari Hungaria, mereka semua adalah para kontributor yang memungkinkan adanya video di atas.\n\nSungguh \u2026 sebuah tayangan yang sangat berarti.","post_title":"Kolaborasi Para Maestro untuk Tari Topeng","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"tari-topeng","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:57:00","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:57:00","post_content_filtered":"
Adegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut.<\/em><\/h4>\r\nhttps:\/\/youtu.be\/ISNd4PbHFTc[\/embed]\r\n\r\nBerporos pada pinggangnya, penari bertopeng itu meliukkan bagian atas tubuhnya dari depan ke belakang sembari berputar berlawanan arah jarum jam untuk kembali ke posisi semula. Diiringi bunyi gamelan yang bertalu-talu, liukan itu dilakukan dengan kelenturan layaknya pebalet profesional yang hanya tinggal menyisakan jarak satu jengkal dengan lantai. Gerakan khas itu dikenal dengan nama \u201cGaleyong\u201d. Satu gerakan tari yang menjadi ciri khas Tari Topeng Cirebon gaya Losari.\r\n\r\nRasa penasaran mulai muncul. Tontonan tari tradisi pada saat ini bisa dibilang adalah barang yang sangat langka untuk bisa dilihat dalam tayangan televisi komersial yang hadir setiap saat di dalam keseharian kita. Untunglah, di jaman kemajuan teknologi informasi saat ini tayangan video di internet dapat dengan mudah hadir dalam genggaman piranti telepon pintar atau yang sekarang ini disebut dengan istilah \"gawai\".\r\n\r\nSaya merasa beruntung saat sedang iseng berselancar di berbagai tayangan video yang beraneka ragam bisa menemukan tarian yang begitu menarik. Saya pun segera membaca berbagai informasi yang tersedia di laman media sosial berbagi video itu. Pengunggah video itu adalah seseorang berkebangsaan Hungaria bernama Korn\u00e9l Magyar, yang ternyata merupakan seorang pemain perkusi di negaranya yang kerap menampilkan koreografi gamelan dan berbagai alat musik dari Asia.\r\n\r\nMagyar saat itu mengunggah video itu dengan keterbatasan pengetahuannya mengatakan bahwasanya sosok yang tampil dalam tarian itu adalah putri dari mendiang Mimi Rasinah, maestro Topeng Cirebon dari Indramayu. Komentar-komentar yang muncul kemudian memberikan koreksi bahwa yang tampil adalah Nur Anani, putri dari Mimi Dewi kemenakan dari Mimi Sawitri yang merupakan maestro Topeng Cirebon dari Losari.\r\n\r\nBegitu hebatnya, media sosial pada saat ini, begitu informatif, baru selesai menonton tarian Topeng yang begitu atraktif komentar-komentar langsung memberikan referensi yang sungguh membuka pikiran. Tak cukup hanya itu salah satu komentar menyebutkan adanya tarian lain yang bernama Rumyang. Saya pun segera mencari referensi di mesin pencari dan memang benar bahwa Topeng Cirebon mempunyai lima jenis tarian yang terdiri dari tari Topeng Panji, Pamindo, Rumyang, Tumenggung, dan Klana.\r\n
Dari Video kemudian Jelajah Cerita<\/h3>\r\nDi sini saya berpikir, dari secuil tayangan video ini ternyata begitu banyak informasi bisa didapatkan. Dengan penelusuran lebih jauh menggunakan metode investigasi media ternyata tayangan video tersebut plus berbagai komentarnya tak hanya berhasil memotret dunia kreatif melainkan juga memberikan banyak sekali informasi yang selama ini luput dari perhatian orang awam seperti saya.\r\n\r\nSiapa sangka video berdurasi kurang dari 9 menit itu membawa cerita yang membanggakan bahkan mengharukan. Di awal tayangan tampak seorang perempuan penari senior yakni Mimi Rasinah, membisikkan sesuatu di telinga penari<\/a> yang waktu itu masih sangat yunior yakni Nur Anani, yang duduk membelakangi penoton untuk segera memulai pementasan. Berikutnya Nur Anani tampak mengatakan sesuatu pada salah seorang Panjak (pemain gamelan) yang bertugas menabuh Kecrek yang digantungkan pada sebuah kotak besar yang biasa dipergunakan untuk menyimpan wayang. Sambil memainkan Kecrek dan memukul kotak wayang dengan Cempala (pemukul) sang panjak sebelumnya berkata \u201c\u2026\u2026..Tumenggung Magangdiraja.\u201d\r\n\r\nAdegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut. Video itu adalah rekaman dari sebuah kolaborasi yang sangat langka dari tiga wilayah di Cirebon yang memiliki maestro tari Topeng. Sebagai penari senior dan maestro mendiang Mimi Rasinah terlihat masih sangat bugar dalam tayangan itu, dia mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Indramayu. Sang penampil adalah Nur Anani yang masih berumur belasan tahun saat itu, mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Losari. Sementara para pengiringnya bersama seorang perempuan muda dewasa yang duduk di sebelah Mimi Rasinah adalah Wangi Indria, mereka adalah keluarga para seniman dari padepokan Tari Topeng Cirebon gaya Slangit.\r\n\r\nSungguh suatu kolaborasi<\/a> yang hebat. Sebuah peristiwa yang sangat langka mengingat dalam tradisi pertunjukan rakyat biasanya sangat lekat dengan ego masing-masing. Bisa tampilnya tiga padepokan besar dalam satu tayangan video pasti menyiratkan sebuah peristiwa luar bisa yang melatarbelakangi pertunjukan itu. Jika dilihat di peta daerah Cirebon tiga wilayah itu adalah wilayah yang saling berjauhan satu sama lain, bahkan jika dibuat garis bisa membentuk sebuah segitiga yang meliputi bentangan yang melewati Kabupaten Cirebon, Kotamadya Cirebon dan Kabupaten Indramayu.\r\n\r\nUsut punya usut berdasarkan penelusuran berbagai referensi, peristiwa kolaborasi dalam video itu ternyata merupakan peristiwa yang jarang terjadi. Bagaimana tidak, pada saat video itu dibuat kesenioran Mimi Rasinah ditemani oleh para pegiat dan peneliti budaya seperti Toto Amsar Suanda dan Endo Suanda (pengajar di STSI Bandung), juga kesediaan Maestro Topeng Slangit Sujana Arja menjadi fasilitator, dan bakat besar yang dimiliki oleh Nur Anani, mahasiswa STSI sekaligus kemenakan Maestro Topeng Mimi Sawitri, dan dokumenter film amatir dari seorang pencinta budaya Nusantara dari Hungaria, mereka semua adalah para kontributor yang memungkinkan adanya video di atas.\r\n\r\nSungguh \u2026 sebuah tayangan yang sangat berarti.","post_parent":0,"guid":"http:\/\/www.bolehmerokok.com\/?p=2543","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n","post_title":"Kisah-Kisah dari Lereng Sumbing","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kisah-kisah-dari-lereng-sumbing","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-12-07 13:07:41","post_modified_gmt":"2023-12-07 06:07:41","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5594","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2553,"post_author":"845","post_date":"2016-04-15 07:00:47","post_date_gmt":"2016-04-15 00:00:47","post_content":"Pada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. <\/em><\/h4>\n\nhttps:\/\/youtu.be\/c-L1Dj5a0n4[\/embed]\n\nMungkin di Indonesia nama musisi satu ini jarang didengar. Bahkan ketika ia sudah tenar dengan grup bentukan Ry Cooder, Buena Vista Social Club. Tetap saja namanya tak setenar Gipsy Kings. Dia bukan hanya musisi besar yang sanggup membawakan sukacita dan emosi saat musik rakyat Kuba didendangkan. Lebih dari itu, berkat dia-lah cerutu Kuba terangkat secara membanggakan dan terkesan glamor. Dia jarang terlihat tidak memegang cerutu, kecuali tentu saja saat ia memetik Armonica, sebuah gitar berdawai tujuh yang mampu menambah kekayaan nuansa musiknya. Siapakah dia?\n\nYa, dialah Compay Segundo, sang legenda musik Kuba dan duta cerutu Kuba, wafat pada usia 95 tahun.\n\nCompay dilahirkan di Siboney pada 18 November 1907 dengan nama Maximo Francisco Rapilado Mu\u00f1oz. Pada umur sembilan tahun Compay pindah ke Santiago de Cuba. Di usia itulah Comapy pertama kali tampil bersama kelompok musik lokal yang disutradarai oleh gurunya, Enrique Bueno. Nama panggung depannya, Compay berasal dari bahasa slang di Kuba, compadre <\/em>yang artinya \"kawan\". Sedang Segundo mengacu suara harmoni bass yang dibawakannya.\n\nDia memulai karir musiknya pada tahun 1920 dengan beberapa maestro besar seperti Sindo Garay, Nico Saquito, Miguel Matamoros dan Benny Mor\u00ea. Pada 1930-an dan 1940-an ia memainkan klarinet untuk kelompok El Conjunto Matamoros. Ia tidak memiliki kelompok sendiri sampai tahun 1956, ketika ia membentuk trio Compay Segundo y sus Muchachos.\n\nMeskipun sudah terkenal di seluruh Kuba, namun ketenaran Compay sebagai musisi tidak mendunia. Hingga datang seorang Ry Cooder dan Wim Wanders yang memproduksi musik-musik Kuba dan menyatukannya dalam sebuah kelompok yang diberi nama Buena Vista Social Club. Proses produksi dan kehidupan keseharian anggota kelompok musik ini difilmkan oleh Wim Wanders dan dirilis dengan judul yang sama, Buena Vista Social Club.\n\nBuena Viesta Social Club<\/a> adalah berkah tersendiri bagi musisi-musisi senior yang tergabung di dalamnya. Selain Compay Segundo, kelompok itu beranggotakan Ibrahim Ferrer, Ruben Gonzales, dan Eliades Ochoa. Ketenaran Compay dan rekan-rekannya di Buena Vista Social Club segera mendunia. Selain mengantarkan mereka meraih Grammy Award pada tahun 1997, filmnya telah menaikkan status sosial mereka sebagai selebriti di Kuba. Setelah dirilisnya film itu Compay Segundo selalu diundang menghadiri gala dinner dan pesta cerutu yang diadakan di Kuba<\/a>.\n\nSebelum terbentuknya Buena Vista Social Club, kehidupan Compay Segundo sebagai musisi di Kuba tidaklah mudah. Compay menambal kekurangan pendapatannya dari musik dengan bekerja sebagai pelinting cerutu. Compay sudah menjalani pekerjaan melinting sejak berusia 14 tahun. Dia mengaku bisa melinting hingga 300 cerutu sehari. Pada awal abad 20 cerutu Kuba mempunyai model kecil seperti panatella atau corona. Namun saat ini standar cerutu Kuba lebih besar. Seorang pelinting cerutu handal sekalipun paling hanya mampu menghasilkan 80 \u2013 130 batang per hari. Dan pada sebuah wawancara dengan majalah Cigar Aficionado, Compay mengaku bahwa dia bukan seorang pelinting yang baik. Dia pernah dipecat oleh Ramon Cifuentes dari Partagas, perusahaan cerutu Kuba yang berdiri sejak 1845.\n\nHarus diakui, sejak terbentuknya Buena Vista Social Club, pesona Compay sebagai selebriti memang tidak terelakkan. Saking populernya apapun yang disandang dan dilakukan Compay dalam kehidupan sehari-hari segera jadi panutan para penggemarnya. Suatu ketika pemimpin Kuba pernah dibuat heran oleh Compay Segundo saat seribu orang menyanyikan Chan-Chan bersama-sama dan dilanjutkan dengan melelang topi koboi ciri khasnya itu yang langsung laku 17.500 US Dolar. Fidel Castro hanya berkomentar \"I can't believe that someone paid $17,500 for Compay's hat\u201d <\/em>dengan penuh keterkejutan. Dana yang didapat dari lelang topi itu diserahkan kepada otoritas kesehatan di Kuba.\n\nPada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. Compay bukan juru bicara biasa. Minatnya yang begitu besar pada tembakau adalah alasan dibalik dia menerima tawaran sebagai duta cerutu Kuba. Karena kecintaannya pada tembakau inilah Compay kadang-kadang mengunjungi sahabatnya, Alejandro Robaina, seorang petani sekaligus ekspertis tembakau Kuba. Mereka sering terlihat duduk berdua di kebun sembari menikamati cerutu dan berbincang tentang kehidupan.\n\nPada suatu ketika Compay pernah ditanya tentang rahasia umur panjanganya. Saat itu diusianya yang 90 tahun itu dia masih nampak begitu bugar dan enerjik. Menjawab pertanyaan itu Compay berkata: \"Boy, it's very simple. I drink a lot, I smoke a lot and I fuck a lot.\"<\/em>","post_title":"Compay Segundo","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"compay-segundo","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 15:01:16","post_modified_gmt":"2024-12-10 08:01:16","post_content_filtered":"
Pada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. <\/em><\/h4>\r\nhttps:\/\/youtu.be\/c-L1Dj5a0n4[\/embed]\r\n\r\nMungkin di Indonesia nama musisi satu ini jarang didengar. Bahkan ketika ia sudah tenar dengan grup bentukan Ry Cooder, Buena Vista Social Club. Tetap saja namanya tak setenar Gipsy Kings. Dia bukan hanya musisi besar yang sanggup membawakan sukacita dan emosi saat musik rakyat Kuba didendangkan. Lebih dari itu, berkat dia-lah cerutu Kuba terangkat secara membanggakan dan terkesan glamor. Dia jarang terlihat tidak memegang cerutu, kecuali tentu saja saat ia memetik Armonica, sebuah gitar berdawai tujuh yang mampu menambah kekayaan nuansa musiknya. Siapakah dia?\r\n\r\nYa, dialah Compay Segundo, sang legenda musik Kuba dan duta cerutu Kuba, wafat pada usia 95 tahun.\r\n\r\nCompay dilahirkan di Siboney pada 18 November 1907 dengan nama Maximo Francisco Rapilado Mu\u00f1oz. Pada umur sembilan tahun Compay pindah ke Santiago de Cuba. Di usia itulah Comapy pertama kali tampil bersama kelompok musik lokal yang disutradarai oleh gurunya, Enrique Bueno. Nama panggung depannya, Compay berasal dari bahasa slang di Kuba, compadre <\/em>yang artinya \"kawan\". Sedang Segundo mengacu suara harmoni bass yang dibawakannya.\r\n\r\nDia memulai karir musiknya pada tahun 1920 dengan beberapa maestro besar seperti Sindo Garay, Nico Saquito, Miguel Matamoros dan Benny Mor\u00ea. Pada 1930-an dan 1940-an ia memainkan klarinet untuk kelompok El Conjunto Matamoros. Ia tidak memiliki kelompok sendiri sampai tahun 1956, ketika ia membentuk trio Compay Segundo y sus Muchachos.\r\n\r\nMeskipun sudah terkenal di seluruh Kuba, namun ketenaran Compay sebagai musisi tidak mendunia. Hingga datang seorang Ry Cooder dan Wim Wanders yang memproduksi musik-musik Kuba dan menyatukannya dalam sebuah kelompok yang diberi nama Buena Vista Social Club. Proses produksi dan kehidupan keseharian anggota kelompok musik ini difilmkan oleh Wim Wanders dan dirilis dengan judul yang sama, Buena Vista Social Club.\r\n\r\nBuena Viesta Social Club<\/a> adalah berkah tersendiri bagi musisi-musisi senior yang tergabung di dalamnya. Selain Compay Segundo, kelompok itu beranggotakan Ibrahim Ferrer, Ruben Gonzales, dan Eliades Ochoa. Ketenaran Compay dan rekan-rekannya di Buena Vista Social Club segera mendunia. Selain mengantarkan mereka meraih Grammy Award pada tahun 1997, filmnya telah menaikkan status sosial mereka sebagai selebriti di Kuba. Setelah dirilisnya film itu Compay Segundo selalu diundang menghadiri gala dinner dan pesta cerutu yang diadakan di Kuba<\/a>.\r\n\r\nSebelum terbentuknya Buena Vista Social Club, kehidupan Compay Segundo sebagai musisi di Kuba tidaklah mudah. Compay menambal kekurangan pendapatannya dari musik dengan bekerja sebagai pelinting cerutu. Compay sudah menjalani pekerjaan melinting sejak berusia 14 tahun. Dia mengaku bisa melinting hingga 300 cerutu sehari. Pada awal abad 20 cerutu Kuba mempunyai model kecil seperti panatella atau corona. Namun saat ini standar cerutu Kuba lebih besar. Seorang pelinting cerutu handal sekalipun paling hanya mampu menghasilkan 80 \u2013 130 batang per hari. Dan pada sebuah wawancara dengan majalah Cigar Aficionado, Compay mengaku bahwa dia bukan seorang pelinting yang baik. Dia pernah dipecat oleh Ramon Cifuentes dari Partagas, perusahaan cerutu Kuba yang berdiri sejak 1845.\r\n\r\nHarus diakui, sejak terbentuknya Buena Vista Social Club, pesona Compay sebagai selebriti memang tidak terelakkan. Saking populernya apapun yang disandang dan dilakukan Compay dalam kehidupan sehari-hari segera jadi panutan para penggemarnya. Suatu ketika pemimpin Kuba pernah dibuat heran oleh Compay Segundo saat seribu orang menyanyikan Chan-Chan bersama-sama dan dilanjutkan dengan melelang topi koboi ciri khasnya itu yang langsung laku 17.500 US Dolar. Fidel Castro hanya berkomentar \"I can't believe that someone paid $17,500 for Compay's hat\u201d <\/em>dengan penuh keterkejutan. Dana yang didapat dari lelang topi itu diserahkan kepada otoritas kesehatan di Kuba.\r\n\r\nPada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. Compay bukan juru bicara biasa. Minatnya yang begitu besar pada tembakau adalah alasan dibalik dia menerima tawaran sebagai duta cerutu Kuba. Karena kecintaannya pada tembakau inilah Compay kadang-kadang mengunjungi sahabatnya, Alejandro Robaina, seorang petani sekaligus ekspertis tembakau Kuba. Mereka sering terlihat duduk berdua di kebun sembari menikamati cerutu dan berbincang tentang kehidupan.\r\n\r\nPada suatu ketika Compay pernah ditanya tentang rahasia umur panjanganya. Saat itu diusianya yang 90 tahun itu dia masih nampak begitu bugar dan enerjik. Menjawab pertanyaan itu Compay berkata: \"Boy, it's very simple. I drink a lot, I smoke a lot and I fuck a lot.\"<\/em>","post_parent":0,"guid":"http:\/\/www.bolehmerokok.com\/?p=2553","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2543,"post_author":"860","post_date":"2016-04-05 12:50:53","post_date_gmt":"2016-04-05 05:50:53","post_content":"
Adegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut.<\/em><\/h4>\n\nhttps:\/\/youtu.be\/ISNd4PbHFTc[\/embed]\n\nBerporos pada pinggangnya, penari bertopeng itu meliukkan bagian atas tubuhnya dari depan ke belakang sembari berputar berlawanan arah jarum jam untuk kembali ke posisi semula. Diiringi bunyi gamelan yang bertalu-talu, liukan itu dilakukan dengan kelenturan layaknya pebalet profesional yang hanya tinggal menyisakan jarak satu jengkal dengan lantai. Gerakan khas itu dikenal dengan nama \u201cGaleyong\u201d. Satu gerakan tari yang menjadi ciri khas Tari Topeng Cirebon gaya Losari.\n\nRasa penasaran mulai muncul. Tontonan tari tradisi pada saat ini bisa dibilang adalah barang yang sangat langka untuk bisa dilihat dalam tayangan televisi komersial yang hadir setiap saat di dalam keseharian kita. Untunglah, di jaman kemajuan teknologi informasi saat ini tayangan video di internet dapat dengan mudah hadir dalam genggaman piranti telepon pintar atau yang sekarang ini disebut dengan istilah \"gawai\".\n\nSaya merasa beruntung saat sedang iseng berselancar di berbagai tayangan video yang beraneka ragam bisa menemukan tarian yang begitu menarik. Saya pun segera membaca berbagai informasi yang tersedia di laman media sosial berbagi video itu. Pengunggah video itu adalah seseorang berkebangsaan Hungaria bernama Korn\u00e9l Magyar, yang ternyata merupakan seorang pemain perkusi di negaranya yang kerap menampilkan koreografi gamelan dan berbagai alat musik dari Asia.\n\nMagyar saat itu mengunggah video itu dengan keterbatasan pengetahuannya mengatakan bahwasanya sosok yang tampil dalam tarian itu adalah putri dari mendiang Mimi Rasinah, maestro Topeng Cirebon dari Indramayu. Komentar-komentar yang muncul kemudian memberikan koreksi bahwa yang tampil adalah Nur Anani, putri dari Mimi Dewi kemenakan dari Mimi Sawitri yang merupakan maestro Topeng Cirebon dari Losari.\n\nBegitu hebatnya, media sosial pada saat ini, begitu informatif, baru selesai menonton tarian Topeng yang begitu atraktif komentar-komentar langsung memberikan referensi yang sungguh membuka pikiran. Tak cukup hanya itu salah satu komentar menyebutkan adanya tarian lain yang bernama Rumyang. Saya pun segera mencari referensi di mesin pencari dan memang benar bahwa Topeng Cirebon mempunyai lima jenis tarian yang terdiri dari tari Topeng Panji, Pamindo, Rumyang, Tumenggung, dan Klana.\n\n
Dari Video kemudian Jelajah Cerita<\/h3>\n\nDi sini saya berpikir, dari secuil tayangan video ini ternyata begitu banyak informasi bisa didapatkan. Dengan penelusuran lebih jauh menggunakan metode investigasi media ternyata tayangan video tersebut plus berbagai komentarnya tak hanya berhasil memotret dunia kreatif melainkan juga memberikan banyak sekali informasi yang selama ini luput dari perhatian orang awam seperti saya.\n\nSiapa sangka video berdurasi kurang dari 9 menit itu membawa cerita yang membanggakan bahkan mengharukan. Di awal tayangan tampak seorang perempuan penari senior yakni Mimi Rasinah, membisikkan sesuatu di telinga penari<\/a> yang waktu itu masih sangat yunior yakni Nur Anani, yang duduk membelakangi penoton untuk segera memulai pementasan. Berikutnya Nur Anani tampak mengatakan sesuatu pada salah seorang Panjak (pemain gamelan) yang bertugas menabuh Kecrek yang digantungkan pada sebuah kotak besar yang biasa dipergunakan untuk menyimpan wayang. Sambil memainkan Kecrek dan memukul kotak wayang dengan Cempala (pemukul) sang panjak sebelumnya berkata \u201c\u2026\u2026..Tumenggung Magangdiraja.\u201d\n\nAdegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut. Video itu adalah rekaman dari sebuah kolaborasi yang sangat langka dari tiga wilayah di Cirebon yang memiliki maestro tari Topeng. Sebagai penari senior dan maestro mendiang Mimi Rasinah terlihat masih sangat bugar dalam tayangan itu, dia mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Indramayu. Sang penampil adalah Nur Anani yang masih berumur belasan tahun saat itu, mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Losari. Sementara para pengiringnya bersama seorang perempuan muda dewasa yang duduk di sebelah Mimi Rasinah adalah Wangi Indria, mereka adalah keluarga para seniman dari padepokan Tari Topeng Cirebon gaya Slangit.\n\nSungguh suatu kolaborasi<\/a> yang hebat. Sebuah peristiwa yang sangat langka mengingat dalam tradisi pertunjukan rakyat biasanya sangat lekat dengan ego masing-masing. Bisa tampilnya tiga padepokan besar dalam satu tayangan video pasti menyiratkan sebuah peristiwa luar bisa yang melatarbelakangi pertunjukan itu. Jika dilihat di peta daerah Cirebon tiga wilayah itu adalah wilayah yang saling berjauhan satu sama lain, bahkan jika dibuat garis bisa membentuk sebuah segitiga yang meliputi bentangan yang melewati Kabupaten Cirebon, Kotamadya Cirebon dan Kabupaten Indramayu.\n\nUsut punya usut berdasarkan penelusuran berbagai referensi, peristiwa kolaborasi dalam video itu ternyata merupakan peristiwa yang jarang terjadi. Bagaimana tidak, pada saat video itu dibuat kesenioran Mimi Rasinah ditemani oleh para pegiat dan peneliti budaya seperti Toto Amsar Suanda dan Endo Suanda (pengajar di STSI Bandung), juga kesediaan Maestro Topeng Slangit Sujana Arja menjadi fasilitator, dan bakat besar yang dimiliki oleh Nur Anani, mahasiswa STSI sekaligus kemenakan Maestro Topeng Mimi Sawitri, dan dokumenter film amatir dari seorang pencinta budaya Nusantara dari Hungaria, mereka semua adalah para kontributor yang memungkinkan adanya video di atas.\n\nSungguh \u2026 sebuah tayangan yang sangat berarti.","post_title":"Kolaborasi Para Maestro untuk Tari Topeng","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"tari-topeng","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:57:00","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:57:00","post_content_filtered":"
Adegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut.<\/em><\/h4>\r\nhttps:\/\/youtu.be\/ISNd4PbHFTc[\/embed]\r\n\r\nBerporos pada pinggangnya, penari bertopeng itu meliukkan bagian atas tubuhnya dari depan ke belakang sembari berputar berlawanan arah jarum jam untuk kembali ke posisi semula. Diiringi bunyi gamelan yang bertalu-talu, liukan itu dilakukan dengan kelenturan layaknya pebalet profesional yang hanya tinggal menyisakan jarak satu jengkal dengan lantai. Gerakan khas itu dikenal dengan nama \u201cGaleyong\u201d. Satu gerakan tari yang menjadi ciri khas Tari Topeng Cirebon gaya Losari.\r\n\r\nRasa penasaran mulai muncul. Tontonan tari tradisi pada saat ini bisa dibilang adalah barang yang sangat langka untuk bisa dilihat dalam tayangan televisi komersial yang hadir setiap saat di dalam keseharian kita. Untunglah, di jaman kemajuan teknologi informasi saat ini tayangan video di internet dapat dengan mudah hadir dalam genggaman piranti telepon pintar atau yang sekarang ini disebut dengan istilah \"gawai\".\r\n\r\nSaya merasa beruntung saat sedang iseng berselancar di berbagai tayangan video yang beraneka ragam bisa menemukan tarian yang begitu menarik. Saya pun segera membaca berbagai informasi yang tersedia di laman media sosial berbagi video itu. Pengunggah video itu adalah seseorang berkebangsaan Hungaria bernama Korn\u00e9l Magyar, yang ternyata merupakan seorang pemain perkusi di negaranya yang kerap menampilkan koreografi gamelan dan berbagai alat musik dari Asia.\r\n\r\nMagyar saat itu mengunggah video itu dengan keterbatasan pengetahuannya mengatakan bahwasanya sosok yang tampil dalam tarian itu adalah putri dari mendiang Mimi Rasinah, maestro Topeng Cirebon dari Indramayu. Komentar-komentar yang muncul kemudian memberikan koreksi bahwa yang tampil adalah Nur Anani, putri dari Mimi Dewi kemenakan dari Mimi Sawitri yang merupakan maestro Topeng Cirebon dari Losari.\r\n\r\nBegitu hebatnya, media sosial pada saat ini, begitu informatif, baru selesai menonton tarian Topeng yang begitu atraktif komentar-komentar langsung memberikan referensi yang sungguh membuka pikiran. Tak cukup hanya itu salah satu komentar menyebutkan adanya tarian lain yang bernama Rumyang. Saya pun segera mencari referensi di mesin pencari dan memang benar bahwa Topeng Cirebon mempunyai lima jenis tarian yang terdiri dari tari Topeng Panji, Pamindo, Rumyang, Tumenggung, dan Klana.\r\n
Dari Video kemudian Jelajah Cerita<\/h3>\r\nDi sini saya berpikir, dari secuil tayangan video ini ternyata begitu banyak informasi bisa didapatkan. Dengan penelusuran lebih jauh menggunakan metode investigasi media ternyata tayangan video tersebut plus berbagai komentarnya tak hanya berhasil memotret dunia kreatif melainkan juga memberikan banyak sekali informasi yang selama ini luput dari perhatian orang awam seperti saya.\r\n\r\nSiapa sangka video berdurasi kurang dari 9 menit itu membawa cerita yang membanggakan bahkan mengharukan. Di awal tayangan tampak seorang perempuan penari senior yakni Mimi Rasinah, membisikkan sesuatu di telinga penari<\/a> yang waktu itu masih sangat yunior yakni Nur Anani, yang duduk membelakangi penoton untuk segera memulai pementasan. Berikutnya Nur Anani tampak mengatakan sesuatu pada salah seorang Panjak (pemain gamelan) yang bertugas menabuh Kecrek yang digantungkan pada sebuah kotak besar yang biasa dipergunakan untuk menyimpan wayang. Sambil memainkan Kecrek dan memukul kotak wayang dengan Cempala (pemukul) sang panjak sebelumnya berkata \u201c\u2026\u2026..Tumenggung Magangdiraja.\u201d\r\n\r\nAdegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut. Video itu adalah rekaman dari sebuah kolaborasi yang sangat langka dari tiga wilayah di Cirebon yang memiliki maestro tari Topeng. Sebagai penari senior dan maestro mendiang Mimi Rasinah terlihat masih sangat bugar dalam tayangan itu, dia mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Indramayu. Sang penampil adalah Nur Anani yang masih berumur belasan tahun saat itu, mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Losari. Sementara para pengiringnya bersama seorang perempuan muda dewasa yang duduk di sebelah Mimi Rasinah adalah Wangi Indria, mereka adalah keluarga para seniman dari padepokan Tari Topeng Cirebon gaya Slangit.\r\n\r\nSungguh suatu kolaborasi<\/a> yang hebat. Sebuah peristiwa yang sangat langka mengingat dalam tradisi pertunjukan rakyat biasanya sangat lekat dengan ego masing-masing. Bisa tampilnya tiga padepokan besar dalam satu tayangan video pasti menyiratkan sebuah peristiwa luar bisa yang melatarbelakangi pertunjukan itu. Jika dilihat di peta daerah Cirebon tiga wilayah itu adalah wilayah yang saling berjauhan satu sama lain, bahkan jika dibuat garis bisa membentuk sebuah segitiga yang meliputi bentangan yang melewati Kabupaten Cirebon, Kotamadya Cirebon dan Kabupaten Indramayu.\r\n\r\nUsut punya usut berdasarkan penelusuran berbagai referensi, peristiwa kolaborasi dalam video itu ternyata merupakan peristiwa yang jarang terjadi. Bagaimana tidak, pada saat video itu dibuat kesenioran Mimi Rasinah ditemani oleh para pegiat dan peneliti budaya seperti Toto Amsar Suanda dan Endo Suanda (pengajar di STSI Bandung), juga kesediaan Maestro Topeng Slangit Sujana Arja menjadi fasilitator, dan bakat besar yang dimiliki oleh Nur Anani, mahasiswa STSI sekaligus kemenakan Maestro Topeng Mimi Sawitri, dan dokumenter film amatir dari seorang pencinta budaya Nusantara dari Hungaria, mereka semua adalah para kontributor yang memungkinkan adanya video di atas.\r\n\r\nSungguh \u2026 sebuah tayangan yang sangat berarti.","post_parent":0,"guid":"http:\/\/www.bolehmerokok.com\/?p=2543","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n","post_title":"Kisah-Kisah dari Lereng Sumbing","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kisah-kisah-dari-lereng-sumbing","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-12-07 13:07:41","post_modified_gmt":"2023-12-07 06:07:41","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5594","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2553,"post_author":"845","post_date":"2016-04-15 07:00:47","post_date_gmt":"2016-04-15 00:00:47","post_content":"Pada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. <\/em><\/h4>\n\nhttps:\/\/youtu.be\/c-L1Dj5a0n4[\/embed]\n\nMungkin di Indonesia nama musisi satu ini jarang didengar. Bahkan ketika ia sudah tenar dengan grup bentukan Ry Cooder, Buena Vista Social Club. Tetap saja namanya tak setenar Gipsy Kings. Dia bukan hanya musisi besar yang sanggup membawakan sukacita dan emosi saat musik rakyat Kuba didendangkan. Lebih dari itu, berkat dia-lah cerutu Kuba terangkat secara membanggakan dan terkesan glamor. Dia jarang terlihat tidak memegang cerutu, kecuali tentu saja saat ia memetik Armonica, sebuah gitar berdawai tujuh yang mampu menambah kekayaan nuansa musiknya. Siapakah dia?\n\nYa, dialah Compay Segundo, sang legenda musik Kuba dan duta cerutu Kuba, wafat pada usia 95 tahun.\n\nCompay dilahirkan di Siboney pada 18 November 1907 dengan nama Maximo Francisco Rapilado Mu\u00f1oz. Pada umur sembilan tahun Compay pindah ke Santiago de Cuba. Di usia itulah Comapy pertama kali tampil bersama kelompok musik lokal yang disutradarai oleh gurunya, Enrique Bueno. Nama panggung depannya, Compay berasal dari bahasa slang di Kuba, compadre <\/em>yang artinya \"kawan\". Sedang Segundo mengacu suara harmoni bass yang dibawakannya.\n\nDia memulai karir musiknya pada tahun 1920 dengan beberapa maestro besar seperti Sindo Garay, Nico Saquito, Miguel Matamoros dan Benny Mor\u00ea. Pada 1930-an dan 1940-an ia memainkan klarinet untuk kelompok El Conjunto Matamoros. Ia tidak memiliki kelompok sendiri sampai tahun 1956, ketika ia membentuk trio Compay Segundo y sus Muchachos.\n\nMeskipun sudah terkenal di seluruh Kuba, namun ketenaran Compay sebagai musisi tidak mendunia. Hingga datang seorang Ry Cooder dan Wim Wanders yang memproduksi musik-musik Kuba dan menyatukannya dalam sebuah kelompok yang diberi nama Buena Vista Social Club. Proses produksi dan kehidupan keseharian anggota kelompok musik ini difilmkan oleh Wim Wanders dan dirilis dengan judul yang sama, Buena Vista Social Club.\n\nBuena Viesta Social Club<\/a> adalah berkah tersendiri bagi musisi-musisi senior yang tergabung di dalamnya. Selain Compay Segundo, kelompok itu beranggotakan Ibrahim Ferrer, Ruben Gonzales, dan Eliades Ochoa. Ketenaran Compay dan rekan-rekannya di Buena Vista Social Club segera mendunia. Selain mengantarkan mereka meraih Grammy Award pada tahun 1997, filmnya telah menaikkan status sosial mereka sebagai selebriti di Kuba. Setelah dirilisnya film itu Compay Segundo selalu diundang menghadiri gala dinner dan pesta cerutu yang diadakan di Kuba<\/a>.\n\nSebelum terbentuknya Buena Vista Social Club, kehidupan Compay Segundo sebagai musisi di Kuba tidaklah mudah. Compay menambal kekurangan pendapatannya dari musik dengan bekerja sebagai pelinting cerutu. Compay sudah menjalani pekerjaan melinting sejak berusia 14 tahun. Dia mengaku bisa melinting hingga 300 cerutu sehari. Pada awal abad 20 cerutu Kuba mempunyai model kecil seperti panatella atau corona. Namun saat ini standar cerutu Kuba lebih besar. Seorang pelinting cerutu handal sekalipun paling hanya mampu menghasilkan 80 \u2013 130 batang per hari. Dan pada sebuah wawancara dengan majalah Cigar Aficionado, Compay mengaku bahwa dia bukan seorang pelinting yang baik. Dia pernah dipecat oleh Ramon Cifuentes dari Partagas, perusahaan cerutu Kuba yang berdiri sejak 1845.\n\nHarus diakui, sejak terbentuknya Buena Vista Social Club, pesona Compay sebagai selebriti memang tidak terelakkan. Saking populernya apapun yang disandang dan dilakukan Compay dalam kehidupan sehari-hari segera jadi panutan para penggemarnya. Suatu ketika pemimpin Kuba pernah dibuat heran oleh Compay Segundo saat seribu orang menyanyikan Chan-Chan bersama-sama dan dilanjutkan dengan melelang topi koboi ciri khasnya itu yang langsung laku 17.500 US Dolar. Fidel Castro hanya berkomentar \"I can't believe that someone paid $17,500 for Compay's hat\u201d <\/em>dengan penuh keterkejutan. Dana yang didapat dari lelang topi itu diserahkan kepada otoritas kesehatan di Kuba.\n\nPada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. Compay bukan juru bicara biasa. Minatnya yang begitu besar pada tembakau adalah alasan dibalik dia menerima tawaran sebagai duta cerutu Kuba. Karena kecintaannya pada tembakau inilah Compay kadang-kadang mengunjungi sahabatnya, Alejandro Robaina, seorang petani sekaligus ekspertis tembakau Kuba. Mereka sering terlihat duduk berdua di kebun sembari menikamati cerutu dan berbincang tentang kehidupan.\n\nPada suatu ketika Compay pernah ditanya tentang rahasia umur panjanganya. Saat itu diusianya yang 90 tahun itu dia masih nampak begitu bugar dan enerjik. Menjawab pertanyaan itu Compay berkata: \"Boy, it's very simple. I drink a lot, I smoke a lot and I fuck a lot.\"<\/em>","post_title":"Compay Segundo","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"compay-segundo","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 15:01:16","post_modified_gmt":"2024-12-10 08:01:16","post_content_filtered":"
Pada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. <\/em><\/h4>\r\nhttps:\/\/youtu.be\/c-L1Dj5a0n4[\/embed]\r\n\r\nMungkin di Indonesia nama musisi satu ini jarang didengar. Bahkan ketika ia sudah tenar dengan grup bentukan Ry Cooder, Buena Vista Social Club. Tetap saja namanya tak setenar Gipsy Kings. Dia bukan hanya musisi besar yang sanggup membawakan sukacita dan emosi saat musik rakyat Kuba didendangkan. Lebih dari itu, berkat dia-lah cerutu Kuba terangkat secara membanggakan dan terkesan glamor. Dia jarang terlihat tidak memegang cerutu, kecuali tentu saja saat ia memetik Armonica, sebuah gitar berdawai tujuh yang mampu menambah kekayaan nuansa musiknya. Siapakah dia?\r\n\r\nYa, dialah Compay Segundo, sang legenda musik Kuba dan duta cerutu Kuba, wafat pada usia 95 tahun.\r\n\r\nCompay dilahirkan di Siboney pada 18 November 1907 dengan nama Maximo Francisco Rapilado Mu\u00f1oz. Pada umur sembilan tahun Compay pindah ke Santiago de Cuba. Di usia itulah Comapy pertama kali tampil bersama kelompok musik lokal yang disutradarai oleh gurunya, Enrique Bueno. Nama panggung depannya, Compay berasal dari bahasa slang di Kuba, compadre <\/em>yang artinya \"kawan\". Sedang Segundo mengacu suara harmoni bass yang dibawakannya.\r\n\r\nDia memulai karir musiknya pada tahun 1920 dengan beberapa maestro besar seperti Sindo Garay, Nico Saquito, Miguel Matamoros dan Benny Mor\u00ea. Pada 1930-an dan 1940-an ia memainkan klarinet untuk kelompok El Conjunto Matamoros. Ia tidak memiliki kelompok sendiri sampai tahun 1956, ketika ia membentuk trio Compay Segundo y sus Muchachos.\r\n\r\nMeskipun sudah terkenal di seluruh Kuba, namun ketenaran Compay sebagai musisi tidak mendunia. Hingga datang seorang Ry Cooder dan Wim Wanders yang memproduksi musik-musik Kuba dan menyatukannya dalam sebuah kelompok yang diberi nama Buena Vista Social Club. Proses produksi dan kehidupan keseharian anggota kelompok musik ini difilmkan oleh Wim Wanders dan dirilis dengan judul yang sama, Buena Vista Social Club.\r\n\r\nBuena Viesta Social Club<\/a> adalah berkah tersendiri bagi musisi-musisi senior yang tergabung di dalamnya. Selain Compay Segundo, kelompok itu beranggotakan Ibrahim Ferrer, Ruben Gonzales, dan Eliades Ochoa. Ketenaran Compay dan rekan-rekannya di Buena Vista Social Club segera mendunia. Selain mengantarkan mereka meraih Grammy Award pada tahun 1997, filmnya telah menaikkan status sosial mereka sebagai selebriti di Kuba. Setelah dirilisnya film itu Compay Segundo selalu diundang menghadiri gala dinner dan pesta cerutu yang diadakan di Kuba<\/a>.\r\n\r\nSebelum terbentuknya Buena Vista Social Club, kehidupan Compay Segundo sebagai musisi di Kuba tidaklah mudah. Compay menambal kekurangan pendapatannya dari musik dengan bekerja sebagai pelinting cerutu. Compay sudah menjalani pekerjaan melinting sejak berusia 14 tahun. Dia mengaku bisa melinting hingga 300 cerutu sehari. Pada awal abad 20 cerutu Kuba mempunyai model kecil seperti panatella atau corona. Namun saat ini standar cerutu Kuba lebih besar. Seorang pelinting cerutu handal sekalipun paling hanya mampu menghasilkan 80 \u2013 130 batang per hari. Dan pada sebuah wawancara dengan majalah Cigar Aficionado, Compay mengaku bahwa dia bukan seorang pelinting yang baik. Dia pernah dipecat oleh Ramon Cifuentes dari Partagas, perusahaan cerutu Kuba yang berdiri sejak 1845.\r\n\r\nHarus diakui, sejak terbentuknya Buena Vista Social Club, pesona Compay sebagai selebriti memang tidak terelakkan. Saking populernya apapun yang disandang dan dilakukan Compay dalam kehidupan sehari-hari segera jadi panutan para penggemarnya. Suatu ketika pemimpin Kuba pernah dibuat heran oleh Compay Segundo saat seribu orang menyanyikan Chan-Chan bersama-sama dan dilanjutkan dengan melelang topi koboi ciri khasnya itu yang langsung laku 17.500 US Dolar. Fidel Castro hanya berkomentar \"I can't believe that someone paid $17,500 for Compay's hat\u201d <\/em>dengan penuh keterkejutan. Dana yang didapat dari lelang topi itu diserahkan kepada otoritas kesehatan di Kuba.\r\n\r\nPada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. Compay bukan juru bicara biasa. Minatnya yang begitu besar pada tembakau adalah alasan dibalik dia menerima tawaran sebagai duta cerutu Kuba. Karena kecintaannya pada tembakau inilah Compay kadang-kadang mengunjungi sahabatnya, Alejandro Robaina, seorang petani sekaligus ekspertis tembakau Kuba. Mereka sering terlihat duduk berdua di kebun sembari menikamati cerutu dan berbincang tentang kehidupan.\r\n\r\nPada suatu ketika Compay pernah ditanya tentang rahasia umur panjanganya. Saat itu diusianya yang 90 tahun itu dia masih nampak begitu bugar dan enerjik. Menjawab pertanyaan itu Compay berkata: \"Boy, it's very simple. I drink a lot, I smoke a lot and I fuck a lot.\"<\/em>","post_parent":0,"guid":"http:\/\/www.bolehmerokok.com\/?p=2553","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2543,"post_author":"860","post_date":"2016-04-05 12:50:53","post_date_gmt":"2016-04-05 05:50:53","post_content":"
Adegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut.<\/em><\/h4>\n\nhttps:\/\/youtu.be\/ISNd4PbHFTc[\/embed]\n\nBerporos pada pinggangnya, penari bertopeng itu meliukkan bagian atas tubuhnya dari depan ke belakang sembari berputar berlawanan arah jarum jam untuk kembali ke posisi semula. Diiringi bunyi gamelan yang bertalu-talu, liukan itu dilakukan dengan kelenturan layaknya pebalet profesional yang hanya tinggal menyisakan jarak satu jengkal dengan lantai. Gerakan khas itu dikenal dengan nama \u201cGaleyong\u201d. Satu gerakan tari yang menjadi ciri khas Tari Topeng Cirebon gaya Losari.\n\nRasa penasaran mulai muncul. Tontonan tari tradisi pada saat ini bisa dibilang adalah barang yang sangat langka untuk bisa dilihat dalam tayangan televisi komersial yang hadir setiap saat di dalam keseharian kita. Untunglah, di jaman kemajuan teknologi informasi saat ini tayangan video di internet dapat dengan mudah hadir dalam genggaman piranti telepon pintar atau yang sekarang ini disebut dengan istilah \"gawai\".\n\nSaya merasa beruntung saat sedang iseng berselancar di berbagai tayangan video yang beraneka ragam bisa menemukan tarian yang begitu menarik. Saya pun segera membaca berbagai informasi yang tersedia di laman media sosial berbagi video itu. Pengunggah video itu adalah seseorang berkebangsaan Hungaria bernama Korn\u00e9l Magyar, yang ternyata merupakan seorang pemain perkusi di negaranya yang kerap menampilkan koreografi gamelan dan berbagai alat musik dari Asia.\n\nMagyar saat itu mengunggah video itu dengan keterbatasan pengetahuannya mengatakan bahwasanya sosok yang tampil dalam tarian itu adalah putri dari mendiang Mimi Rasinah, maestro Topeng Cirebon dari Indramayu. Komentar-komentar yang muncul kemudian memberikan koreksi bahwa yang tampil adalah Nur Anani, putri dari Mimi Dewi kemenakan dari Mimi Sawitri yang merupakan maestro Topeng Cirebon dari Losari.\n\nBegitu hebatnya, media sosial pada saat ini, begitu informatif, baru selesai menonton tarian Topeng yang begitu atraktif komentar-komentar langsung memberikan referensi yang sungguh membuka pikiran. Tak cukup hanya itu salah satu komentar menyebutkan adanya tarian lain yang bernama Rumyang. Saya pun segera mencari referensi di mesin pencari dan memang benar bahwa Topeng Cirebon mempunyai lima jenis tarian yang terdiri dari tari Topeng Panji, Pamindo, Rumyang, Tumenggung, dan Klana.\n\n
Dari Video kemudian Jelajah Cerita<\/h3>\n\nDi sini saya berpikir, dari secuil tayangan video ini ternyata begitu banyak informasi bisa didapatkan. Dengan penelusuran lebih jauh menggunakan metode investigasi media ternyata tayangan video tersebut plus berbagai komentarnya tak hanya berhasil memotret dunia kreatif melainkan juga memberikan banyak sekali informasi yang selama ini luput dari perhatian orang awam seperti saya.\n\nSiapa sangka video berdurasi kurang dari 9 menit itu membawa cerita yang membanggakan bahkan mengharukan. Di awal tayangan tampak seorang perempuan penari senior yakni Mimi Rasinah, membisikkan sesuatu di telinga penari<\/a> yang waktu itu masih sangat yunior yakni Nur Anani, yang duduk membelakangi penoton untuk segera memulai pementasan. Berikutnya Nur Anani tampak mengatakan sesuatu pada salah seorang Panjak (pemain gamelan) yang bertugas menabuh Kecrek yang digantungkan pada sebuah kotak besar yang biasa dipergunakan untuk menyimpan wayang. Sambil memainkan Kecrek dan memukul kotak wayang dengan Cempala (pemukul) sang panjak sebelumnya berkata \u201c\u2026\u2026..Tumenggung Magangdiraja.\u201d\n\nAdegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut. Video itu adalah rekaman dari sebuah kolaborasi yang sangat langka dari tiga wilayah di Cirebon yang memiliki maestro tari Topeng. Sebagai penari senior dan maestro mendiang Mimi Rasinah terlihat masih sangat bugar dalam tayangan itu, dia mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Indramayu. Sang penampil adalah Nur Anani yang masih berumur belasan tahun saat itu, mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Losari. Sementara para pengiringnya bersama seorang perempuan muda dewasa yang duduk di sebelah Mimi Rasinah adalah Wangi Indria, mereka adalah keluarga para seniman dari padepokan Tari Topeng Cirebon gaya Slangit.\n\nSungguh suatu kolaborasi<\/a> yang hebat. Sebuah peristiwa yang sangat langka mengingat dalam tradisi pertunjukan rakyat biasanya sangat lekat dengan ego masing-masing. Bisa tampilnya tiga padepokan besar dalam satu tayangan video pasti menyiratkan sebuah peristiwa luar bisa yang melatarbelakangi pertunjukan itu. Jika dilihat di peta daerah Cirebon tiga wilayah itu adalah wilayah yang saling berjauhan satu sama lain, bahkan jika dibuat garis bisa membentuk sebuah segitiga yang meliputi bentangan yang melewati Kabupaten Cirebon, Kotamadya Cirebon dan Kabupaten Indramayu.\n\nUsut punya usut berdasarkan penelusuran berbagai referensi, peristiwa kolaborasi dalam video itu ternyata merupakan peristiwa yang jarang terjadi. Bagaimana tidak, pada saat video itu dibuat kesenioran Mimi Rasinah ditemani oleh para pegiat dan peneliti budaya seperti Toto Amsar Suanda dan Endo Suanda (pengajar di STSI Bandung), juga kesediaan Maestro Topeng Slangit Sujana Arja menjadi fasilitator, dan bakat besar yang dimiliki oleh Nur Anani, mahasiswa STSI sekaligus kemenakan Maestro Topeng Mimi Sawitri, dan dokumenter film amatir dari seorang pencinta budaya Nusantara dari Hungaria, mereka semua adalah para kontributor yang memungkinkan adanya video di atas.\n\nSungguh \u2026 sebuah tayangan yang sangat berarti.","post_title":"Kolaborasi Para Maestro untuk Tari Topeng","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"tari-topeng","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:57:00","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:57:00","post_content_filtered":"
Adegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut.<\/em><\/h4>\r\nhttps:\/\/youtu.be\/ISNd4PbHFTc[\/embed]\r\n\r\nBerporos pada pinggangnya, penari bertopeng itu meliukkan bagian atas tubuhnya dari depan ke belakang sembari berputar berlawanan arah jarum jam untuk kembali ke posisi semula. Diiringi bunyi gamelan yang bertalu-talu, liukan itu dilakukan dengan kelenturan layaknya pebalet profesional yang hanya tinggal menyisakan jarak satu jengkal dengan lantai. Gerakan khas itu dikenal dengan nama \u201cGaleyong\u201d. Satu gerakan tari yang menjadi ciri khas Tari Topeng Cirebon gaya Losari.\r\n\r\nRasa penasaran mulai muncul. Tontonan tari tradisi pada saat ini bisa dibilang adalah barang yang sangat langka untuk bisa dilihat dalam tayangan televisi komersial yang hadir setiap saat di dalam keseharian kita. Untunglah, di jaman kemajuan teknologi informasi saat ini tayangan video di internet dapat dengan mudah hadir dalam genggaman piranti telepon pintar atau yang sekarang ini disebut dengan istilah \"gawai\".\r\n\r\nSaya merasa beruntung saat sedang iseng berselancar di berbagai tayangan video yang beraneka ragam bisa menemukan tarian yang begitu menarik. Saya pun segera membaca berbagai informasi yang tersedia di laman media sosial berbagi video itu. Pengunggah video itu adalah seseorang berkebangsaan Hungaria bernama Korn\u00e9l Magyar, yang ternyata merupakan seorang pemain perkusi di negaranya yang kerap menampilkan koreografi gamelan dan berbagai alat musik dari Asia.\r\n\r\nMagyar saat itu mengunggah video itu dengan keterbatasan pengetahuannya mengatakan bahwasanya sosok yang tampil dalam tarian itu adalah putri dari mendiang Mimi Rasinah, maestro Topeng Cirebon dari Indramayu. Komentar-komentar yang muncul kemudian memberikan koreksi bahwa yang tampil adalah Nur Anani, putri dari Mimi Dewi kemenakan dari Mimi Sawitri yang merupakan maestro Topeng Cirebon dari Losari.\r\n\r\nBegitu hebatnya, media sosial pada saat ini, begitu informatif, baru selesai menonton tarian Topeng yang begitu atraktif komentar-komentar langsung memberikan referensi yang sungguh membuka pikiran. Tak cukup hanya itu salah satu komentar menyebutkan adanya tarian lain yang bernama Rumyang. Saya pun segera mencari referensi di mesin pencari dan memang benar bahwa Topeng Cirebon mempunyai lima jenis tarian yang terdiri dari tari Topeng Panji, Pamindo, Rumyang, Tumenggung, dan Klana.\r\n
Dari Video kemudian Jelajah Cerita<\/h3>\r\nDi sini saya berpikir, dari secuil tayangan video ini ternyata begitu banyak informasi bisa didapatkan. Dengan penelusuran lebih jauh menggunakan metode investigasi media ternyata tayangan video tersebut plus berbagai komentarnya tak hanya berhasil memotret dunia kreatif melainkan juga memberikan banyak sekali informasi yang selama ini luput dari perhatian orang awam seperti saya.\r\n\r\nSiapa sangka video berdurasi kurang dari 9 menit itu membawa cerita yang membanggakan bahkan mengharukan. Di awal tayangan tampak seorang perempuan penari senior yakni Mimi Rasinah, membisikkan sesuatu di telinga penari<\/a> yang waktu itu masih sangat yunior yakni Nur Anani, yang duduk membelakangi penoton untuk segera memulai pementasan. Berikutnya Nur Anani tampak mengatakan sesuatu pada salah seorang Panjak (pemain gamelan) yang bertugas menabuh Kecrek yang digantungkan pada sebuah kotak besar yang biasa dipergunakan untuk menyimpan wayang. Sambil memainkan Kecrek dan memukul kotak wayang dengan Cempala (pemukul) sang panjak sebelumnya berkata \u201c\u2026\u2026..Tumenggung Magangdiraja.\u201d\r\n\r\nAdegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut. Video itu adalah rekaman dari sebuah kolaborasi yang sangat langka dari tiga wilayah di Cirebon yang memiliki maestro tari Topeng. Sebagai penari senior dan maestro mendiang Mimi Rasinah terlihat masih sangat bugar dalam tayangan itu, dia mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Indramayu. Sang penampil adalah Nur Anani yang masih berumur belasan tahun saat itu, mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Losari. Sementara para pengiringnya bersama seorang perempuan muda dewasa yang duduk di sebelah Mimi Rasinah adalah Wangi Indria, mereka adalah keluarga para seniman dari padepokan Tari Topeng Cirebon gaya Slangit.\r\n\r\nSungguh suatu kolaborasi<\/a> yang hebat. Sebuah peristiwa yang sangat langka mengingat dalam tradisi pertunjukan rakyat biasanya sangat lekat dengan ego masing-masing. Bisa tampilnya tiga padepokan besar dalam satu tayangan video pasti menyiratkan sebuah peristiwa luar bisa yang melatarbelakangi pertunjukan itu. Jika dilihat di peta daerah Cirebon tiga wilayah itu adalah wilayah yang saling berjauhan satu sama lain, bahkan jika dibuat garis bisa membentuk sebuah segitiga yang meliputi bentangan yang melewati Kabupaten Cirebon, Kotamadya Cirebon dan Kabupaten Indramayu.\r\n\r\nUsut punya usut berdasarkan penelusuran berbagai referensi, peristiwa kolaborasi dalam video itu ternyata merupakan peristiwa yang jarang terjadi. Bagaimana tidak, pada saat video itu dibuat kesenioran Mimi Rasinah ditemani oleh para pegiat dan peneliti budaya seperti Toto Amsar Suanda dan Endo Suanda (pengajar di STSI Bandung), juga kesediaan Maestro Topeng Slangit Sujana Arja menjadi fasilitator, dan bakat besar yang dimiliki oleh Nur Anani, mahasiswa STSI sekaligus kemenakan Maestro Topeng Mimi Sawitri, dan dokumenter film amatir dari seorang pencinta budaya Nusantara dari Hungaria, mereka semua adalah para kontributor yang memungkinkan adanya video di atas.\r\n\r\nSungguh \u2026 sebuah tayangan yang sangat berarti.","post_parent":0,"guid":"http:\/\/www.bolehmerokok.com\/?p=2543","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n","post_title":"Kisah-Kisah dari Lereng Sumbing","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kisah-kisah-dari-lereng-sumbing","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-12-07 13:07:41","post_modified_gmt":"2023-12-07 06:07:41","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5594","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2553,"post_author":"845","post_date":"2016-04-15 07:00:47","post_date_gmt":"2016-04-15 00:00:47","post_content":"Pada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. <\/em><\/h4>\n\nhttps:\/\/youtu.be\/c-L1Dj5a0n4[\/embed]\n\nMungkin di Indonesia nama musisi satu ini jarang didengar. Bahkan ketika ia sudah tenar dengan grup bentukan Ry Cooder, Buena Vista Social Club. Tetap saja namanya tak setenar Gipsy Kings. Dia bukan hanya musisi besar yang sanggup membawakan sukacita dan emosi saat musik rakyat Kuba didendangkan. Lebih dari itu, berkat dia-lah cerutu Kuba terangkat secara membanggakan dan terkesan glamor. Dia jarang terlihat tidak memegang cerutu, kecuali tentu saja saat ia memetik Armonica, sebuah gitar berdawai tujuh yang mampu menambah kekayaan nuansa musiknya. Siapakah dia?\n\nYa, dialah Compay Segundo, sang legenda musik Kuba dan duta cerutu Kuba, wafat pada usia 95 tahun.\n\nCompay dilahirkan di Siboney pada 18 November 1907 dengan nama Maximo Francisco Rapilado Mu\u00f1oz. Pada umur sembilan tahun Compay pindah ke Santiago de Cuba. Di usia itulah Comapy pertama kali tampil bersama kelompok musik lokal yang disutradarai oleh gurunya, Enrique Bueno. Nama panggung depannya, Compay berasal dari bahasa slang di Kuba, compadre <\/em>yang artinya \"kawan\". Sedang Segundo mengacu suara harmoni bass yang dibawakannya.\n\nDia memulai karir musiknya pada tahun 1920 dengan beberapa maestro besar seperti Sindo Garay, Nico Saquito, Miguel Matamoros dan Benny Mor\u00ea. Pada 1930-an dan 1940-an ia memainkan klarinet untuk kelompok El Conjunto Matamoros. Ia tidak memiliki kelompok sendiri sampai tahun 1956, ketika ia membentuk trio Compay Segundo y sus Muchachos.\n\nMeskipun sudah terkenal di seluruh Kuba, namun ketenaran Compay sebagai musisi tidak mendunia. Hingga datang seorang Ry Cooder dan Wim Wanders yang memproduksi musik-musik Kuba dan menyatukannya dalam sebuah kelompok yang diberi nama Buena Vista Social Club. Proses produksi dan kehidupan keseharian anggota kelompok musik ini difilmkan oleh Wim Wanders dan dirilis dengan judul yang sama, Buena Vista Social Club.\n\nBuena Viesta Social Club<\/a> adalah berkah tersendiri bagi musisi-musisi senior yang tergabung di dalamnya. Selain Compay Segundo, kelompok itu beranggotakan Ibrahim Ferrer, Ruben Gonzales, dan Eliades Ochoa. Ketenaran Compay dan rekan-rekannya di Buena Vista Social Club segera mendunia. Selain mengantarkan mereka meraih Grammy Award pada tahun 1997, filmnya telah menaikkan status sosial mereka sebagai selebriti di Kuba. Setelah dirilisnya film itu Compay Segundo selalu diundang menghadiri gala dinner dan pesta cerutu yang diadakan di Kuba<\/a>.\n\nSebelum terbentuknya Buena Vista Social Club, kehidupan Compay Segundo sebagai musisi di Kuba tidaklah mudah. Compay menambal kekurangan pendapatannya dari musik dengan bekerja sebagai pelinting cerutu. Compay sudah menjalani pekerjaan melinting sejak berusia 14 tahun. Dia mengaku bisa melinting hingga 300 cerutu sehari. Pada awal abad 20 cerutu Kuba mempunyai model kecil seperti panatella atau corona. Namun saat ini standar cerutu Kuba lebih besar. Seorang pelinting cerutu handal sekalipun paling hanya mampu menghasilkan 80 \u2013 130 batang per hari. Dan pada sebuah wawancara dengan majalah Cigar Aficionado, Compay mengaku bahwa dia bukan seorang pelinting yang baik. Dia pernah dipecat oleh Ramon Cifuentes dari Partagas, perusahaan cerutu Kuba yang berdiri sejak 1845.\n\nHarus diakui, sejak terbentuknya Buena Vista Social Club, pesona Compay sebagai selebriti memang tidak terelakkan. Saking populernya apapun yang disandang dan dilakukan Compay dalam kehidupan sehari-hari segera jadi panutan para penggemarnya. Suatu ketika pemimpin Kuba pernah dibuat heran oleh Compay Segundo saat seribu orang menyanyikan Chan-Chan bersama-sama dan dilanjutkan dengan melelang topi koboi ciri khasnya itu yang langsung laku 17.500 US Dolar. Fidel Castro hanya berkomentar \"I can't believe that someone paid $17,500 for Compay's hat\u201d <\/em>dengan penuh keterkejutan. Dana yang didapat dari lelang topi itu diserahkan kepada otoritas kesehatan di Kuba.\n\nPada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. Compay bukan juru bicara biasa. Minatnya yang begitu besar pada tembakau adalah alasan dibalik dia menerima tawaran sebagai duta cerutu Kuba. Karena kecintaannya pada tembakau inilah Compay kadang-kadang mengunjungi sahabatnya, Alejandro Robaina, seorang petani sekaligus ekspertis tembakau Kuba. Mereka sering terlihat duduk berdua di kebun sembari menikamati cerutu dan berbincang tentang kehidupan.\n\nPada suatu ketika Compay pernah ditanya tentang rahasia umur panjanganya. Saat itu diusianya yang 90 tahun itu dia masih nampak begitu bugar dan enerjik. Menjawab pertanyaan itu Compay berkata: \"Boy, it's very simple. I drink a lot, I smoke a lot and I fuck a lot.\"<\/em>","post_title":"Compay Segundo","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"compay-segundo","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 15:01:16","post_modified_gmt":"2024-12-10 08:01:16","post_content_filtered":"
Pada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. <\/em><\/h4>\r\nhttps:\/\/youtu.be\/c-L1Dj5a0n4[\/embed]\r\n\r\nMungkin di Indonesia nama musisi satu ini jarang didengar. Bahkan ketika ia sudah tenar dengan grup bentukan Ry Cooder, Buena Vista Social Club. Tetap saja namanya tak setenar Gipsy Kings. Dia bukan hanya musisi besar yang sanggup membawakan sukacita dan emosi saat musik rakyat Kuba didendangkan. Lebih dari itu, berkat dia-lah cerutu Kuba terangkat secara membanggakan dan terkesan glamor. Dia jarang terlihat tidak memegang cerutu, kecuali tentu saja saat ia memetik Armonica, sebuah gitar berdawai tujuh yang mampu menambah kekayaan nuansa musiknya. Siapakah dia?\r\n\r\nYa, dialah Compay Segundo, sang legenda musik Kuba dan duta cerutu Kuba, wafat pada usia 95 tahun.\r\n\r\nCompay dilahirkan di Siboney pada 18 November 1907 dengan nama Maximo Francisco Rapilado Mu\u00f1oz. Pada umur sembilan tahun Compay pindah ke Santiago de Cuba. Di usia itulah Comapy pertama kali tampil bersama kelompok musik lokal yang disutradarai oleh gurunya, Enrique Bueno. Nama panggung depannya, Compay berasal dari bahasa slang di Kuba, compadre <\/em>yang artinya \"kawan\". Sedang Segundo mengacu suara harmoni bass yang dibawakannya.\r\n\r\nDia memulai karir musiknya pada tahun 1920 dengan beberapa maestro besar seperti Sindo Garay, Nico Saquito, Miguel Matamoros dan Benny Mor\u00ea. Pada 1930-an dan 1940-an ia memainkan klarinet untuk kelompok El Conjunto Matamoros. Ia tidak memiliki kelompok sendiri sampai tahun 1956, ketika ia membentuk trio Compay Segundo y sus Muchachos.\r\n\r\nMeskipun sudah terkenal di seluruh Kuba, namun ketenaran Compay sebagai musisi tidak mendunia. Hingga datang seorang Ry Cooder dan Wim Wanders yang memproduksi musik-musik Kuba dan menyatukannya dalam sebuah kelompok yang diberi nama Buena Vista Social Club. Proses produksi dan kehidupan keseharian anggota kelompok musik ini difilmkan oleh Wim Wanders dan dirilis dengan judul yang sama, Buena Vista Social Club.\r\n\r\nBuena Viesta Social Club<\/a> adalah berkah tersendiri bagi musisi-musisi senior yang tergabung di dalamnya. Selain Compay Segundo, kelompok itu beranggotakan Ibrahim Ferrer, Ruben Gonzales, dan Eliades Ochoa. Ketenaran Compay dan rekan-rekannya di Buena Vista Social Club segera mendunia. Selain mengantarkan mereka meraih Grammy Award pada tahun 1997, filmnya telah menaikkan status sosial mereka sebagai selebriti di Kuba. Setelah dirilisnya film itu Compay Segundo selalu diundang menghadiri gala dinner dan pesta cerutu yang diadakan di Kuba<\/a>.\r\n\r\nSebelum terbentuknya Buena Vista Social Club, kehidupan Compay Segundo sebagai musisi di Kuba tidaklah mudah. Compay menambal kekurangan pendapatannya dari musik dengan bekerja sebagai pelinting cerutu. Compay sudah menjalani pekerjaan melinting sejak berusia 14 tahun. Dia mengaku bisa melinting hingga 300 cerutu sehari. Pada awal abad 20 cerutu Kuba mempunyai model kecil seperti panatella atau corona. Namun saat ini standar cerutu Kuba lebih besar. Seorang pelinting cerutu handal sekalipun paling hanya mampu menghasilkan 80 \u2013 130 batang per hari. Dan pada sebuah wawancara dengan majalah Cigar Aficionado, Compay mengaku bahwa dia bukan seorang pelinting yang baik. Dia pernah dipecat oleh Ramon Cifuentes dari Partagas, perusahaan cerutu Kuba yang berdiri sejak 1845.\r\n\r\nHarus diakui, sejak terbentuknya Buena Vista Social Club, pesona Compay sebagai selebriti memang tidak terelakkan. Saking populernya apapun yang disandang dan dilakukan Compay dalam kehidupan sehari-hari segera jadi panutan para penggemarnya. Suatu ketika pemimpin Kuba pernah dibuat heran oleh Compay Segundo saat seribu orang menyanyikan Chan-Chan bersama-sama dan dilanjutkan dengan melelang topi koboi ciri khasnya itu yang langsung laku 17.500 US Dolar. Fidel Castro hanya berkomentar \"I can't believe that someone paid $17,500 for Compay's hat\u201d <\/em>dengan penuh keterkejutan. Dana yang didapat dari lelang topi itu diserahkan kepada otoritas kesehatan di Kuba.\r\n\r\nPada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. Compay bukan juru bicara biasa. Minatnya yang begitu besar pada tembakau adalah alasan dibalik dia menerima tawaran sebagai duta cerutu Kuba. Karena kecintaannya pada tembakau inilah Compay kadang-kadang mengunjungi sahabatnya, Alejandro Robaina, seorang petani sekaligus ekspertis tembakau Kuba. Mereka sering terlihat duduk berdua di kebun sembari menikamati cerutu dan berbincang tentang kehidupan.\r\n\r\nPada suatu ketika Compay pernah ditanya tentang rahasia umur panjanganya. Saat itu diusianya yang 90 tahun itu dia masih nampak begitu bugar dan enerjik. Menjawab pertanyaan itu Compay berkata: \"Boy, it's very simple. I drink a lot, I smoke a lot and I fuck a lot.\"<\/em>","post_parent":0,"guid":"http:\/\/www.bolehmerokok.com\/?p=2553","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2543,"post_author":"860","post_date":"2016-04-05 12:50:53","post_date_gmt":"2016-04-05 05:50:53","post_content":"
Adegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut.<\/em><\/h4>\n\nhttps:\/\/youtu.be\/ISNd4PbHFTc[\/embed]\n\nBerporos pada pinggangnya, penari bertopeng itu meliukkan bagian atas tubuhnya dari depan ke belakang sembari berputar berlawanan arah jarum jam untuk kembali ke posisi semula. Diiringi bunyi gamelan yang bertalu-talu, liukan itu dilakukan dengan kelenturan layaknya pebalet profesional yang hanya tinggal menyisakan jarak satu jengkal dengan lantai. Gerakan khas itu dikenal dengan nama \u201cGaleyong\u201d. Satu gerakan tari yang menjadi ciri khas Tari Topeng Cirebon gaya Losari.\n\nRasa penasaran mulai muncul. Tontonan tari tradisi pada saat ini bisa dibilang adalah barang yang sangat langka untuk bisa dilihat dalam tayangan televisi komersial yang hadir setiap saat di dalam keseharian kita. Untunglah, di jaman kemajuan teknologi informasi saat ini tayangan video di internet dapat dengan mudah hadir dalam genggaman piranti telepon pintar atau yang sekarang ini disebut dengan istilah \"gawai\".\n\nSaya merasa beruntung saat sedang iseng berselancar di berbagai tayangan video yang beraneka ragam bisa menemukan tarian yang begitu menarik. Saya pun segera membaca berbagai informasi yang tersedia di laman media sosial berbagi video itu. Pengunggah video itu adalah seseorang berkebangsaan Hungaria bernama Korn\u00e9l Magyar, yang ternyata merupakan seorang pemain perkusi di negaranya yang kerap menampilkan koreografi gamelan dan berbagai alat musik dari Asia.\n\nMagyar saat itu mengunggah video itu dengan keterbatasan pengetahuannya mengatakan bahwasanya sosok yang tampil dalam tarian itu adalah putri dari mendiang Mimi Rasinah, maestro Topeng Cirebon dari Indramayu. Komentar-komentar yang muncul kemudian memberikan koreksi bahwa yang tampil adalah Nur Anani, putri dari Mimi Dewi kemenakan dari Mimi Sawitri yang merupakan maestro Topeng Cirebon dari Losari.\n\nBegitu hebatnya, media sosial pada saat ini, begitu informatif, baru selesai menonton tarian Topeng yang begitu atraktif komentar-komentar langsung memberikan referensi yang sungguh membuka pikiran. Tak cukup hanya itu salah satu komentar menyebutkan adanya tarian lain yang bernama Rumyang. Saya pun segera mencari referensi di mesin pencari dan memang benar bahwa Topeng Cirebon mempunyai lima jenis tarian yang terdiri dari tari Topeng Panji, Pamindo, Rumyang, Tumenggung, dan Klana.\n\n
Dari Video kemudian Jelajah Cerita<\/h3>\n\nDi sini saya berpikir, dari secuil tayangan video ini ternyata begitu banyak informasi bisa didapatkan. Dengan penelusuran lebih jauh menggunakan metode investigasi media ternyata tayangan video tersebut plus berbagai komentarnya tak hanya berhasil memotret dunia kreatif melainkan juga memberikan banyak sekali informasi yang selama ini luput dari perhatian orang awam seperti saya.\n\nSiapa sangka video berdurasi kurang dari 9 menit itu membawa cerita yang membanggakan bahkan mengharukan. Di awal tayangan tampak seorang perempuan penari senior yakni Mimi Rasinah, membisikkan sesuatu di telinga penari<\/a> yang waktu itu masih sangat yunior yakni Nur Anani, yang duduk membelakangi penoton untuk segera memulai pementasan. Berikutnya Nur Anani tampak mengatakan sesuatu pada salah seorang Panjak (pemain gamelan) yang bertugas menabuh Kecrek yang digantungkan pada sebuah kotak besar yang biasa dipergunakan untuk menyimpan wayang. Sambil memainkan Kecrek dan memukul kotak wayang dengan Cempala (pemukul) sang panjak sebelumnya berkata \u201c\u2026\u2026..Tumenggung Magangdiraja.\u201d\n\nAdegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut. Video itu adalah rekaman dari sebuah kolaborasi yang sangat langka dari tiga wilayah di Cirebon yang memiliki maestro tari Topeng. Sebagai penari senior dan maestro mendiang Mimi Rasinah terlihat masih sangat bugar dalam tayangan itu, dia mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Indramayu. Sang penampil adalah Nur Anani yang masih berumur belasan tahun saat itu, mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Losari. Sementara para pengiringnya bersama seorang perempuan muda dewasa yang duduk di sebelah Mimi Rasinah adalah Wangi Indria, mereka adalah keluarga para seniman dari padepokan Tari Topeng Cirebon gaya Slangit.\n\nSungguh suatu kolaborasi<\/a> yang hebat. Sebuah peristiwa yang sangat langka mengingat dalam tradisi pertunjukan rakyat biasanya sangat lekat dengan ego masing-masing. Bisa tampilnya tiga padepokan besar dalam satu tayangan video pasti menyiratkan sebuah peristiwa luar bisa yang melatarbelakangi pertunjukan itu. Jika dilihat di peta daerah Cirebon tiga wilayah itu adalah wilayah yang saling berjauhan satu sama lain, bahkan jika dibuat garis bisa membentuk sebuah segitiga yang meliputi bentangan yang melewati Kabupaten Cirebon, Kotamadya Cirebon dan Kabupaten Indramayu.\n\nUsut punya usut berdasarkan penelusuran berbagai referensi, peristiwa kolaborasi dalam video itu ternyata merupakan peristiwa yang jarang terjadi. Bagaimana tidak, pada saat video itu dibuat kesenioran Mimi Rasinah ditemani oleh para pegiat dan peneliti budaya seperti Toto Amsar Suanda dan Endo Suanda (pengajar di STSI Bandung), juga kesediaan Maestro Topeng Slangit Sujana Arja menjadi fasilitator, dan bakat besar yang dimiliki oleh Nur Anani, mahasiswa STSI sekaligus kemenakan Maestro Topeng Mimi Sawitri, dan dokumenter film amatir dari seorang pencinta budaya Nusantara dari Hungaria, mereka semua adalah para kontributor yang memungkinkan adanya video di atas.\n\nSungguh \u2026 sebuah tayangan yang sangat berarti.","post_title":"Kolaborasi Para Maestro untuk Tari Topeng","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"tari-topeng","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:57:00","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:57:00","post_content_filtered":"
Adegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut.<\/em><\/h4>\r\nhttps:\/\/youtu.be\/ISNd4PbHFTc[\/embed]\r\n\r\nBerporos pada pinggangnya, penari bertopeng itu meliukkan bagian atas tubuhnya dari depan ke belakang sembari berputar berlawanan arah jarum jam untuk kembali ke posisi semula. Diiringi bunyi gamelan yang bertalu-talu, liukan itu dilakukan dengan kelenturan layaknya pebalet profesional yang hanya tinggal menyisakan jarak satu jengkal dengan lantai. Gerakan khas itu dikenal dengan nama \u201cGaleyong\u201d. Satu gerakan tari yang menjadi ciri khas Tari Topeng Cirebon gaya Losari.\r\n\r\nRasa penasaran mulai muncul. Tontonan tari tradisi pada saat ini bisa dibilang adalah barang yang sangat langka untuk bisa dilihat dalam tayangan televisi komersial yang hadir setiap saat di dalam keseharian kita. Untunglah, di jaman kemajuan teknologi informasi saat ini tayangan video di internet dapat dengan mudah hadir dalam genggaman piranti telepon pintar atau yang sekarang ini disebut dengan istilah \"gawai\".\r\n\r\nSaya merasa beruntung saat sedang iseng berselancar di berbagai tayangan video yang beraneka ragam bisa menemukan tarian yang begitu menarik. Saya pun segera membaca berbagai informasi yang tersedia di laman media sosial berbagi video itu. Pengunggah video itu adalah seseorang berkebangsaan Hungaria bernama Korn\u00e9l Magyar, yang ternyata merupakan seorang pemain perkusi di negaranya yang kerap menampilkan koreografi gamelan dan berbagai alat musik dari Asia.\r\n\r\nMagyar saat itu mengunggah video itu dengan keterbatasan pengetahuannya mengatakan bahwasanya sosok yang tampil dalam tarian itu adalah putri dari mendiang Mimi Rasinah, maestro Topeng Cirebon dari Indramayu. Komentar-komentar yang muncul kemudian memberikan koreksi bahwa yang tampil adalah Nur Anani, putri dari Mimi Dewi kemenakan dari Mimi Sawitri yang merupakan maestro Topeng Cirebon dari Losari.\r\n\r\nBegitu hebatnya, media sosial pada saat ini, begitu informatif, baru selesai menonton tarian Topeng yang begitu atraktif komentar-komentar langsung memberikan referensi yang sungguh membuka pikiran. Tak cukup hanya itu salah satu komentar menyebutkan adanya tarian lain yang bernama Rumyang. Saya pun segera mencari referensi di mesin pencari dan memang benar bahwa Topeng Cirebon mempunyai lima jenis tarian yang terdiri dari tari Topeng Panji, Pamindo, Rumyang, Tumenggung, dan Klana.\r\n
Dari Video kemudian Jelajah Cerita<\/h3>\r\nDi sini saya berpikir, dari secuil tayangan video ini ternyata begitu banyak informasi bisa didapatkan. Dengan penelusuran lebih jauh menggunakan metode investigasi media ternyata tayangan video tersebut plus berbagai komentarnya tak hanya berhasil memotret dunia kreatif melainkan juga memberikan banyak sekali informasi yang selama ini luput dari perhatian orang awam seperti saya.\r\n\r\nSiapa sangka video berdurasi kurang dari 9 menit itu membawa cerita yang membanggakan bahkan mengharukan. Di awal tayangan tampak seorang perempuan penari senior yakni Mimi Rasinah, membisikkan sesuatu di telinga penari<\/a> yang waktu itu masih sangat yunior yakni Nur Anani, yang duduk membelakangi penoton untuk segera memulai pementasan. Berikutnya Nur Anani tampak mengatakan sesuatu pada salah seorang Panjak (pemain gamelan) yang bertugas menabuh Kecrek yang digantungkan pada sebuah kotak besar yang biasa dipergunakan untuk menyimpan wayang. Sambil memainkan Kecrek dan memukul kotak wayang dengan Cempala (pemukul) sang panjak sebelumnya berkata \u201c\u2026\u2026..Tumenggung Magangdiraja.\u201d\r\n\r\nAdegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut. Video itu adalah rekaman dari sebuah kolaborasi yang sangat langka dari tiga wilayah di Cirebon yang memiliki maestro tari Topeng. Sebagai penari senior dan maestro mendiang Mimi Rasinah terlihat masih sangat bugar dalam tayangan itu, dia mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Indramayu. Sang penampil adalah Nur Anani yang masih berumur belasan tahun saat itu, mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Losari. Sementara para pengiringnya bersama seorang perempuan muda dewasa yang duduk di sebelah Mimi Rasinah adalah Wangi Indria, mereka adalah keluarga para seniman dari padepokan Tari Topeng Cirebon gaya Slangit.\r\n\r\nSungguh suatu kolaborasi<\/a> yang hebat. Sebuah peristiwa yang sangat langka mengingat dalam tradisi pertunjukan rakyat biasanya sangat lekat dengan ego masing-masing. Bisa tampilnya tiga padepokan besar dalam satu tayangan video pasti menyiratkan sebuah peristiwa luar bisa yang melatarbelakangi pertunjukan itu. Jika dilihat di peta daerah Cirebon tiga wilayah itu adalah wilayah yang saling berjauhan satu sama lain, bahkan jika dibuat garis bisa membentuk sebuah segitiga yang meliputi bentangan yang melewati Kabupaten Cirebon, Kotamadya Cirebon dan Kabupaten Indramayu.\r\n\r\nUsut punya usut berdasarkan penelusuran berbagai referensi, peristiwa kolaborasi dalam video itu ternyata merupakan peristiwa yang jarang terjadi. Bagaimana tidak, pada saat video itu dibuat kesenioran Mimi Rasinah ditemani oleh para pegiat dan peneliti budaya seperti Toto Amsar Suanda dan Endo Suanda (pengajar di STSI Bandung), juga kesediaan Maestro Topeng Slangit Sujana Arja menjadi fasilitator, dan bakat besar yang dimiliki oleh Nur Anani, mahasiswa STSI sekaligus kemenakan Maestro Topeng Mimi Sawitri, dan dokumenter film amatir dari seorang pencinta budaya Nusantara dari Hungaria, mereka semua adalah para kontributor yang memungkinkan adanya video di atas.\r\n\r\nSungguh \u2026 sebuah tayangan yang sangat berarti.","post_parent":0,"guid":"http:\/\/www.bolehmerokok.com\/?p=2543","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n","post_title":"Kisah-Kisah dari Lereng Sumbing","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kisah-kisah-dari-lereng-sumbing","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-12-07 13:07:41","post_modified_gmt":"2023-12-07 06:07:41","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5594","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2553,"post_author":"845","post_date":"2016-04-15 07:00:47","post_date_gmt":"2016-04-15 00:00:47","post_content":"Pada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. <\/em><\/h4>\n\nhttps:\/\/youtu.be\/c-L1Dj5a0n4[\/embed]\n\nMungkin di Indonesia nama musisi satu ini jarang didengar. Bahkan ketika ia sudah tenar dengan grup bentukan Ry Cooder, Buena Vista Social Club. Tetap saja namanya tak setenar Gipsy Kings. Dia bukan hanya musisi besar yang sanggup membawakan sukacita dan emosi saat musik rakyat Kuba didendangkan. Lebih dari itu, berkat dia-lah cerutu Kuba terangkat secara membanggakan dan terkesan glamor. Dia jarang terlihat tidak memegang cerutu, kecuali tentu saja saat ia memetik Armonica, sebuah gitar berdawai tujuh yang mampu menambah kekayaan nuansa musiknya. Siapakah dia?\n\nYa, dialah Compay Segundo, sang legenda musik Kuba dan duta cerutu Kuba, wafat pada usia 95 tahun.\n\nCompay dilahirkan di Siboney pada 18 November 1907 dengan nama Maximo Francisco Rapilado Mu\u00f1oz. Pada umur sembilan tahun Compay pindah ke Santiago de Cuba. Di usia itulah Comapy pertama kali tampil bersama kelompok musik lokal yang disutradarai oleh gurunya, Enrique Bueno. Nama panggung depannya, Compay berasal dari bahasa slang di Kuba, compadre <\/em>yang artinya \"kawan\". Sedang Segundo mengacu suara harmoni bass yang dibawakannya.\n\nDia memulai karir musiknya pada tahun 1920 dengan beberapa maestro besar seperti Sindo Garay, Nico Saquito, Miguel Matamoros dan Benny Mor\u00ea. Pada 1930-an dan 1940-an ia memainkan klarinet untuk kelompok El Conjunto Matamoros. Ia tidak memiliki kelompok sendiri sampai tahun 1956, ketika ia membentuk trio Compay Segundo y sus Muchachos.\n\nMeskipun sudah terkenal di seluruh Kuba, namun ketenaran Compay sebagai musisi tidak mendunia. Hingga datang seorang Ry Cooder dan Wim Wanders yang memproduksi musik-musik Kuba dan menyatukannya dalam sebuah kelompok yang diberi nama Buena Vista Social Club. Proses produksi dan kehidupan keseharian anggota kelompok musik ini difilmkan oleh Wim Wanders dan dirilis dengan judul yang sama, Buena Vista Social Club.\n\nBuena Viesta Social Club<\/a> adalah berkah tersendiri bagi musisi-musisi senior yang tergabung di dalamnya. Selain Compay Segundo, kelompok itu beranggotakan Ibrahim Ferrer, Ruben Gonzales, dan Eliades Ochoa. Ketenaran Compay dan rekan-rekannya di Buena Vista Social Club segera mendunia. Selain mengantarkan mereka meraih Grammy Award pada tahun 1997, filmnya telah menaikkan status sosial mereka sebagai selebriti di Kuba. Setelah dirilisnya film itu Compay Segundo selalu diundang menghadiri gala dinner dan pesta cerutu yang diadakan di Kuba<\/a>.\n\nSebelum terbentuknya Buena Vista Social Club, kehidupan Compay Segundo sebagai musisi di Kuba tidaklah mudah. Compay menambal kekurangan pendapatannya dari musik dengan bekerja sebagai pelinting cerutu. Compay sudah menjalani pekerjaan melinting sejak berusia 14 tahun. Dia mengaku bisa melinting hingga 300 cerutu sehari. Pada awal abad 20 cerutu Kuba mempunyai model kecil seperti panatella atau corona. Namun saat ini standar cerutu Kuba lebih besar. Seorang pelinting cerutu handal sekalipun paling hanya mampu menghasilkan 80 \u2013 130 batang per hari. Dan pada sebuah wawancara dengan majalah Cigar Aficionado, Compay mengaku bahwa dia bukan seorang pelinting yang baik. Dia pernah dipecat oleh Ramon Cifuentes dari Partagas, perusahaan cerutu Kuba yang berdiri sejak 1845.\n\nHarus diakui, sejak terbentuknya Buena Vista Social Club, pesona Compay sebagai selebriti memang tidak terelakkan. Saking populernya apapun yang disandang dan dilakukan Compay dalam kehidupan sehari-hari segera jadi panutan para penggemarnya. Suatu ketika pemimpin Kuba pernah dibuat heran oleh Compay Segundo saat seribu orang menyanyikan Chan-Chan bersama-sama dan dilanjutkan dengan melelang topi koboi ciri khasnya itu yang langsung laku 17.500 US Dolar. Fidel Castro hanya berkomentar \"I can't believe that someone paid $17,500 for Compay's hat\u201d <\/em>dengan penuh keterkejutan. Dana yang didapat dari lelang topi itu diserahkan kepada otoritas kesehatan di Kuba.\n\nPada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. Compay bukan juru bicara biasa. Minatnya yang begitu besar pada tembakau adalah alasan dibalik dia menerima tawaran sebagai duta cerutu Kuba. Karena kecintaannya pada tembakau inilah Compay kadang-kadang mengunjungi sahabatnya, Alejandro Robaina, seorang petani sekaligus ekspertis tembakau Kuba. Mereka sering terlihat duduk berdua di kebun sembari menikamati cerutu dan berbincang tentang kehidupan.\n\nPada suatu ketika Compay pernah ditanya tentang rahasia umur panjanganya. Saat itu diusianya yang 90 tahun itu dia masih nampak begitu bugar dan enerjik. Menjawab pertanyaan itu Compay berkata: \"Boy, it's very simple. I drink a lot, I smoke a lot and I fuck a lot.\"<\/em>","post_title":"Compay Segundo","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"compay-segundo","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 15:01:16","post_modified_gmt":"2024-12-10 08:01:16","post_content_filtered":"
Pada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. <\/em><\/h4>\r\nhttps:\/\/youtu.be\/c-L1Dj5a0n4[\/embed]\r\n\r\nMungkin di Indonesia nama musisi satu ini jarang didengar. Bahkan ketika ia sudah tenar dengan grup bentukan Ry Cooder, Buena Vista Social Club. Tetap saja namanya tak setenar Gipsy Kings. Dia bukan hanya musisi besar yang sanggup membawakan sukacita dan emosi saat musik rakyat Kuba didendangkan. Lebih dari itu, berkat dia-lah cerutu Kuba terangkat secara membanggakan dan terkesan glamor. Dia jarang terlihat tidak memegang cerutu, kecuali tentu saja saat ia memetik Armonica, sebuah gitar berdawai tujuh yang mampu menambah kekayaan nuansa musiknya. Siapakah dia?\r\n\r\nYa, dialah Compay Segundo, sang legenda musik Kuba dan duta cerutu Kuba, wafat pada usia 95 tahun.\r\n\r\nCompay dilahirkan di Siboney pada 18 November 1907 dengan nama Maximo Francisco Rapilado Mu\u00f1oz. Pada umur sembilan tahun Compay pindah ke Santiago de Cuba. Di usia itulah Comapy pertama kali tampil bersama kelompok musik lokal yang disutradarai oleh gurunya, Enrique Bueno. Nama panggung depannya, Compay berasal dari bahasa slang di Kuba, compadre <\/em>yang artinya \"kawan\". Sedang Segundo mengacu suara harmoni bass yang dibawakannya.\r\n\r\nDia memulai karir musiknya pada tahun 1920 dengan beberapa maestro besar seperti Sindo Garay, Nico Saquito, Miguel Matamoros dan Benny Mor\u00ea. Pada 1930-an dan 1940-an ia memainkan klarinet untuk kelompok El Conjunto Matamoros. Ia tidak memiliki kelompok sendiri sampai tahun 1956, ketika ia membentuk trio Compay Segundo y sus Muchachos.\r\n\r\nMeskipun sudah terkenal di seluruh Kuba, namun ketenaran Compay sebagai musisi tidak mendunia. Hingga datang seorang Ry Cooder dan Wim Wanders yang memproduksi musik-musik Kuba dan menyatukannya dalam sebuah kelompok yang diberi nama Buena Vista Social Club. Proses produksi dan kehidupan keseharian anggota kelompok musik ini difilmkan oleh Wim Wanders dan dirilis dengan judul yang sama, Buena Vista Social Club.\r\n\r\nBuena Viesta Social Club<\/a> adalah berkah tersendiri bagi musisi-musisi senior yang tergabung di dalamnya. Selain Compay Segundo, kelompok itu beranggotakan Ibrahim Ferrer, Ruben Gonzales, dan Eliades Ochoa. Ketenaran Compay dan rekan-rekannya di Buena Vista Social Club segera mendunia. Selain mengantarkan mereka meraih Grammy Award pada tahun 1997, filmnya telah menaikkan status sosial mereka sebagai selebriti di Kuba. Setelah dirilisnya film itu Compay Segundo selalu diundang menghadiri gala dinner dan pesta cerutu yang diadakan di Kuba<\/a>.\r\n\r\nSebelum terbentuknya Buena Vista Social Club, kehidupan Compay Segundo sebagai musisi di Kuba tidaklah mudah. Compay menambal kekurangan pendapatannya dari musik dengan bekerja sebagai pelinting cerutu. Compay sudah menjalani pekerjaan melinting sejak berusia 14 tahun. Dia mengaku bisa melinting hingga 300 cerutu sehari. Pada awal abad 20 cerutu Kuba mempunyai model kecil seperti panatella atau corona. Namun saat ini standar cerutu Kuba lebih besar. Seorang pelinting cerutu handal sekalipun paling hanya mampu menghasilkan 80 \u2013 130 batang per hari. Dan pada sebuah wawancara dengan majalah Cigar Aficionado, Compay mengaku bahwa dia bukan seorang pelinting yang baik. Dia pernah dipecat oleh Ramon Cifuentes dari Partagas, perusahaan cerutu Kuba yang berdiri sejak 1845.\r\n\r\nHarus diakui, sejak terbentuknya Buena Vista Social Club, pesona Compay sebagai selebriti memang tidak terelakkan. Saking populernya apapun yang disandang dan dilakukan Compay dalam kehidupan sehari-hari segera jadi panutan para penggemarnya. Suatu ketika pemimpin Kuba pernah dibuat heran oleh Compay Segundo saat seribu orang menyanyikan Chan-Chan bersama-sama dan dilanjutkan dengan melelang topi koboi ciri khasnya itu yang langsung laku 17.500 US Dolar. Fidel Castro hanya berkomentar \"I can't believe that someone paid $17,500 for Compay's hat\u201d <\/em>dengan penuh keterkejutan. Dana yang didapat dari lelang topi itu diserahkan kepada otoritas kesehatan di Kuba.\r\n\r\nPada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. Compay bukan juru bicara biasa. Minatnya yang begitu besar pada tembakau adalah alasan dibalik dia menerima tawaran sebagai duta cerutu Kuba. Karena kecintaannya pada tembakau inilah Compay kadang-kadang mengunjungi sahabatnya, Alejandro Robaina, seorang petani sekaligus ekspertis tembakau Kuba. Mereka sering terlihat duduk berdua di kebun sembari menikamati cerutu dan berbincang tentang kehidupan.\r\n\r\nPada suatu ketika Compay pernah ditanya tentang rahasia umur panjanganya. Saat itu diusianya yang 90 tahun itu dia masih nampak begitu bugar dan enerjik. Menjawab pertanyaan itu Compay berkata: \"Boy, it's very simple. I drink a lot, I smoke a lot and I fuck a lot.\"<\/em>","post_parent":0,"guid":"http:\/\/www.bolehmerokok.com\/?p=2553","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2543,"post_author":"860","post_date":"2016-04-05 12:50:53","post_date_gmt":"2016-04-05 05:50:53","post_content":"
Adegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut.<\/em><\/h4>\n\nhttps:\/\/youtu.be\/ISNd4PbHFTc[\/embed]\n\nBerporos pada pinggangnya, penari bertopeng itu meliukkan bagian atas tubuhnya dari depan ke belakang sembari berputar berlawanan arah jarum jam untuk kembali ke posisi semula. Diiringi bunyi gamelan yang bertalu-talu, liukan itu dilakukan dengan kelenturan layaknya pebalet profesional yang hanya tinggal menyisakan jarak satu jengkal dengan lantai. Gerakan khas itu dikenal dengan nama \u201cGaleyong\u201d. Satu gerakan tari yang menjadi ciri khas Tari Topeng Cirebon gaya Losari.\n\nRasa penasaran mulai muncul. Tontonan tari tradisi pada saat ini bisa dibilang adalah barang yang sangat langka untuk bisa dilihat dalam tayangan televisi komersial yang hadir setiap saat di dalam keseharian kita. Untunglah, di jaman kemajuan teknologi informasi saat ini tayangan video di internet dapat dengan mudah hadir dalam genggaman piranti telepon pintar atau yang sekarang ini disebut dengan istilah \"gawai\".\n\nSaya merasa beruntung saat sedang iseng berselancar di berbagai tayangan video yang beraneka ragam bisa menemukan tarian yang begitu menarik. Saya pun segera membaca berbagai informasi yang tersedia di laman media sosial berbagi video itu. Pengunggah video itu adalah seseorang berkebangsaan Hungaria bernama Korn\u00e9l Magyar, yang ternyata merupakan seorang pemain perkusi di negaranya yang kerap menampilkan koreografi gamelan dan berbagai alat musik dari Asia.\n\nMagyar saat itu mengunggah video itu dengan keterbatasan pengetahuannya mengatakan bahwasanya sosok yang tampil dalam tarian itu adalah putri dari mendiang Mimi Rasinah, maestro Topeng Cirebon dari Indramayu. Komentar-komentar yang muncul kemudian memberikan koreksi bahwa yang tampil adalah Nur Anani, putri dari Mimi Dewi kemenakan dari Mimi Sawitri yang merupakan maestro Topeng Cirebon dari Losari.\n\nBegitu hebatnya, media sosial pada saat ini, begitu informatif, baru selesai menonton tarian Topeng yang begitu atraktif komentar-komentar langsung memberikan referensi yang sungguh membuka pikiran. Tak cukup hanya itu salah satu komentar menyebutkan adanya tarian lain yang bernama Rumyang. Saya pun segera mencari referensi di mesin pencari dan memang benar bahwa Topeng Cirebon mempunyai lima jenis tarian yang terdiri dari tari Topeng Panji, Pamindo, Rumyang, Tumenggung, dan Klana.\n\n
Dari Video kemudian Jelajah Cerita<\/h3>\n\nDi sini saya berpikir, dari secuil tayangan video ini ternyata begitu banyak informasi bisa didapatkan. Dengan penelusuran lebih jauh menggunakan metode investigasi media ternyata tayangan video tersebut plus berbagai komentarnya tak hanya berhasil memotret dunia kreatif melainkan juga memberikan banyak sekali informasi yang selama ini luput dari perhatian orang awam seperti saya.\n\nSiapa sangka video berdurasi kurang dari 9 menit itu membawa cerita yang membanggakan bahkan mengharukan. Di awal tayangan tampak seorang perempuan penari senior yakni Mimi Rasinah, membisikkan sesuatu di telinga penari<\/a> yang waktu itu masih sangat yunior yakni Nur Anani, yang duduk membelakangi penoton untuk segera memulai pementasan. Berikutnya Nur Anani tampak mengatakan sesuatu pada salah seorang Panjak (pemain gamelan) yang bertugas menabuh Kecrek yang digantungkan pada sebuah kotak besar yang biasa dipergunakan untuk menyimpan wayang. Sambil memainkan Kecrek dan memukul kotak wayang dengan Cempala (pemukul) sang panjak sebelumnya berkata \u201c\u2026\u2026..Tumenggung Magangdiraja.\u201d\n\nAdegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut. Video itu adalah rekaman dari sebuah kolaborasi yang sangat langka dari tiga wilayah di Cirebon yang memiliki maestro tari Topeng. Sebagai penari senior dan maestro mendiang Mimi Rasinah terlihat masih sangat bugar dalam tayangan itu, dia mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Indramayu. Sang penampil adalah Nur Anani yang masih berumur belasan tahun saat itu, mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Losari. Sementara para pengiringnya bersama seorang perempuan muda dewasa yang duduk di sebelah Mimi Rasinah adalah Wangi Indria, mereka adalah keluarga para seniman dari padepokan Tari Topeng Cirebon gaya Slangit.\n\nSungguh suatu kolaborasi<\/a> yang hebat. Sebuah peristiwa yang sangat langka mengingat dalam tradisi pertunjukan rakyat biasanya sangat lekat dengan ego masing-masing. Bisa tampilnya tiga padepokan besar dalam satu tayangan video pasti menyiratkan sebuah peristiwa luar bisa yang melatarbelakangi pertunjukan itu. Jika dilihat di peta daerah Cirebon tiga wilayah itu adalah wilayah yang saling berjauhan satu sama lain, bahkan jika dibuat garis bisa membentuk sebuah segitiga yang meliputi bentangan yang melewati Kabupaten Cirebon, Kotamadya Cirebon dan Kabupaten Indramayu.\n\nUsut punya usut berdasarkan penelusuran berbagai referensi, peristiwa kolaborasi dalam video itu ternyata merupakan peristiwa yang jarang terjadi. Bagaimana tidak, pada saat video itu dibuat kesenioran Mimi Rasinah ditemani oleh para pegiat dan peneliti budaya seperti Toto Amsar Suanda dan Endo Suanda (pengajar di STSI Bandung), juga kesediaan Maestro Topeng Slangit Sujana Arja menjadi fasilitator, dan bakat besar yang dimiliki oleh Nur Anani, mahasiswa STSI sekaligus kemenakan Maestro Topeng Mimi Sawitri, dan dokumenter film amatir dari seorang pencinta budaya Nusantara dari Hungaria, mereka semua adalah para kontributor yang memungkinkan adanya video di atas.\n\nSungguh \u2026 sebuah tayangan yang sangat berarti.","post_title":"Kolaborasi Para Maestro untuk Tari Topeng","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"tari-topeng","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:57:00","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:57:00","post_content_filtered":"
Adegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut.<\/em><\/h4>\r\nhttps:\/\/youtu.be\/ISNd4PbHFTc[\/embed]\r\n\r\nBerporos pada pinggangnya, penari bertopeng itu meliukkan bagian atas tubuhnya dari depan ke belakang sembari berputar berlawanan arah jarum jam untuk kembali ke posisi semula. Diiringi bunyi gamelan yang bertalu-talu, liukan itu dilakukan dengan kelenturan layaknya pebalet profesional yang hanya tinggal menyisakan jarak satu jengkal dengan lantai. Gerakan khas itu dikenal dengan nama \u201cGaleyong\u201d. Satu gerakan tari yang menjadi ciri khas Tari Topeng Cirebon gaya Losari.\r\n\r\nRasa penasaran mulai muncul. Tontonan tari tradisi pada saat ini bisa dibilang adalah barang yang sangat langka untuk bisa dilihat dalam tayangan televisi komersial yang hadir setiap saat di dalam keseharian kita. Untunglah, di jaman kemajuan teknologi informasi saat ini tayangan video di internet dapat dengan mudah hadir dalam genggaman piranti telepon pintar atau yang sekarang ini disebut dengan istilah \"gawai\".\r\n\r\nSaya merasa beruntung saat sedang iseng berselancar di berbagai tayangan video yang beraneka ragam bisa menemukan tarian yang begitu menarik. Saya pun segera membaca berbagai informasi yang tersedia di laman media sosial berbagi video itu. Pengunggah video itu adalah seseorang berkebangsaan Hungaria bernama Korn\u00e9l Magyar, yang ternyata merupakan seorang pemain perkusi di negaranya yang kerap menampilkan koreografi gamelan dan berbagai alat musik dari Asia.\r\n\r\nMagyar saat itu mengunggah video itu dengan keterbatasan pengetahuannya mengatakan bahwasanya sosok yang tampil dalam tarian itu adalah putri dari mendiang Mimi Rasinah, maestro Topeng Cirebon dari Indramayu. Komentar-komentar yang muncul kemudian memberikan koreksi bahwa yang tampil adalah Nur Anani, putri dari Mimi Dewi kemenakan dari Mimi Sawitri yang merupakan maestro Topeng Cirebon dari Losari.\r\n\r\nBegitu hebatnya, media sosial pada saat ini, begitu informatif, baru selesai menonton tarian Topeng yang begitu atraktif komentar-komentar langsung memberikan referensi yang sungguh membuka pikiran. Tak cukup hanya itu salah satu komentar menyebutkan adanya tarian lain yang bernama Rumyang. Saya pun segera mencari referensi di mesin pencari dan memang benar bahwa Topeng Cirebon mempunyai lima jenis tarian yang terdiri dari tari Topeng Panji, Pamindo, Rumyang, Tumenggung, dan Klana.\r\n
Dari Video kemudian Jelajah Cerita<\/h3>\r\nDi sini saya berpikir, dari secuil tayangan video ini ternyata begitu banyak informasi bisa didapatkan. Dengan penelusuran lebih jauh menggunakan metode investigasi media ternyata tayangan video tersebut plus berbagai komentarnya tak hanya berhasil memotret dunia kreatif melainkan juga memberikan banyak sekali informasi yang selama ini luput dari perhatian orang awam seperti saya.\r\n\r\nSiapa sangka video berdurasi kurang dari 9 menit itu membawa cerita yang membanggakan bahkan mengharukan. Di awal tayangan tampak seorang perempuan penari senior yakni Mimi Rasinah, membisikkan sesuatu di telinga penari<\/a> yang waktu itu masih sangat yunior yakni Nur Anani, yang duduk membelakangi penoton untuk segera memulai pementasan. Berikutnya Nur Anani tampak mengatakan sesuatu pada salah seorang Panjak (pemain gamelan) yang bertugas menabuh Kecrek yang digantungkan pada sebuah kotak besar yang biasa dipergunakan untuk menyimpan wayang. Sambil memainkan Kecrek dan memukul kotak wayang dengan Cempala (pemukul) sang panjak sebelumnya berkata \u201c\u2026\u2026..Tumenggung Magangdiraja.\u201d\r\n\r\nAdegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut. Video itu adalah rekaman dari sebuah kolaborasi yang sangat langka dari tiga wilayah di Cirebon yang memiliki maestro tari Topeng. Sebagai penari senior dan maestro mendiang Mimi Rasinah terlihat masih sangat bugar dalam tayangan itu, dia mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Indramayu. Sang penampil adalah Nur Anani yang masih berumur belasan tahun saat itu, mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Losari. Sementara para pengiringnya bersama seorang perempuan muda dewasa yang duduk di sebelah Mimi Rasinah adalah Wangi Indria, mereka adalah keluarga para seniman dari padepokan Tari Topeng Cirebon gaya Slangit.\r\n\r\nSungguh suatu kolaborasi<\/a> yang hebat. Sebuah peristiwa yang sangat langka mengingat dalam tradisi pertunjukan rakyat biasanya sangat lekat dengan ego masing-masing. Bisa tampilnya tiga padepokan besar dalam satu tayangan video pasti menyiratkan sebuah peristiwa luar bisa yang melatarbelakangi pertunjukan itu. Jika dilihat di peta daerah Cirebon tiga wilayah itu adalah wilayah yang saling berjauhan satu sama lain, bahkan jika dibuat garis bisa membentuk sebuah segitiga yang meliputi bentangan yang melewati Kabupaten Cirebon, Kotamadya Cirebon dan Kabupaten Indramayu.\r\n\r\nUsut punya usut berdasarkan penelusuran berbagai referensi, peristiwa kolaborasi dalam video itu ternyata merupakan peristiwa yang jarang terjadi. Bagaimana tidak, pada saat video itu dibuat kesenioran Mimi Rasinah ditemani oleh para pegiat dan peneliti budaya seperti Toto Amsar Suanda dan Endo Suanda (pengajar di STSI Bandung), juga kesediaan Maestro Topeng Slangit Sujana Arja menjadi fasilitator, dan bakat besar yang dimiliki oleh Nur Anani, mahasiswa STSI sekaligus kemenakan Maestro Topeng Mimi Sawitri, dan dokumenter film amatir dari seorang pencinta budaya Nusantara dari Hungaria, mereka semua adalah para kontributor yang memungkinkan adanya video di atas.\r\n\r\nSungguh \u2026 sebuah tayangan yang sangat berarti.","post_parent":0,"guid":"http:\/\/www.bolehmerokok.com\/?p=2543","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n","post_title":"Kisah-Kisah dari Lereng Sumbing","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kisah-kisah-dari-lereng-sumbing","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2023-12-07 13:07:41","post_modified_gmt":"2023-12-07 06:07:41","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5594","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2553,"post_author":"845","post_date":"2016-04-15 07:00:47","post_date_gmt":"2016-04-15 00:00:47","post_content":"Pada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. <\/em><\/h4>\n\nhttps:\/\/youtu.be\/c-L1Dj5a0n4[\/embed]\n\nMungkin di Indonesia nama musisi satu ini jarang didengar. Bahkan ketika ia sudah tenar dengan grup bentukan Ry Cooder, Buena Vista Social Club. Tetap saja namanya tak setenar Gipsy Kings. Dia bukan hanya musisi besar yang sanggup membawakan sukacita dan emosi saat musik rakyat Kuba didendangkan. Lebih dari itu, berkat dia-lah cerutu Kuba terangkat secara membanggakan dan terkesan glamor. Dia jarang terlihat tidak memegang cerutu, kecuali tentu saja saat ia memetik Armonica, sebuah gitar berdawai tujuh yang mampu menambah kekayaan nuansa musiknya. Siapakah dia?\n\nYa, dialah Compay Segundo, sang legenda musik Kuba dan duta cerutu Kuba, wafat pada usia 95 tahun.\n\nCompay dilahirkan di Siboney pada 18 November 1907 dengan nama Maximo Francisco Rapilado Mu\u00f1oz. Pada umur sembilan tahun Compay pindah ke Santiago de Cuba. Di usia itulah Comapy pertama kali tampil bersama kelompok musik lokal yang disutradarai oleh gurunya, Enrique Bueno. Nama panggung depannya, Compay berasal dari bahasa slang di Kuba, compadre <\/em>yang artinya \"kawan\". Sedang Segundo mengacu suara harmoni bass yang dibawakannya.\n\nDia memulai karir musiknya pada tahun 1920 dengan beberapa maestro besar seperti Sindo Garay, Nico Saquito, Miguel Matamoros dan Benny Mor\u00ea. Pada 1930-an dan 1940-an ia memainkan klarinet untuk kelompok El Conjunto Matamoros. Ia tidak memiliki kelompok sendiri sampai tahun 1956, ketika ia membentuk trio Compay Segundo y sus Muchachos.\n\nMeskipun sudah terkenal di seluruh Kuba, namun ketenaran Compay sebagai musisi tidak mendunia. Hingga datang seorang Ry Cooder dan Wim Wanders yang memproduksi musik-musik Kuba dan menyatukannya dalam sebuah kelompok yang diberi nama Buena Vista Social Club. Proses produksi dan kehidupan keseharian anggota kelompok musik ini difilmkan oleh Wim Wanders dan dirilis dengan judul yang sama, Buena Vista Social Club.\n\nBuena Viesta Social Club<\/a> adalah berkah tersendiri bagi musisi-musisi senior yang tergabung di dalamnya. Selain Compay Segundo, kelompok itu beranggotakan Ibrahim Ferrer, Ruben Gonzales, dan Eliades Ochoa. Ketenaran Compay dan rekan-rekannya di Buena Vista Social Club segera mendunia. Selain mengantarkan mereka meraih Grammy Award pada tahun 1997, filmnya telah menaikkan status sosial mereka sebagai selebriti di Kuba. Setelah dirilisnya film itu Compay Segundo selalu diundang menghadiri gala dinner dan pesta cerutu yang diadakan di Kuba<\/a>.\n\nSebelum terbentuknya Buena Vista Social Club, kehidupan Compay Segundo sebagai musisi di Kuba tidaklah mudah. Compay menambal kekurangan pendapatannya dari musik dengan bekerja sebagai pelinting cerutu. Compay sudah menjalani pekerjaan melinting sejak berusia 14 tahun. Dia mengaku bisa melinting hingga 300 cerutu sehari. Pada awal abad 20 cerutu Kuba mempunyai model kecil seperti panatella atau corona. Namun saat ini standar cerutu Kuba lebih besar. Seorang pelinting cerutu handal sekalipun paling hanya mampu menghasilkan 80 \u2013 130 batang per hari. Dan pada sebuah wawancara dengan majalah Cigar Aficionado, Compay mengaku bahwa dia bukan seorang pelinting yang baik. Dia pernah dipecat oleh Ramon Cifuentes dari Partagas, perusahaan cerutu Kuba yang berdiri sejak 1845.\n\nHarus diakui, sejak terbentuknya Buena Vista Social Club, pesona Compay sebagai selebriti memang tidak terelakkan. Saking populernya apapun yang disandang dan dilakukan Compay dalam kehidupan sehari-hari segera jadi panutan para penggemarnya. Suatu ketika pemimpin Kuba pernah dibuat heran oleh Compay Segundo saat seribu orang menyanyikan Chan-Chan bersama-sama dan dilanjutkan dengan melelang topi koboi ciri khasnya itu yang langsung laku 17.500 US Dolar. Fidel Castro hanya berkomentar \"I can't believe that someone paid $17,500 for Compay's hat\u201d <\/em>dengan penuh keterkejutan. Dana yang didapat dari lelang topi itu diserahkan kepada otoritas kesehatan di Kuba.\n\nPada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. Compay bukan juru bicara biasa. Minatnya yang begitu besar pada tembakau adalah alasan dibalik dia menerima tawaran sebagai duta cerutu Kuba. Karena kecintaannya pada tembakau inilah Compay kadang-kadang mengunjungi sahabatnya, Alejandro Robaina, seorang petani sekaligus ekspertis tembakau Kuba. Mereka sering terlihat duduk berdua di kebun sembari menikamati cerutu dan berbincang tentang kehidupan.\n\nPada suatu ketika Compay pernah ditanya tentang rahasia umur panjanganya. Saat itu diusianya yang 90 tahun itu dia masih nampak begitu bugar dan enerjik. Menjawab pertanyaan itu Compay berkata: \"Boy, it's very simple. I drink a lot, I smoke a lot and I fuck a lot.\"<\/em>","post_title":"Compay Segundo","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"compay-segundo","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 15:01:16","post_modified_gmt":"2024-12-10 08:01:16","post_content_filtered":"
Pada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. <\/em><\/h4>\r\nhttps:\/\/youtu.be\/c-L1Dj5a0n4[\/embed]\r\n\r\nMungkin di Indonesia nama musisi satu ini jarang didengar. Bahkan ketika ia sudah tenar dengan grup bentukan Ry Cooder, Buena Vista Social Club. Tetap saja namanya tak setenar Gipsy Kings. Dia bukan hanya musisi besar yang sanggup membawakan sukacita dan emosi saat musik rakyat Kuba didendangkan. Lebih dari itu, berkat dia-lah cerutu Kuba terangkat secara membanggakan dan terkesan glamor. Dia jarang terlihat tidak memegang cerutu, kecuali tentu saja saat ia memetik Armonica, sebuah gitar berdawai tujuh yang mampu menambah kekayaan nuansa musiknya. Siapakah dia?\r\n\r\nYa, dialah Compay Segundo, sang legenda musik Kuba dan duta cerutu Kuba, wafat pada usia 95 tahun.\r\n\r\nCompay dilahirkan di Siboney pada 18 November 1907 dengan nama Maximo Francisco Rapilado Mu\u00f1oz. Pada umur sembilan tahun Compay pindah ke Santiago de Cuba. Di usia itulah Comapy pertama kali tampil bersama kelompok musik lokal yang disutradarai oleh gurunya, Enrique Bueno. Nama panggung depannya, Compay berasal dari bahasa slang di Kuba, compadre <\/em>yang artinya \"kawan\". Sedang Segundo mengacu suara harmoni bass yang dibawakannya.\r\n\r\nDia memulai karir musiknya pada tahun 1920 dengan beberapa maestro besar seperti Sindo Garay, Nico Saquito, Miguel Matamoros dan Benny Mor\u00ea. Pada 1930-an dan 1940-an ia memainkan klarinet untuk kelompok El Conjunto Matamoros. Ia tidak memiliki kelompok sendiri sampai tahun 1956, ketika ia membentuk trio Compay Segundo y sus Muchachos.\r\n\r\nMeskipun sudah terkenal di seluruh Kuba, namun ketenaran Compay sebagai musisi tidak mendunia. Hingga datang seorang Ry Cooder dan Wim Wanders yang memproduksi musik-musik Kuba dan menyatukannya dalam sebuah kelompok yang diberi nama Buena Vista Social Club. Proses produksi dan kehidupan keseharian anggota kelompok musik ini difilmkan oleh Wim Wanders dan dirilis dengan judul yang sama, Buena Vista Social Club.\r\n\r\nBuena Viesta Social Club<\/a> adalah berkah tersendiri bagi musisi-musisi senior yang tergabung di dalamnya. Selain Compay Segundo, kelompok itu beranggotakan Ibrahim Ferrer, Ruben Gonzales, dan Eliades Ochoa. Ketenaran Compay dan rekan-rekannya di Buena Vista Social Club segera mendunia. Selain mengantarkan mereka meraih Grammy Award pada tahun 1997, filmnya telah menaikkan status sosial mereka sebagai selebriti di Kuba. Setelah dirilisnya film itu Compay Segundo selalu diundang menghadiri gala dinner dan pesta cerutu yang diadakan di Kuba<\/a>.\r\n\r\nSebelum terbentuknya Buena Vista Social Club, kehidupan Compay Segundo sebagai musisi di Kuba tidaklah mudah. Compay menambal kekurangan pendapatannya dari musik dengan bekerja sebagai pelinting cerutu. Compay sudah menjalani pekerjaan melinting sejak berusia 14 tahun. Dia mengaku bisa melinting hingga 300 cerutu sehari. Pada awal abad 20 cerutu Kuba mempunyai model kecil seperti panatella atau corona. Namun saat ini standar cerutu Kuba lebih besar. Seorang pelinting cerutu handal sekalipun paling hanya mampu menghasilkan 80 \u2013 130 batang per hari. Dan pada sebuah wawancara dengan majalah Cigar Aficionado, Compay mengaku bahwa dia bukan seorang pelinting yang baik. Dia pernah dipecat oleh Ramon Cifuentes dari Partagas, perusahaan cerutu Kuba yang berdiri sejak 1845.\r\n\r\nHarus diakui, sejak terbentuknya Buena Vista Social Club, pesona Compay sebagai selebriti memang tidak terelakkan. Saking populernya apapun yang disandang dan dilakukan Compay dalam kehidupan sehari-hari segera jadi panutan para penggemarnya. Suatu ketika pemimpin Kuba pernah dibuat heran oleh Compay Segundo saat seribu orang menyanyikan Chan-Chan bersama-sama dan dilanjutkan dengan melelang topi koboi ciri khasnya itu yang langsung laku 17.500 US Dolar. Fidel Castro hanya berkomentar \"I can't believe that someone paid $17,500 for Compay's hat\u201d <\/em>dengan penuh keterkejutan. Dana yang didapat dari lelang topi itu diserahkan kepada otoritas kesehatan di Kuba.\r\n\r\nPada tahun 2002, Compay Segundo didaulat sebagai duta cerutu Kuba. Dia menjadi juru bicara internasional untuk menikmati citarasa kebesaran cerutu Kuba. Compay bukan juru bicara biasa. Minatnya yang begitu besar pada tembakau adalah alasan dibalik dia menerima tawaran sebagai duta cerutu Kuba. Karena kecintaannya pada tembakau inilah Compay kadang-kadang mengunjungi sahabatnya, Alejandro Robaina, seorang petani sekaligus ekspertis tembakau Kuba. Mereka sering terlihat duduk berdua di kebun sembari menikamati cerutu dan berbincang tentang kehidupan.\r\n\r\nPada suatu ketika Compay pernah ditanya tentang rahasia umur panjanganya. Saat itu diusianya yang 90 tahun itu dia masih nampak begitu bugar dan enerjik. Menjawab pertanyaan itu Compay berkata: \"Boy, it's very simple. I drink a lot, I smoke a lot and I fuck a lot.\"<\/em>","post_parent":0,"guid":"http:\/\/www.bolehmerokok.com\/?p=2553","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2543,"post_author":"860","post_date":"2016-04-05 12:50:53","post_date_gmt":"2016-04-05 05:50:53","post_content":"
Adegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut.<\/em><\/h4>\n\nhttps:\/\/youtu.be\/ISNd4PbHFTc[\/embed]\n\nBerporos pada pinggangnya, penari bertopeng itu meliukkan bagian atas tubuhnya dari depan ke belakang sembari berputar berlawanan arah jarum jam untuk kembali ke posisi semula. Diiringi bunyi gamelan yang bertalu-talu, liukan itu dilakukan dengan kelenturan layaknya pebalet profesional yang hanya tinggal menyisakan jarak satu jengkal dengan lantai. Gerakan khas itu dikenal dengan nama \u201cGaleyong\u201d. Satu gerakan tari yang menjadi ciri khas Tari Topeng Cirebon gaya Losari.\n\nRasa penasaran mulai muncul. Tontonan tari tradisi pada saat ini bisa dibilang adalah barang yang sangat langka untuk bisa dilihat dalam tayangan televisi komersial yang hadir setiap saat di dalam keseharian kita. Untunglah, di jaman kemajuan teknologi informasi saat ini tayangan video di internet dapat dengan mudah hadir dalam genggaman piranti telepon pintar atau yang sekarang ini disebut dengan istilah \"gawai\".\n\nSaya merasa beruntung saat sedang iseng berselancar di berbagai tayangan video yang beraneka ragam bisa menemukan tarian yang begitu menarik. Saya pun segera membaca berbagai informasi yang tersedia di laman media sosial berbagi video itu. Pengunggah video itu adalah seseorang berkebangsaan Hungaria bernama Korn\u00e9l Magyar, yang ternyata merupakan seorang pemain perkusi di negaranya yang kerap menampilkan koreografi gamelan dan berbagai alat musik dari Asia.\n\nMagyar saat itu mengunggah video itu dengan keterbatasan pengetahuannya mengatakan bahwasanya sosok yang tampil dalam tarian itu adalah putri dari mendiang Mimi Rasinah, maestro Topeng Cirebon dari Indramayu. Komentar-komentar yang muncul kemudian memberikan koreksi bahwa yang tampil adalah Nur Anani, putri dari Mimi Dewi kemenakan dari Mimi Sawitri yang merupakan maestro Topeng Cirebon dari Losari.\n\nBegitu hebatnya, media sosial pada saat ini, begitu informatif, baru selesai menonton tarian Topeng yang begitu atraktif komentar-komentar langsung memberikan referensi yang sungguh membuka pikiran. Tak cukup hanya itu salah satu komentar menyebutkan adanya tarian lain yang bernama Rumyang. Saya pun segera mencari referensi di mesin pencari dan memang benar bahwa Topeng Cirebon mempunyai lima jenis tarian yang terdiri dari tari Topeng Panji, Pamindo, Rumyang, Tumenggung, dan Klana.\n\n
Dari Video kemudian Jelajah Cerita<\/h3>\n\nDi sini saya berpikir, dari secuil tayangan video ini ternyata begitu banyak informasi bisa didapatkan. Dengan penelusuran lebih jauh menggunakan metode investigasi media ternyata tayangan video tersebut plus berbagai komentarnya tak hanya berhasil memotret dunia kreatif melainkan juga memberikan banyak sekali informasi yang selama ini luput dari perhatian orang awam seperti saya.\n\nSiapa sangka video berdurasi kurang dari 9 menit itu membawa cerita yang membanggakan bahkan mengharukan. Di awal tayangan tampak seorang perempuan penari senior yakni Mimi Rasinah, membisikkan sesuatu di telinga penari<\/a> yang waktu itu masih sangat yunior yakni Nur Anani, yang duduk membelakangi penoton untuk segera memulai pementasan. Berikutnya Nur Anani tampak mengatakan sesuatu pada salah seorang Panjak (pemain gamelan) yang bertugas menabuh Kecrek yang digantungkan pada sebuah kotak besar yang biasa dipergunakan untuk menyimpan wayang. Sambil memainkan Kecrek dan memukul kotak wayang dengan Cempala (pemukul) sang panjak sebelumnya berkata \u201c\u2026\u2026..Tumenggung Magangdiraja.\u201d\n\nAdegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut. Video itu adalah rekaman dari sebuah kolaborasi yang sangat langka dari tiga wilayah di Cirebon yang memiliki maestro tari Topeng. Sebagai penari senior dan maestro mendiang Mimi Rasinah terlihat masih sangat bugar dalam tayangan itu, dia mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Indramayu. Sang penampil adalah Nur Anani yang masih berumur belasan tahun saat itu, mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Losari. Sementara para pengiringnya bersama seorang perempuan muda dewasa yang duduk di sebelah Mimi Rasinah adalah Wangi Indria, mereka adalah keluarga para seniman dari padepokan Tari Topeng Cirebon gaya Slangit.\n\nSungguh suatu kolaborasi<\/a> yang hebat. Sebuah peristiwa yang sangat langka mengingat dalam tradisi pertunjukan rakyat biasanya sangat lekat dengan ego masing-masing. Bisa tampilnya tiga padepokan besar dalam satu tayangan video pasti menyiratkan sebuah peristiwa luar bisa yang melatarbelakangi pertunjukan itu. Jika dilihat di peta daerah Cirebon tiga wilayah itu adalah wilayah yang saling berjauhan satu sama lain, bahkan jika dibuat garis bisa membentuk sebuah segitiga yang meliputi bentangan yang melewati Kabupaten Cirebon, Kotamadya Cirebon dan Kabupaten Indramayu.\n\nUsut punya usut berdasarkan penelusuran berbagai referensi, peristiwa kolaborasi dalam video itu ternyata merupakan peristiwa yang jarang terjadi. Bagaimana tidak, pada saat video itu dibuat kesenioran Mimi Rasinah ditemani oleh para pegiat dan peneliti budaya seperti Toto Amsar Suanda dan Endo Suanda (pengajar di STSI Bandung), juga kesediaan Maestro Topeng Slangit Sujana Arja menjadi fasilitator, dan bakat besar yang dimiliki oleh Nur Anani, mahasiswa STSI sekaligus kemenakan Maestro Topeng Mimi Sawitri, dan dokumenter film amatir dari seorang pencinta budaya Nusantara dari Hungaria, mereka semua adalah para kontributor yang memungkinkan adanya video di atas.\n\nSungguh \u2026 sebuah tayangan yang sangat berarti.","post_title":"Kolaborasi Para Maestro untuk Tari Topeng","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"tari-topeng","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:57:00","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:57:00","post_content_filtered":"
Adegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut.<\/em><\/h4>\r\nhttps:\/\/youtu.be\/ISNd4PbHFTc[\/embed]\r\n\r\nBerporos pada pinggangnya, penari bertopeng itu meliukkan bagian atas tubuhnya dari depan ke belakang sembari berputar berlawanan arah jarum jam untuk kembali ke posisi semula. Diiringi bunyi gamelan yang bertalu-talu, liukan itu dilakukan dengan kelenturan layaknya pebalet profesional yang hanya tinggal menyisakan jarak satu jengkal dengan lantai. Gerakan khas itu dikenal dengan nama \u201cGaleyong\u201d. Satu gerakan tari yang menjadi ciri khas Tari Topeng Cirebon gaya Losari.\r\n\r\nRasa penasaran mulai muncul. Tontonan tari tradisi pada saat ini bisa dibilang adalah barang yang sangat langka untuk bisa dilihat dalam tayangan televisi komersial yang hadir setiap saat di dalam keseharian kita. Untunglah, di jaman kemajuan teknologi informasi saat ini tayangan video di internet dapat dengan mudah hadir dalam genggaman piranti telepon pintar atau yang sekarang ini disebut dengan istilah \"gawai\".\r\n\r\nSaya merasa beruntung saat sedang iseng berselancar di berbagai tayangan video yang beraneka ragam bisa menemukan tarian yang begitu menarik. Saya pun segera membaca berbagai informasi yang tersedia di laman media sosial berbagi video itu. Pengunggah video itu adalah seseorang berkebangsaan Hungaria bernama Korn\u00e9l Magyar, yang ternyata merupakan seorang pemain perkusi di negaranya yang kerap menampilkan koreografi gamelan dan berbagai alat musik dari Asia.\r\n\r\nMagyar saat itu mengunggah video itu dengan keterbatasan pengetahuannya mengatakan bahwasanya sosok yang tampil dalam tarian itu adalah putri dari mendiang Mimi Rasinah, maestro Topeng Cirebon dari Indramayu. Komentar-komentar yang muncul kemudian memberikan koreksi bahwa yang tampil adalah Nur Anani, putri dari Mimi Dewi kemenakan dari Mimi Sawitri yang merupakan maestro Topeng Cirebon dari Losari.\r\n\r\nBegitu hebatnya, media sosial pada saat ini, begitu informatif, baru selesai menonton tarian Topeng yang begitu atraktif komentar-komentar langsung memberikan referensi yang sungguh membuka pikiran. Tak cukup hanya itu salah satu komentar menyebutkan adanya tarian lain yang bernama Rumyang. Saya pun segera mencari referensi di mesin pencari dan memang benar bahwa Topeng Cirebon mempunyai lima jenis tarian yang terdiri dari tari Topeng Panji, Pamindo, Rumyang, Tumenggung, dan Klana.\r\n
Dari Video kemudian Jelajah Cerita<\/h3>\r\nDi sini saya berpikir, dari secuil tayangan video ini ternyata begitu banyak informasi bisa didapatkan. Dengan penelusuran lebih jauh menggunakan metode investigasi media ternyata tayangan video tersebut plus berbagai komentarnya tak hanya berhasil memotret dunia kreatif melainkan juga memberikan banyak sekali informasi yang selama ini luput dari perhatian orang awam seperti saya.\r\n\r\nSiapa sangka video berdurasi kurang dari 9 menit itu membawa cerita yang membanggakan bahkan mengharukan. Di awal tayangan tampak seorang perempuan penari senior yakni Mimi Rasinah, membisikkan sesuatu di telinga penari<\/a> yang waktu itu masih sangat yunior yakni Nur Anani, yang duduk membelakangi penoton untuk segera memulai pementasan. Berikutnya Nur Anani tampak mengatakan sesuatu pada salah seorang Panjak (pemain gamelan) yang bertugas menabuh Kecrek yang digantungkan pada sebuah kotak besar yang biasa dipergunakan untuk menyimpan wayang. Sambil memainkan Kecrek dan memukul kotak wayang dengan Cempala (pemukul) sang panjak sebelumnya berkata \u201c\u2026\u2026..Tumenggung Magangdiraja.\u201d\r\n\r\nAdegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut. Video itu adalah rekaman dari sebuah kolaborasi yang sangat langka dari tiga wilayah di Cirebon yang memiliki maestro tari Topeng. Sebagai penari senior dan maestro mendiang Mimi Rasinah terlihat masih sangat bugar dalam tayangan itu, dia mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Indramayu. Sang penampil adalah Nur Anani yang masih berumur belasan tahun saat itu, mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Losari. Sementara para pengiringnya bersama seorang perempuan muda dewasa yang duduk di sebelah Mimi Rasinah adalah Wangi Indria, mereka adalah keluarga para seniman dari padepokan Tari Topeng Cirebon gaya Slangit.\r\n\r\nSungguh suatu kolaborasi<\/a> yang hebat. Sebuah peristiwa yang sangat langka mengingat dalam tradisi pertunjukan rakyat biasanya sangat lekat dengan ego masing-masing. Bisa tampilnya tiga padepokan besar dalam satu tayangan video pasti menyiratkan sebuah peristiwa luar bisa yang melatarbelakangi pertunjukan itu. Jika dilihat di peta daerah Cirebon tiga wilayah itu adalah wilayah yang saling berjauhan satu sama lain, bahkan jika dibuat garis bisa membentuk sebuah segitiga yang meliputi bentangan yang melewati Kabupaten Cirebon, Kotamadya Cirebon dan Kabupaten Indramayu.\r\n\r\nUsut punya usut berdasarkan penelusuran berbagai referensi, peristiwa kolaborasi dalam video itu ternyata merupakan peristiwa yang jarang terjadi. Bagaimana tidak, pada saat video itu dibuat kesenioran Mimi Rasinah ditemani oleh para pegiat dan peneliti budaya seperti Toto Amsar Suanda dan Endo Suanda (pengajar di STSI Bandung), juga kesediaan Maestro Topeng Slangit Sujana Arja menjadi fasilitator, dan bakat besar yang dimiliki oleh Nur Anani, mahasiswa STSI sekaligus kemenakan Maestro Topeng Mimi Sawitri, dan dokumenter film amatir dari seorang pencinta budaya Nusantara dari Hungaria, mereka semua adalah para kontributor yang memungkinkan adanya video di atas.\r\n\r\nSungguh \u2026 sebuah tayangan yang sangat berarti.","post_parent":0,"guid":"http:\/\/www.bolehmerokok.com\/?p=2543","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":false,"total_page":1},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};