kretek
REVIEW

Sejak Dulu Kretek Penting bagi Bangsa Indonesia

Sekilas barangkali kretek hanya barang konsumsi yang sepele. Namun jika kita mau mendedah sejarahnya yang panjang dan menelisik lebih jauh ke dalam bangunan budaya dan tradisi masyarakat Indonesia, khususnya di berbagai daerah sentra perkebunan tembakau dan kota-kota pengrajin kretek, maka akan kita saksikan bagaimana budaya tembakau dan kretek telah terjalin erat membentuk sebuah budaya yang hidup. Tidak saja ia menjadi sebuah simbol dan identitas budaya. Melainkan, lebih dari itu, juga menginspirasi lahirnya berbagai ritus budaya dan praktik sosial sebagai efek turunannya. 

Selain itu, jelas sekali bahwa budaya merokok kretek telah mengambil bagian penting dalam banyak aspek kehidupan masyarakat Nusantara. Ungkapan Muhamad Sobary dalam esai “Budaya dalam Selinting Rokok” sangat tepat melukiskan makna entitas kretek, bahwa rokok bukanlah rokok. Bagi bangsa Indonesia, rokok Kretek adalah hasil sekaligus ekspresi corak budaya yang menyumbang pemasukan uang bagi Negara. 

Sementara itu dalam konteks budaya politik, kretek juga dekat dengan revolusi Indonesia. Sebagaimana telah beberapa kali disinggung tentang aksi diplomasi haji Agus Salim di Eropa. Pada saat Agus Salim menyulut rokok dalam diplomasinya itu, dia sebenarnya tengah menciptakan pernyataan kemerdekaan secara pribadi yang barangkali bisa diinterpretasikan dengan fakta bahwa Agus Salim tengah mengkritik praktik imperialisme Barat dalam aksi diplomasinya itu.

Baca: Kisah Perang Dagang Kretek di Amerika Serikat

Industri Kretek di Indonesia

Selain dari itu, aspek lain dari budaya kretek ini adalah tentang nilai dan kebesarannya dalam konteks Indonesia. Seberapa besar rokok kretek dalam kultur masyarakat Indonesia, terutama ketika berhadapn dengan produk rokok asing. Ketika kretek ditemukan pada 1880 di Kudus, rokok itu telah dikukuhkan sebagai obat penyembuh asma.  Sehingga rokok kretek juga dijual di apotek. Saat itu, kalau ada orang yang tidak bisa membeli rokok kretek di toko atau industri yang mengolahnya, orang tersebut bisa membelinya di apotek. 

Dalam perjalanan sejarahnya, paska meninggalnya Haji Jamhari sebagai orang yang pertama kali menemukan rokok kretek, ada Nitisemito seorang pengembang rokok kretek menjadi produk komersial, dengan menggunakan sebuah merk. Nitisemito sendiri tidak menyadari bahwa ide dan langkahnya untuk memproduksi rokok kretek secara massal itu bakal merubah wajah industri tembakau di Indonesia. Nitisemito pertama kali memproduksi rokok kretek dengan merk Bal Tiga pada tahun 1906. Kemudian, menjadi Bal Tiga Nitisemito pada 1908. 

Rokok kretek produksi Nitisemito ini menuai kesuksesan. Salah satu faktor kesuksesan Nitisemito dalam mengembangkan rokok kreteknya itu karena sistem promosinya yang ditetapkan pada 1920. Pada tahun ini perusahaan kretek Nitisemito membuat sistem promosi bahwa barang siapa yang berhasil membeli sekian banyak rokok kretek Bal Tiga maka akan mendapatkan hadiah sepeda ontel. Sistem promosi seperti ini akhirnya mendorong masyarakat untuk membeli rokok kretek buatan Nitisemto. Sehingga rokok kretek Nitisemito bisa berkembang pesat. 

Pada tahap selanjutnya, tepatnya di pertengahan tahun 1920-an, industri rokok kretek di Kudus berkembang dengan pesatnya. Pada periode itu, banyak sekali industri-industri rokok kretek tersebar hampir di seluruh wilayah Kudus.  Perkembangan industri rokok kretek yang luar biasa di kota Kudus waktu itu ditandai dengan semakin membanjirnya produk rokok kretek. Tambahan lagi, dengan tersedianya tenaga kerja yang memadahi.

Baca: Sang Raja Kretek di Era Kolonial

Nitisemito, Bal Tiga dan Rokok-rokok Asing

Dengan kemampuan marketing yang dijalankan oleh saudara iparnya Nitisemito sendiri yang bernama Karmain, maka pada tahun 1924 perusahaan rokok kretek Nitisemito, Bal Tiga mempunyai lebih dari 15 ribu karyawan dan muncul sebagai industri pribumi terbesar saat itu di Hindia Belanda. Perusahaan rokok kretek Bal Tiga milik Nitisemito saat itu bisa dikatakan sebagai simbol kejayaan rokok kretek di era pertama kretek. 

Namun rokok kretek ini memang mengalami pasang surut. Jauh sebelumnya, meski rokok kretek saat itu diproyeksikan sebagai obat, namun hingga pada 1860-an rokok kretek masih dipandang sebagai rokoknya orang-orang miskin. Rokok kretek saat itu umumnya hanya digunakan oleh kalangan petani di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Selain itu, juga orang-orang kota yang berpenghasilan rendah seperti pekerja bangunan atau supir angkut. Hal ini barangkali dari imbas diimpornya rokok putih dari Eropa yang diproduksi pada 1850-an. Bahkan di era 1960-an seseorang yang hendak meningkatkan gengsinya maka dirinya harus menggunakan rokok putih di ruang publik dan rokok kretek hanya digunakan di ruang privat.

Namun pada tahun 1870-an rokok kretek mengalami kebangkitan. Hal ini ditandai dengan munculnya dua peristiwa dalam dunia kretek yaitu konsolidasi industri rokok kretek dan munculnya startegi baru untuk revolusi kretek Indonesia. Peristiwa pertama terjadi untuk mersespon oil boom yang mendorong membanjirnya arus modal ke dalam ekonomi Indonesia. Saat itu presiden Soeharto menstimulasi perkembangan industri-industri dalam negeri termasuk industri rokok.

Sementara peristiwa yang kedua yakni revolusi kretek terjadi karena adanya  lisensi bagi industri-industri rokok kretek untuk melakukan produksi berbasis mesin. Dari revolusi kretek ini maka munculah yang namanya rokok kretek filter buatan mesin. Rokok kretek filter buatan mesin ini kemudian mempunyai status atau penampilan yang sekelas dengan rokok putih. Sehingga rokok kretek yang filter ini kemudian juga diminati oleh kelas menengah ke atas. Konsekuensinya, menjelang akhir 1970-an rokok kretek bersaing secara head-to-head dengan rokok-rokok asing. 

Pasang Surut Industri Kretek

Baca: Menanti Pemerintah Berterimakasih Pada Rokok Kretek

Perkembangan ketiga yang mendorong perkembangan secara cepat industri rokok kretek di akhir 1970-an itu adanya penyebaran rokok-rokok kretek ke luar pulau Jawa akibat diterapkannya kebijakan trasmigrasi. Akibat transmgrasi inilah, pada tahap perkembangan selanjutnya, rokok kretek  dalam bentuknya yang modern bisa dijumpai di hampir seluruh wilayah di Indonesia. Mulai dari ujung barat pulau Indonesia, Sumatar, hingga ke ujung timur, yakni di Papua tersebar rokok kretek. Hal ini berbeda jauh dengan era sebelum Perang Dunia II, di mana para produsen rokok kretek hanya menjual rokok kretek di area sekitar produsksi aja yang tentunya sangat sempit dan terbatas. Dari sini industri kretek selanjutnya terus mengalami pasang surut dan dinamika yang berliku-liku hingga detik ini. 

Dari penjelasan tersebut menunjukkan bahwa kretek dalam diri manusia Indonesia sudah begitu melekat dan sulit dipisahkan. Karenanya tidak diragukan lagi bahwa  kretek merupakan unsur tradisi penting dalam masyarakat Indonesia yang punya sejarah panjang, terlebih rokok kretek kali pertama ditemukan untuk mengobati penyakit yang terjual eceran di apotek.