PERTANIAN

Perang Nikotin Bukanlah Omong Kosong

Pada tahun 2010 InsistPress dan Spasimedia menerbitkan sebuah buku tipis setebal 138 halaman berjudul “Nicotine War: Perang Nikotin dan Para Pedagang Obat”. Buku tersebut adalah hasil riset dan temuan mendalam dari Wanda Hamilton, seorang peneliti independen di Amerika.

Ketika buku Nicotine War terbit, banyak pihak yang mencibir atas terbitnya buku tersebut. Ada yang berpendapat bahwa Nicotine War hanyalah sesuatu yang mengada-ada, karena melihat hanya dari sisi hitam-putih. Hitam untuk industri rokok dan putih untuk industri kesehatan. Bahkan ada juga tudingan bahwa Nicotine War hanyalah isu titipan yang dibuat oleh Wanda Hamilton dari industri rokok.
Tapi bagi orang yang cerdas, Nicotine War akan dilihat sebagai prediksi ilmiah yang harus dipantau kebenaran informasinya lewat temuan-temuan yang ada dari waktu ke waktu. Lalu dianalisa ulang agar selaras dengan pembacaan strategis arah perang nikotin antara industri rokok vs industri kesehatan.
Ketika publik dicekoki terus-menerus kampanye tentang bahaya merokok, akhirnya publik memilih untuk percaya sepenuhnya bahwa industri rokok adalah hitam, sementara industri kesehatan dan para antirokok lainnya adalah malaikat penyelamat. Hal tersebut terjadi karena nyaris tidak ada informasi yang hadir ke publik tentang ada apa di balik kampanye bahaya merokok.

Nicotine War berisikan informasi yang sangat kontekstual atas berkembangnya isu antirokok secara global. Terdapat fakta-fakta ilmiah yang diungkap dalam Nicotine War. Yakni tentang seluk-beluk peperangan memperebutkan nikotin antara “zat nikotin alami dalam tembakau” yang diwakili oleh industri rokok versus “senyawa mirip nikotin” dan “sarana pengantar nikotin” yang diwakili oleh industri kesehatan.

Publik harus jernih dalam melihat isu bahaya merokok. Isu tersebut diusung oleh antirokok bukan tanpa maksud, karena jelas ada kepentingan industri kesehatan di dalamnya. Apa kepentingannya? Dalam Nicotine War dijabarkan bahwa isu bahaya merokok adalah akal-akalan industri kesehatan untuk memuluskan jalan merebut pasar nikotin di dunia.

Nikotin sesungguhnya adalah komoditas pasar yang menggiurkan, sebab keuntungan yang dihasilkan dari berdagang nikotin sangatlah besar. Kalau tidak percaya, lihat saja bagaimana industri rokok sangat nyaman menjalankan bisnis nikotin ini, meskipun mereka dituntut untuk berkontribusi kepada negara melalui skema pajak yang dibebankan besar kepada mereka. Dan beban pajak yang besar ini juga pengaruh dari kampanye bahaya merokok yang terus didengungkan, atau bisa kita bilang sebagai hasil “loby” antirokok kepada pemerintah.

Industri kesehatan lantas tergiur untuk ikut main dalam bisnis nikotin ini. Produk farmasi penghantar nikotin pun dibuat dengan menyebut sebagai produk nikotin alternatif. Ini dimulai sejak tahun 1960 silam. Awal bisnis nikotin industri kesehatan tak mendapat tempat pasar konsumen. Barang dagangan mereka sepi, kalah laku dengan produk nikotin alami dalam tembakau (rokok).

Industri kesehatan geram. Investasi besar dalam produk nikotin keluaran mereka harus dipasarkan, apapun dan bagaimanapun caranya. Dari sinilah praktik kotor mulai diterapkan oleh industri kesehatan. Pharmacia, perusahaan raksasa farmasi global mendanai para ilmuwan kesehatan untuk membuat laporan mengenai dampak merokok bagi kesehatan. Strategi membenturkan rokok dengan kesehatan perlahan tapi pasti berhasil mempengaruhi publik.

Isu rokok bertentangan dengan kesehatan terus dilempar kepada publik. Dana riset terus dikucurkan agar publik mempercayai bahwa isu bahaya merokok seakan-akan didasari atas dasar kepedulian terhadap kesehatan masyarakat. Barulah pada tahun 1980-an strategi serangan maut terhadap industri rokok dilancarkan dengan berbagai macam cara, seperti mendorong regulasi pengendalian tembakau, mempersempit ruang promosi dan konsumsi rokok, melabelkan stigma negatif, hingga promosi berhenti merokok dan terapi “kecanduan”.

Apa yang dijabarkan di atas, Nicotine War menjelaskan bahwa kampanye pengendalian tembakau dan bahaya merokok merupakan strategi industri kesehatan memenangkan pertarungan perang dagang nikotin. Tidak ada kaitannya sama sekali dengan persoalan kesehatan publik yang sebenarnya.
Karena kalau memang murni tentang kesehatan publik, seharusnya industri kesehatan menyuarakan larangan total terhadap tembakau dan produk nikotin lainnya. Mereka tidak melakukan itu, karena mereka ingin industri rokok bangkrut dan setelahnya mereka masuk untuk menyediakan pasar produk nikotin yang ditinggalkan oleh industri rokok.

Anda masih belum percaya kenyataan yang terjadi dalam Nicotine War? Sekarang anda boleh cek, sebutkan organisasi antirokok di Indonesia yang kerap menyuarakan pengendalian tembakau dan bahaya merokok. Lalu anda bisa cek apakah organisasi tersebut akhir-akhir ini kerap menyuarakan produk alternatif tembakau? Cek apakah mereka sekarang kerap mendorong perokok untuk pindah ke produk alternatif tembakau atau tidak.

Salah satu contohnya adalah organisasi IAKMI (Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia). Organisasi antirokok ini sangat vokal menyuarakan bahaya merokok dan berhenti merokok. Ketua Tobacco Control Support Center IAKMI Sumarjati Arjoso pernah mengatakan merokok menyebabkan pembuluh darah mengecil. Sekitar 80 persen kematian di Indonesia terjadi akibat bahan baku rokok, tembakau.

Selain kampanye bahaya dan berhenti merokok, IAKMI juga ‘nyambi’ menjadi marketing produk alternatif tembakau. Baru-baru ini, Dewan Penasihat IAKMI Jawa, Dr Ardini Raksanagara mengatakan, sudah seharusnya Indonesia sebagai negara dengan jumlah perokok ketiga terbesar di dunia melihat produk tembakau alternatif sebagai inovasi dan solusi untuk menurunkan jumlah perokok dan menyelamatkan jutaan jiwa.

Seharusnya jika isu bahaya merokok benar-benar murni atas dasar kepentingan kesehatan publik, IAKMI tidak akan mempromosikan produk alternatif tembakau. Karena bukankah rokok dan produk alternatif tembakau (apapun bentuknya) juga sama-sama mengandung nikotin?

Apa yang diungkap dalam Nicotine War merupakan prediksi berdasarkan fakta-fakta ilmiah. Sejak tahun 2000-an Nicotine War sudah mengungkap perang bisnis nikotin, dimana di dalamnya terdapat cara dagang menjijikan industri kesehatan yang mencita-citakan memonopoli bisnis nikotin.

Lalu masihkah anda bilang kalau Nicotine War hanyalah omong kosong?