CUKAI

Ariel Tatum dan Diskriminasi Perempuan Perokok

Ariel Tatum kembali menjadi perbincangan hangat di kalangan netizen. Sebuah postingan celana Ariel Tatum yang bolong akibat terkena bara rokok diviralkan oleh sebuah akun gosip ternama. Selanjutnya sudah dapat ditebak, ramai-ramai netizen mencibir kebiasaan merokok Ariel Tatum. Sial memang nasib perempuan perokok di Indonesia, di tengah budaya patriarki yang begitu kuat, perempuan perokok kerap distigmakan negatif, apalagi jika ia seorang publik figur.

Ariel Tatum hanya satu dari sekian banyak perempuan perokok yang menerima cibiran dan stigma negatif oleh publik. Padahal jika kita mau melongok lebih dalam lagi persinggungan antara perempuan dan tembakau, keduanya berjalan beriringan dalam budaya serta tradisi masyarakat Indonesia.

Dahulu kala masyarakat Nusantara memiliki tradisi menyirih atau menginang tembakau, terutama perempuan. Pada perkembangan selanjutnya, ketika olahan tembakau sudah mulai dikonsumsi bukan hanya dengan diinang, tetapi juga dihisap, tradisi perempuan mengonsumsi tembakau tetap bertahan.

Ada satu kisah menarik pada abad ke-17 dalam Babad Tanah Jawi, termaktub sebuah cerita rakyat Roro Mendut yang menceritakan soal rokok racikan tembakau dan cengkih, serta cerita persinggungan antara perempuan dan tembakau.

Alkisah kecantikan Roro Mendut memukau semua pria, termasuk Tumenggung Wiraguna, panglima perang Sultan Agung dari Kerajaan Mataram yang kala itu berkuasa. Alih-alih tunduk pada pinangan, Roro Mendut secara terang-terangan menolak dan menjatuhkan pilihan pada pemuda lain yang sudah lama menjadi persinggahan cintanya, Pranacitra.

Keputusan Roro Mendut, lantas memancing kemurkaan Tumenggung Wiraguna. Alhasil, Tumenggung Wiraguna mewajibkan Roro Mendut membayar pajak kepada Kerajaan Mataram. Untuk mendapatkan uang, Roro Mendut pun mengumpulkan uang dengan berdagang rokok lintingan yang direkatkan dengan jilatan air ludahnya sendiri. Dagangan Roro Mendut laris manis terjual dengan harga yang lebih mahal.

Selain kisah Roro Mendut, tepatnya setelah kretek ditemukan oleh Haji Djamhari, ada seorang perempuan yang berperan penting dalam perkembangan kretek di Indonesia. Perempuan tersebut bernama Mbok Nasilah, perempuan yang kelak menjadi istri Raja Kretek Nitisemito.

Mbok Nasilah merupakan seorang pedagang yang memiliki sebuah warung, tempat ngopi para kusir andong, pedagang keliling, dan para musafir. Dulu para pengunjung warungnya memiliki kebiasaan menginang. Karena kebiasaan menginang pengunjung warungnya meninggalkan ampas nginang yang membuat warungnya kotor. Mbok Nasilah meracik irisan tembakau dan cengkeh yang dibungkus klobot buah tangan Nasilah, buah tangannya sangat diminati mereka yang singgah di warungnya. Di antara mereka terdapat seorang pemuda bernama Nitisemito.

Pucuk dicinta ulam pun tiba, Mbok Nasilah dan Nitisemito berjodoh, pada tahun 1894 mereka menikah dan membangun dinasti industri kretek yang diberi nama Tjap Bal Tiga. Di kemudian hari hasil kerja keras  Mbok Nasilah dan Nitisemito tercatat dalam sejarah menjadi perusahaan rokok lokal terbesar pertama di Hindia Belanda, dan awal mula kebangkitan industri kretek di Indonesia.

Nitisemito boleh saja dijuluki Kretek Koning van Koedoes (Raja Kretek dari Kudus), tapi tetap saja ada peranan Mbok Nasilah di sisinya. Sayangnya sejarah sedikit mencatat peran perempuan di balik kelahiran industri kretek di masa itu, padahal dapat kita katakan bahwa Nasilah-lah inovator sekaligus penemu kretek.

Itu baru Mbok Nasilah, masih banyak perempuan lainnya yang turut berperan dalam perkembangan industri kretek. Para perempuan sangat banyak terlibat dalam proses produksi kretek. Pekerjaan mulai dari meracik bahan baku kretek dengan menghaluskan tembakau dan cengkeh, melinting bahan baku kretek dengan kertas papir, membatil, hingga proses packaging dan pengepakan produk, sedari dulu sudah menjadi bagian dari pekerjaan perempuan.

Salah seorang pengajar Universitas Leiden Ratna Saptari pernah mengatakan, banyak diantara para pekerja perempuan itu menjadi sumber penghasilan utama bagi keluarga. Ia pun menilai kalau peran peremuan begitu besar bagi industri kretek. Setidaknya, Ratna ingin menunjukkan kalau perempuan memiliki peranan yang tidak sepele dalam rantai produksi industri dan narasi soal kretek di Indonesia.

Mengapa peranan perempuan sangat penting dalam rantai produksi kretek? Merujuk tulisan sejarah Anthony Reid dalam buku Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga 1450-1680, disebutkan bahwa pelaku pasar di Asia Tenggara, termasuk Indonesia ternyata didominasi kaum perempuan ketimbang kaum laki-laki.

Itu jika kita melihat dari sudut narasi sejarah, budaya, tradisi antara perempuan dan tembakau atau kretek atau rokok. Bagaimana dari sudut pandangan konsumsinya? Tentu saja rokok sebagai barang konsumsi legal merupakan barang konsumsi yang berhak dikonsumsi oleh siapapun. Tak perduli laki-laki, perempuan atau jenis kelamin lainnya, rokok berhak dikonsumsi oleh siapapun, karena hal tersebut merupakan amanah konstitusi yang tertulis dalam undang-undang perlindungan konsumen.

Apa yang terjadi pada kasus Ariel Tatum dan kebiasaan merokoknya yang tempo hari viral, mendeskriditkan Ariel Tatum karena kebiasaan merokoknya adalah sebuah kesalahan besar yang bisa kita sebut sebagai perlakuan diskriminatif terhadap perempuan. Lalu, kita dapat mengajukan pertanyaan kepada publik yang kerap mendeskriditkan perempuan perokok dengan sebuah pertanyaan, Apa Yang Salah Dari Kebiasaan Merokok Seorang Perempuan?

Tinggalkan Balasan