Kalau kita melihat sejarah, rokok sekaligus merokok sebenarnya merupakan aktivitas yang sudah lama. Melansir dari berbagai sumber, aktivitas merokok sudah ada sejak abad 16 Masehi.
Daftar Isi
ToggleTentu seiring perkembangan zaman, rokok terus mengalami evolusi dari mengunakan pipa, klobot, cerutu, hingga sekarang lebih prefer lagi dengan adanya ragam jenis rokok, seperti Sigaret Putih Mesin, Sigaret Kretek Mesin, Sigaret Kretek Tangan, dan sebagainya.
Tapi yang pasti, tempo dulu merokok itu aktivitas yang biasa-biasa saja. Bahkan merokok di tempo dulu bisa digunakan untuk obat penyakit tertentu.
Beda cerita ketika rezim kesehatan di bawah naungan WHO datang. Mereka menganggap rokok adalah monster menakutkan.
Banyak fatwa yang mereka keluarkan. Antara lain, merokok menyebabkan penyakit kanker, jantung, bahkan sampai penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak memiliki kaitan dengan merokok. Seperti penyakit kulit dan diabetes misalnya.
Perang di Balik Narasi Buruk pada Rokok
Kiita patut curiga, kenapa WHO memiliki penilaian seperti itu kepada rokok? Untuk menjawab kecurigaan itu, maka buku Nikotin War adalah bacaan yang paling tepat.
Kata kuncinya pada perang nikotin. Perang nikotin bukanlah konsipirasi layaknya bumi datar atau bulat. Hitler mati di Garut atau Surabaya. Perang nikotin itu benar adanya.
Ada korporasi raksasa yang berasal dari industri farmasi ingin mencoba menghancurkan rokok. Karena rokok yang menghambat bisnis mereka. Alias saya mau mengatakan kalau mereka juga ingin jualan produk.
Mereka menamainya dengan produk alternatif tembakau. Mereka melakukan promosi-promosi yang gila sekali. Satu hal yang bisa dilacak adalah dengan mengorganisir para pakar dan ilmuwan untuk mengatakan bahwa rokok itu berbahaya bagi kesehatan.
Caranya bermacam-macam, seperti menerbitkan jurnal, mengadakan press conference, dan sebagainya. Prinsipnya, mengajak masyarakat berhenti merokok.
Jualan Produk Sendiri
Lalu ada motif terselubung bahwa mereka juga menawarkan produk yang mereka garap. Ini jenisnya ada banyak. Mulai dari permen, koyo, rokok elektrik padat, dan sebagainya.
Tapi pada prinsipnya, produk yang mereka jual itu juga mengantung nikotin. Tak ayal, produk tembakau konvesional (rokok kretek misalnya) diserang melalui penggunaan tar.
Untuk promosi, tanggung-tanggung, mereka menggelontarkan sejumlah dana. Terutama terhada media.
Mereka meminta media-media memberitakan tobacco harm reduction (THR) yang merupakan produk alternatif untuk mengantikan rokok konvesional.
Narasi yang mereka bangun adalah, rokok itu menyebabkan kematian yang mengerikan setiap tahunnya. Makanya, produk THR harus segera dipasarkan agar masyarakat Indonesia sehat tanpa asap rokok.
Tanpa asap rokok konvensional, tapi mereka berharap agar masyarakat memberi produk rokok mereka. Cara jualan yang mudah terbaca.
Juru Bicara Komite Nasional Pelestarian Kretek (KNPK), Khoirul Atfifudin
BACA JUGA: Mengapa Disebut Produk Tembakau Alternatif jika Tidak Menggunakan Tembakau?