seluk beluk pertanian cengkeh
PERTANIAN

Menyelami Seluk Beluk Pertanian Cengkeh

Sejak penemuan kegunaan baru cengkeh sebagai bahan baku rokok kretek, komoditas dan pertanian cengkeh kembali bersinar. Beberapa pabrik rokok kretek berdiri pada pertengahan dekade 50-an menyebabkan permintaan cengkeh meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan itu, pertanian cengkeh tak hanya diusahakan di Kepulauan Maluku tetapi juga di Sulawesi, Jawa, Sumatera, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Papua dan beberapa tempat lain di Indonesia.

Pembibitan

Cengkeh yang telah meletup akan segera jatuh. Dari polong inilah tunas-tunas baru cengkeh tumbuh. Perawatan ekstra dilakukan di masa-masa awal. Bibit cengkeh diletakkan di bedeng supaya mempermudah perawatan.

Asupan air diberikan secara teratur, dan kala musim kemarau datang bibit cengkeh dikelilingi daun nyiur supaya dapat terhindar dari sengatan sinar matahari secara berlebih. Jika masa ini telah lewat perawatannya lebih sederhana. Pohon cengkeh cukup ditanam dengan jarak tertentu, rumput liar dibersihkan secara teratur, dan daun-daun yang berguguran akan menjadi pupuk alami yang menyuburkan.

Ketahui jenis cengkeh di sini

Perawatan

Tanaman cengkeh mempunyai karakteristik unik dengan penyesuaian tumbuh-kembangnya dari faktor iklim, jenis tanah, dan yang terbaik terkena angin laut. Itulah yang menyebabkan karakteristik tanaman ini meskipun jenisnya sama akan memberikan hasil yang berbeda di setiap tempat.

Cengkeh mulai belajar berbuah di usia lima sampai tujuh tahun. Ketika usia telah menginjak sepuluh tahun cengkeh dengan rutin memberikan peruntungan. Di Sulawesi pohon cengkeh tak bisa tumbuh besar, dan jika usianya telah berumur kuantitas bunga menurun, sehingga perlu dilakukan peremajaan.

Di tanah asalnya, Kepulauan Maluku, pohon cengkeh bisa berbunga baik hingga puluhan tahun. Tercatat pohon cengkeh tertua, ‘Cengkeh Apo’, berusia sekitar 450 tahun dan berdiameter mencapai 300 sentimeter.

Panen

Para petani melakukan proses memetik cengkeh (bagugur) dengan memutus gagang tepat di bagian terakhir daun.

Patah

Pemetik cengkeh maupun keluarga petani akan berkumpul dalam satu lingkaran untuk (bapata) patah cengkeh. Segera setelah proses panen dilakukan, maka sore harinya berlangsung patah cengkeh. Jika terlalu lama ditimbun membuat cengkeh dan gagang sulit dipisahkan.

Penjemuran

Kuncup cengkeh dijemur (bajemur) di bawah terik matahari, sampai warna merah kecokelatan-cokelatan. Proses ini memerlukan waktu sekitar empat hari. Bila panen datang saat musim hujan, cengkeh perlu perawatan ekstra supaya tak rusak diserang jamur.

Para petani menyiasatinya dengan menutupi cengkeh yang sedang dijemur dengan plastik atau mengeringkannya dengan cara pengasapan. Per hektar lahan ditanami sekitar 140 – 150 pohon cengkeh.

Sistem Pengupahan Pemetik Cengkeh

Sistem Upah

Setiap harinya pekerja petik cengkeh mendapatkan upah Rp 100 ribu – Rp 150 ribu dengan makan tiga kali sehari, kopi/teh, rokok satu bungkus dan penginapan ditanggung pemilik lahan.

Sistem Liter

Dengan sistem ini setiap pekerja petik dibayar dengan perhitungan hasil panen. Per liter cengkeh ditukar pemelik lahan dengan Rp 5.000. Kebutuhan makan, kopi/teh, rokok, dan penginapan ditanggung pemilik lahan.

Sistem Bagi Hasil (Pica Tinga)

Sistem ini digunakan apabila pemilik lahan tidak mempunyai dana untuk proses panen atau terletak jauh dari rumah. Proses panen diserahkan ke tetangga atau kerabat, dengan hasil panen nantinya dibagi sama rata antara pemilik lahan dan pemetik.