Dalam beberapa pekan terakhir, Industri Hasil Tembakau menggeliat (IHT). Pasalnya, salah satu bahan yang menjadi ciri khas IHT, dan dalam hal ini kretek, yaitu cengkeh sedang panen. Ribuan orang dari berbagai daerah menyambut gegap gempita panen cengkeh.
Apalagi, musim kemarau yang seperti ini membuat panen cengkeh akan memberikan hasil signifikan. Hal ini terbukti pada akhir hingga awal Juli, harga cengkeh terbilang dari Rp120-150 ribu. Angka yang cukup wow. Hal ini membuat yakin para petani cengkeh bahwa saat ini sangat baik untuk meraup keuntungan.
Sayangnya, harga tersebut tidak bertahan lama. Memasuki pertengahan bulan, harganya justru turun menjadi Rp90.000. Hal tersebut terjadi serentak di berbagai daerah. Mulai daerah Ternate, Soppeng, hingga Pacitan. Lalu, apa yang membuat harga panen cengkeh menurun drastis?
Cuaca dan Panen Raya Cengkeh yang Melimpah
Tidak dapat dimungkiri bahwa tahun 2024 merupakan tahunnya cengkeh. Beberapa petani di berbagai daerah mengaku bahwa hasil panen cengkeh lumayan banyak. Maka dari itu, mereka berharap bahwa panen kali lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya.
Sayangnya, harapan tersebut berbanding terbalik dengan kondisi di lapangan saat ini. Setelah beberapa hari sebelumnya harga cengkeh melonjak, kini menurun. Bahkan, turunnya drastis.
Beberapa faktor di antaranya adalah cuaca dan panen raya yang melimpah. Di Jawa, khususnya Pacitan, cuaca panas sebenarnya sangat baik dan membikin panen membaik. Akhirnya stok melimpah dan itulah yang membuat harga cengkeh justru menurun.
Berbanding terbalik di daerah Sulawesi seperti Talaud dan Ternate, cuacanya justru masih ada hujan. Namun, sama seperti di daerah lain di Jawa, panennya meningkat. Sehingga stok terlalu banyak. Dan karena itulah yang membuat harga cengkeh justru menurun.
Baca Juga: Kenali Hama Cengkeh dan Metode Penanganannya
Jika melihat kondisi seperti ini, semestinya harus ada tindakan dari pemerintah untuk menstabilkan harga cengkeh. Sebab, jika tidak, akan merugikan petani cengkeh. Pada tahun ini, di Soppeng misalnya, justru lebih banyak pemetik ketimbang petani.
Hal ini juga yang menyebabkan biaya produksi petani lebih besar. Itulah juga membikin kekhawatiran dari petani apabila harga panen tidak stabil. Secara otomatis, akan membuat mereka menjadi rugi, bukannya untung.
Campur Tangan Pemerintah Harus Hadir
Salah satu langkah penyelamatan harga panen cengkeh adalah kehadiran pemerintah. Hanya pemerintah lah yang kemudian mau dan mampu menstabilkan harga. Masalahnya, political will harus ada terlebih dahulu sehingga pemerintah datang untuk intervensi.
Akan tetapi, pemerintah harus paham bahwa tanpa adanya cengkeh, maka tidak ada kretek. Ya, cengkeh adalah komoditas utama kretek. Lebih dari 90% hasil cengkeh diperuntukkan kretek. Sudah semestinya pemerintah ikut mencari solusi atas menurunnya harga cengkeh.
Baca Juga: Cengkeh di Antara Regulasi dan Impor yang Menyiksa
Sebab, akan menjadi kerugian besar apabila pemerintah tidak merawat cengkeh dengan baik. Sebab, hingga hari ini Indonesia masih menjadi yang pertama di dunia untuk ekspor cengkeh ke berbagai negara. Masalahnya, di sisi lain, Indonesia juga menjadi pengimpor cengkeh terbesar di dunia.
Sebuah fakta yang ambivalensi. Di sisi lain harus ikut bangga, tetapi di sisi satunya ikut miris. Pemerintah perlu ambil tindakan akan hal ini. Jika tidak, akan menjadi bumerang bagi pemerintah sendiri dan negara Indonesia. Sudah cukup rempah-rempah kita, khususnya cengkeh dijajah dan diambil negara lain.
Seharusnya, Indonesia bangga bahwa kita, hingga hari ini, dan semoga seterusnya, menjadi produsen cengkeh terbesar di dunia. Bukan lagi negara pengimpor cengkeh terbesar di dunia.