rokok sukun executive
Review Rokok

Sukun Executive, Semangat Modernisme Rokok Legendaris

Sebagai salah satu perusahaan rokok legendaris, Sukun adalah pemain lama di pasar rokok kretek Indonesia.

Kisah perjalanan PR Sukun diawali dari Mc. Wartono, putra keempat dari tujuh bersaudara, dari keluarga bapak Singo Sarpani, Kepala Desa Gondosari, Kecamatan Gebog, Kudus. PR Sukun didirikan pada 1947 dengan pasar konsumen yang ketika itu masih sebatas Jawa Tengah.

Berawal dari klobot, salah satu jenis rokok khas Indonesia yang terbuat dari kulit jagung sebagai pembungkus tembakau, Pabrik Rokok Sukun kini telah dikenal sebagai salah satu dari sedikit perusahaan rokok nasional yang bertahan dengan identitas dan kekuatannya sebagai rokok yang mengandalkan ciri khas kelokalannya dan berakar pada tradisi.

Dari sekian banyak merek yang dilahirkan oleh PR Sukun, ada 1 merek yang sudah mencuri hati saya sejak 2 tahun terakhir, yaitu Sukun Executive (SE). Di beberapa tulisan saya, merek itu sudah seringkali saya sebut, hanya belum berkesempatan untuk membuat tulisan khusus mengenai Sukun Executive.

Saya mulai berkenalan dengan Sukun Executive sejak 2 tahun lalu di sebuah acara tahlilan di daerah Rembang. Saat itu, di tengah pengajian disiapkan beberapa gelas kecil yang berisi batangan rokok kretek berfilter coklat dan putih. Mulanya saya pikir itu adalah Wismilak Diplomat, tapi ternyata rokok kretek berfilter putih itu adalah Sukun Executive. 

Saat itu saya membawa Djarsup sebagai bekal tahlilan. Tapi kemudian tergoda untuk mencicipi SE begitu pengajian selesai dan waktunya menikmati suguhan minuman hangat dan cemilan. Semula saya hanya melihat para tamu sibuk menghisap SE sembari ngobrol yang tiap menitnya membuat rasa penasaran saya semakin besar.

sukun executive kudus

Saya tahu SE sudah sejak lama, entah lihat di iklan, atau tanpa sengaja bertemu orang yang merokok SE di dekat saya. Tapi bertahun-tahun kemudian saya akhirnya punya kesempatan mencobanya. Hisapan pertama sampai sebatang SE saya habiskan, saya berani bilang kalau ini bukan rokok kretek sembarangan, dan pantas dihisap bagi kalian yang belum pernah mencobanya. SE adalah rokok kretek yang memiliki citarasa kuat dengan campuran tembakau yang tidak asal-asalan.

Kalau dari segi tampilan batang rokoknya, saya rasa SE sudah bisa disandingkan dengan tampilan batangan Wismilak Diplomat, si merek klasik dengan aroma khas seperti yang dimiliki Sukun, punya fans loyal cukup militan untuk urusan perdebatan citarasa dan kualitas tembakau. Hanya saja soal penjualan dan brand image, SE tidak seberuntung Diplomat atau Magnum Filter di kelas rokok kretek berfilter putih. Rasanya Diplomat dan Magnum Filter sudah menguasai pasar rokok kretek filter putih hampir di semua daerah di Indonesia. Bandingkan dengan SE, yang mungkin tidak dikenal di beberapa kota di Sulawesi, Kalimantan atau bahkan di Pulau Jawa.

Tarikan “basah dan manis” setiap kali menghisap SE adalah ciri khas yang jarang ditemui di merek lain. After taste di mulut pun tidak membuat saya trauma mencoba. Ada beberapa rokok kretek yang meninggalkan sesuatu yang janggal atau sebuah pesan pendek; jangan dihisap lebih dari sebatang dan dinikmati lebih dari seminggu sekali. Kalau sudah seperti itu, saya pribadi tidak akan memasukkan merek tadi sebagai pilihan yang akan saya beli di kemudian hari. 

Filter sukun yang mirip Diplomat sepertinya punya daya saring yang sanggup mengirimkan kepulan asap ke tenggorokan dengan kadar yang pas, tidak berlebihan memberikan aroma wangi, rasa sepet yang membekas di rongga mulut tidak terlalu tebal, sehingga indera perasa para ahli hisap Jawa Timur-an di kelas Surya 16, Bentoel Biru atau Signature Hitam bisa bersahabat dengan SE. Aroma bakarnya pun tidak akan mengganggu mereka yang berada di sekitar kita dan bukan perokok SE. Sampai dengan 80% batangan terbakar pun SE masih enak dihisap, walau menyisakan aroma rokok kretek pada umumnya yang tidak begitu harum lagi.

Bungkusan bagian dalam SE yang dibalut kertas grenjeng apabila dicium memiliki aroma yang sulit ditiru oleh merek lain. Ya, PR Sukun memang meracik rokok kretek mereka sedemikian rupa hingga sulit ditiru kompetitor. Patokan saya untuk menentukan rokok enak atau tidak sangat sederhana; aroma dari bungkus luar di dekat penutup, lalu bau yang dicium saat kita membuka penutup dan menghirup aroma bagian dalam yang bercampur aroma kertas grenjeng. Lalu untuk memastikan rokok itu akan nikmat atau tidak adalah saat menghirup aroma batangan rokok dari ujung bakar sampai ke ujung filter dengan perlahan. Secara berurutan kita akan mencium aroma tembakau, cengkeh, saus rahasia pabrikan hingga wangi filter rokok sebelum dihisap. Silahkan dicoba.

Saat ini saya menempatkan SE ada di urutan ketiga sebagai rokok pilihan saya setelah Djarsup dan 76 Madu Hitam. Bungkus putihnya yang diberi sentuhan warna biru dan merah berbentuk huruf V serta tulisan executivenya sudah membuat rokok ini pantas untuk berada di smoking area bandara internasional, coffee shop atau bahkan restoran mahal. Memang SE tidak sempurna dalam desain bungkus, kesan klasik dan menyisakan sentuhan rokok kelas 2 masih terlihat. Tapi bagi perokok di usia tertentu, masalah desain itu ada di nomor kesekian. Yang paling utama; citarasa, dan menyusul setelahnya; harga.

pabrik rokok sukun berbenah

Tapi rasanya sebentar lagi SE akan menjelma menjadi rokok kretek filter berkelas dan punya harga diri lebih baik. Apalagi brand image SE yang mulai dibangun lebih baik setahun terakhir ini, seperti banner iklannya yang dipajang di website sukunsigaret.com, terlihat lebih maskulin, berani mengikuti perkembangan jaman, variasi dan detail desain yang semakin modern dengan mempertahankan 3 warna utamanya; putih, merah dan biru.

SE memang tidak akan menggeser posisi Djarsup saya sebagai rokok kretek utama, tapi bagi saya SE sudah bisa dibilang cukup berwibawa sebagai teman nyebats aromatik dan unik. Yang lebih utama dan disukai banyak orang dari SE adalah; harga terjangkau. Sebagai rokok alternatif yang tidak menutup kemungkinan menjadi rokok utama kalian, SE bisa dinikmati sambil minum kopi, teh wasgitel panas, es jeruk, wedang jahe atau es susu tape. 

Memang, SE belum bisa mendampingi sampanye atau whisky, tapi itulah keragaman rokok kretek di Indonesia, yang akhirnya membuat kita punya banyak pilihan merek untuk disesuaikan dengan  pasangan yang tepat. Itu urusan jodoh bagi indera perasa masing-masing ahli hisap. Salam Semangat Baru!