“Bukankah mie instan, junk food, asap pabrik, asap kendaraan bermotor, atau bahkan gadget juga sama bahayanya? Bahkan mungkin dalam beberapa hal mereka justru lebih berbahaya daripada rokok.”
[dropcap]A[/dropcap]ku adalah perokok. Perokok proletar yang biasanya membeli rokok secara eceran, dua sampai tiga batang saja per hari, itupun jika sedang ingin. Bukan orang yang menghabiskan dua sampai tiga bungkus rokok perhari. Merokok memang nikmat, harus aku akui itu. Apalagi jika ditemani dengan secangkir kopi, beberapa kudapan, dan suasana. Paripurnalah sudah kenikmatan merokok itu.
Perihal merokok, mungkin seharusnya kita bisa bersepakat bahwa itu adalah hal yang jamak dilakukan oleh orang. Seperti halnya makan, minum, diskusi, membaca buku, atau bahkan bercinta. Namun pada kenyataannya, masih banyak orang yang memberikan stigma negatif terhadap para perokok saat melakukan aktifitasnya.
Stigma perokok adalah seorang pesakitan, orang yang tak tahu aturan, orang yang tak peduli dengan lingkungan sekitarnya, dan lain sebagainya. Terlebih lagi jika si perokok adalah perempuan, maka stigma negatif itu akan semakin buruk. Biasanya publik akan mengecap si perempuan sebagai perempuan nakal, padahal perempuan juga manusia pada umumnya yang boleh saja menikmati rokok tanpa harus menerima cap buruk.
Aku tinggal di lingkungan yang mayoritas orang-orangnya tidak merokok, dan sebagian besar dari mereka memang membenci rokok. Namun ketika aku bertanya kenapa, kurang lebih jawabannya sama. Rokok mengganggu kesehatan, dan menimbulkan berbagai macam penyakit berbahaya.
Benarkah demikian?
Masalah kesehatan seringkali digeneralisasi, jika ada seseorang yang menderita penyakit jantung misalnya, dan kebetulan ia adalah seorang perokok, serta merta yang disalahkan adalah kebiasaan merokoknya. Padahal bisa jadi penyakitnya itu timbul akibat kebiasaan atau faktor lain yang menjadi penyebabnya. Semisal tidak suka berolahraga, istirahat tidak teratur, atau terlalu sering mengkonsumsi makanan cepat saji yang mengandung banyak bahan pengawet.
Tetapi selalu saja rokok yang dikambing hitamkan. Apapun penyakitnya rokok yang selalu disalahkan. Bukankah begitu?
Rokok mungkin mempunyai efek terhadap kesehatan, sama halnya dengan mie instan, makanan berkolestrol tinggi, junk food yang mengandung banyak pengawet, asap pabrik atau kendaraan bermotor, bahkan juga gadget yang biasa kita pakai untuk berkomunikasi sehari-hari. Namun jika rokok dianggap berbahaya, dan kemudian muncul banyak kampanye-kampanye antirokok, mengapa untuk hal-hal lain yang sama berbahayanya tidak pernah terdengar kampanye-kampanye serupa?
Bukankah mie instan, junk food, asap pabrik, asap kendaraan bermotor, atau bahkan gadget juga sama bahayanya? Bahkan mungkin dalam beberapa hal mereka justru lebih berbahaya daripada rokok.
Ambilah contoh Gadget. Gadget selain dapat menganggu kesehatan mata akibat radiasinya, perlu disadari menyimpan segudang bahaya dalam bentuk dan efek yang lain. Gadget bisa digunakan untuk tindakan kriminal. Temanku pernah kehilangan uang sebesar dua juta rupiah akibat penipuan online via gadget. Teman Bulikku pernah tertipu sampai 30 juta rupiah setelah mendapat SMS fiktif yang mengabarkan anaknya ditahan di penjara dan harus mengirimkan uang dengan jumlah tertentu agar anaknya itu bebas.
Selain itu, gadget juga bisa menyebabkan seseorang abai terhadap lingkungan sekitarnya. Tidak percaya? Aku punya cerita mengenai hal ini.
Baru beberapa hari yang lalu aku, dan teman-teman satu kontrakan didatangi oleh ketua RT setempat. Beliau mendapatkan laporan dari warga bahwa aktivitas kami menganggu ketenangan dan ketentraman warga sekitar sehingga kami perlu ditegur. Teguran ini bukan yang pertama kali, tetapi sudah yang ketiga kalinya. Ini bukan teguran biasa karena ini sudah ketiga kalinya, maka ini bisa disebut dengan ultimatum. Jika kami melakukan kesalahan yang sama, kami harus meninggalkan kontrakan kami tersebut. Tak peduli meski kontraknya belum usai, kami adalah pendatang, dan sebagai pendatang sudah sepantasnya kami mengikuti aturan yang berlaku.
Semuanya bermula dari kecanduan teman-teman bermain game via gadget, nama game-nya “mobile legends”. Sejak booming-nya game tersebut, mereka seolah-olah tak bisa lepas dari gadget. Mereka bermain hingga larut malam, dan mungkin karena saking serunya game tersebut mereka tertawa terbahak-bahak, dan berteriak kencang yang membuat tetangga kanan-kiri kami terganggu jam istirahatnya.
Mereka abai terhadap lingkungan sekitar, mereka tidak sadar bahwa pada tengah malam kebanyakan orang memang sedang beristirahat. Dan seperti yang aku sampaikan di atas, pada akhirnya kami diberi ultimatum.
Hal-hal di atas hanyalah sedikit contoh dari bahaya gadget yang dapat aku ceritakan. Kamu bisa dengan mudah menemukan hal-hal buruk lainnya yang diakibatkan oleh gadget melalui mesin pencari. Mulai dari penipuan, pemerasan, penculikan, hingga perceraian. Mengerikan bukan?
Memang jika kita tidak berpikir jernih dan selalu melihat sesuatu dari sisi buruknya saja, selamanya kita akan menganggap hal itu buruk. Maka bagi kamu yang masih suka memberi stigma buruk pada perokok dan membenci rokok, ada baiknya kamu duduk tenang di pelataran. Merenunglah dan coba kamu tanyakan pada diri sendiri, benarkah rokok memang seburuk seperti yang sering diberitakan?
Karena bagiku, pada kenyataanya rokok tak seburuk yang dianggap oleh orang-orang.