Beberapa hari lalu, saya kedatangan kawan yang baru saja pulang penelitian dari Lombok. Ia membawa saya tiga bungkus tembakau Nusa Tenggara Barat, tepatnya Lombok. Dua diantaranya, escort dan kasturi, cukup familiar bagi saya. Namun ada satu varietas tembakau yang sepertinya tidak pernah saya lihat. Ya tembakau senang.
“Ini tembakau senang. Asli dari tempat produksinya langsung,” terang teman saya.
Betapa saya amat senang sekali mendengar pengakuan teman ini. Sudah lama sekali ingin mencicipi tembakau senang yang asli. Saya sebenarnya sudah beberapa kali mencoba tembakau varietas ini di beberapa toko tembakau, tapi saya agak curiga tembakau senang yang mereka jual sudah tercampur dengan banyak unsur lain, alias tidak lagi original. Entah itu ditaburi gula atau terkena saos perasa yang merusak keaslian rasa tembakau itu sendiri.
Tembakau Senang ini menjadi favorit masyarakat Pulau Lombok, sebab jenisnya berbeda dengan Kasturi, Escort, Virginia, Tembakau Hitam maupun Makopan.
Menariknya, tembakau Senang ini dibanderol mahal, jika tembakau lainnya dijual 10-60 ribu per kilo, tembakau senang bisa mencapai 150-200 ribu per kilonya.
Menelusuri literatur yang ada, dinamakan tembakau Senang sebab diambil dari tempat budidayanya, yaitu kampung Senang, Lombok Timur. Lahan tanam di kampung Senang sendiri sangat kecil sehingga produksinya pun tidak sebesar tembakau di daerah Jawa. Hal inilah yang mungkin menyebabkan tembakau Senang harganya cukup mahal.
Jangankan kita bisa mendapatkan dan merasakan tembakau Senang yang asli, sekelas Kepala Dinas Pertanian Lombok Timur saja mengaku hanya pernah sekali merasakan dan mendapatkan tembakau Senang, itu saja pada 1996.
Sebenarnya bibit tembakau ini dari varietas Kasturi. Hal ini lumrah terjadi di dunia pertembakaun, varietas bibit yang sama ditanam pada lahan dan ketinggian yang berbeda, maka akan menghasilkan cita rasa yang juga berbeda.
Kasus tembakau Senang mungkin sama dengan tembakau Srintil. Tembakau yang melegenda baik kualitas maupun harganya itu sebenarnya dari bibit kemlaka dan menjadi srintil sebab proses dan syarat-syarat tertentu, yang sebenarnya tidak bisa dikonsepsikan secara pasti. Bahkan, saya pernah bertanya kepada petani di Temanggung sana, lebih banyak menjawab dengan cerita mitologi. Pun begitu dengan tembakau Senang.
Tanpa babibu lagi, saya mengambil sebungkus tembakau yang tergeletak di atas meja itu, membuka wadahnya dan menikmati bau semerbaknya. Aromanya membangkitkan semangat dan nafsu hisap saya.
Benar saja, tembakau ini memang memiliki corak isapan yang sama dengan tembakau Kasturi. Tidak terlalu berat. Namun ada sedikit beda pada aroma dan rasanya. Tembakau Senang ketika dibakar lebih semerbak aroma khas kasturinya dan lebih manis ketimbang tembakau Kasturi.
Sebenarnya tembakau Senang ini tidak terlalu cocok dengan saya yang gemar mengisap tembakau Temanggungan, seperti Kemlaka atau Mantili yang cukup berat isapnya. Tetapi tetap saja, tembakau Senang cukup menyenangkan sebagai selingan tembakau yang berkarakter kick.