Cengkeh adalah komoditas asli Indonesia. Komoditas yang memiliki nilai jual luar biasa. Oleh karena nilai yang besar itulah membuat para penjajah datang. Ratusan tahun lamanya, mereka tinggal di Indonesia untuk kemudian membawa cengkeh ke negeri mereka. Usai ditinggal penjajah, cengkeh masih hidup. Nilainya masih menggairahkan.
Bukti dari cengkeh masih menggairahkan adalah visi Prabowo untuk hilirisasi enam komoditas. Nah, enam komoditas yang dimaksud antara lain lada, kakao, sawit, kopi, kelapa, dan cengkeh. Ya, nama cengkeh masih dianggap pemerintahan sekarang sebagai komoditas yang meningkatkan perekonomian.
Keenamnya menjadi target ekspor. Ini menjadi berita baik mengingat, sebagai komoditas asli Indonesia, harga cengkeh fluktuatif. Apakah hilirisasi cengkeh akan menjadi penyelamat petani cengkeh dan juga perekonomian Indonesia?
Cengkeh Adalah Komoditas Penyelamat Ekonomi Indonesia?
Cengkeh merupakan bahan baku utama rokok kretek selain tembakau. Di Indonesia, komposisi cengkeh terhadap rokok kretek mencapai 97%. Artinya, tanpa kehadiran cengkeh, tidak ada namanya rokok kretek.
Sayangnya, kehadiran cengkeh justru diabaikan saat Orde Baru 90an. Padahal, sebelumnya, cengkeh sering disebut sebagai emas hitam. Oleh karena itu, tidak heran apabila pemerintah menggantungkan ekonomi di komoditas cengkeh.
Saat Orde Baru 90an, cengkeh memiliki Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh (BPPC). Nah, BPPC inilah yang kemudian membuat harga cengkeh bukannya terkendali malah anjlok. Akhirnya, banyak petani merugi.
Orde Baru berakhir, harga cengkeh memang tidak menjulang lagi. Namun, naik sedikit demi sedikit. Gus Dur menjadi penyelamat. Beliau merupakan salah satu presiden yang membela petani cengkeh. Tanpa harus merokok, Gus Dur menjadi bukti siapa saja bisa melindungi dan melestarikan cengkeh.
Lalu, rokok kretek sempat berjaya sebelum akhirnya ada pemberlakuan cukai hasil tembakau (CHT) yang eksesif pada 2000an. CHT itulah yang membuat harga cengkeh menjadi fluktuatif.
Kini, cengkeh kembali menarik perhatian pemerintahan Prabowo dan Gibran. Baru memimpin dua bulan, mereka ingin melakukan hilirisasi, dan salah satunya adalah cengkeh. Komoditas, yang menurut mereka, memiliki nilai keekonomian yang luar biasa.
Ekspor cengkeh Indonesia ke berbagai Eropa cukup masif. Barangkali hal itulah yang membuat keyakinan Prabowo dan Gibran terpatri. Cengkeh bisa menjadi penyelamat ekonomi Indonesia.