IN DEFENSE OF SMOKERS (Pembelaan Para Perokok) merupakan judul dari sebuah buku yang ditulis oleh seorang pria Amerika Serikat bernama Lauren A. Colby.
Daftar Isi
ToggleColby menulis buku ini karena merasa resah dengan propaganda anti-rokok di Amerika Serikat. Sebab, Amerika Serikat menjadi laboratorium perang untuk melawan rokok sejak tahun 1960. Bahkan, Colby menemukan banyak kejanggalan atas penelitian dan propaganda brutal anti-rokok.
Data palsu dan kebohongan anti-rokok
Dalam melakukan proses penelitian, Colby menemukan banyak sekali kejanggalan dalam propaganda anti-rokok di Amerika. Colby juga menjelaskan data-data palsu dan kebohongan propaganda anti-rokok.
Apalagi penelitian yang berisi tentang hal-hal yang meyakinkan orang-orang untuk berhenti merokok pasti akan dibenarkan, meskipun itu lemah atau bahkan salah agar semakin banyak temuan terhadap hal buruk tentang merokok dan semua orang tahu bahwa merokok tidak sehat untuk manusia.
Seperti narasi yang banyak beredar, bahwa merokok menyebabkan kanker paru-paru. Ternyata dijelaskan dalam buku ini bahwa itu adalah hasil penelitian yang salah dan sebuah kebohongan besar.
Jepang merupakan negara dengan rata-rata konsumsi rokok tertinggi di dunia. Tapi sangat sedikit orang yang menderita kanker paru-paru. Cina yang juga merupakan negara dengan konsumsi rokok tertinggi. Bahkan pemerintah Cina juga menanam tembakau.
Tapi sama dengan Jepang, angka manusia yang menderita kanker paru-paru sangat sedikit. Seandainya memang benar rokok menyebabkan kanker paru-paru, tentu negara-negara dengan konsumsi rokok tertinggi pasti tinggi juga tingkat pengidap kankernya.
Lucunya lagi adalah percobaan pada 80 ekor tikus yang dipaksa untuk mengonsumsi 8 rokok putih perhari selama 2 tahun. Beberapa tikus tikus tersebut menderita karsinoma paru-paru.
Setelah diselidiki lebih dalam oleh Colby, ternyata tikus terbesar beratnya tidak lebih dari 1 pon. Memaksa seekor tikus dengan berat 1 pon untuk merokok 8 rokok putih perhari sama saja dengan memaksa manusia dengan berat 160 pon untuk merokok 1.280 rokok putih perhari (64 bungkus) perhari.
Tidak ada manusia normal yang merokok begitu banyaknya dalam sehari. Karena dalam sehari ada 1.440 menit, bisa dikatakan 1 menit satu batang.
Penyakit-penyakit yang tak terbukti
Hal lain yang menarik dibahas oleh Colby dalam buku ini adalah merokok menyebabkan paru-paru berwarna hitam. Ternyata itu hanya mitos. Foto paru-paru warna hitam dalam foto tersebut adalah foto orang yang tidak merokok.
Dalam buku ini, Colby juga membahas propaganda yang sering kita dengar bahwa nikotin menyebabkan kecanduan. Nikotin adalah zat yang terkandung dalam rokok. Jika kecanduan dimaknai ketergantungan pada zat zat kimia, semua orang kecanduan terhadap udara. Justru nikotin dapat mengobati penyakit parkinson. Merokok bukan kecanduan tapi merupakan kebiasaan.
Colby juga membahas penelitian bahwa merokok menyebabkan serangan jantung. Dalam buku ini ditegaskan kalau itu tidak benar. Karena penelitian yang dilakukan tidak mempertimbangkan faktor dan risiko.
Seperti misalnya ada orang menyeberang jalan, menghindari mobil, lalu tercebur ke sungai, karena tidak bisa berenang lalu tenggelam, kemudian mati. Kematian orang tersebut tidak bisa serta-merta diklaim karena menyeberang jalan saja, atau menghindari mobil saja, atau tercebur ke sungai saja.
Seperti halnya yang diklaim oleh para dokter di Amerika terhadap orang meninggal karena serangan jantung ketika sedang olahraga. Orang tersebut memang perokok. Setelah ditelusuri lebih dalam ternyata orang tersebut memiliki penyakit jantung lemah sehingga seharusnya tidak boleh berolahraga terlalu berat.
Peneliti tidak menghubungkan antara penyakit dan olahraga, karena semua orang tahu bahwa olahraga adalah kegiatan yang positif dan tidak ada gunanya melakukan penelitian itu. Alhasil, rokok lah yang disimpulkan sebagai penyebab serangan jantung.
Pada bagian akhir buku ini membandingkan antara merokok dan tingkat harapan hidup. Jika menggunakan dalil anti-rokok yang mengatakan merokok dapat memperpendek umur, lalu bagaimana dengan Cina, Jepang, Yunani, Kuba, spanyol, Itali, dan Prancis? Bagaimana bisa orang-orang yang hidup di negara dengan rata-rata perokok lebih tinggi namun bisa bertahan hidup lebih lama?
Juru Bicara Komite Nasional Pelestarian Kretek (KNPK), Alfinaja Maulana Ardika
BACA JUGA: Sesat Pikir Anti-Rokok yang Membuat Industri Hasil Tembakau Terus-terusan Terpuruk








