Kalau bahas rokok ilegal, memang tidak akan ada habisnya. Apalagi jika kamu mengetikkan kata rokok di Google, udah pasti ada liputan atau berita tentang rokok ilegal. Sepertinya memang pasar rokok ilegal tidak hanya mendominasi di ruang nyata yang konon ada mafia, melainkan juga di dunia maya.
Rokok ilegal hadir dan semakin merebak karena ada potensi pasar yang menjanjikan. Apalagi, rokok legal, khususnya yang kelas I, semakin tidak terjangkau. Makanya, kretekus akan mencari jalan lain.
Jalan tersebut, yaitu mengonsumsi rokok ilegal. Apakah tindakan tersebut keliru? Barangkali iya, karena artinya kretekus tidak menyumbang pajak ke negara. Barangkali tidak, karena sebagai bentuk “perlawanan” kepada negara.
Permasalahan rokok ilegal sebenarnya bukan hanya konsumsi, melainkan rantai distribusi dan produksi. Boleh dibilang soal kualitas tembakau, akan sangat berbeda dengan rokok legal.
Nah, dari rantai produksi, petani tembakau yang biasanya menyetor ke pabrikan legal, mau tidak mau menyetor ke pabrikan ilegal. Jika sudah begitu, harga tembakau biasanya terombang-ambing. Bahkan turun.
Siapa yang kaya? Ya mereka yang disebut mafia rokok ilegal. Masalahnya, negara berani gak menangkap mafia rokok ilegal? Entahlah
Daripada operasi terus menerus, hambok lebih baik menangkap mafianya.
Atau jangan-jangan mafianya…
Rokok Murah Hadir karena Adanya Rokok Ilegal?
Satu hal yang tidak bisa dimungkiri dari rokok ilegal adalah harganya. Barangkali, kalau boleh jujur, harganya kelewatan murah. Anda cukup merogoh kocek tidak sampai Rp20.000 untuk mendapatkan 20 batang.
Tentu saja sangat terjangkau, bukan? Jadi paham, kan, harga rokok yang bikin mahal itu apa?
Yak, betul, cukainya. Negara memang mengambil keuntungan lebih dari 60%. Keuntungan yang luar biasa. Apabila harga rokoknya Rp22.000 maka negara bisa mengambil keuntungan hingga Rp14.000. Makanya, ketika mengetahui hal tersebut, ada banyak rokok ilegal yang menghadirkan para mafia.
Maka dari itu, negara akan mencak-mencak dan khawatir ketika penerimaan negara mulai turun. Alhasil, bagaimanapun caranya, operasi gempur rokok ilegal harus berhasil. Yang turun tangan pun tidak hanya Bea dan Cukai melainkan juga polisi hingga Satpol PP. Bahkan, kepala daerah pun turut menyosialisasikan hal tersebut.
Ah, bukan sesuatu yang mengejutkan, sih. Lagipula memang negara lagi kelimpungan soal pendapatan negara, kok.