Tantangan Petani Tembakau di Tengah Krisis Iklim: Musim Kemarau tapi Hujan Jadi Kesulitan di Masa Tanam 

Tantangan petani tembakau di tengah krisis iklim Boleh Merokok

Bulan Mei biasanya sudah masuk musim kemarau. Tapi Mei 2025 ini memang agak anomali. Banyak daerah–terutama penanam tembakau–yang masih sering diguyur hujan.

Menurut BMKG, situasi tersebut dipengaruhi persoalan iklim global. Krisis iklim membuat cuaca tidak berjalan sebagaimana musimnya. Sehingga kerap terjadi: musim kemarau tapi masih hujan, musim hujan antara hujan lebat bahkan panas kering.

Situasi iklim terkini

Lebih lanjut BMKG menjelaskan, situasi itu terjadi lantaran interaksi suhu permukaan laut, tekanan udara, dan kelembaban yang tinggi. Sehingga berpotensi memunculkan pembentukan awan konvektif seperti Cumulonimbus yang kemungkinan menimbulkan cuaca ekstrem berupa hujan lebat, petir, angin kencang, hingga hujan es.

Masih menurut BMKG, selain itu adanya pengaruh aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO) dan gelombang-gelombang atmosfer. Di tahun ini MJO terlihat aktif di posisi Fase 5 (Benua Maritim) yang kemudian diprediksi secara konsisten di wilayah Indonesia untuk sepekan ke depan.

Ada juga fenomena alam lainnya yang pada akhirnya berpotensi memberikan pengaruh signifikan dalam memicu peningkatan pertumbuhan awan hujan.

Dampak bagi petani tembakau

Apakah itu berpengaruh kepada petani tembakau? Tentu iya. Karena cuaca adalah faktor penting bagi para petani untuk memulai tanam.

Maka, tak ayal jika di bulan Mei 2025 ini tidak sedikit para petani yang belum mulai menanam tembakau. Padahal biasanya sudah mulai karena secara kalender masuk musim kemarau.

Tantangan para petani tembakau

Cuaca pada dasarnya adalah siklus natural dari alam. Namun, kerusakan siklus natural tidak berdiri sendiri. Ada banyak faktor yang memengaruhi.

Krisis iklim yang makin parah belakangan terjadi karena ulah manusia-manusia tidak bertanggung jawab. Misalnya, deforestasi sebagai wacana yang menguat belakangan. Sementara deforestasi berpotensi memicu pemanasan global.

Pemerintah Indonesia menjadi salah satu pihak yang mendukung deforestasi. Pada Januari 2025 lalu, Prabowo bahkan terang-terangan meminta masyarakat tidak khawatir terhadap deforestasi demi menambah lahan sawit.

Tentangan krisis iklim akibat deforestasi memang tidak hanya berimbas bagi para petani tembakau. Tapi juga banyak elemen masyarakat.

Tapi, dalam konteks industri hasil tembakau, petani menjadi pihak yang selalu terimbas buruk akibat kebijakan pemerintah. Ini baru soal krisis iklim yang mengganggu masa tanam, belum yang lain-lain seperti kenaikan cukai rokok dan rangkaian regulasi yang terus mencekik industri hasil tembakau.

Juru Bicara Komite Nasional Pelestarian Kretek (KNPK), Khoirul Atfifudin

BACA JUGA: Kemarau di Selo Boyolali, Hanya Tembakau Tanaman yang Bisa Hidup dan Menghidupi

 

Artikel Lain Posts

Paling Populer