Merokok itu boros tidak berlaku bagi pekerja kreatif Boleh Merokok
OPINI

Katanya Merokok Itu Boros, Tapi Saya Bisa Hasilkan Rp300 Ribu dari Menghisap 5 Batang Rokok

Kadang masih saja ada orang yang beranggapan bahwa merokok itu adalah hal yang membuat boros. Kata mereka, merokok itu bakar duit. Sia-sia. Mending duitnya dipakai untuk hal-hal yang lebih bermanfaat. Tapi itu tidak berlaku bagi pekerja kreatif seperti saya.

Sebenarnya boros atau tidak boros itu relatif. Mungkin bagi orang-orang yang gajinya 2 digit, merokok MLD Fresh Colla dua bungkus sehari tidak terbilang boros. Tapi lain cerita ketika yang melakukan itu adalah ODGJ (Orang dengan Gaji Jogja).

Jangankan dua bungkus, sebungkus saja sudah mahal banget. Makanya, kadang guyonan di media sosial itu ada benarnya, “Bukan kita yang boros, tapi memang uangnya saja yang sedikit.”

Bukan Merokok yang Boros

Kalau mau fair, sebenarnya bukan aktivitas merokoknya yang membuat boros. Tapi bagaimana kita bisa mengelola keuangan. Saya sendiri dulu rokoknya Gudang Garam Surya. Tapi karena harganya semakin mahal, akhirnya saya turun kasta dengan merokok Djarum 76 Mangga.

Kadang juga tingwe. Intinya saya masih bisa mengakali untuk tetap merokok walaupun harga rokok saat ini sudah nggak masuk akal.

Dan yang terpenting, nyatanya, meski merokok, saya tidak boros-boros amat. Justru dari rokok lah saya bisa menghasilkan uang yang lebih banyak lagi. Karena rokok adalah teman ketika pusing saat menghadapi pekerjaan.

Maksudnya begini, saya adalah pekerja kreatif. Kadang mengambil pekerjaan untuk menjadi penulis di media online. Nah, saat saya menulis, saya menjadikan rokok dan kopi sebagai teman ketika buntu.

Estimasi saya dalam mengerjakan satu tulisan butuh sekitar lima batang rokok. Kalau dirupiahkan ya sekitar Rp10.000. Sementara harga kopi di Coffee Shop sekitar Rp25.000. Jadi total Rp35.000.

Apakah Rp35.000 itu terbuang sia-sia? Tentu tidak. Karena dengan uang yang saya keluarkan itu saya bisa mendapatkan honorarium dari sebuah tulisan sebesar Rp300.000.

Untung bagi Pekerja Kreatif

Jadi, dengan ngopi dan merokok justru saya merasa untung dari. Itu baru urusan finansial saja. Kalau ditarik jauh ke depan, tulisan yang saya buat itu bisa menjadi portofolio dan branding diri.

Apakah itu cuma terjadi pada saya? Tentu tidak. Karena saya lazim menemukan orang-orang yang serupa.

Saya memiliki teman yang kebetulan bekerja sebagai desainer. Ia hanya perlu satu sampai dua batang rokok saja untuk bisa menyelesaikan satu grafis. Dan satu grafisnya bisa dihargai Rp50.000.

Sebenarnya masih banyak lagi kasusnya, tapi saya kira rokok khususnya kretek adalah teman bagi para pekerja kreatif.

Jubir Komite Nasional Pelestarian Kretek (KNPK), Khoirul Atfifudin

BACA JUGA: 4  Momen Nikmat Menghisap Rokok Tembakau yang Tak Bisa Digantikan Rokok Elektrik