SD Negeri Legoksari, Berdiri dari Patungan Petani Tembakau Sejak 1969

SD Negeri Legoksari Temanggung, dibangun dari hasil patungan petani tembakau Boleh Merokok

Catatan Ekspedisi Emas Hijau Edisi Temanggung. Mengulik SD Negeri Legoksari.

Perjalanan menuju Desa Legoksari, Temanggung, bukanlah perjalanan yang menantang. Pasalnya, akses jalan menuju sini relatif mudah. Saya nyaris jarang menemukan jalan berlubang di desa ini.

Kata Pak Topo, petani setempat yang kami temui, berbagai pembangunan di Legoksari ini berasal dari swadaya masyarakat. Warga gotong-royong untuk patungan membangun berbagai sarana-prasarana di desa ini, mulai jalan desa, masjid, bahkan sekolah dasarnya.

SD Negeri Legoksari Temanggung: hasil patungan petani

Di antara sarana-prasarana itu, saya tertarik dengan SD Negeri Legoksari. Kata Pak Topo, SD ini sudah dibangun sejak 1969.

Jujur saya kaget mendengar info itu. Bagaimana tidak, di beberapa tahun belakangan ini saja belum semua desa memiliki sekolah dasar.

SD Negeri Legoksari Temanggung, dibangun dari hasil patungan petani tembakau Boleh Merokok
SD Negeri Legoksari Temanggung, dibangun dari hasil patungan petani tembakau. (Khoirul Atfifudin/Boleh Merokok)

Misalnya di Sumenep, hingga awal tahun ada lima desa yang dilaporkan belum memiliki sekolah dasar. Sementara Legoksari sudah memilikinya sejak 1969.

Lebih lanjut, Pak Topo menceritakan, di awal tahun 2000-an, SD Negeri Legoksari pernah dirombak total. Uniknya, sejak 1969 hingga dibangun lagi pada 2000-an, biayanya berasal dari iuran warga. Dan uang itu berasal dari panenan hasil tembakau.

Menurut penjelasan Pak Topo, anggaran untuk membangun SD Negeri Legoksari kira-kira menghabiskan Rp500 juta. Uang sebesar itu terkumpul dari uang warga yang kebetulan pada saat itu hasil panen tembakaunya melimpah.

Manfaat keberadaan SD itu tentu sangat terasa sampai sekarang. Karena anak-anak yang ada di Legoksari dan sekitarnya bisa memiliki pilihan sekolah yang masih dekat dengan rumah.

Pembangunannya juga menjadi tanda, masyarakat tidak eman mengeluarkan uang banyak untuk sarana pendidikan anak-cucunya.

Juru Bicara Komiten Nasional Pelestarian Kretek (KNPK), Khoirul Atfifudin

BACA JUGA: Cerita Sutopo, Petani Tembakau di Legoksari Temanggung Membungkam Kesangsian Orang-orang Jakarta

 

Artikel Lain Posts

Paling Populer