\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n


Menandakan kuasa penuh aturan DBH-CHT ada pada Kementerian Keuangan. Pertanyaannya, siapa yang mengontrol dalam hal penggunaan alokasi DBH-CHT ditingkat Kementerian Keuangan yang jumlah dananya lebih besar yaitu 98% total dari pendapatan cukai. Lain itu dalam UU cukai tak ada satupun yang menjelaskan tentang hak di tingkat pemerintahan desa dalam penggunaan DBH-CHT. Yang paling bawah adalah pemerintah kabupaten dan kota, kewenangan pengelolaannya oleh Gubernur. <\/p>\n","post_title":"98% Dana Hasil Pungutan Cukai Ada di Pusat, Tau Buat Apa?","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"98-dana-hasil-pungutan-cukai-ada-di-pusat-tau-buat-apa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-17 09:14:29","post_modified_gmt":"2020-06-17 02:14:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6792,"post_author":"877","post_date":"2020-06-15 10:34:25","post_date_gmt":"2020-06-15 03:34:25","post_content":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n


Ketiga, aturan sanksi penyelewengan penggunaan DBH-CHT juga terkesan longgar dan tidak ada jeratan sanksi pidana. Aturan tersebut tertuang pada UU cukai pasal 6 huruf D ayat 1 dan 2. Berbunyi\u201d atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT dapat diberikan sanksi berupa penangguhan sampai dengan penghentian penyaluran DBH-CHT yang di buat di Indonesia\u201d. \u201cketentuan lebih lanjut mengenai sanksi atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT sebagai yang dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.<\/p>\n\n\n\n


Menandakan kuasa penuh aturan DBH-CHT ada pada Kementerian Keuangan. Pertanyaannya, siapa yang mengontrol dalam hal penggunaan alokasi DBH-CHT ditingkat Kementerian Keuangan yang jumlah dananya lebih besar yaitu 98% total dari pendapatan cukai. Lain itu dalam UU cukai tak ada satupun yang menjelaskan tentang hak di tingkat pemerintahan desa dalam penggunaan DBH-CHT. Yang paling bawah adalah pemerintah kabupaten dan kota, kewenangan pengelolaannya oleh Gubernur. <\/p>\n","post_title":"98% Dana Hasil Pungutan Cukai Ada di Pusat, Tau Buat Apa?","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"98-dana-hasil-pungutan-cukai-ada-di-pusat-tau-buat-apa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-17 09:14:29","post_modified_gmt":"2020-06-17 02:14:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6792,"post_author":"877","post_date":"2020-06-15 10:34:25","post_date_gmt":"2020-06-15 03:34:25","post_content":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n


Jadi tidak salah jika banyak orang menganggap DBH-CHT bukan lagi dana bagi hasil melainkan dana bancaan hasil cukai hasil temabakau. <\/p>\n\n\n\n


Ketiga, aturan sanksi penyelewengan penggunaan DBH-CHT juga terkesan longgar dan tidak ada jeratan sanksi pidana. Aturan tersebut tertuang pada UU cukai pasal 6 huruf D ayat 1 dan 2. Berbunyi\u201d atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT dapat diberikan sanksi berupa penangguhan sampai dengan penghentian penyaluran DBH-CHT yang di buat di Indonesia\u201d. \u201cketentuan lebih lanjut mengenai sanksi atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT sebagai yang dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.<\/p>\n\n\n\n


Menandakan kuasa penuh aturan DBH-CHT ada pada Kementerian Keuangan. Pertanyaannya, siapa yang mengontrol dalam hal penggunaan alokasi DBH-CHT ditingkat Kementerian Keuangan yang jumlah dananya lebih besar yaitu 98% total dari pendapatan cukai. Lain itu dalam UU cukai tak ada satupun yang menjelaskan tentang hak di tingkat pemerintahan desa dalam penggunaan DBH-CHT. Yang paling bawah adalah pemerintah kabupaten dan kota, kewenangan pengelolaannya oleh Gubernur. <\/p>\n","post_title":"98% Dana Hasil Pungutan Cukai Ada di Pusat, Tau Buat Apa?","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"98-dana-hasil-pungutan-cukai-ada-di-pusat-tau-buat-apa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-17 09:14:29","post_modified_gmt":"2020-06-17 02:14:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6792,"post_author":"877","post_date":"2020-06-15 10:34:25","post_date_gmt":"2020-06-15 03:34:25","post_content":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n


Pastinya tidak jelas penggunaannya, karena tidak ada aturan pasti dan kontrol bagi pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan. Yang ada hanyalah UU cukai yang mengatur penggunaan bagi daerah (provinsi, kabupaten dan kota).<\/p>\n\n\n\n


Jadi tidak salah jika banyak orang menganggap DBH-CHT bukan lagi dana bagi hasil melainkan dana bancaan hasil cukai hasil temabakau. <\/p>\n\n\n\n


Ketiga, aturan sanksi penyelewengan penggunaan DBH-CHT juga terkesan longgar dan tidak ada jeratan sanksi pidana. Aturan tersebut tertuang pada UU cukai pasal 6 huruf D ayat 1 dan 2. Berbunyi\u201d atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT dapat diberikan sanksi berupa penangguhan sampai dengan penghentian penyaluran DBH-CHT yang di buat di Indonesia\u201d. \u201cketentuan lebih lanjut mengenai sanksi atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT sebagai yang dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.<\/p>\n\n\n\n


Menandakan kuasa penuh aturan DBH-CHT ada pada Kementerian Keuangan. Pertanyaannya, siapa yang mengontrol dalam hal penggunaan alokasi DBH-CHT ditingkat Kementerian Keuangan yang jumlah dananya lebih besar yaitu 98% total dari pendapatan cukai. Lain itu dalam UU cukai tak ada satupun yang menjelaskan tentang hak di tingkat pemerintahan desa dalam penggunaan DBH-CHT. Yang paling bawah adalah pemerintah kabupaten dan kota, kewenangan pengelolaannya oleh Gubernur. <\/p>\n","post_title":"98% Dana Hasil Pungutan Cukai Ada di Pusat, Tau Buat Apa?","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"98-dana-hasil-pungutan-cukai-ada-di-pusat-tau-buat-apa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-17 09:14:29","post_modified_gmt":"2020-06-17 02:14:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6792,"post_author":"877","post_date":"2020-06-15 10:34:25","post_date_gmt":"2020-06-15 03:34:25","post_content":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n


Andai penggunaan dana tersebut untuk hajat dan kepentingan orang banyak seperti membayar defisit BPJS tentunya penyumbang dana tersebut (perokok) masih menerima dengan lapang dada. Perokok dapat membantu sesama. Dana cukai untuk membayar defisit BPJS baru beberapa tahun terakhir ini, itupun hanya sebagian. Yang jadi pertanyaan lanjutan, dana hasil cukai yang jumlahnya besar di tahun-tahun kemarin peruntukannya untuk apa saja?, sebelum ada untuk pembayaran BPJS, sebelum ada bagi hasil 2% ke daerah ataupun setelah ada bagi hasil 2%. <\/p>\n\n\n\n


Pastinya tidak jelas penggunaannya, karena tidak ada aturan pasti dan kontrol bagi pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan. Yang ada hanyalah UU cukai yang mengatur penggunaan bagi daerah (provinsi, kabupaten dan kota).<\/p>\n\n\n\n


Jadi tidak salah jika banyak orang menganggap DBH-CHT bukan lagi dana bagi hasil melainkan dana bancaan hasil cukai hasil temabakau. <\/p>\n\n\n\n


Ketiga, aturan sanksi penyelewengan penggunaan DBH-CHT juga terkesan longgar dan tidak ada jeratan sanksi pidana. Aturan tersebut tertuang pada UU cukai pasal 6 huruf D ayat 1 dan 2. Berbunyi\u201d atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT dapat diberikan sanksi berupa penangguhan sampai dengan penghentian penyaluran DBH-CHT yang di buat di Indonesia\u201d. \u201cketentuan lebih lanjut mengenai sanksi atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT sebagai yang dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.<\/p>\n\n\n\n


Menandakan kuasa penuh aturan DBH-CHT ada pada Kementerian Keuangan. Pertanyaannya, siapa yang mengontrol dalam hal penggunaan alokasi DBH-CHT ditingkat Kementerian Keuangan yang jumlah dananya lebih besar yaitu 98% total dari pendapatan cukai. Lain itu dalam UU cukai tak ada satupun yang menjelaskan tentang hak di tingkat pemerintahan desa dalam penggunaan DBH-CHT. Yang paling bawah adalah pemerintah kabupaten dan kota, kewenangan pengelolaannya oleh Gubernur. <\/p>\n","post_title":"98% Dana Hasil Pungutan Cukai Ada di Pusat, Tau Buat Apa?","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"98-dana-hasil-pungutan-cukai-ada-di-pusat-tau-buat-apa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-17 09:14:29","post_modified_gmt":"2020-06-17 02:14:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6792,"post_author":"877","post_date":"2020-06-15 10:34:25","post_date_gmt":"2020-06-15 03:34:25","post_content":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n


Walhasil 98% dana cukai digunakan sesuai kehendak pemerintah pusat dalam hal ini Kemeterian Keuangan dan pemerintah yang berkuasa. <\/p>\n\n\n\n


Andai penggunaan dana tersebut untuk hajat dan kepentingan orang banyak seperti membayar defisit BPJS tentunya penyumbang dana tersebut (perokok) masih menerima dengan lapang dada. Perokok dapat membantu sesama. Dana cukai untuk membayar defisit BPJS baru beberapa tahun terakhir ini, itupun hanya sebagian. Yang jadi pertanyaan lanjutan, dana hasil cukai yang jumlahnya besar di tahun-tahun kemarin peruntukannya untuk apa saja?, sebelum ada untuk pembayaran BPJS, sebelum ada bagi hasil 2% ke daerah ataupun setelah ada bagi hasil 2%. <\/p>\n\n\n\n


Pastinya tidak jelas penggunaannya, karena tidak ada aturan pasti dan kontrol bagi pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan. Yang ada hanyalah UU cukai yang mengatur penggunaan bagi daerah (provinsi, kabupaten dan kota).<\/p>\n\n\n\n


Jadi tidak salah jika banyak orang menganggap DBH-CHT bukan lagi dana bagi hasil melainkan dana bancaan hasil cukai hasil temabakau. <\/p>\n\n\n\n


Ketiga, aturan sanksi penyelewengan penggunaan DBH-CHT juga terkesan longgar dan tidak ada jeratan sanksi pidana. Aturan tersebut tertuang pada UU cukai pasal 6 huruf D ayat 1 dan 2. Berbunyi\u201d atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT dapat diberikan sanksi berupa penangguhan sampai dengan penghentian penyaluran DBH-CHT yang di buat di Indonesia\u201d. \u201cketentuan lebih lanjut mengenai sanksi atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT sebagai yang dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.<\/p>\n\n\n\n


Menandakan kuasa penuh aturan DBH-CHT ada pada Kementerian Keuangan. Pertanyaannya, siapa yang mengontrol dalam hal penggunaan alokasi DBH-CHT ditingkat Kementerian Keuangan yang jumlah dananya lebih besar yaitu 98% total dari pendapatan cukai. Lain itu dalam UU cukai tak ada satupun yang menjelaskan tentang hak di tingkat pemerintahan desa dalam penggunaan DBH-CHT. Yang paling bawah adalah pemerintah kabupaten dan kota, kewenangan pengelolaannya oleh Gubernur. <\/p>\n","post_title":"98% Dana Hasil Pungutan Cukai Ada di Pusat, Tau Buat Apa?","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"98-dana-hasil-pungutan-cukai-ada-di-pusat-tau-buat-apa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-17 09:14:29","post_modified_gmt":"2020-06-17 02:14:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6792,"post_author":"877","post_date":"2020-06-15 10:34:25","post_date_gmt":"2020-06-15 03:34:25","post_content":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n


Kedua, aturan ketentuan peruntukan DBH-CHT, untuk alokasi di Provinsi\/Kabupaten dan Kota di tentukan 5 item, yang diatur dalam UU cukai pasal 66 huruf A ayat 1, yaitu untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai ilegal.
Daerah dikenakan aturan penggunaan DBHCHT pada lima peruntukan di atas. Sedangkan aturan penggunaan DBH-CHT pusat yang jumlahnya lebih besar 98% tak ada satupun aturan penggunaannya. Sederhananya penggunaan dana cukai oleh pusat mana suka. Kalau dana tersebut dimasukkan dalam dana bagi hasil seperti lainnya, seharusnya tercantum pada UU Perimbangan Keuangan yang penggunaannya sudah diatur dan ada ketentuannya. Nyatanya dana cukai tidak demikian, tidak dimasukkan sebagai dana perimbangan keuangan negara. Akan tetapi di atur tersendiri dalam UU cukai. <\/p>\n\n\n\n


Walhasil 98% dana cukai digunakan sesuai kehendak pemerintah pusat dalam hal ini Kemeterian Keuangan dan pemerintah yang berkuasa. <\/p>\n\n\n\n


Andai penggunaan dana tersebut untuk hajat dan kepentingan orang banyak seperti membayar defisit BPJS tentunya penyumbang dana tersebut (perokok) masih menerima dengan lapang dada. Perokok dapat membantu sesama. Dana cukai untuk membayar defisit BPJS baru beberapa tahun terakhir ini, itupun hanya sebagian. Yang jadi pertanyaan lanjutan, dana hasil cukai yang jumlahnya besar di tahun-tahun kemarin peruntukannya untuk apa saja?, sebelum ada untuk pembayaran BPJS, sebelum ada bagi hasil 2% ke daerah ataupun setelah ada bagi hasil 2%. <\/p>\n\n\n\n


Pastinya tidak jelas penggunaannya, karena tidak ada aturan pasti dan kontrol bagi pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan. Yang ada hanyalah UU cukai yang mengatur penggunaan bagi daerah (provinsi, kabupaten dan kota).<\/p>\n\n\n\n


Jadi tidak salah jika banyak orang menganggap DBH-CHT bukan lagi dana bagi hasil melainkan dana bancaan hasil cukai hasil temabakau. <\/p>\n\n\n\n


Ketiga, aturan sanksi penyelewengan penggunaan DBH-CHT juga terkesan longgar dan tidak ada jeratan sanksi pidana. Aturan tersebut tertuang pada UU cukai pasal 6 huruf D ayat 1 dan 2. Berbunyi\u201d atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT dapat diberikan sanksi berupa penangguhan sampai dengan penghentian penyaluran DBH-CHT yang di buat di Indonesia\u201d. \u201cketentuan lebih lanjut mengenai sanksi atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT sebagai yang dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.<\/p>\n\n\n\n


Menandakan kuasa penuh aturan DBH-CHT ada pada Kementerian Keuangan. Pertanyaannya, siapa yang mengontrol dalam hal penggunaan alokasi DBH-CHT ditingkat Kementerian Keuangan yang jumlah dananya lebih besar yaitu 98% total dari pendapatan cukai. Lain itu dalam UU cukai tak ada satupun yang menjelaskan tentang hak di tingkat pemerintahan desa dalam penggunaan DBH-CHT. Yang paling bawah adalah pemerintah kabupaten dan kota, kewenangan pengelolaannya oleh Gubernur. <\/p>\n","post_title":"98% Dana Hasil Pungutan Cukai Ada di Pusat, Tau Buat Apa?","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"98-dana-hasil-pungutan-cukai-ada-di-pusat-tau-buat-apa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-17 09:14:29","post_modified_gmt":"2020-06-17 02:14:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6792,"post_author":"877","post_date":"2020-06-15 10:34:25","post_date_gmt":"2020-06-15 03:34:25","post_content":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n


Aturan pembagian hasil cuka yang hanya 2% untuk daerah provinsi, kabupaten dan kota. Ketentuan 2% ini tidak ada hitungan yang rijit seperti halnya bagi hasil yang bersumber dari lainnya seperti pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah, pajak penghasilan, kehutanan, pertambangan umum, perikanan dan lain sebagainya. Artinya, selain bagi hasil cukai semuanya dihitung detail sehingga keluar bagi hasilnya berapa. Sedang dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) pembagiannya ditentukan sepihak oleh Kementerian Keuangan dan daerah hanya mendapatkan 2% itupun masih dibagi lagi menjadi tiga klaster, yaitu provinsi penghasil, kabupaten\/kota penghasil dan kabupaten\/kota non penghasil. Sisanya 98% masih dipusat. <\/p>\n\n\n\n


Kedua, aturan ketentuan peruntukan DBH-CHT, untuk alokasi di Provinsi\/Kabupaten dan Kota di tentukan 5 item, yang diatur dalam UU cukai pasal 66 huruf A ayat 1, yaitu untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai ilegal.
Daerah dikenakan aturan penggunaan DBHCHT pada lima peruntukan di atas. Sedangkan aturan penggunaan DBH-CHT pusat yang jumlahnya lebih besar 98% tak ada satupun aturan penggunaannya. Sederhananya penggunaan dana cukai oleh pusat mana suka. Kalau dana tersebut dimasukkan dalam dana bagi hasil seperti lainnya, seharusnya tercantum pada UU Perimbangan Keuangan yang penggunaannya sudah diatur dan ada ketentuannya. Nyatanya dana cukai tidak demikian, tidak dimasukkan sebagai dana perimbangan keuangan negara. Akan tetapi di atur tersendiri dalam UU cukai. <\/p>\n\n\n\n


Walhasil 98% dana cukai digunakan sesuai kehendak pemerintah pusat dalam hal ini Kemeterian Keuangan dan pemerintah yang berkuasa. <\/p>\n\n\n\n


Andai penggunaan dana tersebut untuk hajat dan kepentingan orang banyak seperti membayar defisit BPJS tentunya penyumbang dana tersebut (perokok) masih menerima dengan lapang dada. Perokok dapat membantu sesama. Dana cukai untuk membayar defisit BPJS baru beberapa tahun terakhir ini, itupun hanya sebagian. Yang jadi pertanyaan lanjutan, dana hasil cukai yang jumlahnya besar di tahun-tahun kemarin peruntukannya untuk apa saja?, sebelum ada untuk pembayaran BPJS, sebelum ada bagi hasil 2% ke daerah ataupun setelah ada bagi hasil 2%. <\/p>\n\n\n\n


Pastinya tidak jelas penggunaannya, karena tidak ada aturan pasti dan kontrol bagi pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan. Yang ada hanyalah UU cukai yang mengatur penggunaan bagi daerah (provinsi, kabupaten dan kota).<\/p>\n\n\n\n


Jadi tidak salah jika banyak orang menganggap DBH-CHT bukan lagi dana bagi hasil melainkan dana bancaan hasil cukai hasil temabakau. <\/p>\n\n\n\n


Ketiga, aturan sanksi penyelewengan penggunaan DBH-CHT juga terkesan longgar dan tidak ada jeratan sanksi pidana. Aturan tersebut tertuang pada UU cukai pasal 6 huruf D ayat 1 dan 2. Berbunyi\u201d atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT dapat diberikan sanksi berupa penangguhan sampai dengan penghentian penyaluran DBH-CHT yang di buat di Indonesia\u201d. \u201cketentuan lebih lanjut mengenai sanksi atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT sebagai yang dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.<\/p>\n\n\n\n


Menandakan kuasa penuh aturan DBH-CHT ada pada Kementerian Keuangan. Pertanyaannya, siapa yang mengontrol dalam hal penggunaan alokasi DBH-CHT ditingkat Kementerian Keuangan yang jumlah dananya lebih besar yaitu 98% total dari pendapatan cukai. Lain itu dalam UU cukai tak ada satupun yang menjelaskan tentang hak di tingkat pemerintahan desa dalam penggunaan DBH-CHT. Yang paling bawah adalah pemerintah kabupaten dan kota, kewenangan pengelolaannya oleh Gubernur. <\/p>\n","post_title":"98% Dana Hasil Pungutan Cukai Ada di Pusat, Tau Buat Apa?","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"98-dana-hasil-pungutan-cukai-ada-di-pusat-tau-buat-apa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-17 09:14:29","post_modified_gmt":"2020-06-17 02:14:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6792,"post_author":"877","post_date":"2020-06-15 10:34:25","post_date_gmt":"2020-06-15 03:34:25","post_content":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n


Jadi alasan pertama dan kedua untuk kenaikan cukai tak berbasis data lapangan dan data tektual (UU\/PP dan sejenisnya). Memberikan kesan mana suka. Tak berhenti disitu, aturan mana suka yang dibuat Kementerian Keuangan yang terkait dengan rokok dan cukai banyak sekali, diantaranya:<\/p>\n\n\n\n


Aturan pembagian hasil cuka yang hanya 2% untuk daerah provinsi, kabupaten dan kota. Ketentuan 2% ini tidak ada hitungan yang rijit seperti halnya bagi hasil yang bersumber dari lainnya seperti pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah, pajak penghasilan, kehutanan, pertambangan umum, perikanan dan lain sebagainya. Artinya, selain bagi hasil cukai semuanya dihitung detail sehingga keluar bagi hasilnya berapa. Sedang dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) pembagiannya ditentukan sepihak oleh Kementerian Keuangan dan daerah hanya mendapatkan 2% itupun masih dibagi lagi menjadi tiga klaster, yaitu provinsi penghasil, kabupaten\/kota penghasil dan kabupaten\/kota non penghasil. Sisanya 98% masih dipusat. <\/p>\n\n\n\n


Kedua, aturan ketentuan peruntukan DBH-CHT, untuk alokasi di Provinsi\/Kabupaten dan Kota di tentukan 5 item, yang diatur dalam UU cukai pasal 66 huruf A ayat 1, yaitu untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai ilegal.
Daerah dikenakan aturan penggunaan DBHCHT pada lima peruntukan di atas. Sedangkan aturan penggunaan DBH-CHT pusat yang jumlahnya lebih besar 98% tak ada satupun aturan penggunaannya. Sederhananya penggunaan dana cukai oleh pusat mana suka. Kalau dana tersebut dimasukkan dalam dana bagi hasil seperti lainnya, seharusnya tercantum pada UU Perimbangan Keuangan yang penggunaannya sudah diatur dan ada ketentuannya. Nyatanya dana cukai tidak demikian, tidak dimasukkan sebagai dana perimbangan keuangan negara. Akan tetapi di atur tersendiri dalam UU cukai. <\/p>\n\n\n\n


Walhasil 98% dana cukai digunakan sesuai kehendak pemerintah pusat dalam hal ini Kemeterian Keuangan dan pemerintah yang berkuasa. <\/p>\n\n\n\n


Andai penggunaan dana tersebut untuk hajat dan kepentingan orang banyak seperti membayar defisit BPJS tentunya penyumbang dana tersebut (perokok) masih menerima dengan lapang dada. Perokok dapat membantu sesama. Dana cukai untuk membayar defisit BPJS baru beberapa tahun terakhir ini, itupun hanya sebagian. Yang jadi pertanyaan lanjutan, dana hasil cukai yang jumlahnya besar di tahun-tahun kemarin peruntukannya untuk apa saja?, sebelum ada untuk pembayaran BPJS, sebelum ada bagi hasil 2% ke daerah ataupun setelah ada bagi hasil 2%. <\/p>\n\n\n\n


Pastinya tidak jelas penggunaannya, karena tidak ada aturan pasti dan kontrol bagi pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan. Yang ada hanyalah UU cukai yang mengatur penggunaan bagi daerah (provinsi, kabupaten dan kota).<\/p>\n\n\n\n


Jadi tidak salah jika banyak orang menganggap DBH-CHT bukan lagi dana bagi hasil melainkan dana bancaan hasil cukai hasil temabakau. <\/p>\n\n\n\n


Ketiga, aturan sanksi penyelewengan penggunaan DBH-CHT juga terkesan longgar dan tidak ada jeratan sanksi pidana. Aturan tersebut tertuang pada UU cukai pasal 6 huruf D ayat 1 dan 2. Berbunyi\u201d atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT dapat diberikan sanksi berupa penangguhan sampai dengan penghentian penyaluran DBH-CHT yang di buat di Indonesia\u201d. \u201cketentuan lebih lanjut mengenai sanksi atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT sebagai yang dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.<\/p>\n\n\n\n


Menandakan kuasa penuh aturan DBH-CHT ada pada Kementerian Keuangan. Pertanyaannya, siapa yang mengontrol dalam hal penggunaan alokasi DBH-CHT ditingkat Kementerian Keuangan yang jumlah dananya lebih besar yaitu 98% total dari pendapatan cukai. Lain itu dalam UU cukai tak ada satupun yang menjelaskan tentang hak di tingkat pemerintahan desa dalam penggunaan DBH-CHT. Yang paling bawah adalah pemerintah kabupaten dan kota, kewenangan pengelolaannya oleh Gubernur. <\/p>\n","post_title":"98% Dana Hasil Pungutan Cukai Ada di Pusat, Tau Buat Apa?","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"98-dana-hasil-pungutan-cukai-ada-di-pusat-tau-buat-apa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-17 09:14:29","post_modified_gmt":"2020-06-17 02:14:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6792,"post_author":"877","post_date":"2020-06-15 10:34:25","post_date_gmt":"2020-06-15 03:34:25","post_content":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n


Alasannya yang kedua tentang mengatur industrinya, terkesan dipaksakan. Apa korelasinya antara menaikkan cukai dengan mengatur industri, yang ada hanyalah korelasi tak langsung. Karena aturan industri sudah ada dan jelas, diluar dalam aturan kenaikan cukai. <\/p>\n\n\n\n


Jadi alasan pertama dan kedua untuk kenaikan cukai tak berbasis data lapangan dan data tektual (UU\/PP dan sejenisnya). Memberikan kesan mana suka. Tak berhenti disitu, aturan mana suka yang dibuat Kementerian Keuangan yang terkait dengan rokok dan cukai banyak sekali, diantaranya:<\/p>\n\n\n\n


Aturan pembagian hasil cuka yang hanya 2% untuk daerah provinsi, kabupaten dan kota. Ketentuan 2% ini tidak ada hitungan yang rijit seperti halnya bagi hasil yang bersumber dari lainnya seperti pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah, pajak penghasilan, kehutanan, pertambangan umum, perikanan dan lain sebagainya. Artinya, selain bagi hasil cukai semuanya dihitung detail sehingga keluar bagi hasilnya berapa. Sedang dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) pembagiannya ditentukan sepihak oleh Kementerian Keuangan dan daerah hanya mendapatkan 2% itupun masih dibagi lagi menjadi tiga klaster, yaitu provinsi penghasil, kabupaten\/kota penghasil dan kabupaten\/kota non penghasil. Sisanya 98% masih dipusat. <\/p>\n\n\n\n


Kedua, aturan ketentuan peruntukan DBH-CHT, untuk alokasi di Provinsi\/Kabupaten dan Kota di tentukan 5 item, yang diatur dalam UU cukai pasal 66 huruf A ayat 1, yaitu untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai ilegal.
Daerah dikenakan aturan penggunaan DBHCHT pada lima peruntukan di atas. Sedangkan aturan penggunaan DBH-CHT pusat yang jumlahnya lebih besar 98% tak ada satupun aturan penggunaannya. Sederhananya penggunaan dana cukai oleh pusat mana suka. Kalau dana tersebut dimasukkan dalam dana bagi hasil seperti lainnya, seharusnya tercantum pada UU Perimbangan Keuangan yang penggunaannya sudah diatur dan ada ketentuannya. Nyatanya dana cukai tidak demikian, tidak dimasukkan sebagai dana perimbangan keuangan negara. Akan tetapi di atur tersendiri dalam UU cukai. <\/p>\n\n\n\n


Walhasil 98% dana cukai digunakan sesuai kehendak pemerintah pusat dalam hal ini Kemeterian Keuangan dan pemerintah yang berkuasa. <\/p>\n\n\n\n


Andai penggunaan dana tersebut untuk hajat dan kepentingan orang banyak seperti membayar defisit BPJS tentunya penyumbang dana tersebut (perokok) masih menerima dengan lapang dada. Perokok dapat membantu sesama. Dana cukai untuk membayar defisit BPJS baru beberapa tahun terakhir ini, itupun hanya sebagian. Yang jadi pertanyaan lanjutan, dana hasil cukai yang jumlahnya besar di tahun-tahun kemarin peruntukannya untuk apa saja?, sebelum ada untuk pembayaran BPJS, sebelum ada bagi hasil 2% ke daerah ataupun setelah ada bagi hasil 2%. <\/p>\n\n\n\n


Pastinya tidak jelas penggunaannya, karena tidak ada aturan pasti dan kontrol bagi pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan. Yang ada hanyalah UU cukai yang mengatur penggunaan bagi daerah (provinsi, kabupaten dan kota).<\/p>\n\n\n\n


Jadi tidak salah jika banyak orang menganggap DBH-CHT bukan lagi dana bagi hasil melainkan dana bancaan hasil cukai hasil temabakau. <\/p>\n\n\n\n


Ketiga, aturan sanksi penyelewengan penggunaan DBH-CHT juga terkesan longgar dan tidak ada jeratan sanksi pidana. Aturan tersebut tertuang pada UU cukai pasal 6 huruf D ayat 1 dan 2. Berbunyi\u201d atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT dapat diberikan sanksi berupa penangguhan sampai dengan penghentian penyaluran DBH-CHT yang di buat di Indonesia\u201d. \u201cketentuan lebih lanjut mengenai sanksi atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT sebagai yang dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.<\/p>\n\n\n\n


Menandakan kuasa penuh aturan DBH-CHT ada pada Kementerian Keuangan. Pertanyaannya, siapa yang mengontrol dalam hal penggunaan alokasi DBH-CHT ditingkat Kementerian Keuangan yang jumlah dananya lebih besar yaitu 98% total dari pendapatan cukai. Lain itu dalam UU cukai tak ada satupun yang menjelaskan tentang hak di tingkat pemerintahan desa dalam penggunaan DBH-CHT. Yang paling bawah adalah pemerintah kabupaten dan kota, kewenangan pengelolaannya oleh Gubernur. <\/p>\n","post_title":"98% Dana Hasil Pungutan Cukai Ada di Pusat, Tau Buat Apa?","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"98-dana-hasil-pungutan-cukai-ada-di-pusat-tau-buat-apa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-17 09:14:29","post_modified_gmt":"2020-06-17 02:14:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6792,"post_author":"877","post_date":"2020-06-15 10:34:25","post_date_gmt":"2020-06-15 03:34:25","post_content":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n


Benar apa kata Dian, orang di desa itu kalau rokok mahal kalau gak melinting sendiri ya beli yang murahan bahkan eceran gak masalah. Mau harga di naikkan setinggi langit tak ada efek, mereka tetap akan merokok. Yang terkena dampaknya langsung pabrikan selanjutnya pekerja dan para petani tembakau, karena rokok dipasaran lesu. Dan pastinya berpengaruh juga terhadap rendahnya penerimaan negara. Belum lagi kalau rokok ilegal marak dipasaran, negara tambah rugi besar.<\/p>\n\n\n\n


Alasannya yang kedua tentang mengatur industrinya, terkesan dipaksakan. Apa korelasinya antara menaikkan cukai dengan mengatur industri, yang ada hanyalah korelasi tak langsung. Karena aturan industri sudah ada dan jelas, diluar dalam aturan kenaikan cukai. <\/p>\n\n\n\n


Jadi alasan pertama dan kedua untuk kenaikan cukai tak berbasis data lapangan dan data tektual (UU\/PP dan sejenisnya). Memberikan kesan mana suka. Tak berhenti disitu, aturan mana suka yang dibuat Kementerian Keuangan yang terkait dengan rokok dan cukai banyak sekali, diantaranya:<\/p>\n\n\n\n


Aturan pembagian hasil cuka yang hanya 2% untuk daerah provinsi, kabupaten dan kota. Ketentuan 2% ini tidak ada hitungan yang rijit seperti halnya bagi hasil yang bersumber dari lainnya seperti pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah, pajak penghasilan, kehutanan, pertambangan umum, perikanan dan lain sebagainya. Artinya, selain bagi hasil cukai semuanya dihitung detail sehingga keluar bagi hasilnya berapa. Sedang dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) pembagiannya ditentukan sepihak oleh Kementerian Keuangan dan daerah hanya mendapatkan 2% itupun masih dibagi lagi menjadi tiga klaster, yaitu provinsi penghasil, kabupaten\/kota penghasil dan kabupaten\/kota non penghasil. Sisanya 98% masih dipusat. <\/p>\n\n\n\n


Kedua, aturan ketentuan peruntukan DBH-CHT, untuk alokasi di Provinsi\/Kabupaten dan Kota di tentukan 5 item, yang diatur dalam UU cukai pasal 66 huruf A ayat 1, yaitu untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai ilegal.
Daerah dikenakan aturan penggunaan DBHCHT pada lima peruntukan di atas. Sedangkan aturan penggunaan DBH-CHT pusat yang jumlahnya lebih besar 98% tak ada satupun aturan penggunaannya. Sederhananya penggunaan dana cukai oleh pusat mana suka. Kalau dana tersebut dimasukkan dalam dana bagi hasil seperti lainnya, seharusnya tercantum pada UU Perimbangan Keuangan yang penggunaannya sudah diatur dan ada ketentuannya. Nyatanya dana cukai tidak demikian, tidak dimasukkan sebagai dana perimbangan keuangan negara. Akan tetapi di atur tersendiri dalam UU cukai. <\/p>\n\n\n\n


Walhasil 98% dana cukai digunakan sesuai kehendak pemerintah pusat dalam hal ini Kemeterian Keuangan dan pemerintah yang berkuasa. <\/p>\n\n\n\n


Andai penggunaan dana tersebut untuk hajat dan kepentingan orang banyak seperti membayar defisit BPJS tentunya penyumbang dana tersebut (perokok) masih menerima dengan lapang dada. Perokok dapat membantu sesama. Dana cukai untuk membayar defisit BPJS baru beberapa tahun terakhir ini, itupun hanya sebagian. Yang jadi pertanyaan lanjutan, dana hasil cukai yang jumlahnya besar di tahun-tahun kemarin peruntukannya untuk apa saja?, sebelum ada untuk pembayaran BPJS, sebelum ada bagi hasil 2% ke daerah ataupun setelah ada bagi hasil 2%. <\/p>\n\n\n\n


Pastinya tidak jelas penggunaannya, karena tidak ada aturan pasti dan kontrol bagi pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan. Yang ada hanyalah UU cukai yang mengatur penggunaan bagi daerah (provinsi, kabupaten dan kota).<\/p>\n\n\n\n


Jadi tidak salah jika banyak orang menganggap DBH-CHT bukan lagi dana bagi hasil melainkan dana bancaan hasil cukai hasil temabakau. <\/p>\n\n\n\n


Ketiga, aturan sanksi penyelewengan penggunaan DBH-CHT juga terkesan longgar dan tidak ada jeratan sanksi pidana. Aturan tersebut tertuang pada UU cukai pasal 6 huruf D ayat 1 dan 2. Berbunyi\u201d atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT dapat diberikan sanksi berupa penangguhan sampai dengan penghentian penyaluran DBH-CHT yang di buat di Indonesia\u201d. \u201cketentuan lebih lanjut mengenai sanksi atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT sebagai yang dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.<\/p>\n\n\n\n


Menandakan kuasa penuh aturan DBH-CHT ada pada Kementerian Keuangan. Pertanyaannya, siapa yang mengontrol dalam hal penggunaan alokasi DBH-CHT ditingkat Kementerian Keuangan yang jumlah dananya lebih besar yaitu 98% total dari pendapatan cukai. Lain itu dalam UU cukai tak ada satupun yang menjelaskan tentang hak di tingkat pemerintahan desa dalam penggunaan DBH-CHT. Yang paling bawah adalah pemerintah kabupaten dan kota, kewenangan pengelolaannya oleh Gubernur. <\/p>\n","post_title":"98% Dana Hasil Pungutan Cukai Ada di Pusat, Tau Buat Apa?","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"98-dana-hasil-pungutan-cukai-ada-di-pusat-tau-buat-apa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-17 09:14:29","post_modified_gmt":"2020-06-17 02:14:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6792,"post_author":"877","post_date":"2020-06-15 10:34:25","post_date_gmt":"2020-06-15 03:34:25","post_content":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n


Dana hasil pungutan cukai yang dibagikan kedaerah (provinsi\/Kabupaten\/Kota) dikenal dengan sebutan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Terbakau ( DBH-CHT). Cukai ini selalu naik, dengan alasan dan dasar pertimbangan mana suka. Ambil contoh, kenaikan cukai di tahun 2020 ini pertimbangannya ada 3 yaitu, mengurangi Konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan Negara, kata Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan.
\u201cKenaikan cukai diberlakukan berdasarkan tiga pertimbangan, yakni untuk mengurangi konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan negara\u201d
Seorang teman crew dari TV desa Dian (nama samaran) menertawakan alasan tersebut dengan berkata:
\u201cApa tidak terbalik bu?, harusnya yang lebih didahulukan dan jujur itu meningkatkan penerimaan negara bukan mengurangi konsumsi, ibu menteri ini pasti bukan orang lapangan, tidak tahu riil di lapangan, tak mungkin lah konsumsi rokok bisa dikurangi, kalau rokok mahal pindah ke rokok murahan atau pindah lintingan bu\u201d.<\/p>\n\n\n\n


Benar apa kata Dian, orang di desa itu kalau rokok mahal kalau gak melinting sendiri ya beli yang murahan bahkan eceran gak masalah. Mau harga di naikkan setinggi langit tak ada efek, mereka tetap akan merokok. Yang terkena dampaknya langsung pabrikan selanjutnya pekerja dan para petani tembakau, karena rokok dipasaran lesu. Dan pastinya berpengaruh juga terhadap rendahnya penerimaan negara. Belum lagi kalau rokok ilegal marak dipasaran, negara tambah rugi besar.<\/p>\n\n\n\n


Alasannya yang kedua tentang mengatur industrinya, terkesan dipaksakan. Apa korelasinya antara menaikkan cukai dengan mengatur industri, yang ada hanyalah korelasi tak langsung. Karena aturan industri sudah ada dan jelas, diluar dalam aturan kenaikan cukai. <\/p>\n\n\n\n


Jadi alasan pertama dan kedua untuk kenaikan cukai tak berbasis data lapangan dan data tektual (UU\/PP dan sejenisnya). Memberikan kesan mana suka. Tak berhenti disitu, aturan mana suka yang dibuat Kementerian Keuangan yang terkait dengan rokok dan cukai banyak sekali, diantaranya:<\/p>\n\n\n\n


Aturan pembagian hasil cuka yang hanya 2% untuk daerah provinsi, kabupaten dan kota. Ketentuan 2% ini tidak ada hitungan yang rijit seperti halnya bagi hasil yang bersumber dari lainnya seperti pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah, pajak penghasilan, kehutanan, pertambangan umum, perikanan dan lain sebagainya. Artinya, selain bagi hasil cukai semuanya dihitung detail sehingga keluar bagi hasilnya berapa. Sedang dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) pembagiannya ditentukan sepihak oleh Kementerian Keuangan dan daerah hanya mendapatkan 2% itupun masih dibagi lagi menjadi tiga klaster, yaitu provinsi penghasil, kabupaten\/kota penghasil dan kabupaten\/kota non penghasil. Sisanya 98% masih dipusat. <\/p>\n\n\n\n


Kedua, aturan ketentuan peruntukan DBH-CHT, untuk alokasi di Provinsi\/Kabupaten dan Kota di tentukan 5 item, yang diatur dalam UU cukai pasal 66 huruf A ayat 1, yaitu untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai ilegal.
Daerah dikenakan aturan penggunaan DBHCHT pada lima peruntukan di atas. Sedangkan aturan penggunaan DBH-CHT pusat yang jumlahnya lebih besar 98% tak ada satupun aturan penggunaannya. Sederhananya penggunaan dana cukai oleh pusat mana suka. Kalau dana tersebut dimasukkan dalam dana bagi hasil seperti lainnya, seharusnya tercantum pada UU Perimbangan Keuangan yang penggunaannya sudah diatur dan ada ketentuannya. Nyatanya dana cukai tidak demikian, tidak dimasukkan sebagai dana perimbangan keuangan negara. Akan tetapi di atur tersendiri dalam UU cukai. <\/p>\n\n\n\n


Walhasil 98% dana cukai digunakan sesuai kehendak pemerintah pusat dalam hal ini Kemeterian Keuangan dan pemerintah yang berkuasa. <\/p>\n\n\n\n


Andai penggunaan dana tersebut untuk hajat dan kepentingan orang banyak seperti membayar defisit BPJS tentunya penyumbang dana tersebut (perokok) masih menerima dengan lapang dada. Perokok dapat membantu sesama. Dana cukai untuk membayar defisit BPJS baru beberapa tahun terakhir ini, itupun hanya sebagian. Yang jadi pertanyaan lanjutan, dana hasil cukai yang jumlahnya besar di tahun-tahun kemarin peruntukannya untuk apa saja?, sebelum ada untuk pembayaran BPJS, sebelum ada bagi hasil 2% ke daerah ataupun setelah ada bagi hasil 2%. <\/p>\n\n\n\n


Pastinya tidak jelas penggunaannya, karena tidak ada aturan pasti dan kontrol bagi pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan. Yang ada hanyalah UU cukai yang mengatur penggunaan bagi daerah (provinsi, kabupaten dan kota).<\/p>\n\n\n\n


Jadi tidak salah jika banyak orang menganggap DBH-CHT bukan lagi dana bagi hasil melainkan dana bancaan hasil cukai hasil temabakau. <\/p>\n\n\n\n


Ketiga, aturan sanksi penyelewengan penggunaan DBH-CHT juga terkesan longgar dan tidak ada jeratan sanksi pidana. Aturan tersebut tertuang pada UU cukai pasal 6 huruf D ayat 1 dan 2. Berbunyi\u201d atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT dapat diberikan sanksi berupa penangguhan sampai dengan penghentian penyaluran DBH-CHT yang di buat di Indonesia\u201d. \u201cketentuan lebih lanjut mengenai sanksi atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT sebagai yang dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.<\/p>\n\n\n\n


Menandakan kuasa penuh aturan DBH-CHT ada pada Kementerian Keuangan. Pertanyaannya, siapa yang mengontrol dalam hal penggunaan alokasi DBH-CHT ditingkat Kementerian Keuangan yang jumlah dananya lebih besar yaitu 98% total dari pendapatan cukai. Lain itu dalam UU cukai tak ada satupun yang menjelaskan tentang hak di tingkat pemerintahan desa dalam penggunaan DBH-CHT. Yang paling bawah adalah pemerintah kabupaten dan kota, kewenangan pengelolaannya oleh Gubernur. <\/p>\n","post_title":"98% Dana Hasil Pungutan Cukai Ada di Pusat, Tau Buat Apa?","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"98-dana-hasil-pungutan-cukai-ada-di-pusat-tau-buat-apa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-17 09:14:29","post_modified_gmt":"2020-06-17 02:14:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6792,"post_author":"877","post_date":"2020-06-15 10:34:25","post_date_gmt":"2020-06-15 03:34:25","post_content":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Suka sekali pemerintah menaikkan cukai rokok, hal itu tiap tahun terjadi. Pengatur kenaikan cukai itu instansi pemerintah dari Kementerian Keuangan. Kesan enaikan cukai tak semata-mata Negara sedang dalam keadaan yang sangat butuh mendesak, hal ini bisa dilihat alasan dan dasar tiap kali naik . Belum lagi alokasi penggunannya yang tak jelas baik pusat maupun daerah, terkesan carut marut. Total jumlah 2% dibagikan ke daerah, sisanya 98% masih tertimbun di pusat (Kementerian Keuangan). 2% yang kedaerah dibagi lagi 30% untuk provinsi penghasil, 40 % daerah kabupaten\/kota penghasil dan 30% daerah kabupaten\/kota lainnya(non penghasil). Lalu yang 98% dibuat apa saja?. <\/p>\n\n\n\n


Dana hasil pungutan cukai yang dibagikan kedaerah (provinsi\/Kabupaten\/Kota) dikenal dengan sebutan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Terbakau ( DBH-CHT). Cukai ini selalu naik, dengan alasan dan dasar pertimbangan mana suka. Ambil contoh, kenaikan cukai di tahun 2020 ini pertimbangannya ada 3 yaitu, mengurangi Konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan Negara, kata Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan.
\u201cKenaikan cukai diberlakukan berdasarkan tiga pertimbangan, yakni untuk mengurangi konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan negara\u201d
Seorang teman crew dari TV desa Dian (nama samaran) menertawakan alasan tersebut dengan berkata:
\u201cApa tidak terbalik bu?, harusnya yang lebih didahulukan dan jujur itu meningkatkan penerimaan negara bukan mengurangi konsumsi, ibu menteri ini pasti bukan orang lapangan, tidak tahu riil di lapangan, tak mungkin lah konsumsi rokok bisa dikurangi, kalau rokok mahal pindah ke rokok murahan atau pindah lintingan bu\u201d.<\/p>\n\n\n\n


Benar apa kata Dian, orang di desa itu kalau rokok mahal kalau gak melinting sendiri ya beli yang murahan bahkan eceran gak masalah. Mau harga di naikkan setinggi langit tak ada efek, mereka tetap akan merokok. Yang terkena dampaknya langsung pabrikan selanjutnya pekerja dan para petani tembakau, karena rokok dipasaran lesu. Dan pastinya berpengaruh juga terhadap rendahnya penerimaan negara. Belum lagi kalau rokok ilegal marak dipasaran, negara tambah rugi besar.<\/p>\n\n\n\n


Alasannya yang kedua tentang mengatur industrinya, terkesan dipaksakan. Apa korelasinya antara menaikkan cukai dengan mengatur industri, yang ada hanyalah korelasi tak langsung. Karena aturan industri sudah ada dan jelas, diluar dalam aturan kenaikan cukai. <\/p>\n\n\n\n


Jadi alasan pertama dan kedua untuk kenaikan cukai tak berbasis data lapangan dan data tektual (UU\/PP dan sejenisnya). Memberikan kesan mana suka. Tak berhenti disitu, aturan mana suka yang dibuat Kementerian Keuangan yang terkait dengan rokok dan cukai banyak sekali, diantaranya:<\/p>\n\n\n\n


Aturan pembagian hasil cuka yang hanya 2% untuk daerah provinsi, kabupaten dan kota. Ketentuan 2% ini tidak ada hitungan yang rijit seperti halnya bagi hasil yang bersumber dari lainnya seperti pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah, pajak penghasilan, kehutanan, pertambangan umum, perikanan dan lain sebagainya. Artinya, selain bagi hasil cukai semuanya dihitung detail sehingga keluar bagi hasilnya berapa. Sedang dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) pembagiannya ditentukan sepihak oleh Kementerian Keuangan dan daerah hanya mendapatkan 2% itupun masih dibagi lagi menjadi tiga klaster, yaitu provinsi penghasil, kabupaten\/kota penghasil dan kabupaten\/kota non penghasil. Sisanya 98% masih dipusat. <\/p>\n\n\n\n


Kedua, aturan ketentuan peruntukan DBH-CHT, untuk alokasi di Provinsi\/Kabupaten dan Kota di tentukan 5 item, yang diatur dalam UU cukai pasal 66 huruf A ayat 1, yaitu untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai ilegal.
Daerah dikenakan aturan penggunaan DBHCHT pada lima peruntukan di atas. Sedangkan aturan penggunaan DBH-CHT pusat yang jumlahnya lebih besar 98% tak ada satupun aturan penggunaannya. Sederhananya penggunaan dana cukai oleh pusat mana suka. Kalau dana tersebut dimasukkan dalam dana bagi hasil seperti lainnya, seharusnya tercantum pada UU Perimbangan Keuangan yang penggunaannya sudah diatur dan ada ketentuannya. Nyatanya dana cukai tidak demikian, tidak dimasukkan sebagai dana perimbangan keuangan negara. Akan tetapi di atur tersendiri dalam UU cukai. <\/p>\n\n\n\n


Walhasil 98% dana cukai digunakan sesuai kehendak pemerintah pusat dalam hal ini Kemeterian Keuangan dan pemerintah yang berkuasa. <\/p>\n\n\n\n


Andai penggunaan dana tersebut untuk hajat dan kepentingan orang banyak seperti membayar defisit BPJS tentunya penyumbang dana tersebut (perokok) masih menerima dengan lapang dada. Perokok dapat membantu sesama. Dana cukai untuk membayar defisit BPJS baru beberapa tahun terakhir ini, itupun hanya sebagian. Yang jadi pertanyaan lanjutan, dana hasil cukai yang jumlahnya besar di tahun-tahun kemarin peruntukannya untuk apa saja?, sebelum ada untuk pembayaran BPJS, sebelum ada bagi hasil 2% ke daerah ataupun setelah ada bagi hasil 2%. <\/p>\n\n\n\n


Pastinya tidak jelas penggunaannya, karena tidak ada aturan pasti dan kontrol bagi pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan. Yang ada hanyalah UU cukai yang mengatur penggunaan bagi daerah (provinsi, kabupaten dan kota).<\/p>\n\n\n\n


Jadi tidak salah jika banyak orang menganggap DBH-CHT bukan lagi dana bagi hasil melainkan dana bancaan hasil cukai hasil temabakau. <\/p>\n\n\n\n


Ketiga, aturan sanksi penyelewengan penggunaan DBH-CHT juga terkesan longgar dan tidak ada jeratan sanksi pidana. Aturan tersebut tertuang pada UU cukai pasal 6 huruf D ayat 1 dan 2. Berbunyi\u201d atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT dapat diberikan sanksi berupa penangguhan sampai dengan penghentian penyaluran DBH-CHT yang di buat di Indonesia\u201d. \u201cketentuan lebih lanjut mengenai sanksi atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT sebagai yang dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.<\/p>\n\n\n\n


Menandakan kuasa penuh aturan DBH-CHT ada pada Kementerian Keuangan. Pertanyaannya, siapa yang mengontrol dalam hal penggunaan alokasi DBH-CHT ditingkat Kementerian Keuangan yang jumlah dananya lebih besar yaitu 98% total dari pendapatan cukai. Lain itu dalam UU cukai tak ada satupun yang menjelaskan tentang hak di tingkat pemerintahan desa dalam penggunaan DBH-CHT. Yang paling bawah adalah pemerintah kabupaten dan kota, kewenangan pengelolaannya oleh Gubernur. <\/p>\n","post_title":"98% Dana Hasil Pungutan Cukai Ada di Pusat, Tau Buat Apa?","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"98-dana-hasil-pungutan-cukai-ada-di-pusat-tau-buat-apa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-17 09:14:29","post_modified_gmt":"2020-06-17 02:14:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6792,"post_author":"877","post_date":"2020-06-15 10:34:25","post_date_gmt":"2020-06-15 03:34:25","post_content":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

*Penulis: Mohammad Sobary
\n(Diambil dari pengantar buku: Kretek Kajian Ekonomi dan Budaya 4 Kota)<\/p>\n","post_title":"Kaum Ksatria dan Dharma","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kaum-ksatria-dan-dharma","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-20 10:47:26","post_modified_gmt":"2020-06-20 03:47:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6807","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6798,"post_author":"877","post_date":"2020-06-17 09:14:25","post_date_gmt":"2020-06-17 02:14:25","post_content":"\n

Suka sekali pemerintah menaikkan cukai rokok, hal itu tiap tahun terjadi. Pengatur kenaikan cukai itu instansi pemerintah dari Kementerian Keuangan. Kesan enaikan cukai tak semata-mata Negara sedang dalam keadaan yang sangat butuh mendesak, hal ini bisa dilihat alasan dan dasar tiap kali naik . Belum lagi alokasi penggunannya yang tak jelas baik pusat maupun daerah, terkesan carut marut. Total jumlah 2% dibagikan ke daerah, sisanya 98% masih tertimbun di pusat (Kementerian Keuangan). 2% yang kedaerah dibagi lagi 30% untuk provinsi penghasil, 40 % daerah kabupaten\/kota penghasil dan 30% daerah kabupaten\/kota lainnya(non penghasil). Lalu yang 98% dibuat apa saja?. <\/p>\n\n\n\n


Dana hasil pungutan cukai yang dibagikan kedaerah (provinsi\/Kabupaten\/Kota) dikenal dengan sebutan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Terbakau ( DBH-CHT). Cukai ini selalu naik, dengan alasan dan dasar pertimbangan mana suka. Ambil contoh, kenaikan cukai di tahun 2020 ini pertimbangannya ada 3 yaitu, mengurangi Konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan Negara, kata Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan.
\u201cKenaikan cukai diberlakukan berdasarkan tiga pertimbangan, yakni untuk mengurangi konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan negara\u201d
Seorang teman crew dari TV desa Dian (nama samaran) menertawakan alasan tersebut dengan berkata:
\u201cApa tidak terbalik bu?, harusnya yang lebih didahulukan dan jujur itu meningkatkan penerimaan negara bukan mengurangi konsumsi, ibu menteri ini pasti bukan orang lapangan, tidak tahu riil di lapangan, tak mungkin lah konsumsi rokok bisa dikurangi, kalau rokok mahal pindah ke rokok murahan atau pindah lintingan bu\u201d.<\/p>\n\n\n\n


Benar apa kata Dian, orang di desa itu kalau rokok mahal kalau gak melinting sendiri ya beli yang murahan bahkan eceran gak masalah. Mau harga di naikkan setinggi langit tak ada efek, mereka tetap akan merokok. Yang terkena dampaknya langsung pabrikan selanjutnya pekerja dan para petani tembakau, karena rokok dipasaran lesu. Dan pastinya berpengaruh juga terhadap rendahnya penerimaan negara. Belum lagi kalau rokok ilegal marak dipasaran, negara tambah rugi besar.<\/p>\n\n\n\n


Alasannya yang kedua tentang mengatur industrinya, terkesan dipaksakan. Apa korelasinya antara menaikkan cukai dengan mengatur industri, yang ada hanyalah korelasi tak langsung. Karena aturan industri sudah ada dan jelas, diluar dalam aturan kenaikan cukai. <\/p>\n\n\n\n


Jadi alasan pertama dan kedua untuk kenaikan cukai tak berbasis data lapangan dan data tektual (UU\/PP dan sejenisnya). Memberikan kesan mana suka. Tak berhenti disitu, aturan mana suka yang dibuat Kementerian Keuangan yang terkait dengan rokok dan cukai banyak sekali, diantaranya:<\/p>\n\n\n\n


Aturan pembagian hasil cuka yang hanya 2% untuk daerah provinsi, kabupaten dan kota. Ketentuan 2% ini tidak ada hitungan yang rijit seperti halnya bagi hasil yang bersumber dari lainnya seperti pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah, pajak penghasilan, kehutanan, pertambangan umum, perikanan dan lain sebagainya. Artinya, selain bagi hasil cukai semuanya dihitung detail sehingga keluar bagi hasilnya berapa. Sedang dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) pembagiannya ditentukan sepihak oleh Kementerian Keuangan dan daerah hanya mendapatkan 2% itupun masih dibagi lagi menjadi tiga klaster, yaitu provinsi penghasil, kabupaten\/kota penghasil dan kabupaten\/kota non penghasil. Sisanya 98% masih dipusat. <\/p>\n\n\n\n


Kedua, aturan ketentuan peruntukan DBH-CHT, untuk alokasi di Provinsi\/Kabupaten dan Kota di tentukan 5 item, yang diatur dalam UU cukai pasal 66 huruf A ayat 1, yaitu untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai ilegal.
Daerah dikenakan aturan penggunaan DBHCHT pada lima peruntukan di atas. Sedangkan aturan penggunaan DBH-CHT pusat yang jumlahnya lebih besar 98% tak ada satupun aturan penggunaannya. Sederhananya penggunaan dana cukai oleh pusat mana suka. Kalau dana tersebut dimasukkan dalam dana bagi hasil seperti lainnya, seharusnya tercantum pada UU Perimbangan Keuangan yang penggunaannya sudah diatur dan ada ketentuannya. Nyatanya dana cukai tidak demikian, tidak dimasukkan sebagai dana perimbangan keuangan negara. Akan tetapi di atur tersendiri dalam UU cukai. <\/p>\n\n\n\n


Walhasil 98% dana cukai digunakan sesuai kehendak pemerintah pusat dalam hal ini Kemeterian Keuangan dan pemerintah yang berkuasa. <\/p>\n\n\n\n


Andai penggunaan dana tersebut untuk hajat dan kepentingan orang banyak seperti membayar defisit BPJS tentunya penyumbang dana tersebut (perokok) masih menerima dengan lapang dada. Perokok dapat membantu sesama. Dana cukai untuk membayar defisit BPJS baru beberapa tahun terakhir ini, itupun hanya sebagian. Yang jadi pertanyaan lanjutan, dana hasil cukai yang jumlahnya besar di tahun-tahun kemarin peruntukannya untuk apa saja?, sebelum ada untuk pembayaran BPJS, sebelum ada bagi hasil 2% ke daerah ataupun setelah ada bagi hasil 2%. <\/p>\n\n\n\n


Pastinya tidak jelas penggunaannya, karena tidak ada aturan pasti dan kontrol bagi pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan. Yang ada hanyalah UU cukai yang mengatur penggunaan bagi daerah (provinsi, kabupaten dan kota).<\/p>\n\n\n\n


Jadi tidak salah jika banyak orang menganggap DBH-CHT bukan lagi dana bagi hasil melainkan dana bancaan hasil cukai hasil temabakau. <\/p>\n\n\n\n


Ketiga, aturan sanksi penyelewengan penggunaan DBH-CHT juga terkesan longgar dan tidak ada jeratan sanksi pidana. Aturan tersebut tertuang pada UU cukai pasal 6 huruf D ayat 1 dan 2. Berbunyi\u201d atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT dapat diberikan sanksi berupa penangguhan sampai dengan penghentian penyaluran DBH-CHT yang di buat di Indonesia\u201d. \u201cketentuan lebih lanjut mengenai sanksi atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT sebagai yang dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.<\/p>\n\n\n\n


Menandakan kuasa penuh aturan DBH-CHT ada pada Kementerian Keuangan. Pertanyaannya, siapa yang mengontrol dalam hal penggunaan alokasi DBH-CHT ditingkat Kementerian Keuangan yang jumlah dananya lebih besar yaitu 98% total dari pendapatan cukai. Lain itu dalam UU cukai tak ada satupun yang menjelaskan tentang hak di tingkat pemerintahan desa dalam penggunaan DBH-CHT. Yang paling bawah adalah pemerintah kabupaten dan kota, kewenangan pengelolaannya oleh Gubernur. <\/p>\n","post_title":"98% Dana Hasil Pungutan Cukai Ada di Pusat, Tau Buat Apa?","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"98-dana-hasil-pungutan-cukai-ada-di-pusat-tau-buat-apa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-17 09:14:29","post_modified_gmt":"2020-06-17 02:14:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6792,"post_author":"877","post_date":"2020-06-15 10:34:25","post_date_gmt":"2020-06-15 03:34:25","post_content":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Alam senyap. Pada detik-detik yang merupakan \u2018short moment\u2019 untuk menentukan sikap sesuai kata hati nurani, kita bukan sama sekali tak merasa takut. Ketakutan itu tetap bersama kita. Tapi langkah harus diambil. Dan jangan lupa kata Karna: dharma memang pelik.<\/p>\n\n\n\n

*Penulis: Mohammad Sobary
\n(Diambil dari pengantar buku: Kretek Kajian Ekonomi dan Budaya 4 Kota)<\/p>\n","post_title":"Kaum Ksatria dan Dharma","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kaum-ksatria-dan-dharma","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-20 10:47:26","post_modified_gmt":"2020-06-20 03:47:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6807","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6798,"post_author":"877","post_date":"2020-06-17 09:14:25","post_date_gmt":"2020-06-17 02:14:25","post_content":"\n

Suka sekali pemerintah menaikkan cukai rokok, hal itu tiap tahun terjadi. Pengatur kenaikan cukai itu instansi pemerintah dari Kementerian Keuangan. Kesan enaikan cukai tak semata-mata Negara sedang dalam keadaan yang sangat butuh mendesak, hal ini bisa dilihat alasan dan dasar tiap kali naik . Belum lagi alokasi penggunannya yang tak jelas baik pusat maupun daerah, terkesan carut marut. Total jumlah 2% dibagikan ke daerah, sisanya 98% masih tertimbun di pusat (Kementerian Keuangan). 2% yang kedaerah dibagi lagi 30% untuk provinsi penghasil, 40 % daerah kabupaten\/kota penghasil dan 30% daerah kabupaten\/kota lainnya(non penghasil). Lalu yang 98% dibuat apa saja?. <\/p>\n\n\n\n


Dana hasil pungutan cukai yang dibagikan kedaerah (provinsi\/Kabupaten\/Kota) dikenal dengan sebutan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Terbakau ( DBH-CHT). Cukai ini selalu naik, dengan alasan dan dasar pertimbangan mana suka. Ambil contoh, kenaikan cukai di tahun 2020 ini pertimbangannya ada 3 yaitu, mengurangi Konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan Negara, kata Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan.
\u201cKenaikan cukai diberlakukan berdasarkan tiga pertimbangan, yakni untuk mengurangi konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan negara\u201d
Seorang teman crew dari TV desa Dian (nama samaran) menertawakan alasan tersebut dengan berkata:
\u201cApa tidak terbalik bu?, harusnya yang lebih didahulukan dan jujur itu meningkatkan penerimaan negara bukan mengurangi konsumsi, ibu menteri ini pasti bukan orang lapangan, tidak tahu riil di lapangan, tak mungkin lah konsumsi rokok bisa dikurangi, kalau rokok mahal pindah ke rokok murahan atau pindah lintingan bu\u201d.<\/p>\n\n\n\n


Benar apa kata Dian, orang di desa itu kalau rokok mahal kalau gak melinting sendiri ya beli yang murahan bahkan eceran gak masalah. Mau harga di naikkan setinggi langit tak ada efek, mereka tetap akan merokok. Yang terkena dampaknya langsung pabrikan selanjutnya pekerja dan para petani tembakau, karena rokok dipasaran lesu. Dan pastinya berpengaruh juga terhadap rendahnya penerimaan negara. Belum lagi kalau rokok ilegal marak dipasaran, negara tambah rugi besar.<\/p>\n\n\n\n


Alasannya yang kedua tentang mengatur industrinya, terkesan dipaksakan. Apa korelasinya antara menaikkan cukai dengan mengatur industri, yang ada hanyalah korelasi tak langsung. Karena aturan industri sudah ada dan jelas, diluar dalam aturan kenaikan cukai. <\/p>\n\n\n\n


Jadi alasan pertama dan kedua untuk kenaikan cukai tak berbasis data lapangan dan data tektual (UU\/PP dan sejenisnya). Memberikan kesan mana suka. Tak berhenti disitu, aturan mana suka yang dibuat Kementerian Keuangan yang terkait dengan rokok dan cukai banyak sekali, diantaranya:<\/p>\n\n\n\n


Aturan pembagian hasil cuka yang hanya 2% untuk daerah provinsi, kabupaten dan kota. Ketentuan 2% ini tidak ada hitungan yang rijit seperti halnya bagi hasil yang bersumber dari lainnya seperti pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah, pajak penghasilan, kehutanan, pertambangan umum, perikanan dan lain sebagainya. Artinya, selain bagi hasil cukai semuanya dihitung detail sehingga keluar bagi hasilnya berapa. Sedang dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) pembagiannya ditentukan sepihak oleh Kementerian Keuangan dan daerah hanya mendapatkan 2% itupun masih dibagi lagi menjadi tiga klaster, yaitu provinsi penghasil, kabupaten\/kota penghasil dan kabupaten\/kota non penghasil. Sisanya 98% masih dipusat. <\/p>\n\n\n\n


Kedua, aturan ketentuan peruntukan DBH-CHT, untuk alokasi di Provinsi\/Kabupaten dan Kota di tentukan 5 item, yang diatur dalam UU cukai pasal 66 huruf A ayat 1, yaitu untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai ilegal.
Daerah dikenakan aturan penggunaan DBHCHT pada lima peruntukan di atas. Sedangkan aturan penggunaan DBH-CHT pusat yang jumlahnya lebih besar 98% tak ada satupun aturan penggunaannya. Sederhananya penggunaan dana cukai oleh pusat mana suka. Kalau dana tersebut dimasukkan dalam dana bagi hasil seperti lainnya, seharusnya tercantum pada UU Perimbangan Keuangan yang penggunaannya sudah diatur dan ada ketentuannya. Nyatanya dana cukai tidak demikian, tidak dimasukkan sebagai dana perimbangan keuangan negara. Akan tetapi di atur tersendiri dalam UU cukai. <\/p>\n\n\n\n


Walhasil 98% dana cukai digunakan sesuai kehendak pemerintah pusat dalam hal ini Kemeterian Keuangan dan pemerintah yang berkuasa. <\/p>\n\n\n\n


Andai penggunaan dana tersebut untuk hajat dan kepentingan orang banyak seperti membayar defisit BPJS tentunya penyumbang dana tersebut (perokok) masih menerima dengan lapang dada. Perokok dapat membantu sesama. Dana cukai untuk membayar defisit BPJS baru beberapa tahun terakhir ini, itupun hanya sebagian. Yang jadi pertanyaan lanjutan, dana hasil cukai yang jumlahnya besar di tahun-tahun kemarin peruntukannya untuk apa saja?, sebelum ada untuk pembayaran BPJS, sebelum ada bagi hasil 2% ke daerah ataupun setelah ada bagi hasil 2%. <\/p>\n\n\n\n


Pastinya tidak jelas penggunaannya, karena tidak ada aturan pasti dan kontrol bagi pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan. Yang ada hanyalah UU cukai yang mengatur penggunaan bagi daerah (provinsi, kabupaten dan kota).<\/p>\n\n\n\n


Jadi tidak salah jika banyak orang menganggap DBH-CHT bukan lagi dana bagi hasil melainkan dana bancaan hasil cukai hasil temabakau. <\/p>\n\n\n\n


Ketiga, aturan sanksi penyelewengan penggunaan DBH-CHT juga terkesan longgar dan tidak ada jeratan sanksi pidana. Aturan tersebut tertuang pada UU cukai pasal 6 huruf D ayat 1 dan 2. Berbunyi\u201d atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT dapat diberikan sanksi berupa penangguhan sampai dengan penghentian penyaluran DBH-CHT yang di buat di Indonesia\u201d. \u201cketentuan lebih lanjut mengenai sanksi atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT sebagai yang dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.<\/p>\n\n\n\n


Menandakan kuasa penuh aturan DBH-CHT ada pada Kementerian Keuangan. Pertanyaannya, siapa yang mengontrol dalam hal penggunaan alokasi DBH-CHT ditingkat Kementerian Keuangan yang jumlah dananya lebih besar yaitu 98% total dari pendapatan cukai. Lain itu dalam UU cukai tak ada satupun yang menjelaskan tentang hak di tingkat pemerintahan desa dalam penggunaan DBH-CHT. Yang paling bawah adalah pemerintah kabupaten dan kota, kewenangan pengelolaannya oleh Gubernur. <\/p>\n","post_title":"98% Dana Hasil Pungutan Cukai Ada di Pusat, Tau Buat Apa?","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"98-dana-hasil-pungutan-cukai-ada-di-pusat-tau-buat-apa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-17 09:14:29","post_modified_gmt":"2020-06-17 02:14:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6792,"post_author":"877","post_date":"2020-06-15 10:34:25","post_date_gmt":"2020-06-15 03:34:25","post_content":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

\u201cMelawan. Mungkin tak perlu menghitung segenap risiko. Ini pilihan terbaik kita\u201d<\/p>\n\n\n\n

Alam senyap. Pada detik-detik yang merupakan \u2018short moment\u2019 untuk menentukan sikap sesuai kata hati nurani, kita bukan sama sekali tak merasa takut. Ketakutan itu tetap bersama kita. Tapi langkah harus diambil. Dan jangan lupa kata Karna: dharma memang pelik.<\/p>\n\n\n\n

*Penulis: Mohammad Sobary
\n(Diambil dari pengantar buku: Kretek Kajian Ekonomi dan Budaya 4 Kota)<\/p>\n","post_title":"Kaum Ksatria dan Dharma","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kaum-ksatria-dan-dharma","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-20 10:47:26","post_modified_gmt":"2020-06-20 03:47:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6807","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6798,"post_author":"877","post_date":"2020-06-17 09:14:25","post_date_gmt":"2020-06-17 02:14:25","post_content":"\n

Suka sekali pemerintah menaikkan cukai rokok, hal itu tiap tahun terjadi. Pengatur kenaikan cukai itu instansi pemerintah dari Kementerian Keuangan. Kesan enaikan cukai tak semata-mata Negara sedang dalam keadaan yang sangat butuh mendesak, hal ini bisa dilihat alasan dan dasar tiap kali naik . Belum lagi alokasi penggunannya yang tak jelas baik pusat maupun daerah, terkesan carut marut. Total jumlah 2% dibagikan ke daerah, sisanya 98% masih tertimbun di pusat (Kementerian Keuangan). 2% yang kedaerah dibagi lagi 30% untuk provinsi penghasil, 40 % daerah kabupaten\/kota penghasil dan 30% daerah kabupaten\/kota lainnya(non penghasil). Lalu yang 98% dibuat apa saja?. <\/p>\n\n\n\n


Dana hasil pungutan cukai yang dibagikan kedaerah (provinsi\/Kabupaten\/Kota) dikenal dengan sebutan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Terbakau ( DBH-CHT). Cukai ini selalu naik, dengan alasan dan dasar pertimbangan mana suka. Ambil contoh, kenaikan cukai di tahun 2020 ini pertimbangannya ada 3 yaitu, mengurangi Konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan Negara, kata Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan.
\u201cKenaikan cukai diberlakukan berdasarkan tiga pertimbangan, yakni untuk mengurangi konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan negara\u201d
Seorang teman crew dari TV desa Dian (nama samaran) menertawakan alasan tersebut dengan berkata:
\u201cApa tidak terbalik bu?, harusnya yang lebih didahulukan dan jujur itu meningkatkan penerimaan negara bukan mengurangi konsumsi, ibu menteri ini pasti bukan orang lapangan, tidak tahu riil di lapangan, tak mungkin lah konsumsi rokok bisa dikurangi, kalau rokok mahal pindah ke rokok murahan atau pindah lintingan bu\u201d.<\/p>\n\n\n\n


Benar apa kata Dian, orang di desa itu kalau rokok mahal kalau gak melinting sendiri ya beli yang murahan bahkan eceran gak masalah. Mau harga di naikkan setinggi langit tak ada efek, mereka tetap akan merokok. Yang terkena dampaknya langsung pabrikan selanjutnya pekerja dan para petani tembakau, karena rokok dipasaran lesu. Dan pastinya berpengaruh juga terhadap rendahnya penerimaan negara. Belum lagi kalau rokok ilegal marak dipasaran, negara tambah rugi besar.<\/p>\n\n\n\n


Alasannya yang kedua tentang mengatur industrinya, terkesan dipaksakan. Apa korelasinya antara menaikkan cukai dengan mengatur industri, yang ada hanyalah korelasi tak langsung. Karena aturan industri sudah ada dan jelas, diluar dalam aturan kenaikan cukai. <\/p>\n\n\n\n


Jadi alasan pertama dan kedua untuk kenaikan cukai tak berbasis data lapangan dan data tektual (UU\/PP dan sejenisnya). Memberikan kesan mana suka. Tak berhenti disitu, aturan mana suka yang dibuat Kementerian Keuangan yang terkait dengan rokok dan cukai banyak sekali, diantaranya:<\/p>\n\n\n\n


Aturan pembagian hasil cuka yang hanya 2% untuk daerah provinsi, kabupaten dan kota. Ketentuan 2% ini tidak ada hitungan yang rijit seperti halnya bagi hasil yang bersumber dari lainnya seperti pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah, pajak penghasilan, kehutanan, pertambangan umum, perikanan dan lain sebagainya. Artinya, selain bagi hasil cukai semuanya dihitung detail sehingga keluar bagi hasilnya berapa. Sedang dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) pembagiannya ditentukan sepihak oleh Kementerian Keuangan dan daerah hanya mendapatkan 2% itupun masih dibagi lagi menjadi tiga klaster, yaitu provinsi penghasil, kabupaten\/kota penghasil dan kabupaten\/kota non penghasil. Sisanya 98% masih dipusat. <\/p>\n\n\n\n


Kedua, aturan ketentuan peruntukan DBH-CHT, untuk alokasi di Provinsi\/Kabupaten dan Kota di tentukan 5 item, yang diatur dalam UU cukai pasal 66 huruf A ayat 1, yaitu untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai ilegal.
Daerah dikenakan aturan penggunaan DBHCHT pada lima peruntukan di atas. Sedangkan aturan penggunaan DBH-CHT pusat yang jumlahnya lebih besar 98% tak ada satupun aturan penggunaannya. Sederhananya penggunaan dana cukai oleh pusat mana suka. Kalau dana tersebut dimasukkan dalam dana bagi hasil seperti lainnya, seharusnya tercantum pada UU Perimbangan Keuangan yang penggunaannya sudah diatur dan ada ketentuannya. Nyatanya dana cukai tidak demikian, tidak dimasukkan sebagai dana perimbangan keuangan negara. Akan tetapi di atur tersendiri dalam UU cukai. <\/p>\n\n\n\n


Walhasil 98% dana cukai digunakan sesuai kehendak pemerintah pusat dalam hal ini Kemeterian Keuangan dan pemerintah yang berkuasa. <\/p>\n\n\n\n


Andai penggunaan dana tersebut untuk hajat dan kepentingan orang banyak seperti membayar defisit BPJS tentunya penyumbang dana tersebut (perokok) masih menerima dengan lapang dada. Perokok dapat membantu sesama. Dana cukai untuk membayar defisit BPJS baru beberapa tahun terakhir ini, itupun hanya sebagian. Yang jadi pertanyaan lanjutan, dana hasil cukai yang jumlahnya besar di tahun-tahun kemarin peruntukannya untuk apa saja?, sebelum ada untuk pembayaran BPJS, sebelum ada bagi hasil 2% ke daerah ataupun setelah ada bagi hasil 2%. <\/p>\n\n\n\n


Pastinya tidak jelas penggunaannya, karena tidak ada aturan pasti dan kontrol bagi pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan. Yang ada hanyalah UU cukai yang mengatur penggunaan bagi daerah (provinsi, kabupaten dan kota).<\/p>\n\n\n\n


Jadi tidak salah jika banyak orang menganggap DBH-CHT bukan lagi dana bagi hasil melainkan dana bancaan hasil cukai hasil temabakau. <\/p>\n\n\n\n


Ketiga, aturan sanksi penyelewengan penggunaan DBH-CHT juga terkesan longgar dan tidak ada jeratan sanksi pidana. Aturan tersebut tertuang pada UU cukai pasal 6 huruf D ayat 1 dan 2. Berbunyi\u201d atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT dapat diberikan sanksi berupa penangguhan sampai dengan penghentian penyaluran DBH-CHT yang di buat di Indonesia\u201d. \u201cketentuan lebih lanjut mengenai sanksi atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT sebagai yang dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.<\/p>\n\n\n\n


Menandakan kuasa penuh aturan DBH-CHT ada pada Kementerian Keuangan. Pertanyaannya, siapa yang mengontrol dalam hal penggunaan alokasi DBH-CHT ditingkat Kementerian Keuangan yang jumlah dananya lebih besar yaitu 98% total dari pendapatan cukai. Lain itu dalam UU cukai tak ada satupun yang menjelaskan tentang hak di tingkat pemerintahan desa dalam penggunaan DBH-CHT. Yang paling bawah adalah pemerintah kabupaten dan kota, kewenangan pengelolaannya oleh Gubernur. <\/p>\n","post_title":"98% Dana Hasil Pungutan Cukai Ada di Pusat, Tau Buat Apa?","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"98-dana-hasil-pungutan-cukai-ada-di-pusat-tau-buat-apa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-17 09:14:29","post_modified_gmt":"2020-06-17 02:14:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6792,"post_author":"877","post_date":"2020-06-15 10:34:25","post_date_gmt":"2020-06-15 03:34:25","post_content":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

\u201cJadi, apa yang harus dilakukan?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cMelawan. Mungkin tak perlu menghitung segenap risiko. Ini pilihan terbaik kita\u201d<\/p>\n\n\n\n

Alam senyap. Pada detik-detik yang merupakan \u2018short moment\u2019 untuk menentukan sikap sesuai kata hati nurani, kita bukan sama sekali tak merasa takut. Ketakutan itu tetap bersama kita. Tapi langkah harus diambil. Dan jangan lupa kata Karna: dharma memang pelik.<\/p>\n\n\n\n

*Penulis: Mohammad Sobary
\n(Diambil dari pengantar buku: Kretek Kajian Ekonomi dan Budaya 4 Kota)<\/p>\n","post_title":"Kaum Ksatria dan Dharma","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kaum-ksatria-dan-dharma","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-20 10:47:26","post_modified_gmt":"2020-06-20 03:47:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6807","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6798,"post_author":"877","post_date":"2020-06-17 09:14:25","post_date_gmt":"2020-06-17 02:14:25","post_content":"\n

Suka sekali pemerintah menaikkan cukai rokok, hal itu tiap tahun terjadi. Pengatur kenaikan cukai itu instansi pemerintah dari Kementerian Keuangan. Kesan enaikan cukai tak semata-mata Negara sedang dalam keadaan yang sangat butuh mendesak, hal ini bisa dilihat alasan dan dasar tiap kali naik . Belum lagi alokasi penggunannya yang tak jelas baik pusat maupun daerah, terkesan carut marut. Total jumlah 2% dibagikan ke daerah, sisanya 98% masih tertimbun di pusat (Kementerian Keuangan). 2% yang kedaerah dibagi lagi 30% untuk provinsi penghasil, 40 % daerah kabupaten\/kota penghasil dan 30% daerah kabupaten\/kota lainnya(non penghasil). Lalu yang 98% dibuat apa saja?. <\/p>\n\n\n\n


Dana hasil pungutan cukai yang dibagikan kedaerah (provinsi\/Kabupaten\/Kota) dikenal dengan sebutan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Terbakau ( DBH-CHT). Cukai ini selalu naik, dengan alasan dan dasar pertimbangan mana suka. Ambil contoh, kenaikan cukai di tahun 2020 ini pertimbangannya ada 3 yaitu, mengurangi Konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan Negara, kata Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan.
\u201cKenaikan cukai diberlakukan berdasarkan tiga pertimbangan, yakni untuk mengurangi konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan negara\u201d
Seorang teman crew dari TV desa Dian (nama samaran) menertawakan alasan tersebut dengan berkata:
\u201cApa tidak terbalik bu?, harusnya yang lebih didahulukan dan jujur itu meningkatkan penerimaan negara bukan mengurangi konsumsi, ibu menteri ini pasti bukan orang lapangan, tidak tahu riil di lapangan, tak mungkin lah konsumsi rokok bisa dikurangi, kalau rokok mahal pindah ke rokok murahan atau pindah lintingan bu\u201d.<\/p>\n\n\n\n


Benar apa kata Dian, orang di desa itu kalau rokok mahal kalau gak melinting sendiri ya beli yang murahan bahkan eceran gak masalah. Mau harga di naikkan setinggi langit tak ada efek, mereka tetap akan merokok. Yang terkena dampaknya langsung pabrikan selanjutnya pekerja dan para petani tembakau, karena rokok dipasaran lesu. Dan pastinya berpengaruh juga terhadap rendahnya penerimaan negara. Belum lagi kalau rokok ilegal marak dipasaran, negara tambah rugi besar.<\/p>\n\n\n\n


Alasannya yang kedua tentang mengatur industrinya, terkesan dipaksakan. Apa korelasinya antara menaikkan cukai dengan mengatur industri, yang ada hanyalah korelasi tak langsung. Karena aturan industri sudah ada dan jelas, diluar dalam aturan kenaikan cukai. <\/p>\n\n\n\n


Jadi alasan pertama dan kedua untuk kenaikan cukai tak berbasis data lapangan dan data tektual (UU\/PP dan sejenisnya). Memberikan kesan mana suka. Tak berhenti disitu, aturan mana suka yang dibuat Kementerian Keuangan yang terkait dengan rokok dan cukai banyak sekali, diantaranya:<\/p>\n\n\n\n


Aturan pembagian hasil cuka yang hanya 2% untuk daerah provinsi, kabupaten dan kota. Ketentuan 2% ini tidak ada hitungan yang rijit seperti halnya bagi hasil yang bersumber dari lainnya seperti pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah, pajak penghasilan, kehutanan, pertambangan umum, perikanan dan lain sebagainya. Artinya, selain bagi hasil cukai semuanya dihitung detail sehingga keluar bagi hasilnya berapa. Sedang dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) pembagiannya ditentukan sepihak oleh Kementerian Keuangan dan daerah hanya mendapatkan 2% itupun masih dibagi lagi menjadi tiga klaster, yaitu provinsi penghasil, kabupaten\/kota penghasil dan kabupaten\/kota non penghasil. Sisanya 98% masih dipusat. <\/p>\n\n\n\n


Kedua, aturan ketentuan peruntukan DBH-CHT, untuk alokasi di Provinsi\/Kabupaten dan Kota di tentukan 5 item, yang diatur dalam UU cukai pasal 66 huruf A ayat 1, yaitu untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai ilegal.
Daerah dikenakan aturan penggunaan DBHCHT pada lima peruntukan di atas. Sedangkan aturan penggunaan DBH-CHT pusat yang jumlahnya lebih besar 98% tak ada satupun aturan penggunaannya. Sederhananya penggunaan dana cukai oleh pusat mana suka. Kalau dana tersebut dimasukkan dalam dana bagi hasil seperti lainnya, seharusnya tercantum pada UU Perimbangan Keuangan yang penggunaannya sudah diatur dan ada ketentuannya. Nyatanya dana cukai tidak demikian, tidak dimasukkan sebagai dana perimbangan keuangan negara. Akan tetapi di atur tersendiri dalam UU cukai. <\/p>\n\n\n\n


Walhasil 98% dana cukai digunakan sesuai kehendak pemerintah pusat dalam hal ini Kemeterian Keuangan dan pemerintah yang berkuasa. <\/p>\n\n\n\n


Andai penggunaan dana tersebut untuk hajat dan kepentingan orang banyak seperti membayar defisit BPJS tentunya penyumbang dana tersebut (perokok) masih menerima dengan lapang dada. Perokok dapat membantu sesama. Dana cukai untuk membayar defisit BPJS baru beberapa tahun terakhir ini, itupun hanya sebagian. Yang jadi pertanyaan lanjutan, dana hasil cukai yang jumlahnya besar di tahun-tahun kemarin peruntukannya untuk apa saja?, sebelum ada untuk pembayaran BPJS, sebelum ada bagi hasil 2% ke daerah ataupun setelah ada bagi hasil 2%. <\/p>\n\n\n\n


Pastinya tidak jelas penggunaannya, karena tidak ada aturan pasti dan kontrol bagi pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan. Yang ada hanyalah UU cukai yang mengatur penggunaan bagi daerah (provinsi, kabupaten dan kota).<\/p>\n\n\n\n


Jadi tidak salah jika banyak orang menganggap DBH-CHT bukan lagi dana bagi hasil melainkan dana bancaan hasil cukai hasil temabakau. <\/p>\n\n\n\n


Ketiga, aturan sanksi penyelewengan penggunaan DBH-CHT juga terkesan longgar dan tidak ada jeratan sanksi pidana. Aturan tersebut tertuang pada UU cukai pasal 6 huruf D ayat 1 dan 2. Berbunyi\u201d atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT dapat diberikan sanksi berupa penangguhan sampai dengan penghentian penyaluran DBH-CHT yang di buat di Indonesia\u201d. \u201cketentuan lebih lanjut mengenai sanksi atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT sebagai yang dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.<\/p>\n\n\n\n


Menandakan kuasa penuh aturan DBH-CHT ada pada Kementerian Keuangan. Pertanyaannya, siapa yang mengontrol dalam hal penggunaan alokasi DBH-CHT ditingkat Kementerian Keuangan yang jumlah dananya lebih besar yaitu 98% total dari pendapatan cukai. Lain itu dalam UU cukai tak ada satupun yang menjelaskan tentang hak di tingkat pemerintahan desa dalam penggunaan DBH-CHT. Yang paling bawah adalah pemerintah kabupaten dan kota, kewenangan pengelolaannya oleh Gubernur. <\/p>\n","post_title":"98% Dana Hasil Pungutan Cukai Ada di Pusat, Tau Buat Apa?","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"98-dana-hasil-pungutan-cukai-ada-di-pusat-tau-buat-apa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-17 09:14:29","post_modified_gmt":"2020-06-17 02:14:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6792,"post_author":"877","post_date":"2020-06-15 10:34:25","post_date_gmt":"2020-06-15 03:34:25","post_content":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

\u201cTidak!\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cJadi, apa yang harus dilakukan?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cMelawan. Mungkin tak perlu menghitung segenap risiko. Ini pilihan terbaik kita\u201d<\/p>\n\n\n\n

Alam senyap. Pada detik-detik yang merupakan \u2018short moment\u2019 untuk menentukan sikap sesuai kata hati nurani, kita bukan sama sekali tak merasa takut. Ketakutan itu tetap bersama kita. Tapi langkah harus diambil. Dan jangan lupa kata Karna: dharma memang pelik.<\/p>\n\n\n\n

*Penulis: Mohammad Sobary
\n(Diambil dari pengantar buku: Kretek Kajian Ekonomi dan Budaya 4 Kota)<\/p>\n","post_title":"Kaum Ksatria dan Dharma","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kaum-ksatria-dan-dharma","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-20 10:47:26","post_modified_gmt":"2020-06-20 03:47:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6807","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6798,"post_author":"877","post_date":"2020-06-17 09:14:25","post_date_gmt":"2020-06-17 02:14:25","post_content":"\n

Suka sekali pemerintah menaikkan cukai rokok, hal itu tiap tahun terjadi. Pengatur kenaikan cukai itu instansi pemerintah dari Kementerian Keuangan. Kesan enaikan cukai tak semata-mata Negara sedang dalam keadaan yang sangat butuh mendesak, hal ini bisa dilihat alasan dan dasar tiap kali naik . Belum lagi alokasi penggunannya yang tak jelas baik pusat maupun daerah, terkesan carut marut. Total jumlah 2% dibagikan ke daerah, sisanya 98% masih tertimbun di pusat (Kementerian Keuangan). 2% yang kedaerah dibagi lagi 30% untuk provinsi penghasil, 40 % daerah kabupaten\/kota penghasil dan 30% daerah kabupaten\/kota lainnya(non penghasil). Lalu yang 98% dibuat apa saja?. <\/p>\n\n\n\n


Dana hasil pungutan cukai yang dibagikan kedaerah (provinsi\/Kabupaten\/Kota) dikenal dengan sebutan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Terbakau ( DBH-CHT). Cukai ini selalu naik, dengan alasan dan dasar pertimbangan mana suka. Ambil contoh, kenaikan cukai di tahun 2020 ini pertimbangannya ada 3 yaitu, mengurangi Konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan Negara, kata Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan.
\u201cKenaikan cukai diberlakukan berdasarkan tiga pertimbangan, yakni untuk mengurangi konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan negara\u201d
Seorang teman crew dari TV desa Dian (nama samaran) menertawakan alasan tersebut dengan berkata:
\u201cApa tidak terbalik bu?, harusnya yang lebih didahulukan dan jujur itu meningkatkan penerimaan negara bukan mengurangi konsumsi, ibu menteri ini pasti bukan orang lapangan, tidak tahu riil di lapangan, tak mungkin lah konsumsi rokok bisa dikurangi, kalau rokok mahal pindah ke rokok murahan atau pindah lintingan bu\u201d.<\/p>\n\n\n\n


Benar apa kata Dian, orang di desa itu kalau rokok mahal kalau gak melinting sendiri ya beli yang murahan bahkan eceran gak masalah. Mau harga di naikkan setinggi langit tak ada efek, mereka tetap akan merokok. Yang terkena dampaknya langsung pabrikan selanjutnya pekerja dan para petani tembakau, karena rokok dipasaran lesu. Dan pastinya berpengaruh juga terhadap rendahnya penerimaan negara. Belum lagi kalau rokok ilegal marak dipasaran, negara tambah rugi besar.<\/p>\n\n\n\n


Alasannya yang kedua tentang mengatur industrinya, terkesan dipaksakan. Apa korelasinya antara menaikkan cukai dengan mengatur industri, yang ada hanyalah korelasi tak langsung. Karena aturan industri sudah ada dan jelas, diluar dalam aturan kenaikan cukai. <\/p>\n\n\n\n


Jadi alasan pertama dan kedua untuk kenaikan cukai tak berbasis data lapangan dan data tektual (UU\/PP dan sejenisnya). Memberikan kesan mana suka. Tak berhenti disitu, aturan mana suka yang dibuat Kementerian Keuangan yang terkait dengan rokok dan cukai banyak sekali, diantaranya:<\/p>\n\n\n\n


Aturan pembagian hasil cuka yang hanya 2% untuk daerah provinsi, kabupaten dan kota. Ketentuan 2% ini tidak ada hitungan yang rijit seperti halnya bagi hasil yang bersumber dari lainnya seperti pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah, pajak penghasilan, kehutanan, pertambangan umum, perikanan dan lain sebagainya. Artinya, selain bagi hasil cukai semuanya dihitung detail sehingga keluar bagi hasilnya berapa. Sedang dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) pembagiannya ditentukan sepihak oleh Kementerian Keuangan dan daerah hanya mendapatkan 2% itupun masih dibagi lagi menjadi tiga klaster, yaitu provinsi penghasil, kabupaten\/kota penghasil dan kabupaten\/kota non penghasil. Sisanya 98% masih dipusat. <\/p>\n\n\n\n


Kedua, aturan ketentuan peruntukan DBH-CHT, untuk alokasi di Provinsi\/Kabupaten dan Kota di tentukan 5 item, yang diatur dalam UU cukai pasal 66 huruf A ayat 1, yaitu untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai ilegal.
Daerah dikenakan aturan penggunaan DBHCHT pada lima peruntukan di atas. Sedangkan aturan penggunaan DBH-CHT pusat yang jumlahnya lebih besar 98% tak ada satupun aturan penggunaannya. Sederhananya penggunaan dana cukai oleh pusat mana suka. Kalau dana tersebut dimasukkan dalam dana bagi hasil seperti lainnya, seharusnya tercantum pada UU Perimbangan Keuangan yang penggunaannya sudah diatur dan ada ketentuannya. Nyatanya dana cukai tidak demikian, tidak dimasukkan sebagai dana perimbangan keuangan negara. Akan tetapi di atur tersendiri dalam UU cukai. <\/p>\n\n\n\n


Walhasil 98% dana cukai digunakan sesuai kehendak pemerintah pusat dalam hal ini Kemeterian Keuangan dan pemerintah yang berkuasa. <\/p>\n\n\n\n


Andai penggunaan dana tersebut untuk hajat dan kepentingan orang banyak seperti membayar defisit BPJS tentunya penyumbang dana tersebut (perokok) masih menerima dengan lapang dada. Perokok dapat membantu sesama. Dana cukai untuk membayar defisit BPJS baru beberapa tahun terakhir ini, itupun hanya sebagian. Yang jadi pertanyaan lanjutan, dana hasil cukai yang jumlahnya besar di tahun-tahun kemarin peruntukannya untuk apa saja?, sebelum ada untuk pembayaran BPJS, sebelum ada bagi hasil 2% ke daerah ataupun setelah ada bagi hasil 2%. <\/p>\n\n\n\n


Pastinya tidak jelas penggunaannya, karena tidak ada aturan pasti dan kontrol bagi pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan. Yang ada hanyalah UU cukai yang mengatur penggunaan bagi daerah (provinsi, kabupaten dan kota).<\/p>\n\n\n\n


Jadi tidak salah jika banyak orang menganggap DBH-CHT bukan lagi dana bagi hasil melainkan dana bancaan hasil cukai hasil temabakau. <\/p>\n\n\n\n


Ketiga, aturan sanksi penyelewengan penggunaan DBH-CHT juga terkesan longgar dan tidak ada jeratan sanksi pidana. Aturan tersebut tertuang pada UU cukai pasal 6 huruf D ayat 1 dan 2. Berbunyi\u201d atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT dapat diberikan sanksi berupa penangguhan sampai dengan penghentian penyaluran DBH-CHT yang di buat di Indonesia\u201d. \u201cketentuan lebih lanjut mengenai sanksi atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT sebagai yang dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.<\/p>\n\n\n\n


Menandakan kuasa penuh aturan DBH-CHT ada pada Kementerian Keuangan. Pertanyaannya, siapa yang mengontrol dalam hal penggunaan alokasi DBH-CHT ditingkat Kementerian Keuangan yang jumlah dananya lebih besar yaitu 98% total dari pendapatan cukai. Lain itu dalam UU cukai tak ada satupun yang menjelaskan tentang hak di tingkat pemerintahan desa dalam penggunaan DBH-CHT. Yang paling bawah adalah pemerintah kabupaten dan kota, kewenangan pengelolaannya oleh Gubernur. <\/p>\n","post_title":"98% Dana Hasil Pungutan Cukai Ada di Pusat, Tau Buat Apa?","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"98-dana-hasil-pungutan-cukai-ada-di-pusat-tau-buat-apa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-17 09:14:29","post_modified_gmt":"2020-06-17 02:14:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6792,"post_author":"877","post_date":"2020-06-15 10:34:25","post_date_gmt":"2020-06-15 03:34:25","post_content":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

\u201cMencontoh jejak para perumus hukum tentang
\nhalal-haram yang tak lagi tahu batas halalharam itu?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cTidak!\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cJadi, apa yang harus dilakukan?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cMelawan. Mungkin tak perlu menghitung segenap risiko. Ini pilihan terbaik kita\u201d<\/p>\n\n\n\n

Alam senyap. Pada detik-detik yang merupakan \u2018short moment\u2019 untuk menentukan sikap sesuai kata hati nurani, kita bukan sama sekali tak merasa takut. Ketakutan itu tetap bersama kita. Tapi langkah harus diambil. Dan jangan lupa kata Karna: dharma memang pelik.<\/p>\n\n\n\n

*Penulis: Mohammad Sobary
\n(Diambil dari pengantar buku: Kretek Kajian Ekonomi dan Budaya 4 Kota)<\/p>\n","post_title":"Kaum Ksatria dan Dharma","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kaum-ksatria-dan-dharma","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-20 10:47:26","post_modified_gmt":"2020-06-20 03:47:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6807","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6798,"post_author":"877","post_date":"2020-06-17 09:14:25","post_date_gmt":"2020-06-17 02:14:25","post_content":"\n

Suka sekali pemerintah menaikkan cukai rokok, hal itu tiap tahun terjadi. Pengatur kenaikan cukai itu instansi pemerintah dari Kementerian Keuangan. Kesan enaikan cukai tak semata-mata Negara sedang dalam keadaan yang sangat butuh mendesak, hal ini bisa dilihat alasan dan dasar tiap kali naik . Belum lagi alokasi penggunannya yang tak jelas baik pusat maupun daerah, terkesan carut marut. Total jumlah 2% dibagikan ke daerah, sisanya 98% masih tertimbun di pusat (Kementerian Keuangan). 2% yang kedaerah dibagi lagi 30% untuk provinsi penghasil, 40 % daerah kabupaten\/kota penghasil dan 30% daerah kabupaten\/kota lainnya(non penghasil). Lalu yang 98% dibuat apa saja?. <\/p>\n\n\n\n


Dana hasil pungutan cukai yang dibagikan kedaerah (provinsi\/Kabupaten\/Kota) dikenal dengan sebutan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Terbakau ( DBH-CHT). Cukai ini selalu naik, dengan alasan dan dasar pertimbangan mana suka. Ambil contoh, kenaikan cukai di tahun 2020 ini pertimbangannya ada 3 yaitu, mengurangi Konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan Negara, kata Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan.
\u201cKenaikan cukai diberlakukan berdasarkan tiga pertimbangan, yakni untuk mengurangi konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan negara\u201d
Seorang teman crew dari TV desa Dian (nama samaran) menertawakan alasan tersebut dengan berkata:
\u201cApa tidak terbalik bu?, harusnya yang lebih didahulukan dan jujur itu meningkatkan penerimaan negara bukan mengurangi konsumsi, ibu menteri ini pasti bukan orang lapangan, tidak tahu riil di lapangan, tak mungkin lah konsumsi rokok bisa dikurangi, kalau rokok mahal pindah ke rokok murahan atau pindah lintingan bu\u201d.<\/p>\n\n\n\n


Benar apa kata Dian, orang di desa itu kalau rokok mahal kalau gak melinting sendiri ya beli yang murahan bahkan eceran gak masalah. Mau harga di naikkan setinggi langit tak ada efek, mereka tetap akan merokok. Yang terkena dampaknya langsung pabrikan selanjutnya pekerja dan para petani tembakau, karena rokok dipasaran lesu. Dan pastinya berpengaruh juga terhadap rendahnya penerimaan negara. Belum lagi kalau rokok ilegal marak dipasaran, negara tambah rugi besar.<\/p>\n\n\n\n


Alasannya yang kedua tentang mengatur industrinya, terkesan dipaksakan. Apa korelasinya antara menaikkan cukai dengan mengatur industri, yang ada hanyalah korelasi tak langsung. Karena aturan industri sudah ada dan jelas, diluar dalam aturan kenaikan cukai. <\/p>\n\n\n\n


Jadi alasan pertama dan kedua untuk kenaikan cukai tak berbasis data lapangan dan data tektual (UU\/PP dan sejenisnya). Memberikan kesan mana suka. Tak berhenti disitu, aturan mana suka yang dibuat Kementerian Keuangan yang terkait dengan rokok dan cukai banyak sekali, diantaranya:<\/p>\n\n\n\n


Aturan pembagian hasil cuka yang hanya 2% untuk daerah provinsi, kabupaten dan kota. Ketentuan 2% ini tidak ada hitungan yang rijit seperti halnya bagi hasil yang bersumber dari lainnya seperti pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah, pajak penghasilan, kehutanan, pertambangan umum, perikanan dan lain sebagainya. Artinya, selain bagi hasil cukai semuanya dihitung detail sehingga keluar bagi hasilnya berapa. Sedang dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) pembagiannya ditentukan sepihak oleh Kementerian Keuangan dan daerah hanya mendapatkan 2% itupun masih dibagi lagi menjadi tiga klaster, yaitu provinsi penghasil, kabupaten\/kota penghasil dan kabupaten\/kota non penghasil. Sisanya 98% masih dipusat. <\/p>\n\n\n\n


Kedua, aturan ketentuan peruntukan DBH-CHT, untuk alokasi di Provinsi\/Kabupaten dan Kota di tentukan 5 item, yang diatur dalam UU cukai pasal 66 huruf A ayat 1, yaitu untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai ilegal.
Daerah dikenakan aturan penggunaan DBHCHT pada lima peruntukan di atas. Sedangkan aturan penggunaan DBH-CHT pusat yang jumlahnya lebih besar 98% tak ada satupun aturan penggunaannya. Sederhananya penggunaan dana cukai oleh pusat mana suka. Kalau dana tersebut dimasukkan dalam dana bagi hasil seperti lainnya, seharusnya tercantum pada UU Perimbangan Keuangan yang penggunaannya sudah diatur dan ada ketentuannya. Nyatanya dana cukai tidak demikian, tidak dimasukkan sebagai dana perimbangan keuangan negara. Akan tetapi di atur tersendiri dalam UU cukai. <\/p>\n\n\n\n


Walhasil 98% dana cukai digunakan sesuai kehendak pemerintah pusat dalam hal ini Kemeterian Keuangan dan pemerintah yang berkuasa. <\/p>\n\n\n\n


Andai penggunaan dana tersebut untuk hajat dan kepentingan orang banyak seperti membayar defisit BPJS tentunya penyumbang dana tersebut (perokok) masih menerima dengan lapang dada. Perokok dapat membantu sesama. Dana cukai untuk membayar defisit BPJS baru beberapa tahun terakhir ini, itupun hanya sebagian. Yang jadi pertanyaan lanjutan, dana hasil cukai yang jumlahnya besar di tahun-tahun kemarin peruntukannya untuk apa saja?, sebelum ada untuk pembayaran BPJS, sebelum ada bagi hasil 2% ke daerah ataupun setelah ada bagi hasil 2%. <\/p>\n\n\n\n


Pastinya tidak jelas penggunaannya, karena tidak ada aturan pasti dan kontrol bagi pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan. Yang ada hanyalah UU cukai yang mengatur penggunaan bagi daerah (provinsi, kabupaten dan kota).<\/p>\n\n\n\n


Jadi tidak salah jika banyak orang menganggap DBH-CHT bukan lagi dana bagi hasil melainkan dana bancaan hasil cukai hasil temabakau. <\/p>\n\n\n\n


Ketiga, aturan sanksi penyelewengan penggunaan DBH-CHT juga terkesan longgar dan tidak ada jeratan sanksi pidana. Aturan tersebut tertuang pada UU cukai pasal 6 huruf D ayat 1 dan 2. Berbunyi\u201d atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT dapat diberikan sanksi berupa penangguhan sampai dengan penghentian penyaluran DBH-CHT yang di buat di Indonesia\u201d. \u201cketentuan lebih lanjut mengenai sanksi atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT sebagai yang dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.<\/p>\n\n\n\n


Menandakan kuasa penuh aturan DBH-CHT ada pada Kementerian Keuangan. Pertanyaannya, siapa yang mengontrol dalam hal penggunaan alokasi DBH-CHT ditingkat Kementerian Keuangan yang jumlah dananya lebih besar yaitu 98% total dari pendapatan cukai. Lain itu dalam UU cukai tak ada satupun yang menjelaskan tentang hak di tingkat pemerintahan desa dalam penggunaan DBH-CHT. Yang paling bawah adalah pemerintah kabupaten dan kota, kewenangan pengelolaannya oleh Gubernur. <\/p>\n","post_title":"98% Dana Hasil Pungutan Cukai Ada di Pusat, Tau Buat Apa?","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"98-dana-hasil-pungutan-cukai-ada-di-pusat-tau-buat-apa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-17 09:14:29","post_modified_gmt":"2020-06-17 02:14:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6792,"post_author":"877","post_date":"2020-06-15 10:34:25","post_date_gmt":"2020-06-15 03:34:25","post_content":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

\u201cMengikuti sikap peneliti di lembaga penelitian yang jiwanya telah tergadai itu?\u201d
\n\u201c Tidak!\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cMencontoh jejak para perumus hukum tentang
\nhalal-haram yang tak lagi tahu batas halalharam itu?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cTidak!\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cJadi, apa yang harus dilakukan?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cMelawan. Mungkin tak perlu menghitung segenap risiko. Ini pilihan terbaik kita\u201d<\/p>\n\n\n\n

Alam senyap. Pada detik-detik yang merupakan \u2018short moment\u2019 untuk menentukan sikap sesuai kata hati nurani, kita bukan sama sekali tak merasa takut. Ketakutan itu tetap bersama kita. Tapi langkah harus diambil. Dan jangan lupa kata Karna: dharma memang pelik.<\/p>\n\n\n\n

*Penulis: Mohammad Sobary
\n(Diambil dari pengantar buku: Kretek Kajian Ekonomi dan Budaya 4 Kota)<\/p>\n","post_title":"Kaum Ksatria dan Dharma","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kaum-ksatria-dan-dharma","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-20 10:47:26","post_modified_gmt":"2020-06-20 03:47:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6807","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6798,"post_author":"877","post_date":"2020-06-17 09:14:25","post_date_gmt":"2020-06-17 02:14:25","post_content":"\n

Suka sekali pemerintah menaikkan cukai rokok, hal itu tiap tahun terjadi. Pengatur kenaikan cukai itu instansi pemerintah dari Kementerian Keuangan. Kesan enaikan cukai tak semata-mata Negara sedang dalam keadaan yang sangat butuh mendesak, hal ini bisa dilihat alasan dan dasar tiap kali naik . Belum lagi alokasi penggunannya yang tak jelas baik pusat maupun daerah, terkesan carut marut. Total jumlah 2% dibagikan ke daerah, sisanya 98% masih tertimbun di pusat (Kementerian Keuangan). 2% yang kedaerah dibagi lagi 30% untuk provinsi penghasil, 40 % daerah kabupaten\/kota penghasil dan 30% daerah kabupaten\/kota lainnya(non penghasil). Lalu yang 98% dibuat apa saja?. <\/p>\n\n\n\n


Dana hasil pungutan cukai yang dibagikan kedaerah (provinsi\/Kabupaten\/Kota) dikenal dengan sebutan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Terbakau ( DBH-CHT). Cukai ini selalu naik, dengan alasan dan dasar pertimbangan mana suka. Ambil contoh, kenaikan cukai di tahun 2020 ini pertimbangannya ada 3 yaitu, mengurangi Konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan Negara, kata Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan.
\u201cKenaikan cukai diberlakukan berdasarkan tiga pertimbangan, yakni untuk mengurangi konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan negara\u201d
Seorang teman crew dari TV desa Dian (nama samaran) menertawakan alasan tersebut dengan berkata:
\u201cApa tidak terbalik bu?, harusnya yang lebih didahulukan dan jujur itu meningkatkan penerimaan negara bukan mengurangi konsumsi, ibu menteri ini pasti bukan orang lapangan, tidak tahu riil di lapangan, tak mungkin lah konsumsi rokok bisa dikurangi, kalau rokok mahal pindah ke rokok murahan atau pindah lintingan bu\u201d.<\/p>\n\n\n\n


Benar apa kata Dian, orang di desa itu kalau rokok mahal kalau gak melinting sendiri ya beli yang murahan bahkan eceran gak masalah. Mau harga di naikkan setinggi langit tak ada efek, mereka tetap akan merokok. Yang terkena dampaknya langsung pabrikan selanjutnya pekerja dan para petani tembakau, karena rokok dipasaran lesu. Dan pastinya berpengaruh juga terhadap rendahnya penerimaan negara. Belum lagi kalau rokok ilegal marak dipasaran, negara tambah rugi besar.<\/p>\n\n\n\n


Alasannya yang kedua tentang mengatur industrinya, terkesan dipaksakan. Apa korelasinya antara menaikkan cukai dengan mengatur industri, yang ada hanyalah korelasi tak langsung. Karena aturan industri sudah ada dan jelas, diluar dalam aturan kenaikan cukai. <\/p>\n\n\n\n


Jadi alasan pertama dan kedua untuk kenaikan cukai tak berbasis data lapangan dan data tektual (UU\/PP dan sejenisnya). Memberikan kesan mana suka. Tak berhenti disitu, aturan mana suka yang dibuat Kementerian Keuangan yang terkait dengan rokok dan cukai banyak sekali, diantaranya:<\/p>\n\n\n\n


Aturan pembagian hasil cuka yang hanya 2% untuk daerah provinsi, kabupaten dan kota. Ketentuan 2% ini tidak ada hitungan yang rijit seperti halnya bagi hasil yang bersumber dari lainnya seperti pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah, pajak penghasilan, kehutanan, pertambangan umum, perikanan dan lain sebagainya. Artinya, selain bagi hasil cukai semuanya dihitung detail sehingga keluar bagi hasilnya berapa. Sedang dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) pembagiannya ditentukan sepihak oleh Kementerian Keuangan dan daerah hanya mendapatkan 2% itupun masih dibagi lagi menjadi tiga klaster, yaitu provinsi penghasil, kabupaten\/kota penghasil dan kabupaten\/kota non penghasil. Sisanya 98% masih dipusat. <\/p>\n\n\n\n


Kedua, aturan ketentuan peruntukan DBH-CHT, untuk alokasi di Provinsi\/Kabupaten dan Kota di tentukan 5 item, yang diatur dalam UU cukai pasal 66 huruf A ayat 1, yaitu untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai ilegal.
Daerah dikenakan aturan penggunaan DBHCHT pada lima peruntukan di atas. Sedangkan aturan penggunaan DBH-CHT pusat yang jumlahnya lebih besar 98% tak ada satupun aturan penggunaannya. Sederhananya penggunaan dana cukai oleh pusat mana suka. Kalau dana tersebut dimasukkan dalam dana bagi hasil seperti lainnya, seharusnya tercantum pada UU Perimbangan Keuangan yang penggunaannya sudah diatur dan ada ketentuannya. Nyatanya dana cukai tidak demikian, tidak dimasukkan sebagai dana perimbangan keuangan negara. Akan tetapi di atur tersendiri dalam UU cukai. <\/p>\n\n\n\n


Walhasil 98% dana cukai digunakan sesuai kehendak pemerintah pusat dalam hal ini Kemeterian Keuangan dan pemerintah yang berkuasa. <\/p>\n\n\n\n


Andai penggunaan dana tersebut untuk hajat dan kepentingan orang banyak seperti membayar defisit BPJS tentunya penyumbang dana tersebut (perokok) masih menerima dengan lapang dada. Perokok dapat membantu sesama. Dana cukai untuk membayar defisit BPJS baru beberapa tahun terakhir ini, itupun hanya sebagian. Yang jadi pertanyaan lanjutan, dana hasil cukai yang jumlahnya besar di tahun-tahun kemarin peruntukannya untuk apa saja?, sebelum ada untuk pembayaran BPJS, sebelum ada bagi hasil 2% ke daerah ataupun setelah ada bagi hasil 2%. <\/p>\n\n\n\n


Pastinya tidak jelas penggunaannya, karena tidak ada aturan pasti dan kontrol bagi pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan. Yang ada hanyalah UU cukai yang mengatur penggunaan bagi daerah (provinsi, kabupaten dan kota).<\/p>\n\n\n\n


Jadi tidak salah jika banyak orang menganggap DBH-CHT bukan lagi dana bagi hasil melainkan dana bancaan hasil cukai hasil temabakau. <\/p>\n\n\n\n


Ketiga, aturan sanksi penyelewengan penggunaan DBH-CHT juga terkesan longgar dan tidak ada jeratan sanksi pidana. Aturan tersebut tertuang pada UU cukai pasal 6 huruf D ayat 1 dan 2. Berbunyi\u201d atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT dapat diberikan sanksi berupa penangguhan sampai dengan penghentian penyaluran DBH-CHT yang di buat di Indonesia\u201d. \u201cketentuan lebih lanjut mengenai sanksi atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT sebagai yang dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.<\/p>\n\n\n\n


Menandakan kuasa penuh aturan DBH-CHT ada pada Kementerian Keuangan. Pertanyaannya, siapa yang mengontrol dalam hal penggunaan alokasi DBH-CHT ditingkat Kementerian Keuangan yang jumlah dananya lebih besar yaitu 98% total dari pendapatan cukai. Lain itu dalam UU cukai tak ada satupun yang menjelaskan tentang hak di tingkat pemerintahan desa dalam penggunaan DBH-CHT. Yang paling bawah adalah pemerintah kabupaten dan kota, kewenangan pengelolaannya oleh Gubernur. <\/p>\n","post_title":"98% Dana Hasil Pungutan Cukai Ada di Pusat, Tau Buat Apa?","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"98-dana-hasil-pungutan-cukai-ada-di-pusat-tau-buat-apa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-17 09:14:29","post_modified_gmt":"2020-06-17 02:14:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6792,"post_author":"877","post_date":"2020-06-15 10:34:25","post_date_gmt":"2020-06-15 03:34:25","post_content":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Apa yang harus kita lakukan?<\/p>\n\n\n\n

\u201cMengikuti sikap peneliti di lembaga penelitian yang jiwanya telah tergadai itu?\u201d
\n\u201c Tidak!\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cMencontoh jejak para perumus hukum tentang
\nhalal-haram yang tak lagi tahu batas halalharam itu?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cTidak!\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cJadi, apa yang harus dilakukan?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cMelawan. Mungkin tak perlu menghitung segenap risiko. Ini pilihan terbaik kita\u201d<\/p>\n\n\n\n

Alam senyap. Pada detik-detik yang merupakan \u2018short moment\u2019 untuk menentukan sikap sesuai kata hati nurani, kita bukan sama sekali tak merasa takut. Ketakutan itu tetap bersama kita. Tapi langkah harus diambil. Dan jangan lupa kata Karna: dharma memang pelik.<\/p>\n\n\n\n

*Penulis: Mohammad Sobary
\n(Diambil dari pengantar buku: Kretek Kajian Ekonomi dan Budaya 4 Kota)<\/p>\n","post_title":"Kaum Ksatria dan Dharma","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kaum-ksatria-dan-dharma","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-20 10:47:26","post_modified_gmt":"2020-06-20 03:47:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6807","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6798,"post_author":"877","post_date":"2020-06-17 09:14:25","post_date_gmt":"2020-06-17 02:14:25","post_content":"\n

Suka sekali pemerintah menaikkan cukai rokok, hal itu tiap tahun terjadi. Pengatur kenaikan cukai itu instansi pemerintah dari Kementerian Keuangan. Kesan enaikan cukai tak semata-mata Negara sedang dalam keadaan yang sangat butuh mendesak, hal ini bisa dilihat alasan dan dasar tiap kali naik . Belum lagi alokasi penggunannya yang tak jelas baik pusat maupun daerah, terkesan carut marut. Total jumlah 2% dibagikan ke daerah, sisanya 98% masih tertimbun di pusat (Kementerian Keuangan). 2% yang kedaerah dibagi lagi 30% untuk provinsi penghasil, 40 % daerah kabupaten\/kota penghasil dan 30% daerah kabupaten\/kota lainnya(non penghasil). Lalu yang 98% dibuat apa saja?. <\/p>\n\n\n\n


Dana hasil pungutan cukai yang dibagikan kedaerah (provinsi\/Kabupaten\/Kota) dikenal dengan sebutan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Terbakau ( DBH-CHT). Cukai ini selalu naik, dengan alasan dan dasar pertimbangan mana suka. Ambil contoh, kenaikan cukai di tahun 2020 ini pertimbangannya ada 3 yaitu, mengurangi Konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan Negara, kata Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan.
\u201cKenaikan cukai diberlakukan berdasarkan tiga pertimbangan, yakni untuk mengurangi konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan negara\u201d
Seorang teman crew dari TV desa Dian (nama samaran) menertawakan alasan tersebut dengan berkata:
\u201cApa tidak terbalik bu?, harusnya yang lebih didahulukan dan jujur itu meningkatkan penerimaan negara bukan mengurangi konsumsi, ibu menteri ini pasti bukan orang lapangan, tidak tahu riil di lapangan, tak mungkin lah konsumsi rokok bisa dikurangi, kalau rokok mahal pindah ke rokok murahan atau pindah lintingan bu\u201d.<\/p>\n\n\n\n


Benar apa kata Dian, orang di desa itu kalau rokok mahal kalau gak melinting sendiri ya beli yang murahan bahkan eceran gak masalah. Mau harga di naikkan setinggi langit tak ada efek, mereka tetap akan merokok. Yang terkena dampaknya langsung pabrikan selanjutnya pekerja dan para petani tembakau, karena rokok dipasaran lesu. Dan pastinya berpengaruh juga terhadap rendahnya penerimaan negara. Belum lagi kalau rokok ilegal marak dipasaran, negara tambah rugi besar.<\/p>\n\n\n\n


Alasannya yang kedua tentang mengatur industrinya, terkesan dipaksakan. Apa korelasinya antara menaikkan cukai dengan mengatur industri, yang ada hanyalah korelasi tak langsung. Karena aturan industri sudah ada dan jelas, diluar dalam aturan kenaikan cukai. <\/p>\n\n\n\n


Jadi alasan pertama dan kedua untuk kenaikan cukai tak berbasis data lapangan dan data tektual (UU\/PP dan sejenisnya). Memberikan kesan mana suka. Tak berhenti disitu, aturan mana suka yang dibuat Kementerian Keuangan yang terkait dengan rokok dan cukai banyak sekali, diantaranya:<\/p>\n\n\n\n


Aturan pembagian hasil cuka yang hanya 2% untuk daerah provinsi, kabupaten dan kota. Ketentuan 2% ini tidak ada hitungan yang rijit seperti halnya bagi hasil yang bersumber dari lainnya seperti pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah, pajak penghasilan, kehutanan, pertambangan umum, perikanan dan lain sebagainya. Artinya, selain bagi hasil cukai semuanya dihitung detail sehingga keluar bagi hasilnya berapa. Sedang dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) pembagiannya ditentukan sepihak oleh Kementerian Keuangan dan daerah hanya mendapatkan 2% itupun masih dibagi lagi menjadi tiga klaster, yaitu provinsi penghasil, kabupaten\/kota penghasil dan kabupaten\/kota non penghasil. Sisanya 98% masih dipusat. <\/p>\n\n\n\n


Kedua, aturan ketentuan peruntukan DBH-CHT, untuk alokasi di Provinsi\/Kabupaten dan Kota di tentukan 5 item, yang diatur dalam UU cukai pasal 66 huruf A ayat 1, yaitu untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai ilegal.
Daerah dikenakan aturan penggunaan DBHCHT pada lima peruntukan di atas. Sedangkan aturan penggunaan DBH-CHT pusat yang jumlahnya lebih besar 98% tak ada satupun aturan penggunaannya. Sederhananya penggunaan dana cukai oleh pusat mana suka. Kalau dana tersebut dimasukkan dalam dana bagi hasil seperti lainnya, seharusnya tercantum pada UU Perimbangan Keuangan yang penggunaannya sudah diatur dan ada ketentuannya. Nyatanya dana cukai tidak demikian, tidak dimasukkan sebagai dana perimbangan keuangan negara. Akan tetapi di atur tersendiri dalam UU cukai. <\/p>\n\n\n\n


Walhasil 98% dana cukai digunakan sesuai kehendak pemerintah pusat dalam hal ini Kemeterian Keuangan dan pemerintah yang berkuasa. <\/p>\n\n\n\n


Andai penggunaan dana tersebut untuk hajat dan kepentingan orang banyak seperti membayar defisit BPJS tentunya penyumbang dana tersebut (perokok) masih menerima dengan lapang dada. Perokok dapat membantu sesama. Dana cukai untuk membayar defisit BPJS baru beberapa tahun terakhir ini, itupun hanya sebagian. Yang jadi pertanyaan lanjutan, dana hasil cukai yang jumlahnya besar di tahun-tahun kemarin peruntukannya untuk apa saja?, sebelum ada untuk pembayaran BPJS, sebelum ada bagi hasil 2% ke daerah ataupun setelah ada bagi hasil 2%. <\/p>\n\n\n\n


Pastinya tidak jelas penggunaannya, karena tidak ada aturan pasti dan kontrol bagi pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan. Yang ada hanyalah UU cukai yang mengatur penggunaan bagi daerah (provinsi, kabupaten dan kota).<\/p>\n\n\n\n


Jadi tidak salah jika banyak orang menganggap DBH-CHT bukan lagi dana bagi hasil melainkan dana bancaan hasil cukai hasil temabakau. <\/p>\n\n\n\n


Ketiga, aturan sanksi penyelewengan penggunaan DBH-CHT juga terkesan longgar dan tidak ada jeratan sanksi pidana. Aturan tersebut tertuang pada UU cukai pasal 6 huruf D ayat 1 dan 2. Berbunyi\u201d atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT dapat diberikan sanksi berupa penangguhan sampai dengan penghentian penyaluran DBH-CHT yang di buat di Indonesia\u201d. \u201cketentuan lebih lanjut mengenai sanksi atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT sebagai yang dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.<\/p>\n\n\n\n


Menandakan kuasa penuh aturan DBH-CHT ada pada Kementerian Keuangan. Pertanyaannya, siapa yang mengontrol dalam hal penggunaan alokasi DBH-CHT ditingkat Kementerian Keuangan yang jumlah dananya lebih besar yaitu 98% total dari pendapatan cukai. Lain itu dalam UU cukai tak ada satupun yang menjelaskan tentang hak di tingkat pemerintahan desa dalam penggunaan DBH-CHT. Yang paling bawah adalah pemerintah kabupaten dan kota, kewenangan pengelolaannya oleh Gubernur. <\/p>\n","post_title":"98% Dana Hasil Pungutan Cukai Ada di Pusat, Tau Buat Apa?","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"98-dana-hasil-pungutan-cukai-ada-di-pusat-tau-buat-apa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-17 09:14:29","post_modified_gmt":"2020-06-17 02:14:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6792,"post_author":"877","post_date":"2020-06-15 10:34:25","post_date_gmt":"2020-06-15 03:34:25","post_content":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Sekali lagi patut ditegaskan: ini bukan perkara \u2018mbako\u2019 atau rokok. Neokolonialisme dan imperialisme, yang dulu diteriakkan Bung Karno, seolah secara sloganistik, bukan sekadar slogan, bukan hanya konsep, tapi keduanya benda nyata, yang mengancam harga diri dan kedaulatan kita sebagai pribadi, maupun harga diri dan kedaulatan kita sebagai bangsa.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang harus kita lakukan?<\/p>\n\n\n\n

\u201cMengikuti sikap peneliti di lembaga penelitian yang jiwanya telah tergadai itu?\u201d
\n\u201c Tidak!\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cMencontoh jejak para perumus hukum tentang
\nhalal-haram yang tak lagi tahu batas halalharam itu?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cTidak!\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cJadi, apa yang harus dilakukan?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cMelawan. Mungkin tak perlu menghitung segenap risiko. Ini pilihan terbaik kita\u201d<\/p>\n\n\n\n

Alam senyap. Pada detik-detik yang merupakan \u2018short moment\u2019 untuk menentukan sikap sesuai kata hati nurani, kita bukan sama sekali tak merasa takut. Ketakutan itu tetap bersama kita. Tapi langkah harus diambil. Dan jangan lupa kata Karna: dharma memang pelik.<\/p>\n\n\n\n

*Penulis: Mohammad Sobary
\n(Diambil dari pengantar buku: Kretek Kajian Ekonomi dan Budaya 4 Kota)<\/p>\n","post_title":"Kaum Ksatria dan Dharma","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kaum-ksatria-dan-dharma","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-20 10:47:26","post_modified_gmt":"2020-06-20 03:47:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6807","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6798,"post_author":"877","post_date":"2020-06-17 09:14:25","post_date_gmt":"2020-06-17 02:14:25","post_content":"\n

Suka sekali pemerintah menaikkan cukai rokok, hal itu tiap tahun terjadi. Pengatur kenaikan cukai itu instansi pemerintah dari Kementerian Keuangan. Kesan enaikan cukai tak semata-mata Negara sedang dalam keadaan yang sangat butuh mendesak, hal ini bisa dilihat alasan dan dasar tiap kali naik . Belum lagi alokasi penggunannya yang tak jelas baik pusat maupun daerah, terkesan carut marut. Total jumlah 2% dibagikan ke daerah, sisanya 98% masih tertimbun di pusat (Kementerian Keuangan). 2% yang kedaerah dibagi lagi 30% untuk provinsi penghasil, 40 % daerah kabupaten\/kota penghasil dan 30% daerah kabupaten\/kota lainnya(non penghasil). Lalu yang 98% dibuat apa saja?. <\/p>\n\n\n\n


Dana hasil pungutan cukai yang dibagikan kedaerah (provinsi\/Kabupaten\/Kota) dikenal dengan sebutan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Terbakau ( DBH-CHT). Cukai ini selalu naik, dengan alasan dan dasar pertimbangan mana suka. Ambil contoh, kenaikan cukai di tahun 2020 ini pertimbangannya ada 3 yaitu, mengurangi Konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan Negara, kata Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan.
\u201cKenaikan cukai diberlakukan berdasarkan tiga pertimbangan, yakni untuk mengurangi konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan negara\u201d
Seorang teman crew dari TV desa Dian (nama samaran) menertawakan alasan tersebut dengan berkata:
\u201cApa tidak terbalik bu?, harusnya yang lebih didahulukan dan jujur itu meningkatkan penerimaan negara bukan mengurangi konsumsi, ibu menteri ini pasti bukan orang lapangan, tidak tahu riil di lapangan, tak mungkin lah konsumsi rokok bisa dikurangi, kalau rokok mahal pindah ke rokok murahan atau pindah lintingan bu\u201d.<\/p>\n\n\n\n


Benar apa kata Dian, orang di desa itu kalau rokok mahal kalau gak melinting sendiri ya beli yang murahan bahkan eceran gak masalah. Mau harga di naikkan setinggi langit tak ada efek, mereka tetap akan merokok. Yang terkena dampaknya langsung pabrikan selanjutnya pekerja dan para petani tembakau, karena rokok dipasaran lesu. Dan pastinya berpengaruh juga terhadap rendahnya penerimaan negara. Belum lagi kalau rokok ilegal marak dipasaran, negara tambah rugi besar.<\/p>\n\n\n\n


Alasannya yang kedua tentang mengatur industrinya, terkesan dipaksakan. Apa korelasinya antara menaikkan cukai dengan mengatur industri, yang ada hanyalah korelasi tak langsung. Karena aturan industri sudah ada dan jelas, diluar dalam aturan kenaikan cukai. <\/p>\n\n\n\n


Jadi alasan pertama dan kedua untuk kenaikan cukai tak berbasis data lapangan dan data tektual (UU\/PP dan sejenisnya). Memberikan kesan mana suka. Tak berhenti disitu, aturan mana suka yang dibuat Kementerian Keuangan yang terkait dengan rokok dan cukai banyak sekali, diantaranya:<\/p>\n\n\n\n


Aturan pembagian hasil cuka yang hanya 2% untuk daerah provinsi, kabupaten dan kota. Ketentuan 2% ini tidak ada hitungan yang rijit seperti halnya bagi hasil yang bersumber dari lainnya seperti pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah, pajak penghasilan, kehutanan, pertambangan umum, perikanan dan lain sebagainya. Artinya, selain bagi hasil cukai semuanya dihitung detail sehingga keluar bagi hasilnya berapa. Sedang dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) pembagiannya ditentukan sepihak oleh Kementerian Keuangan dan daerah hanya mendapatkan 2% itupun masih dibagi lagi menjadi tiga klaster, yaitu provinsi penghasil, kabupaten\/kota penghasil dan kabupaten\/kota non penghasil. Sisanya 98% masih dipusat. <\/p>\n\n\n\n


Kedua, aturan ketentuan peruntukan DBH-CHT, untuk alokasi di Provinsi\/Kabupaten dan Kota di tentukan 5 item, yang diatur dalam UU cukai pasal 66 huruf A ayat 1, yaitu untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai ilegal.
Daerah dikenakan aturan penggunaan DBHCHT pada lima peruntukan di atas. Sedangkan aturan penggunaan DBH-CHT pusat yang jumlahnya lebih besar 98% tak ada satupun aturan penggunaannya. Sederhananya penggunaan dana cukai oleh pusat mana suka. Kalau dana tersebut dimasukkan dalam dana bagi hasil seperti lainnya, seharusnya tercantum pada UU Perimbangan Keuangan yang penggunaannya sudah diatur dan ada ketentuannya. Nyatanya dana cukai tidak demikian, tidak dimasukkan sebagai dana perimbangan keuangan negara. Akan tetapi di atur tersendiri dalam UU cukai. <\/p>\n\n\n\n


Walhasil 98% dana cukai digunakan sesuai kehendak pemerintah pusat dalam hal ini Kemeterian Keuangan dan pemerintah yang berkuasa. <\/p>\n\n\n\n


Andai penggunaan dana tersebut untuk hajat dan kepentingan orang banyak seperti membayar defisit BPJS tentunya penyumbang dana tersebut (perokok) masih menerima dengan lapang dada. Perokok dapat membantu sesama. Dana cukai untuk membayar defisit BPJS baru beberapa tahun terakhir ini, itupun hanya sebagian. Yang jadi pertanyaan lanjutan, dana hasil cukai yang jumlahnya besar di tahun-tahun kemarin peruntukannya untuk apa saja?, sebelum ada untuk pembayaran BPJS, sebelum ada bagi hasil 2% ke daerah ataupun setelah ada bagi hasil 2%. <\/p>\n\n\n\n


Pastinya tidak jelas penggunaannya, karena tidak ada aturan pasti dan kontrol bagi pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan. Yang ada hanyalah UU cukai yang mengatur penggunaan bagi daerah (provinsi, kabupaten dan kota).<\/p>\n\n\n\n


Jadi tidak salah jika banyak orang menganggap DBH-CHT bukan lagi dana bagi hasil melainkan dana bancaan hasil cukai hasil temabakau. <\/p>\n\n\n\n


Ketiga, aturan sanksi penyelewengan penggunaan DBH-CHT juga terkesan longgar dan tidak ada jeratan sanksi pidana. Aturan tersebut tertuang pada UU cukai pasal 6 huruf D ayat 1 dan 2. Berbunyi\u201d atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT dapat diberikan sanksi berupa penangguhan sampai dengan penghentian penyaluran DBH-CHT yang di buat di Indonesia\u201d. \u201cketentuan lebih lanjut mengenai sanksi atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT sebagai yang dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.<\/p>\n\n\n\n


Menandakan kuasa penuh aturan DBH-CHT ada pada Kementerian Keuangan. Pertanyaannya, siapa yang mengontrol dalam hal penggunaan alokasi DBH-CHT ditingkat Kementerian Keuangan yang jumlah dananya lebih besar yaitu 98% total dari pendapatan cukai. Lain itu dalam UU cukai tak ada satupun yang menjelaskan tentang hak di tingkat pemerintahan desa dalam penggunaan DBH-CHT. Yang paling bawah adalah pemerintah kabupaten dan kota, kewenangan pengelolaannya oleh Gubernur. <\/p>\n","post_title":"98% Dana Hasil Pungutan Cukai Ada di Pusat, Tau Buat Apa?","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"98-dana-hasil-pungutan-cukai-ada-di-pusat-tau-buat-apa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-17 09:14:29","post_modified_gmt":"2020-06-17 02:14:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6792,"post_author":"877","post_date":"2020-06-15 10:34:25","post_date_gmt":"2020-06-15 03:34:25","post_content":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Kita, di sini, tak lagi bicara kebenaran sebagai isu moral dan isu politik yang bisa disulap menjadi samar-samar. Kita sudah berdiri di garis hidup yang tak lagi mungkin ditawar, seperti dulu ketika para pendahulu kita berteriak heroik tentang pilihan terbatas antara merdeka atau mati. Dalam situasi kritis macam ini, maka dalil, sesahih apapun, tak bisa mengalahkan kebutuhan untuk hidup, merdeka, dan jaya. Atau mati.<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi patut ditegaskan: ini bukan perkara \u2018mbako\u2019 atau rokok. Neokolonialisme dan imperialisme, yang dulu diteriakkan Bung Karno, seolah secara sloganistik, bukan sekadar slogan, bukan hanya konsep, tapi keduanya benda nyata, yang mengancam harga diri dan kedaulatan kita sebagai pribadi, maupun harga diri dan kedaulatan kita sebagai bangsa.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang harus kita lakukan?<\/p>\n\n\n\n

\u201cMengikuti sikap peneliti di lembaga penelitian yang jiwanya telah tergadai itu?\u201d
\n\u201c Tidak!\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cMencontoh jejak para perumus hukum tentang
\nhalal-haram yang tak lagi tahu batas halalharam itu?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cTidak!\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cJadi, apa yang harus dilakukan?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cMelawan. Mungkin tak perlu menghitung segenap risiko. Ini pilihan terbaik kita\u201d<\/p>\n\n\n\n

Alam senyap. Pada detik-detik yang merupakan \u2018short moment\u2019 untuk menentukan sikap sesuai kata hati nurani, kita bukan sama sekali tak merasa takut. Ketakutan itu tetap bersama kita. Tapi langkah harus diambil. Dan jangan lupa kata Karna: dharma memang pelik.<\/p>\n\n\n\n

*Penulis: Mohammad Sobary
\n(Diambil dari pengantar buku: Kretek Kajian Ekonomi dan Budaya 4 Kota)<\/p>\n","post_title":"Kaum Ksatria dan Dharma","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kaum-ksatria-dan-dharma","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-20 10:47:26","post_modified_gmt":"2020-06-20 03:47:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6807","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6798,"post_author":"877","post_date":"2020-06-17 09:14:25","post_date_gmt":"2020-06-17 02:14:25","post_content":"\n

Suka sekali pemerintah menaikkan cukai rokok, hal itu tiap tahun terjadi. Pengatur kenaikan cukai itu instansi pemerintah dari Kementerian Keuangan. Kesan enaikan cukai tak semata-mata Negara sedang dalam keadaan yang sangat butuh mendesak, hal ini bisa dilihat alasan dan dasar tiap kali naik . Belum lagi alokasi penggunannya yang tak jelas baik pusat maupun daerah, terkesan carut marut. Total jumlah 2% dibagikan ke daerah, sisanya 98% masih tertimbun di pusat (Kementerian Keuangan). 2% yang kedaerah dibagi lagi 30% untuk provinsi penghasil, 40 % daerah kabupaten\/kota penghasil dan 30% daerah kabupaten\/kota lainnya(non penghasil). Lalu yang 98% dibuat apa saja?. <\/p>\n\n\n\n


Dana hasil pungutan cukai yang dibagikan kedaerah (provinsi\/Kabupaten\/Kota) dikenal dengan sebutan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Terbakau ( DBH-CHT). Cukai ini selalu naik, dengan alasan dan dasar pertimbangan mana suka. Ambil contoh, kenaikan cukai di tahun 2020 ini pertimbangannya ada 3 yaitu, mengurangi Konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan Negara, kata Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan.
\u201cKenaikan cukai diberlakukan berdasarkan tiga pertimbangan, yakni untuk mengurangi konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan negara\u201d
Seorang teman crew dari TV desa Dian (nama samaran) menertawakan alasan tersebut dengan berkata:
\u201cApa tidak terbalik bu?, harusnya yang lebih didahulukan dan jujur itu meningkatkan penerimaan negara bukan mengurangi konsumsi, ibu menteri ini pasti bukan orang lapangan, tidak tahu riil di lapangan, tak mungkin lah konsumsi rokok bisa dikurangi, kalau rokok mahal pindah ke rokok murahan atau pindah lintingan bu\u201d.<\/p>\n\n\n\n


Benar apa kata Dian, orang di desa itu kalau rokok mahal kalau gak melinting sendiri ya beli yang murahan bahkan eceran gak masalah. Mau harga di naikkan setinggi langit tak ada efek, mereka tetap akan merokok. Yang terkena dampaknya langsung pabrikan selanjutnya pekerja dan para petani tembakau, karena rokok dipasaran lesu. Dan pastinya berpengaruh juga terhadap rendahnya penerimaan negara. Belum lagi kalau rokok ilegal marak dipasaran, negara tambah rugi besar.<\/p>\n\n\n\n


Alasannya yang kedua tentang mengatur industrinya, terkesan dipaksakan. Apa korelasinya antara menaikkan cukai dengan mengatur industri, yang ada hanyalah korelasi tak langsung. Karena aturan industri sudah ada dan jelas, diluar dalam aturan kenaikan cukai. <\/p>\n\n\n\n


Jadi alasan pertama dan kedua untuk kenaikan cukai tak berbasis data lapangan dan data tektual (UU\/PP dan sejenisnya). Memberikan kesan mana suka. Tak berhenti disitu, aturan mana suka yang dibuat Kementerian Keuangan yang terkait dengan rokok dan cukai banyak sekali, diantaranya:<\/p>\n\n\n\n


Aturan pembagian hasil cuka yang hanya 2% untuk daerah provinsi, kabupaten dan kota. Ketentuan 2% ini tidak ada hitungan yang rijit seperti halnya bagi hasil yang bersumber dari lainnya seperti pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah, pajak penghasilan, kehutanan, pertambangan umum, perikanan dan lain sebagainya. Artinya, selain bagi hasil cukai semuanya dihitung detail sehingga keluar bagi hasilnya berapa. Sedang dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) pembagiannya ditentukan sepihak oleh Kementerian Keuangan dan daerah hanya mendapatkan 2% itupun masih dibagi lagi menjadi tiga klaster, yaitu provinsi penghasil, kabupaten\/kota penghasil dan kabupaten\/kota non penghasil. Sisanya 98% masih dipusat. <\/p>\n\n\n\n


Kedua, aturan ketentuan peruntukan DBH-CHT, untuk alokasi di Provinsi\/Kabupaten dan Kota di tentukan 5 item, yang diatur dalam UU cukai pasal 66 huruf A ayat 1, yaitu untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai ilegal.
Daerah dikenakan aturan penggunaan DBHCHT pada lima peruntukan di atas. Sedangkan aturan penggunaan DBH-CHT pusat yang jumlahnya lebih besar 98% tak ada satupun aturan penggunaannya. Sederhananya penggunaan dana cukai oleh pusat mana suka. Kalau dana tersebut dimasukkan dalam dana bagi hasil seperti lainnya, seharusnya tercantum pada UU Perimbangan Keuangan yang penggunaannya sudah diatur dan ada ketentuannya. Nyatanya dana cukai tidak demikian, tidak dimasukkan sebagai dana perimbangan keuangan negara. Akan tetapi di atur tersendiri dalam UU cukai. <\/p>\n\n\n\n


Walhasil 98% dana cukai digunakan sesuai kehendak pemerintah pusat dalam hal ini Kemeterian Keuangan dan pemerintah yang berkuasa. <\/p>\n\n\n\n


Andai penggunaan dana tersebut untuk hajat dan kepentingan orang banyak seperti membayar defisit BPJS tentunya penyumbang dana tersebut (perokok) masih menerima dengan lapang dada. Perokok dapat membantu sesama. Dana cukai untuk membayar defisit BPJS baru beberapa tahun terakhir ini, itupun hanya sebagian. Yang jadi pertanyaan lanjutan, dana hasil cukai yang jumlahnya besar di tahun-tahun kemarin peruntukannya untuk apa saja?, sebelum ada untuk pembayaran BPJS, sebelum ada bagi hasil 2% ke daerah ataupun setelah ada bagi hasil 2%. <\/p>\n\n\n\n


Pastinya tidak jelas penggunaannya, karena tidak ada aturan pasti dan kontrol bagi pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan. Yang ada hanyalah UU cukai yang mengatur penggunaan bagi daerah (provinsi, kabupaten dan kota).<\/p>\n\n\n\n


Jadi tidak salah jika banyak orang menganggap DBH-CHT bukan lagi dana bagi hasil melainkan dana bancaan hasil cukai hasil temabakau. <\/p>\n\n\n\n


Ketiga, aturan sanksi penyelewengan penggunaan DBH-CHT juga terkesan longgar dan tidak ada jeratan sanksi pidana. Aturan tersebut tertuang pada UU cukai pasal 6 huruf D ayat 1 dan 2. Berbunyi\u201d atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT dapat diberikan sanksi berupa penangguhan sampai dengan penghentian penyaluran DBH-CHT yang di buat di Indonesia\u201d. \u201cketentuan lebih lanjut mengenai sanksi atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT sebagai yang dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.<\/p>\n\n\n\n


Menandakan kuasa penuh aturan DBH-CHT ada pada Kementerian Keuangan. Pertanyaannya, siapa yang mengontrol dalam hal penggunaan alokasi DBH-CHT ditingkat Kementerian Keuangan yang jumlah dananya lebih besar yaitu 98% total dari pendapatan cukai. Lain itu dalam UU cukai tak ada satupun yang menjelaskan tentang hak di tingkat pemerintahan desa dalam penggunaan DBH-CHT. Yang paling bawah adalah pemerintah kabupaten dan kota, kewenangan pengelolaannya oleh Gubernur. <\/p>\n","post_title":"98% Dana Hasil Pungutan Cukai Ada di Pusat, Tau Buat Apa?","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"98-dana-hasil-pungutan-cukai-ada-di-pusat-tau-buat-apa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-17 09:14:29","post_modified_gmt":"2020-06-17 02:14:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6792,"post_author":"877","post_date":"2020-06-15 10:34:25","post_date_gmt":"2020-06-15 03:34:25","post_content":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Tapi para Ksatria di lembaga riset---sebetulnya mereka juga Brahmana--- dan para Brahmana di lembaga keagamaan kita, telah kehilangan kiblat. Mustahil mereka tak mengetahui bahwa di balik dalil kesehatan yang tak manjur itu, ada niat mengambil alih---merampok--- industri kretek kita. Dalilnya runtuh, tapi niat kolonialisnya, dan imperialisnya, masih tetap menganga siap mencaplok. Maka dibuatlah dalil agama, dan dengan sikap naif yang tak mudah dipahami, kelompok Brahmana membuatkan dalil dengan harga yang mereka sepakati. Tapi dalil ini pun harus rontok sebelum musim gugur agar keserakahan tak berkembang.<\/p>\n\n\n\n

Kita, di sini, tak lagi bicara kebenaran sebagai isu moral dan isu politik yang bisa disulap menjadi samar-samar. Kita sudah berdiri di garis hidup yang tak lagi mungkin ditawar, seperti dulu ketika para pendahulu kita berteriak heroik tentang pilihan terbatas antara merdeka atau mati. Dalam situasi kritis macam ini, maka dalil, sesahih apapun, tak bisa mengalahkan kebutuhan untuk hidup, merdeka, dan jaya. Atau mati.<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi patut ditegaskan: ini bukan perkara \u2018mbako\u2019 atau rokok. Neokolonialisme dan imperialisme, yang dulu diteriakkan Bung Karno, seolah secara sloganistik, bukan sekadar slogan, bukan hanya konsep, tapi keduanya benda nyata, yang mengancam harga diri dan kedaulatan kita sebagai pribadi, maupun harga diri dan kedaulatan kita sebagai bangsa.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang harus kita lakukan?<\/p>\n\n\n\n

\u201cMengikuti sikap peneliti di lembaga penelitian yang jiwanya telah tergadai itu?\u201d
\n\u201c Tidak!\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cMencontoh jejak para perumus hukum tentang
\nhalal-haram yang tak lagi tahu batas halalharam itu?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cTidak!\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cJadi, apa yang harus dilakukan?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cMelawan. Mungkin tak perlu menghitung segenap risiko. Ini pilihan terbaik kita\u201d<\/p>\n\n\n\n

Alam senyap. Pada detik-detik yang merupakan \u2018short moment\u2019 untuk menentukan sikap sesuai kata hati nurani, kita bukan sama sekali tak merasa takut. Ketakutan itu tetap bersama kita. Tapi langkah harus diambil. Dan jangan lupa kata Karna: dharma memang pelik.<\/p>\n\n\n\n

*Penulis: Mohammad Sobary
\n(Diambil dari pengantar buku: Kretek Kajian Ekonomi dan Budaya 4 Kota)<\/p>\n","post_title":"Kaum Ksatria dan Dharma","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kaum-ksatria-dan-dharma","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-20 10:47:26","post_modified_gmt":"2020-06-20 03:47:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6807","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6798,"post_author":"877","post_date":"2020-06-17 09:14:25","post_date_gmt":"2020-06-17 02:14:25","post_content":"\n

Suka sekali pemerintah menaikkan cukai rokok, hal itu tiap tahun terjadi. Pengatur kenaikan cukai itu instansi pemerintah dari Kementerian Keuangan. Kesan enaikan cukai tak semata-mata Negara sedang dalam keadaan yang sangat butuh mendesak, hal ini bisa dilihat alasan dan dasar tiap kali naik . Belum lagi alokasi penggunannya yang tak jelas baik pusat maupun daerah, terkesan carut marut. Total jumlah 2% dibagikan ke daerah, sisanya 98% masih tertimbun di pusat (Kementerian Keuangan). 2% yang kedaerah dibagi lagi 30% untuk provinsi penghasil, 40 % daerah kabupaten\/kota penghasil dan 30% daerah kabupaten\/kota lainnya(non penghasil). Lalu yang 98% dibuat apa saja?. <\/p>\n\n\n\n


Dana hasil pungutan cukai yang dibagikan kedaerah (provinsi\/Kabupaten\/Kota) dikenal dengan sebutan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Terbakau ( DBH-CHT). Cukai ini selalu naik, dengan alasan dan dasar pertimbangan mana suka. Ambil contoh, kenaikan cukai di tahun 2020 ini pertimbangannya ada 3 yaitu, mengurangi Konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan Negara, kata Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan.
\u201cKenaikan cukai diberlakukan berdasarkan tiga pertimbangan, yakni untuk mengurangi konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan negara\u201d
Seorang teman crew dari TV desa Dian (nama samaran) menertawakan alasan tersebut dengan berkata:
\u201cApa tidak terbalik bu?, harusnya yang lebih didahulukan dan jujur itu meningkatkan penerimaan negara bukan mengurangi konsumsi, ibu menteri ini pasti bukan orang lapangan, tidak tahu riil di lapangan, tak mungkin lah konsumsi rokok bisa dikurangi, kalau rokok mahal pindah ke rokok murahan atau pindah lintingan bu\u201d.<\/p>\n\n\n\n


Benar apa kata Dian, orang di desa itu kalau rokok mahal kalau gak melinting sendiri ya beli yang murahan bahkan eceran gak masalah. Mau harga di naikkan setinggi langit tak ada efek, mereka tetap akan merokok. Yang terkena dampaknya langsung pabrikan selanjutnya pekerja dan para petani tembakau, karena rokok dipasaran lesu. Dan pastinya berpengaruh juga terhadap rendahnya penerimaan negara. Belum lagi kalau rokok ilegal marak dipasaran, negara tambah rugi besar.<\/p>\n\n\n\n


Alasannya yang kedua tentang mengatur industrinya, terkesan dipaksakan. Apa korelasinya antara menaikkan cukai dengan mengatur industri, yang ada hanyalah korelasi tak langsung. Karena aturan industri sudah ada dan jelas, diluar dalam aturan kenaikan cukai. <\/p>\n\n\n\n


Jadi alasan pertama dan kedua untuk kenaikan cukai tak berbasis data lapangan dan data tektual (UU\/PP dan sejenisnya). Memberikan kesan mana suka. Tak berhenti disitu, aturan mana suka yang dibuat Kementerian Keuangan yang terkait dengan rokok dan cukai banyak sekali, diantaranya:<\/p>\n\n\n\n


Aturan pembagian hasil cuka yang hanya 2% untuk daerah provinsi, kabupaten dan kota. Ketentuan 2% ini tidak ada hitungan yang rijit seperti halnya bagi hasil yang bersumber dari lainnya seperti pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah, pajak penghasilan, kehutanan, pertambangan umum, perikanan dan lain sebagainya. Artinya, selain bagi hasil cukai semuanya dihitung detail sehingga keluar bagi hasilnya berapa. Sedang dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) pembagiannya ditentukan sepihak oleh Kementerian Keuangan dan daerah hanya mendapatkan 2% itupun masih dibagi lagi menjadi tiga klaster, yaitu provinsi penghasil, kabupaten\/kota penghasil dan kabupaten\/kota non penghasil. Sisanya 98% masih dipusat. <\/p>\n\n\n\n


Kedua, aturan ketentuan peruntukan DBH-CHT, untuk alokasi di Provinsi\/Kabupaten dan Kota di tentukan 5 item, yang diatur dalam UU cukai pasal 66 huruf A ayat 1, yaitu untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai ilegal.
Daerah dikenakan aturan penggunaan DBHCHT pada lima peruntukan di atas. Sedangkan aturan penggunaan DBH-CHT pusat yang jumlahnya lebih besar 98% tak ada satupun aturan penggunaannya. Sederhananya penggunaan dana cukai oleh pusat mana suka. Kalau dana tersebut dimasukkan dalam dana bagi hasil seperti lainnya, seharusnya tercantum pada UU Perimbangan Keuangan yang penggunaannya sudah diatur dan ada ketentuannya. Nyatanya dana cukai tidak demikian, tidak dimasukkan sebagai dana perimbangan keuangan negara. Akan tetapi di atur tersendiri dalam UU cukai. <\/p>\n\n\n\n


Walhasil 98% dana cukai digunakan sesuai kehendak pemerintah pusat dalam hal ini Kemeterian Keuangan dan pemerintah yang berkuasa. <\/p>\n\n\n\n


Andai penggunaan dana tersebut untuk hajat dan kepentingan orang banyak seperti membayar defisit BPJS tentunya penyumbang dana tersebut (perokok) masih menerima dengan lapang dada. Perokok dapat membantu sesama. Dana cukai untuk membayar defisit BPJS baru beberapa tahun terakhir ini, itupun hanya sebagian. Yang jadi pertanyaan lanjutan, dana hasil cukai yang jumlahnya besar di tahun-tahun kemarin peruntukannya untuk apa saja?, sebelum ada untuk pembayaran BPJS, sebelum ada bagi hasil 2% ke daerah ataupun setelah ada bagi hasil 2%. <\/p>\n\n\n\n


Pastinya tidak jelas penggunaannya, karena tidak ada aturan pasti dan kontrol bagi pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan. Yang ada hanyalah UU cukai yang mengatur penggunaan bagi daerah (provinsi, kabupaten dan kota).<\/p>\n\n\n\n


Jadi tidak salah jika banyak orang menganggap DBH-CHT bukan lagi dana bagi hasil melainkan dana bancaan hasil cukai hasil temabakau. <\/p>\n\n\n\n


Ketiga, aturan sanksi penyelewengan penggunaan DBH-CHT juga terkesan longgar dan tidak ada jeratan sanksi pidana. Aturan tersebut tertuang pada UU cukai pasal 6 huruf D ayat 1 dan 2. Berbunyi\u201d atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT dapat diberikan sanksi berupa penangguhan sampai dengan penghentian penyaluran DBH-CHT yang di buat di Indonesia\u201d. \u201cketentuan lebih lanjut mengenai sanksi atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT sebagai yang dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.<\/p>\n\n\n\n


Menandakan kuasa penuh aturan DBH-CHT ada pada Kementerian Keuangan. Pertanyaannya, siapa yang mengontrol dalam hal penggunaan alokasi DBH-CHT ditingkat Kementerian Keuangan yang jumlah dananya lebih besar yaitu 98% total dari pendapatan cukai. Lain itu dalam UU cukai tak ada satupun yang menjelaskan tentang hak di tingkat pemerintahan desa dalam penggunaan DBH-CHT. Yang paling bawah adalah pemerintah kabupaten dan kota, kewenangan pengelolaannya oleh Gubernur. <\/p>\n","post_title":"98% Dana Hasil Pungutan Cukai Ada di Pusat, Tau Buat Apa?","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"98-dana-hasil-pungutan-cukai-ada-di-pusat-tau-buat-apa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-17 09:14:29","post_modified_gmt":"2020-06-17 02:14:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6792,"post_author":"877","post_date":"2020-06-15 10:34:25","post_date_gmt":"2020-06-15 03:34:25","post_content":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Jika diperlukan---artinya bila harga diri dan hak-hak kita dirampas--- kita tak segan mengganyang kembali Malaysia sampai tinggal menjadi ampas. Dan ini pun berlaku bukan hanya buat pulau-pulau dan hak budaya. Sikap para Ksatria dan kaum Brahmana terhadap kebenaran kurang lebih seperti ini. Mereka dibentuk oleh alam untuk menjadi payung bagi kebenaran, agar tak seorang pun mengganggu gugat posisinya. Kebenaran harus terjamin, aman, dan terlindung di tempatnya.<\/p>\n\n\n\n

Tapi para Ksatria di lembaga riset---sebetulnya mereka juga Brahmana--- dan para Brahmana di lembaga keagamaan kita, telah kehilangan kiblat. Mustahil mereka tak mengetahui bahwa di balik dalil kesehatan yang tak manjur itu, ada niat mengambil alih---merampok--- industri kretek kita. Dalilnya runtuh, tapi niat kolonialisnya, dan imperialisnya, masih tetap menganga siap mencaplok. Maka dibuatlah dalil agama, dan dengan sikap naif yang tak mudah dipahami, kelompok Brahmana membuatkan dalil dengan harga yang mereka sepakati. Tapi dalil ini pun harus rontok sebelum musim gugur agar keserakahan tak berkembang.<\/p>\n\n\n\n

Kita, di sini, tak lagi bicara kebenaran sebagai isu moral dan isu politik yang bisa disulap menjadi samar-samar. Kita sudah berdiri di garis hidup yang tak lagi mungkin ditawar, seperti dulu ketika para pendahulu kita berteriak heroik tentang pilihan terbatas antara merdeka atau mati. Dalam situasi kritis macam ini, maka dalil, sesahih apapun, tak bisa mengalahkan kebutuhan untuk hidup, merdeka, dan jaya. Atau mati.<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi patut ditegaskan: ini bukan perkara \u2018mbako\u2019 atau rokok. Neokolonialisme dan imperialisme, yang dulu diteriakkan Bung Karno, seolah secara sloganistik, bukan sekadar slogan, bukan hanya konsep, tapi keduanya benda nyata, yang mengancam harga diri dan kedaulatan kita sebagai pribadi, maupun harga diri dan kedaulatan kita sebagai bangsa.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang harus kita lakukan?<\/p>\n\n\n\n

\u201cMengikuti sikap peneliti di lembaga penelitian yang jiwanya telah tergadai itu?\u201d
\n\u201c Tidak!\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cMencontoh jejak para perumus hukum tentang
\nhalal-haram yang tak lagi tahu batas halalharam itu?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cTidak!\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cJadi, apa yang harus dilakukan?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cMelawan. Mungkin tak perlu menghitung segenap risiko. Ini pilihan terbaik kita\u201d<\/p>\n\n\n\n

Alam senyap. Pada detik-detik yang merupakan \u2018short moment\u2019 untuk menentukan sikap sesuai kata hati nurani, kita bukan sama sekali tak merasa takut. Ketakutan itu tetap bersama kita. Tapi langkah harus diambil. Dan jangan lupa kata Karna: dharma memang pelik.<\/p>\n\n\n\n

*Penulis: Mohammad Sobary
\n(Diambil dari pengantar buku: Kretek Kajian Ekonomi dan Budaya 4 Kota)<\/p>\n","post_title":"Kaum Ksatria dan Dharma","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kaum-ksatria-dan-dharma","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-20 10:47:26","post_modified_gmt":"2020-06-20 03:47:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6807","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6798,"post_author":"877","post_date":"2020-06-17 09:14:25","post_date_gmt":"2020-06-17 02:14:25","post_content":"\n

Suka sekali pemerintah menaikkan cukai rokok, hal itu tiap tahun terjadi. Pengatur kenaikan cukai itu instansi pemerintah dari Kementerian Keuangan. Kesan enaikan cukai tak semata-mata Negara sedang dalam keadaan yang sangat butuh mendesak, hal ini bisa dilihat alasan dan dasar tiap kali naik . Belum lagi alokasi penggunannya yang tak jelas baik pusat maupun daerah, terkesan carut marut. Total jumlah 2% dibagikan ke daerah, sisanya 98% masih tertimbun di pusat (Kementerian Keuangan). 2% yang kedaerah dibagi lagi 30% untuk provinsi penghasil, 40 % daerah kabupaten\/kota penghasil dan 30% daerah kabupaten\/kota lainnya(non penghasil). Lalu yang 98% dibuat apa saja?. <\/p>\n\n\n\n


Dana hasil pungutan cukai yang dibagikan kedaerah (provinsi\/Kabupaten\/Kota) dikenal dengan sebutan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Terbakau ( DBH-CHT). Cukai ini selalu naik, dengan alasan dan dasar pertimbangan mana suka. Ambil contoh, kenaikan cukai di tahun 2020 ini pertimbangannya ada 3 yaitu, mengurangi Konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan Negara, kata Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan.
\u201cKenaikan cukai diberlakukan berdasarkan tiga pertimbangan, yakni untuk mengurangi konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan negara\u201d
Seorang teman crew dari TV desa Dian (nama samaran) menertawakan alasan tersebut dengan berkata:
\u201cApa tidak terbalik bu?, harusnya yang lebih didahulukan dan jujur itu meningkatkan penerimaan negara bukan mengurangi konsumsi, ibu menteri ini pasti bukan orang lapangan, tidak tahu riil di lapangan, tak mungkin lah konsumsi rokok bisa dikurangi, kalau rokok mahal pindah ke rokok murahan atau pindah lintingan bu\u201d.<\/p>\n\n\n\n


Benar apa kata Dian, orang di desa itu kalau rokok mahal kalau gak melinting sendiri ya beli yang murahan bahkan eceran gak masalah. Mau harga di naikkan setinggi langit tak ada efek, mereka tetap akan merokok. Yang terkena dampaknya langsung pabrikan selanjutnya pekerja dan para petani tembakau, karena rokok dipasaran lesu. Dan pastinya berpengaruh juga terhadap rendahnya penerimaan negara. Belum lagi kalau rokok ilegal marak dipasaran, negara tambah rugi besar.<\/p>\n\n\n\n


Alasannya yang kedua tentang mengatur industrinya, terkesan dipaksakan. Apa korelasinya antara menaikkan cukai dengan mengatur industri, yang ada hanyalah korelasi tak langsung. Karena aturan industri sudah ada dan jelas, diluar dalam aturan kenaikan cukai. <\/p>\n\n\n\n


Jadi alasan pertama dan kedua untuk kenaikan cukai tak berbasis data lapangan dan data tektual (UU\/PP dan sejenisnya). Memberikan kesan mana suka. Tak berhenti disitu, aturan mana suka yang dibuat Kementerian Keuangan yang terkait dengan rokok dan cukai banyak sekali, diantaranya:<\/p>\n\n\n\n


Aturan pembagian hasil cuka yang hanya 2% untuk daerah provinsi, kabupaten dan kota. Ketentuan 2% ini tidak ada hitungan yang rijit seperti halnya bagi hasil yang bersumber dari lainnya seperti pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah, pajak penghasilan, kehutanan, pertambangan umum, perikanan dan lain sebagainya. Artinya, selain bagi hasil cukai semuanya dihitung detail sehingga keluar bagi hasilnya berapa. Sedang dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) pembagiannya ditentukan sepihak oleh Kementerian Keuangan dan daerah hanya mendapatkan 2% itupun masih dibagi lagi menjadi tiga klaster, yaitu provinsi penghasil, kabupaten\/kota penghasil dan kabupaten\/kota non penghasil. Sisanya 98% masih dipusat. <\/p>\n\n\n\n


Kedua, aturan ketentuan peruntukan DBH-CHT, untuk alokasi di Provinsi\/Kabupaten dan Kota di tentukan 5 item, yang diatur dalam UU cukai pasal 66 huruf A ayat 1, yaitu untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai ilegal.
Daerah dikenakan aturan penggunaan DBHCHT pada lima peruntukan di atas. Sedangkan aturan penggunaan DBH-CHT pusat yang jumlahnya lebih besar 98% tak ada satupun aturan penggunaannya. Sederhananya penggunaan dana cukai oleh pusat mana suka. Kalau dana tersebut dimasukkan dalam dana bagi hasil seperti lainnya, seharusnya tercantum pada UU Perimbangan Keuangan yang penggunaannya sudah diatur dan ada ketentuannya. Nyatanya dana cukai tidak demikian, tidak dimasukkan sebagai dana perimbangan keuangan negara. Akan tetapi di atur tersendiri dalam UU cukai. <\/p>\n\n\n\n


Walhasil 98% dana cukai digunakan sesuai kehendak pemerintah pusat dalam hal ini Kemeterian Keuangan dan pemerintah yang berkuasa. <\/p>\n\n\n\n


Andai penggunaan dana tersebut untuk hajat dan kepentingan orang banyak seperti membayar defisit BPJS tentunya penyumbang dana tersebut (perokok) masih menerima dengan lapang dada. Perokok dapat membantu sesama. Dana cukai untuk membayar defisit BPJS baru beberapa tahun terakhir ini, itupun hanya sebagian. Yang jadi pertanyaan lanjutan, dana hasil cukai yang jumlahnya besar di tahun-tahun kemarin peruntukannya untuk apa saja?, sebelum ada untuk pembayaran BPJS, sebelum ada bagi hasil 2% ke daerah ataupun setelah ada bagi hasil 2%. <\/p>\n\n\n\n


Pastinya tidak jelas penggunaannya, karena tidak ada aturan pasti dan kontrol bagi pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan. Yang ada hanyalah UU cukai yang mengatur penggunaan bagi daerah (provinsi, kabupaten dan kota).<\/p>\n\n\n\n


Jadi tidak salah jika banyak orang menganggap DBH-CHT bukan lagi dana bagi hasil melainkan dana bancaan hasil cukai hasil temabakau. <\/p>\n\n\n\n


Ketiga, aturan sanksi penyelewengan penggunaan DBH-CHT juga terkesan longgar dan tidak ada jeratan sanksi pidana. Aturan tersebut tertuang pada UU cukai pasal 6 huruf D ayat 1 dan 2. Berbunyi\u201d atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT dapat diberikan sanksi berupa penangguhan sampai dengan penghentian penyaluran DBH-CHT yang di buat di Indonesia\u201d. \u201cketentuan lebih lanjut mengenai sanksi atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT sebagai yang dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.<\/p>\n\n\n\n


Menandakan kuasa penuh aturan DBH-CHT ada pada Kementerian Keuangan. Pertanyaannya, siapa yang mengontrol dalam hal penggunaan alokasi DBH-CHT ditingkat Kementerian Keuangan yang jumlah dananya lebih besar yaitu 98% total dari pendapatan cukai. Lain itu dalam UU cukai tak ada satupun yang menjelaskan tentang hak di tingkat pemerintahan desa dalam penggunaan DBH-CHT. Yang paling bawah adalah pemerintah kabupaten dan kota, kewenangan pengelolaannya oleh Gubernur. <\/p>\n","post_title":"98% Dana Hasil Pungutan Cukai Ada di Pusat, Tau Buat Apa?","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"98-dana-hasil-pungutan-cukai-ada-di-pusat-tau-buat-apa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-17 09:14:29","post_modified_gmt":"2020-06-17 02:14:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6792,"post_author":"877","post_date":"2020-06-15 10:34:25","post_date_gmt":"2020-06-15 03:34:25","post_content":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Saya menulis kata pengantar buku ini bukan untuk membela rokok kretek. Sikap ini bisa berlaku untuk banyak hal yang lain. Dengan sikap seperti ini pula---kurang lebih---saya mengutuk Malaysia, ketika dengan angkuh, dan sikap tak peduli menghormati hak milik dan kedaulatan bangsa lain, mereka mau mencaplok lagi pulau-pulau terluar di garis batas wilayah kedaulatan Republik kita, dan mau mengangkangi hak milik budaya, yaitu lagu-lagu dan seni reog kita.<\/p>\n\n\n\n

Jika diperlukan---artinya bila harga diri dan hak-hak kita dirampas--- kita tak segan mengganyang kembali Malaysia sampai tinggal menjadi ampas. Dan ini pun berlaku bukan hanya buat pulau-pulau dan hak budaya. Sikap para Ksatria dan kaum Brahmana terhadap kebenaran kurang lebih seperti ini. Mereka dibentuk oleh alam untuk menjadi payung bagi kebenaran, agar tak seorang pun mengganggu gugat posisinya. Kebenaran harus terjamin, aman, dan terlindung di tempatnya.<\/p>\n\n\n\n

Tapi para Ksatria di lembaga riset---sebetulnya mereka juga Brahmana--- dan para Brahmana di lembaga keagamaan kita, telah kehilangan kiblat. Mustahil mereka tak mengetahui bahwa di balik dalil kesehatan yang tak manjur itu, ada niat mengambil alih---merampok--- industri kretek kita. Dalilnya runtuh, tapi niat kolonialisnya, dan imperialisnya, masih tetap menganga siap mencaplok. Maka dibuatlah dalil agama, dan dengan sikap naif yang tak mudah dipahami, kelompok Brahmana membuatkan dalil dengan harga yang mereka sepakati. Tapi dalil ini pun harus rontok sebelum musim gugur agar keserakahan tak berkembang.<\/p>\n\n\n\n

Kita, di sini, tak lagi bicara kebenaran sebagai isu moral dan isu politik yang bisa disulap menjadi samar-samar. Kita sudah berdiri di garis hidup yang tak lagi mungkin ditawar, seperti dulu ketika para pendahulu kita berteriak heroik tentang pilihan terbatas antara merdeka atau mati. Dalam situasi kritis macam ini, maka dalil, sesahih apapun, tak bisa mengalahkan kebutuhan untuk hidup, merdeka, dan jaya. Atau mati.<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi patut ditegaskan: ini bukan perkara \u2018mbako\u2019 atau rokok. Neokolonialisme dan imperialisme, yang dulu diteriakkan Bung Karno, seolah secara sloganistik, bukan sekadar slogan, bukan hanya konsep, tapi keduanya benda nyata, yang mengancam harga diri dan kedaulatan kita sebagai pribadi, maupun harga diri dan kedaulatan kita sebagai bangsa.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang harus kita lakukan?<\/p>\n\n\n\n

\u201cMengikuti sikap peneliti di lembaga penelitian yang jiwanya telah tergadai itu?\u201d
\n\u201c Tidak!\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cMencontoh jejak para perumus hukum tentang
\nhalal-haram yang tak lagi tahu batas halalharam itu?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cTidak!\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cJadi, apa yang harus dilakukan?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cMelawan. Mungkin tak perlu menghitung segenap risiko. Ini pilihan terbaik kita\u201d<\/p>\n\n\n\n

Alam senyap. Pada detik-detik yang merupakan \u2018short moment\u2019 untuk menentukan sikap sesuai kata hati nurani, kita bukan sama sekali tak merasa takut. Ketakutan itu tetap bersama kita. Tapi langkah harus diambil. Dan jangan lupa kata Karna: dharma memang pelik.<\/p>\n\n\n\n

*Penulis: Mohammad Sobary
\n(Diambil dari pengantar buku: Kretek Kajian Ekonomi dan Budaya 4 Kota)<\/p>\n","post_title":"Kaum Ksatria dan Dharma","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kaum-ksatria-dan-dharma","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-20 10:47:26","post_modified_gmt":"2020-06-20 03:47:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6807","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6798,"post_author":"877","post_date":"2020-06-17 09:14:25","post_date_gmt":"2020-06-17 02:14:25","post_content":"\n

Suka sekali pemerintah menaikkan cukai rokok, hal itu tiap tahun terjadi. Pengatur kenaikan cukai itu instansi pemerintah dari Kementerian Keuangan. Kesan enaikan cukai tak semata-mata Negara sedang dalam keadaan yang sangat butuh mendesak, hal ini bisa dilihat alasan dan dasar tiap kali naik . Belum lagi alokasi penggunannya yang tak jelas baik pusat maupun daerah, terkesan carut marut. Total jumlah 2% dibagikan ke daerah, sisanya 98% masih tertimbun di pusat (Kementerian Keuangan). 2% yang kedaerah dibagi lagi 30% untuk provinsi penghasil, 40 % daerah kabupaten\/kota penghasil dan 30% daerah kabupaten\/kota lainnya(non penghasil). Lalu yang 98% dibuat apa saja?. <\/p>\n\n\n\n


Dana hasil pungutan cukai yang dibagikan kedaerah (provinsi\/Kabupaten\/Kota) dikenal dengan sebutan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Terbakau ( DBH-CHT). Cukai ini selalu naik, dengan alasan dan dasar pertimbangan mana suka. Ambil contoh, kenaikan cukai di tahun 2020 ini pertimbangannya ada 3 yaitu, mengurangi Konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan Negara, kata Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan.
\u201cKenaikan cukai diberlakukan berdasarkan tiga pertimbangan, yakni untuk mengurangi konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan negara\u201d
Seorang teman crew dari TV desa Dian (nama samaran) menertawakan alasan tersebut dengan berkata:
\u201cApa tidak terbalik bu?, harusnya yang lebih didahulukan dan jujur itu meningkatkan penerimaan negara bukan mengurangi konsumsi, ibu menteri ini pasti bukan orang lapangan, tidak tahu riil di lapangan, tak mungkin lah konsumsi rokok bisa dikurangi, kalau rokok mahal pindah ke rokok murahan atau pindah lintingan bu\u201d.<\/p>\n\n\n\n


Benar apa kata Dian, orang di desa itu kalau rokok mahal kalau gak melinting sendiri ya beli yang murahan bahkan eceran gak masalah. Mau harga di naikkan setinggi langit tak ada efek, mereka tetap akan merokok. Yang terkena dampaknya langsung pabrikan selanjutnya pekerja dan para petani tembakau, karena rokok dipasaran lesu. Dan pastinya berpengaruh juga terhadap rendahnya penerimaan negara. Belum lagi kalau rokok ilegal marak dipasaran, negara tambah rugi besar.<\/p>\n\n\n\n


Alasannya yang kedua tentang mengatur industrinya, terkesan dipaksakan. Apa korelasinya antara menaikkan cukai dengan mengatur industri, yang ada hanyalah korelasi tak langsung. Karena aturan industri sudah ada dan jelas, diluar dalam aturan kenaikan cukai. <\/p>\n\n\n\n


Jadi alasan pertama dan kedua untuk kenaikan cukai tak berbasis data lapangan dan data tektual (UU\/PP dan sejenisnya). Memberikan kesan mana suka. Tak berhenti disitu, aturan mana suka yang dibuat Kementerian Keuangan yang terkait dengan rokok dan cukai banyak sekali, diantaranya:<\/p>\n\n\n\n


Aturan pembagian hasil cuka yang hanya 2% untuk daerah provinsi, kabupaten dan kota. Ketentuan 2% ini tidak ada hitungan yang rijit seperti halnya bagi hasil yang bersumber dari lainnya seperti pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah, pajak penghasilan, kehutanan, pertambangan umum, perikanan dan lain sebagainya. Artinya, selain bagi hasil cukai semuanya dihitung detail sehingga keluar bagi hasilnya berapa. Sedang dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) pembagiannya ditentukan sepihak oleh Kementerian Keuangan dan daerah hanya mendapatkan 2% itupun masih dibagi lagi menjadi tiga klaster, yaitu provinsi penghasil, kabupaten\/kota penghasil dan kabupaten\/kota non penghasil. Sisanya 98% masih dipusat. <\/p>\n\n\n\n


Kedua, aturan ketentuan peruntukan DBH-CHT, untuk alokasi di Provinsi\/Kabupaten dan Kota di tentukan 5 item, yang diatur dalam UU cukai pasal 66 huruf A ayat 1, yaitu untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai ilegal.
Daerah dikenakan aturan penggunaan DBHCHT pada lima peruntukan di atas. Sedangkan aturan penggunaan DBH-CHT pusat yang jumlahnya lebih besar 98% tak ada satupun aturan penggunaannya. Sederhananya penggunaan dana cukai oleh pusat mana suka. Kalau dana tersebut dimasukkan dalam dana bagi hasil seperti lainnya, seharusnya tercantum pada UU Perimbangan Keuangan yang penggunaannya sudah diatur dan ada ketentuannya. Nyatanya dana cukai tidak demikian, tidak dimasukkan sebagai dana perimbangan keuangan negara. Akan tetapi di atur tersendiri dalam UU cukai. <\/p>\n\n\n\n


Walhasil 98% dana cukai digunakan sesuai kehendak pemerintah pusat dalam hal ini Kemeterian Keuangan dan pemerintah yang berkuasa. <\/p>\n\n\n\n


Andai penggunaan dana tersebut untuk hajat dan kepentingan orang banyak seperti membayar defisit BPJS tentunya penyumbang dana tersebut (perokok) masih menerima dengan lapang dada. Perokok dapat membantu sesama. Dana cukai untuk membayar defisit BPJS baru beberapa tahun terakhir ini, itupun hanya sebagian. Yang jadi pertanyaan lanjutan, dana hasil cukai yang jumlahnya besar di tahun-tahun kemarin peruntukannya untuk apa saja?, sebelum ada untuk pembayaran BPJS, sebelum ada bagi hasil 2% ke daerah ataupun setelah ada bagi hasil 2%. <\/p>\n\n\n\n


Pastinya tidak jelas penggunaannya, karena tidak ada aturan pasti dan kontrol bagi pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan. Yang ada hanyalah UU cukai yang mengatur penggunaan bagi daerah (provinsi, kabupaten dan kota).<\/p>\n\n\n\n


Jadi tidak salah jika banyak orang menganggap DBH-CHT bukan lagi dana bagi hasil melainkan dana bancaan hasil cukai hasil temabakau. <\/p>\n\n\n\n


Ketiga, aturan sanksi penyelewengan penggunaan DBH-CHT juga terkesan longgar dan tidak ada jeratan sanksi pidana. Aturan tersebut tertuang pada UU cukai pasal 6 huruf D ayat 1 dan 2. Berbunyi\u201d atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT dapat diberikan sanksi berupa penangguhan sampai dengan penghentian penyaluran DBH-CHT yang di buat di Indonesia\u201d. \u201cketentuan lebih lanjut mengenai sanksi atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT sebagai yang dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.<\/p>\n\n\n\n


Menandakan kuasa penuh aturan DBH-CHT ada pada Kementerian Keuangan. Pertanyaannya, siapa yang mengontrol dalam hal penggunaan alokasi DBH-CHT ditingkat Kementerian Keuangan yang jumlah dananya lebih besar yaitu 98% total dari pendapatan cukai. Lain itu dalam UU cukai tak ada satupun yang menjelaskan tentang hak di tingkat pemerintahan desa dalam penggunaan DBH-CHT. Yang paling bawah adalah pemerintah kabupaten dan kota, kewenangan pengelolaannya oleh Gubernur. <\/p>\n","post_title":"98% Dana Hasil Pungutan Cukai Ada di Pusat, Tau Buat Apa?","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"98-dana-hasil-pungutan-cukai-ada-di-pusat-tau-buat-apa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-17 09:14:29","post_modified_gmt":"2020-06-17 02:14:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6792,"post_author":"877","post_date":"2020-06-15 10:34:25","post_date_gmt":"2020-06-15 03:34:25","post_content":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Para intelektual individual maupun mereka yang mewakili lembaga masing-masing, telah merusak batas-batas wilayah kotor dan wilayah \u2018suci\u2019: yang satu menjual harga diri, yang lain menjual agama, masing-masing dengan harga murah. Mereka yang faham sefaham-fahamnya larangan agar manusia tak mencampuradukkan apa yang haq---yang suci dan benar---dengan segenap apa yang bathil, telah menjadi buta. Bagaimana sebuah penentu kiblat hendak berfungsi secara sosial dan moral bila mereka telah buta akan kedua perkara itu?<\/p>\n\n\n\n

Saya menulis kata pengantar buku ini bukan untuk membela rokok kretek. Sikap ini bisa berlaku untuk banyak hal yang lain. Dengan sikap seperti ini pula---kurang lebih---saya mengutuk Malaysia, ketika dengan angkuh, dan sikap tak peduli menghormati hak milik dan kedaulatan bangsa lain, mereka mau mencaplok lagi pulau-pulau terluar di garis batas wilayah kedaulatan Republik kita, dan mau mengangkangi hak milik budaya, yaitu lagu-lagu dan seni reog kita.<\/p>\n\n\n\n

Jika diperlukan---artinya bila harga diri dan hak-hak kita dirampas--- kita tak segan mengganyang kembali Malaysia sampai tinggal menjadi ampas. Dan ini pun berlaku bukan hanya buat pulau-pulau dan hak budaya. Sikap para Ksatria dan kaum Brahmana terhadap kebenaran kurang lebih seperti ini. Mereka dibentuk oleh alam untuk menjadi payung bagi kebenaran, agar tak seorang pun mengganggu gugat posisinya. Kebenaran harus terjamin, aman, dan terlindung di tempatnya.<\/p>\n\n\n\n

Tapi para Ksatria di lembaga riset---sebetulnya mereka juga Brahmana--- dan para Brahmana di lembaga keagamaan kita, telah kehilangan kiblat. Mustahil mereka tak mengetahui bahwa di balik dalil kesehatan yang tak manjur itu, ada niat mengambil alih---merampok--- industri kretek kita. Dalilnya runtuh, tapi niat kolonialisnya, dan imperialisnya, masih tetap menganga siap mencaplok. Maka dibuatlah dalil agama, dan dengan sikap naif yang tak mudah dipahami, kelompok Brahmana membuatkan dalil dengan harga yang mereka sepakati. Tapi dalil ini pun harus rontok sebelum musim gugur agar keserakahan tak berkembang.<\/p>\n\n\n\n

Kita, di sini, tak lagi bicara kebenaran sebagai isu moral dan isu politik yang bisa disulap menjadi samar-samar. Kita sudah berdiri di garis hidup yang tak lagi mungkin ditawar, seperti dulu ketika para pendahulu kita berteriak heroik tentang pilihan terbatas antara merdeka atau mati. Dalam situasi kritis macam ini, maka dalil, sesahih apapun, tak bisa mengalahkan kebutuhan untuk hidup, merdeka, dan jaya. Atau mati.<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi patut ditegaskan: ini bukan perkara \u2018mbako\u2019 atau rokok. Neokolonialisme dan imperialisme, yang dulu diteriakkan Bung Karno, seolah secara sloganistik, bukan sekadar slogan, bukan hanya konsep, tapi keduanya benda nyata, yang mengancam harga diri dan kedaulatan kita sebagai pribadi, maupun harga diri dan kedaulatan kita sebagai bangsa.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang harus kita lakukan?<\/p>\n\n\n\n

\u201cMengikuti sikap peneliti di lembaga penelitian yang jiwanya telah tergadai itu?\u201d
\n\u201c Tidak!\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cMencontoh jejak para perumus hukum tentang
\nhalal-haram yang tak lagi tahu batas halalharam itu?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cTidak!\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cJadi, apa yang harus dilakukan?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cMelawan. Mungkin tak perlu menghitung segenap risiko. Ini pilihan terbaik kita\u201d<\/p>\n\n\n\n

Alam senyap. Pada detik-detik yang merupakan \u2018short moment\u2019 untuk menentukan sikap sesuai kata hati nurani, kita bukan sama sekali tak merasa takut. Ketakutan itu tetap bersama kita. Tapi langkah harus diambil. Dan jangan lupa kata Karna: dharma memang pelik.<\/p>\n\n\n\n

*Penulis: Mohammad Sobary
\n(Diambil dari pengantar buku: Kretek Kajian Ekonomi dan Budaya 4 Kota)<\/p>\n","post_title":"Kaum Ksatria dan Dharma","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kaum-ksatria-dan-dharma","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-20 10:47:26","post_modified_gmt":"2020-06-20 03:47:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6807","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6798,"post_author":"877","post_date":"2020-06-17 09:14:25","post_date_gmt":"2020-06-17 02:14:25","post_content":"\n

Suka sekali pemerintah menaikkan cukai rokok, hal itu tiap tahun terjadi. Pengatur kenaikan cukai itu instansi pemerintah dari Kementerian Keuangan. Kesan enaikan cukai tak semata-mata Negara sedang dalam keadaan yang sangat butuh mendesak, hal ini bisa dilihat alasan dan dasar tiap kali naik . Belum lagi alokasi penggunannya yang tak jelas baik pusat maupun daerah, terkesan carut marut. Total jumlah 2% dibagikan ke daerah, sisanya 98% masih tertimbun di pusat (Kementerian Keuangan). 2% yang kedaerah dibagi lagi 30% untuk provinsi penghasil, 40 % daerah kabupaten\/kota penghasil dan 30% daerah kabupaten\/kota lainnya(non penghasil). Lalu yang 98% dibuat apa saja?. <\/p>\n\n\n\n


Dana hasil pungutan cukai yang dibagikan kedaerah (provinsi\/Kabupaten\/Kota) dikenal dengan sebutan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Terbakau ( DBH-CHT). Cukai ini selalu naik, dengan alasan dan dasar pertimbangan mana suka. Ambil contoh, kenaikan cukai di tahun 2020 ini pertimbangannya ada 3 yaitu, mengurangi Konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan Negara, kata Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan.
\u201cKenaikan cukai diberlakukan berdasarkan tiga pertimbangan, yakni untuk mengurangi konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan negara\u201d
Seorang teman crew dari TV desa Dian (nama samaran) menertawakan alasan tersebut dengan berkata:
\u201cApa tidak terbalik bu?, harusnya yang lebih didahulukan dan jujur itu meningkatkan penerimaan negara bukan mengurangi konsumsi, ibu menteri ini pasti bukan orang lapangan, tidak tahu riil di lapangan, tak mungkin lah konsumsi rokok bisa dikurangi, kalau rokok mahal pindah ke rokok murahan atau pindah lintingan bu\u201d.<\/p>\n\n\n\n


Benar apa kata Dian, orang di desa itu kalau rokok mahal kalau gak melinting sendiri ya beli yang murahan bahkan eceran gak masalah. Mau harga di naikkan setinggi langit tak ada efek, mereka tetap akan merokok. Yang terkena dampaknya langsung pabrikan selanjutnya pekerja dan para petani tembakau, karena rokok dipasaran lesu. Dan pastinya berpengaruh juga terhadap rendahnya penerimaan negara. Belum lagi kalau rokok ilegal marak dipasaran, negara tambah rugi besar.<\/p>\n\n\n\n


Alasannya yang kedua tentang mengatur industrinya, terkesan dipaksakan. Apa korelasinya antara menaikkan cukai dengan mengatur industri, yang ada hanyalah korelasi tak langsung. Karena aturan industri sudah ada dan jelas, diluar dalam aturan kenaikan cukai. <\/p>\n\n\n\n


Jadi alasan pertama dan kedua untuk kenaikan cukai tak berbasis data lapangan dan data tektual (UU\/PP dan sejenisnya). Memberikan kesan mana suka. Tak berhenti disitu, aturan mana suka yang dibuat Kementerian Keuangan yang terkait dengan rokok dan cukai banyak sekali, diantaranya:<\/p>\n\n\n\n


Aturan pembagian hasil cuka yang hanya 2% untuk daerah provinsi, kabupaten dan kota. Ketentuan 2% ini tidak ada hitungan yang rijit seperti halnya bagi hasil yang bersumber dari lainnya seperti pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah, pajak penghasilan, kehutanan, pertambangan umum, perikanan dan lain sebagainya. Artinya, selain bagi hasil cukai semuanya dihitung detail sehingga keluar bagi hasilnya berapa. Sedang dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) pembagiannya ditentukan sepihak oleh Kementerian Keuangan dan daerah hanya mendapatkan 2% itupun masih dibagi lagi menjadi tiga klaster, yaitu provinsi penghasil, kabupaten\/kota penghasil dan kabupaten\/kota non penghasil. Sisanya 98% masih dipusat. <\/p>\n\n\n\n


Kedua, aturan ketentuan peruntukan DBH-CHT, untuk alokasi di Provinsi\/Kabupaten dan Kota di tentukan 5 item, yang diatur dalam UU cukai pasal 66 huruf A ayat 1, yaitu untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai ilegal.
Daerah dikenakan aturan penggunaan DBHCHT pada lima peruntukan di atas. Sedangkan aturan penggunaan DBH-CHT pusat yang jumlahnya lebih besar 98% tak ada satupun aturan penggunaannya. Sederhananya penggunaan dana cukai oleh pusat mana suka. Kalau dana tersebut dimasukkan dalam dana bagi hasil seperti lainnya, seharusnya tercantum pada UU Perimbangan Keuangan yang penggunaannya sudah diatur dan ada ketentuannya. Nyatanya dana cukai tidak demikian, tidak dimasukkan sebagai dana perimbangan keuangan negara. Akan tetapi di atur tersendiri dalam UU cukai. <\/p>\n\n\n\n


Walhasil 98% dana cukai digunakan sesuai kehendak pemerintah pusat dalam hal ini Kemeterian Keuangan dan pemerintah yang berkuasa. <\/p>\n\n\n\n


Andai penggunaan dana tersebut untuk hajat dan kepentingan orang banyak seperti membayar defisit BPJS tentunya penyumbang dana tersebut (perokok) masih menerima dengan lapang dada. Perokok dapat membantu sesama. Dana cukai untuk membayar defisit BPJS baru beberapa tahun terakhir ini, itupun hanya sebagian. Yang jadi pertanyaan lanjutan, dana hasil cukai yang jumlahnya besar di tahun-tahun kemarin peruntukannya untuk apa saja?, sebelum ada untuk pembayaran BPJS, sebelum ada bagi hasil 2% ke daerah ataupun setelah ada bagi hasil 2%. <\/p>\n\n\n\n


Pastinya tidak jelas penggunaannya, karena tidak ada aturan pasti dan kontrol bagi pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan. Yang ada hanyalah UU cukai yang mengatur penggunaan bagi daerah (provinsi, kabupaten dan kota).<\/p>\n\n\n\n


Jadi tidak salah jika banyak orang menganggap DBH-CHT bukan lagi dana bagi hasil melainkan dana bancaan hasil cukai hasil temabakau. <\/p>\n\n\n\n


Ketiga, aturan sanksi penyelewengan penggunaan DBH-CHT juga terkesan longgar dan tidak ada jeratan sanksi pidana. Aturan tersebut tertuang pada UU cukai pasal 6 huruf D ayat 1 dan 2. Berbunyi\u201d atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT dapat diberikan sanksi berupa penangguhan sampai dengan penghentian penyaluran DBH-CHT yang di buat di Indonesia\u201d. \u201cketentuan lebih lanjut mengenai sanksi atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT sebagai yang dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.<\/p>\n\n\n\n


Menandakan kuasa penuh aturan DBH-CHT ada pada Kementerian Keuangan. Pertanyaannya, siapa yang mengontrol dalam hal penggunaan alokasi DBH-CHT ditingkat Kementerian Keuangan yang jumlah dananya lebih besar yaitu 98% total dari pendapatan cukai. Lain itu dalam UU cukai tak ada satupun yang menjelaskan tentang hak di tingkat pemerintahan desa dalam penggunaan DBH-CHT. Yang paling bawah adalah pemerintah kabupaten dan kota, kewenangan pengelolaannya oleh Gubernur. <\/p>\n","post_title":"98% Dana Hasil Pungutan Cukai Ada di Pusat, Tau Buat Apa?","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"98-dana-hasil-pungutan-cukai-ada-di-pusat-tau-buat-apa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-17 09:14:29","post_modified_gmt":"2020-06-17 02:14:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6792,"post_author":"877","post_date":"2020-06-15 10:34:25","post_date_gmt":"2020-06-15 03:34:25","post_content":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Majlis Tarjih, otoritas penentu kiblat moral, dari suatu organisasi sosial keagamaan yang sangat berwibawa, yang didirikan oleh Kiai besar yang hidup zuhud, yang jelas menarik garis batas dengan dunia yang fana ini, dilanjutkan para rohaniwan besar, yang saleh, kini telah dihancurkan sendiri dari dalam oleh pengaruh uang, sekitar empat miliar rupiah jumlahnya. Sebagai anggota organisasi itu, saya merasa, orang-orang di Majlis penentu arah ini seperti membuat \u2018W.C. Umum\u2019 yang berbau busuk di ruang rapat mereka sendiri.<\/p>\n\n\n\n

Para intelektual individual maupun mereka yang mewakili lembaga masing-masing, telah merusak batas-batas wilayah kotor dan wilayah \u2018suci\u2019: yang satu menjual harga diri, yang lain menjual agama, masing-masing dengan harga murah. Mereka yang faham sefaham-fahamnya larangan agar manusia tak mencampuradukkan apa yang haq---yang suci dan benar---dengan segenap apa yang bathil, telah menjadi buta. Bagaimana sebuah penentu kiblat hendak berfungsi secara sosial dan moral bila mereka telah buta akan kedua perkara itu?<\/p>\n\n\n\n

Saya menulis kata pengantar buku ini bukan untuk membela rokok kretek. Sikap ini bisa berlaku untuk banyak hal yang lain. Dengan sikap seperti ini pula---kurang lebih---saya mengutuk Malaysia, ketika dengan angkuh, dan sikap tak peduli menghormati hak milik dan kedaulatan bangsa lain, mereka mau mencaplok lagi pulau-pulau terluar di garis batas wilayah kedaulatan Republik kita, dan mau mengangkangi hak milik budaya, yaitu lagu-lagu dan seni reog kita.<\/p>\n\n\n\n

Jika diperlukan---artinya bila harga diri dan hak-hak kita dirampas--- kita tak segan mengganyang kembali Malaysia sampai tinggal menjadi ampas. Dan ini pun berlaku bukan hanya buat pulau-pulau dan hak budaya. Sikap para Ksatria dan kaum Brahmana terhadap kebenaran kurang lebih seperti ini. Mereka dibentuk oleh alam untuk menjadi payung bagi kebenaran, agar tak seorang pun mengganggu gugat posisinya. Kebenaran harus terjamin, aman, dan terlindung di tempatnya.<\/p>\n\n\n\n

Tapi para Ksatria di lembaga riset---sebetulnya mereka juga Brahmana--- dan para Brahmana di lembaga keagamaan kita, telah kehilangan kiblat. Mustahil mereka tak mengetahui bahwa di balik dalil kesehatan yang tak manjur itu, ada niat mengambil alih---merampok--- industri kretek kita. Dalilnya runtuh, tapi niat kolonialisnya, dan imperialisnya, masih tetap menganga siap mencaplok. Maka dibuatlah dalil agama, dan dengan sikap naif yang tak mudah dipahami, kelompok Brahmana membuatkan dalil dengan harga yang mereka sepakati. Tapi dalil ini pun harus rontok sebelum musim gugur agar keserakahan tak berkembang.<\/p>\n\n\n\n

Kita, di sini, tak lagi bicara kebenaran sebagai isu moral dan isu politik yang bisa disulap menjadi samar-samar. Kita sudah berdiri di garis hidup yang tak lagi mungkin ditawar, seperti dulu ketika para pendahulu kita berteriak heroik tentang pilihan terbatas antara merdeka atau mati. Dalam situasi kritis macam ini, maka dalil, sesahih apapun, tak bisa mengalahkan kebutuhan untuk hidup, merdeka, dan jaya. Atau mati.<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi patut ditegaskan: ini bukan perkara \u2018mbako\u2019 atau rokok. Neokolonialisme dan imperialisme, yang dulu diteriakkan Bung Karno, seolah secara sloganistik, bukan sekadar slogan, bukan hanya konsep, tapi keduanya benda nyata, yang mengancam harga diri dan kedaulatan kita sebagai pribadi, maupun harga diri dan kedaulatan kita sebagai bangsa.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang harus kita lakukan?<\/p>\n\n\n\n

\u201cMengikuti sikap peneliti di lembaga penelitian yang jiwanya telah tergadai itu?\u201d
\n\u201c Tidak!\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cMencontoh jejak para perumus hukum tentang
\nhalal-haram yang tak lagi tahu batas halalharam itu?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cTidak!\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cJadi, apa yang harus dilakukan?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cMelawan. Mungkin tak perlu menghitung segenap risiko. Ini pilihan terbaik kita\u201d<\/p>\n\n\n\n

Alam senyap. Pada detik-detik yang merupakan \u2018short moment\u2019 untuk menentukan sikap sesuai kata hati nurani, kita bukan sama sekali tak merasa takut. Ketakutan itu tetap bersama kita. Tapi langkah harus diambil. Dan jangan lupa kata Karna: dharma memang pelik.<\/p>\n\n\n\n

*Penulis: Mohammad Sobary
\n(Diambil dari pengantar buku: Kretek Kajian Ekonomi dan Budaya 4 Kota)<\/p>\n","post_title":"Kaum Ksatria dan Dharma","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kaum-ksatria-dan-dharma","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-20 10:47:26","post_modified_gmt":"2020-06-20 03:47:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6807","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6798,"post_author":"877","post_date":"2020-06-17 09:14:25","post_date_gmt":"2020-06-17 02:14:25","post_content":"\n

Suka sekali pemerintah menaikkan cukai rokok, hal itu tiap tahun terjadi. Pengatur kenaikan cukai itu instansi pemerintah dari Kementerian Keuangan. Kesan enaikan cukai tak semata-mata Negara sedang dalam keadaan yang sangat butuh mendesak, hal ini bisa dilihat alasan dan dasar tiap kali naik . Belum lagi alokasi penggunannya yang tak jelas baik pusat maupun daerah, terkesan carut marut. Total jumlah 2% dibagikan ke daerah, sisanya 98% masih tertimbun di pusat (Kementerian Keuangan). 2% yang kedaerah dibagi lagi 30% untuk provinsi penghasil, 40 % daerah kabupaten\/kota penghasil dan 30% daerah kabupaten\/kota lainnya(non penghasil). Lalu yang 98% dibuat apa saja?. <\/p>\n\n\n\n


Dana hasil pungutan cukai yang dibagikan kedaerah (provinsi\/Kabupaten\/Kota) dikenal dengan sebutan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Terbakau ( DBH-CHT). Cukai ini selalu naik, dengan alasan dan dasar pertimbangan mana suka. Ambil contoh, kenaikan cukai di tahun 2020 ini pertimbangannya ada 3 yaitu, mengurangi Konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan Negara, kata Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan.
\u201cKenaikan cukai diberlakukan berdasarkan tiga pertimbangan, yakni untuk mengurangi konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan negara\u201d
Seorang teman crew dari TV desa Dian (nama samaran) menertawakan alasan tersebut dengan berkata:
\u201cApa tidak terbalik bu?, harusnya yang lebih didahulukan dan jujur itu meningkatkan penerimaan negara bukan mengurangi konsumsi, ibu menteri ini pasti bukan orang lapangan, tidak tahu riil di lapangan, tak mungkin lah konsumsi rokok bisa dikurangi, kalau rokok mahal pindah ke rokok murahan atau pindah lintingan bu\u201d.<\/p>\n\n\n\n


Benar apa kata Dian, orang di desa itu kalau rokok mahal kalau gak melinting sendiri ya beli yang murahan bahkan eceran gak masalah. Mau harga di naikkan setinggi langit tak ada efek, mereka tetap akan merokok. Yang terkena dampaknya langsung pabrikan selanjutnya pekerja dan para petani tembakau, karena rokok dipasaran lesu. Dan pastinya berpengaruh juga terhadap rendahnya penerimaan negara. Belum lagi kalau rokok ilegal marak dipasaran, negara tambah rugi besar.<\/p>\n\n\n\n


Alasannya yang kedua tentang mengatur industrinya, terkesan dipaksakan. Apa korelasinya antara menaikkan cukai dengan mengatur industri, yang ada hanyalah korelasi tak langsung. Karena aturan industri sudah ada dan jelas, diluar dalam aturan kenaikan cukai. <\/p>\n\n\n\n


Jadi alasan pertama dan kedua untuk kenaikan cukai tak berbasis data lapangan dan data tektual (UU\/PP dan sejenisnya). Memberikan kesan mana suka. Tak berhenti disitu, aturan mana suka yang dibuat Kementerian Keuangan yang terkait dengan rokok dan cukai banyak sekali, diantaranya:<\/p>\n\n\n\n


Aturan pembagian hasil cuka yang hanya 2% untuk daerah provinsi, kabupaten dan kota. Ketentuan 2% ini tidak ada hitungan yang rijit seperti halnya bagi hasil yang bersumber dari lainnya seperti pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah, pajak penghasilan, kehutanan, pertambangan umum, perikanan dan lain sebagainya. Artinya, selain bagi hasil cukai semuanya dihitung detail sehingga keluar bagi hasilnya berapa. Sedang dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) pembagiannya ditentukan sepihak oleh Kementerian Keuangan dan daerah hanya mendapatkan 2% itupun masih dibagi lagi menjadi tiga klaster, yaitu provinsi penghasil, kabupaten\/kota penghasil dan kabupaten\/kota non penghasil. Sisanya 98% masih dipusat. <\/p>\n\n\n\n


Kedua, aturan ketentuan peruntukan DBH-CHT, untuk alokasi di Provinsi\/Kabupaten dan Kota di tentukan 5 item, yang diatur dalam UU cukai pasal 66 huruf A ayat 1, yaitu untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai ilegal.
Daerah dikenakan aturan penggunaan DBHCHT pada lima peruntukan di atas. Sedangkan aturan penggunaan DBH-CHT pusat yang jumlahnya lebih besar 98% tak ada satupun aturan penggunaannya. Sederhananya penggunaan dana cukai oleh pusat mana suka. Kalau dana tersebut dimasukkan dalam dana bagi hasil seperti lainnya, seharusnya tercantum pada UU Perimbangan Keuangan yang penggunaannya sudah diatur dan ada ketentuannya. Nyatanya dana cukai tidak demikian, tidak dimasukkan sebagai dana perimbangan keuangan negara. Akan tetapi di atur tersendiri dalam UU cukai. <\/p>\n\n\n\n


Walhasil 98% dana cukai digunakan sesuai kehendak pemerintah pusat dalam hal ini Kemeterian Keuangan dan pemerintah yang berkuasa. <\/p>\n\n\n\n


Andai penggunaan dana tersebut untuk hajat dan kepentingan orang banyak seperti membayar defisit BPJS tentunya penyumbang dana tersebut (perokok) masih menerima dengan lapang dada. Perokok dapat membantu sesama. Dana cukai untuk membayar defisit BPJS baru beberapa tahun terakhir ini, itupun hanya sebagian. Yang jadi pertanyaan lanjutan, dana hasil cukai yang jumlahnya besar di tahun-tahun kemarin peruntukannya untuk apa saja?, sebelum ada untuk pembayaran BPJS, sebelum ada bagi hasil 2% ke daerah ataupun setelah ada bagi hasil 2%. <\/p>\n\n\n\n


Pastinya tidak jelas penggunaannya, karena tidak ada aturan pasti dan kontrol bagi pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan. Yang ada hanyalah UU cukai yang mengatur penggunaan bagi daerah (provinsi, kabupaten dan kota).<\/p>\n\n\n\n


Jadi tidak salah jika banyak orang menganggap DBH-CHT bukan lagi dana bagi hasil melainkan dana bancaan hasil cukai hasil temabakau. <\/p>\n\n\n\n


Ketiga, aturan sanksi penyelewengan penggunaan DBH-CHT juga terkesan longgar dan tidak ada jeratan sanksi pidana. Aturan tersebut tertuang pada UU cukai pasal 6 huruf D ayat 1 dan 2. Berbunyi\u201d atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT dapat diberikan sanksi berupa penangguhan sampai dengan penghentian penyaluran DBH-CHT yang di buat di Indonesia\u201d. \u201cketentuan lebih lanjut mengenai sanksi atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT sebagai yang dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.<\/p>\n\n\n\n


Menandakan kuasa penuh aturan DBH-CHT ada pada Kementerian Keuangan. Pertanyaannya, siapa yang mengontrol dalam hal penggunaan alokasi DBH-CHT ditingkat Kementerian Keuangan yang jumlah dananya lebih besar yaitu 98% total dari pendapatan cukai. Lain itu dalam UU cukai tak ada satupun yang menjelaskan tentang hak di tingkat pemerintahan desa dalam penggunaan DBH-CHT. Yang paling bawah adalah pemerintah kabupaten dan kota, kewenangan pengelolaannya oleh Gubernur. <\/p>\n","post_title":"98% Dana Hasil Pungutan Cukai Ada di Pusat, Tau Buat Apa?","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"98-dana-hasil-pungutan-cukai-ada-di-pusat-tau-buat-apa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-17 09:14:29","post_modified_gmt":"2020-06-17 02:14:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6792,"post_author":"877","post_date":"2020-06-15 10:34:25","post_date_gmt":"2020-06-15 03:34:25","post_content":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Betapa mengenaskannya jiwa ilmuwan kita. Suatu pelacuran ilmiah yang terbuka, tanpa tedeng aling-aling, bukan ditolak, tapi malah diikuti. Mereka yang seharusnya setia memanggul dharma hidup sebagai pencari kebenaran dan karenanya harus bersikap merdeka terhadap bujukan materi, sudah takluk. Simbol kemandirian intelektual gugur. Lembaganya roboh dan dikoyak-koyak coro. Dan jiwa manusia di dalamnya nyungsep secara hina, lebih hina dari binatang melata. Begitu ironi tentang manusia, sebagaimana dikatakan kitab suci.<\/p>\n\n\n\n

Majlis Tarjih, otoritas penentu kiblat moral, dari suatu organisasi sosial keagamaan yang sangat berwibawa, yang didirikan oleh Kiai besar yang hidup zuhud, yang jelas menarik garis batas dengan dunia yang fana ini, dilanjutkan para rohaniwan besar, yang saleh, kini telah dihancurkan sendiri dari dalam oleh pengaruh uang, sekitar empat miliar rupiah jumlahnya. Sebagai anggota organisasi itu, saya merasa, orang-orang di Majlis penentu arah ini seperti membuat \u2018W.C. Umum\u2019 yang berbau busuk di ruang rapat mereka sendiri.<\/p>\n\n\n\n

Para intelektual individual maupun mereka yang mewakili lembaga masing-masing, telah merusak batas-batas wilayah kotor dan wilayah \u2018suci\u2019: yang satu menjual harga diri, yang lain menjual agama, masing-masing dengan harga murah. Mereka yang faham sefaham-fahamnya larangan agar manusia tak mencampuradukkan apa yang haq---yang suci dan benar---dengan segenap apa yang bathil, telah menjadi buta. Bagaimana sebuah penentu kiblat hendak berfungsi secara sosial dan moral bila mereka telah buta akan kedua perkara itu?<\/p>\n\n\n\n

Saya menulis kata pengantar buku ini bukan untuk membela rokok kretek. Sikap ini bisa berlaku untuk banyak hal yang lain. Dengan sikap seperti ini pula---kurang lebih---saya mengutuk Malaysia, ketika dengan angkuh, dan sikap tak peduli menghormati hak milik dan kedaulatan bangsa lain, mereka mau mencaplok lagi pulau-pulau terluar di garis batas wilayah kedaulatan Republik kita, dan mau mengangkangi hak milik budaya, yaitu lagu-lagu dan seni reog kita.<\/p>\n\n\n\n

Jika diperlukan---artinya bila harga diri dan hak-hak kita dirampas--- kita tak segan mengganyang kembali Malaysia sampai tinggal menjadi ampas. Dan ini pun berlaku bukan hanya buat pulau-pulau dan hak budaya. Sikap para Ksatria dan kaum Brahmana terhadap kebenaran kurang lebih seperti ini. Mereka dibentuk oleh alam untuk menjadi payung bagi kebenaran, agar tak seorang pun mengganggu gugat posisinya. Kebenaran harus terjamin, aman, dan terlindung di tempatnya.<\/p>\n\n\n\n

Tapi para Ksatria di lembaga riset---sebetulnya mereka juga Brahmana--- dan para Brahmana di lembaga keagamaan kita, telah kehilangan kiblat. Mustahil mereka tak mengetahui bahwa di balik dalil kesehatan yang tak manjur itu, ada niat mengambil alih---merampok--- industri kretek kita. Dalilnya runtuh, tapi niat kolonialisnya, dan imperialisnya, masih tetap menganga siap mencaplok. Maka dibuatlah dalil agama, dan dengan sikap naif yang tak mudah dipahami, kelompok Brahmana membuatkan dalil dengan harga yang mereka sepakati. Tapi dalil ini pun harus rontok sebelum musim gugur agar keserakahan tak berkembang.<\/p>\n\n\n\n

Kita, di sini, tak lagi bicara kebenaran sebagai isu moral dan isu politik yang bisa disulap menjadi samar-samar. Kita sudah berdiri di garis hidup yang tak lagi mungkin ditawar, seperti dulu ketika para pendahulu kita berteriak heroik tentang pilihan terbatas antara merdeka atau mati. Dalam situasi kritis macam ini, maka dalil, sesahih apapun, tak bisa mengalahkan kebutuhan untuk hidup, merdeka, dan jaya. Atau mati.<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi patut ditegaskan: ini bukan perkara \u2018mbako\u2019 atau rokok. Neokolonialisme dan imperialisme, yang dulu diteriakkan Bung Karno, seolah secara sloganistik, bukan sekadar slogan, bukan hanya konsep, tapi keduanya benda nyata, yang mengancam harga diri dan kedaulatan kita sebagai pribadi, maupun harga diri dan kedaulatan kita sebagai bangsa.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang harus kita lakukan?<\/p>\n\n\n\n

\u201cMengikuti sikap peneliti di lembaga penelitian yang jiwanya telah tergadai itu?\u201d
\n\u201c Tidak!\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cMencontoh jejak para perumus hukum tentang
\nhalal-haram yang tak lagi tahu batas halalharam itu?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cTidak!\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cJadi, apa yang harus dilakukan?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cMelawan. Mungkin tak perlu menghitung segenap risiko. Ini pilihan terbaik kita\u201d<\/p>\n\n\n\n

Alam senyap. Pada detik-detik yang merupakan \u2018short moment\u2019 untuk menentukan sikap sesuai kata hati nurani, kita bukan sama sekali tak merasa takut. Ketakutan itu tetap bersama kita. Tapi langkah harus diambil. Dan jangan lupa kata Karna: dharma memang pelik.<\/p>\n\n\n\n

*Penulis: Mohammad Sobary
\n(Diambil dari pengantar buku: Kretek Kajian Ekonomi dan Budaya 4 Kota)<\/p>\n","post_title":"Kaum Ksatria dan Dharma","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kaum-ksatria-dan-dharma","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-20 10:47:26","post_modified_gmt":"2020-06-20 03:47:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6807","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6798,"post_author":"877","post_date":"2020-06-17 09:14:25","post_date_gmt":"2020-06-17 02:14:25","post_content":"\n

Suka sekali pemerintah menaikkan cukai rokok, hal itu tiap tahun terjadi. Pengatur kenaikan cukai itu instansi pemerintah dari Kementerian Keuangan. Kesan enaikan cukai tak semata-mata Negara sedang dalam keadaan yang sangat butuh mendesak, hal ini bisa dilihat alasan dan dasar tiap kali naik . Belum lagi alokasi penggunannya yang tak jelas baik pusat maupun daerah, terkesan carut marut. Total jumlah 2% dibagikan ke daerah, sisanya 98% masih tertimbun di pusat (Kementerian Keuangan). 2% yang kedaerah dibagi lagi 30% untuk provinsi penghasil, 40 % daerah kabupaten\/kota penghasil dan 30% daerah kabupaten\/kota lainnya(non penghasil). Lalu yang 98% dibuat apa saja?. <\/p>\n\n\n\n


Dana hasil pungutan cukai yang dibagikan kedaerah (provinsi\/Kabupaten\/Kota) dikenal dengan sebutan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Terbakau ( DBH-CHT). Cukai ini selalu naik, dengan alasan dan dasar pertimbangan mana suka. Ambil contoh, kenaikan cukai di tahun 2020 ini pertimbangannya ada 3 yaitu, mengurangi Konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan Negara, kata Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan.
\u201cKenaikan cukai diberlakukan berdasarkan tiga pertimbangan, yakni untuk mengurangi konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan negara\u201d
Seorang teman crew dari TV desa Dian (nama samaran) menertawakan alasan tersebut dengan berkata:
\u201cApa tidak terbalik bu?, harusnya yang lebih didahulukan dan jujur itu meningkatkan penerimaan negara bukan mengurangi konsumsi, ibu menteri ini pasti bukan orang lapangan, tidak tahu riil di lapangan, tak mungkin lah konsumsi rokok bisa dikurangi, kalau rokok mahal pindah ke rokok murahan atau pindah lintingan bu\u201d.<\/p>\n\n\n\n


Benar apa kata Dian, orang di desa itu kalau rokok mahal kalau gak melinting sendiri ya beli yang murahan bahkan eceran gak masalah. Mau harga di naikkan setinggi langit tak ada efek, mereka tetap akan merokok. Yang terkena dampaknya langsung pabrikan selanjutnya pekerja dan para petani tembakau, karena rokok dipasaran lesu. Dan pastinya berpengaruh juga terhadap rendahnya penerimaan negara. Belum lagi kalau rokok ilegal marak dipasaran, negara tambah rugi besar.<\/p>\n\n\n\n


Alasannya yang kedua tentang mengatur industrinya, terkesan dipaksakan. Apa korelasinya antara menaikkan cukai dengan mengatur industri, yang ada hanyalah korelasi tak langsung. Karena aturan industri sudah ada dan jelas, diluar dalam aturan kenaikan cukai. <\/p>\n\n\n\n


Jadi alasan pertama dan kedua untuk kenaikan cukai tak berbasis data lapangan dan data tektual (UU\/PP dan sejenisnya). Memberikan kesan mana suka. Tak berhenti disitu, aturan mana suka yang dibuat Kementerian Keuangan yang terkait dengan rokok dan cukai banyak sekali, diantaranya:<\/p>\n\n\n\n


Aturan pembagian hasil cuka yang hanya 2% untuk daerah provinsi, kabupaten dan kota. Ketentuan 2% ini tidak ada hitungan yang rijit seperti halnya bagi hasil yang bersumber dari lainnya seperti pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah, pajak penghasilan, kehutanan, pertambangan umum, perikanan dan lain sebagainya. Artinya, selain bagi hasil cukai semuanya dihitung detail sehingga keluar bagi hasilnya berapa. Sedang dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) pembagiannya ditentukan sepihak oleh Kementerian Keuangan dan daerah hanya mendapatkan 2% itupun masih dibagi lagi menjadi tiga klaster, yaitu provinsi penghasil, kabupaten\/kota penghasil dan kabupaten\/kota non penghasil. Sisanya 98% masih dipusat. <\/p>\n\n\n\n


Kedua, aturan ketentuan peruntukan DBH-CHT, untuk alokasi di Provinsi\/Kabupaten dan Kota di tentukan 5 item, yang diatur dalam UU cukai pasal 66 huruf A ayat 1, yaitu untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai ilegal.
Daerah dikenakan aturan penggunaan DBHCHT pada lima peruntukan di atas. Sedangkan aturan penggunaan DBH-CHT pusat yang jumlahnya lebih besar 98% tak ada satupun aturan penggunaannya. Sederhananya penggunaan dana cukai oleh pusat mana suka. Kalau dana tersebut dimasukkan dalam dana bagi hasil seperti lainnya, seharusnya tercantum pada UU Perimbangan Keuangan yang penggunaannya sudah diatur dan ada ketentuannya. Nyatanya dana cukai tidak demikian, tidak dimasukkan sebagai dana perimbangan keuangan negara. Akan tetapi di atur tersendiri dalam UU cukai. <\/p>\n\n\n\n


Walhasil 98% dana cukai digunakan sesuai kehendak pemerintah pusat dalam hal ini Kemeterian Keuangan dan pemerintah yang berkuasa. <\/p>\n\n\n\n


Andai penggunaan dana tersebut untuk hajat dan kepentingan orang banyak seperti membayar defisit BPJS tentunya penyumbang dana tersebut (perokok) masih menerima dengan lapang dada. Perokok dapat membantu sesama. Dana cukai untuk membayar defisit BPJS baru beberapa tahun terakhir ini, itupun hanya sebagian. Yang jadi pertanyaan lanjutan, dana hasil cukai yang jumlahnya besar di tahun-tahun kemarin peruntukannya untuk apa saja?, sebelum ada untuk pembayaran BPJS, sebelum ada bagi hasil 2% ke daerah ataupun setelah ada bagi hasil 2%. <\/p>\n\n\n\n


Pastinya tidak jelas penggunaannya, karena tidak ada aturan pasti dan kontrol bagi pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan. Yang ada hanyalah UU cukai yang mengatur penggunaan bagi daerah (provinsi, kabupaten dan kota).<\/p>\n\n\n\n


Jadi tidak salah jika banyak orang menganggap DBH-CHT bukan lagi dana bagi hasil melainkan dana bancaan hasil cukai hasil temabakau. <\/p>\n\n\n\n


Ketiga, aturan sanksi penyelewengan penggunaan DBH-CHT juga terkesan longgar dan tidak ada jeratan sanksi pidana. Aturan tersebut tertuang pada UU cukai pasal 6 huruf D ayat 1 dan 2. Berbunyi\u201d atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT dapat diberikan sanksi berupa penangguhan sampai dengan penghentian penyaluran DBH-CHT yang di buat di Indonesia\u201d. \u201cketentuan lebih lanjut mengenai sanksi atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT sebagai yang dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.<\/p>\n\n\n\n


Menandakan kuasa penuh aturan DBH-CHT ada pada Kementerian Keuangan. Pertanyaannya, siapa yang mengontrol dalam hal penggunaan alokasi DBH-CHT ditingkat Kementerian Keuangan yang jumlah dananya lebih besar yaitu 98% total dari pendapatan cukai. Lain itu dalam UU cukai tak ada satupun yang menjelaskan tentang hak di tingkat pemerintahan desa dalam penggunaan DBH-CHT. Yang paling bawah adalah pemerintah kabupaten dan kota, kewenangan pengelolaannya oleh Gubernur. <\/p>\n","post_title":"98% Dana Hasil Pungutan Cukai Ada di Pusat, Tau Buat Apa?","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"98-dana-hasil-pungutan-cukai-ada-di-pusat-tau-buat-apa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-17 09:14:29","post_modified_gmt":"2020-06-17 02:14:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6792,"post_author":"877","post_date":"2020-06-15 10:34:25","post_date_gmt":"2020-06-15 03:34:25","post_content":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Pihak \u2018lobbyist\u2019 memang sangat piawai melakukan pendekatan, dan bujukanbujukan, yang lembut dan mendebarkan. Ada pendekatan perorangan. Ada pula bujukan lewat organisasi ilmiah maupun organisasi sosial keagamaan. Dengan duit tadi, organisasi ilmiah---di bawah nama Universitas besar dan ternama di Indonesia--- bisa diperintah melakukan penelitian pesanan, dengan kesimpulan pesanan pula. Inti kesimpulannya harus berbunyi: \u2018tembakau, dan rokok, membahayakan kesehatan\u2019. Lalu pendekatan lapangan yang bias kepentingan politikekonomi itu pun dibuat. Dan diambillah responden dengan cara demikian rupa agar himpunan informasi dari mereka dapat mendukung kesimpulan yang sudah \u2018ditemukan\u2019 sebelum penelitian lapangan dilakukan.<\/p>\n\n\n\n

Betapa mengenaskannya jiwa ilmuwan kita. Suatu pelacuran ilmiah yang terbuka, tanpa tedeng aling-aling, bukan ditolak, tapi malah diikuti. Mereka yang seharusnya setia memanggul dharma hidup sebagai pencari kebenaran dan karenanya harus bersikap merdeka terhadap bujukan materi, sudah takluk. Simbol kemandirian intelektual gugur. Lembaganya roboh dan dikoyak-koyak coro. Dan jiwa manusia di dalamnya nyungsep secara hina, lebih hina dari binatang melata. Begitu ironi tentang manusia, sebagaimana dikatakan kitab suci.<\/p>\n\n\n\n

Majlis Tarjih, otoritas penentu kiblat moral, dari suatu organisasi sosial keagamaan yang sangat berwibawa, yang didirikan oleh Kiai besar yang hidup zuhud, yang jelas menarik garis batas dengan dunia yang fana ini, dilanjutkan para rohaniwan besar, yang saleh, kini telah dihancurkan sendiri dari dalam oleh pengaruh uang, sekitar empat miliar rupiah jumlahnya. Sebagai anggota organisasi itu, saya merasa, orang-orang di Majlis penentu arah ini seperti membuat \u2018W.C. Umum\u2019 yang berbau busuk di ruang rapat mereka sendiri.<\/p>\n\n\n\n

Para intelektual individual maupun mereka yang mewakili lembaga masing-masing, telah merusak batas-batas wilayah kotor dan wilayah \u2018suci\u2019: yang satu menjual harga diri, yang lain menjual agama, masing-masing dengan harga murah. Mereka yang faham sefaham-fahamnya larangan agar manusia tak mencampuradukkan apa yang haq---yang suci dan benar---dengan segenap apa yang bathil, telah menjadi buta. Bagaimana sebuah penentu kiblat hendak berfungsi secara sosial dan moral bila mereka telah buta akan kedua perkara itu?<\/p>\n\n\n\n

Saya menulis kata pengantar buku ini bukan untuk membela rokok kretek. Sikap ini bisa berlaku untuk banyak hal yang lain. Dengan sikap seperti ini pula---kurang lebih---saya mengutuk Malaysia, ketika dengan angkuh, dan sikap tak peduli menghormati hak milik dan kedaulatan bangsa lain, mereka mau mencaplok lagi pulau-pulau terluar di garis batas wilayah kedaulatan Republik kita, dan mau mengangkangi hak milik budaya, yaitu lagu-lagu dan seni reog kita.<\/p>\n\n\n\n

Jika diperlukan---artinya bila harga diri dan hak-hak kita dirampas--- kita tak segan mengganyang kembali Malaysia sampai tinggal menjadi ampas. Dan ini pun berlaku bukan hanya buat pulau-pulau dan hak budaya. Sikap para Ksatria dan kaum Brahmana terhadap kebenaran kurang lebih seperti ini. Mereka dibentuk oleh alam untuk menjadi payung bagi kebenaran, agar tak seorang pun mengganggu gugat posisinya. Kebenaran harus terjamin, aman, dan terlindung di tempatnya.<\/p>\n\n\n\n

Tapi para Ksatria di lembaga riset---sebetulnya mereka juga Brahmana--- dan para Brahmana di lembaga keagamaan kita, telah kehilangan kiblat. Mustahil mereka tak mengetahui bahwa di balik dalil kesehatan yang tak manjur itu, ada niat mengambil alih---merampok--- industri kretek kita. Dalilnya runtuh, tapi niat kolonialisnya, dan imperialisnya, masih tetap menganga siap mencaplok. Maka dibuatlah dalil agama, dan dengan sikap naif yang tak mudah dipahami, kelompok Brahmana membuatkan dalil dengan harga yang mereka sepakati. Tapi dalil ini pun harus rontok sebelum musim gugur agar keserakahan tak berkembang.<\/p>\n\n\n\n

Kita, di sini, tak lagi bicara kebenaran sebagai isu moral dan isu politik yang bisa disulap menjadi samar-samar. Kita sudah berdiri di garis hidup yang tak lagi mungkin ditawar, seperti dulu ketika para pendahulu kita berteriak heroik tentang pilihan terbatas antara merdeka atau mati. Dalam situasi kritis macam ini, maka dalil, sesahih apapun, tak bisa mengalahkan kebutuhan untuk hidup, merdeka, dan jaya. Atau mati.<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi patut ditegaskan: ini bukan perkara \u2018mbako\u2019 atau rokok. Neokolonialisme dan imperialisme, yang dulu diteriakkan Bung Karno, seolah secara sloganistik, bukan sekadar slogan, bukan hanya konsep, tapi keduanya benda nyata, yang mengancam harga diri dan kedaulatan kita sebagai pribadi, maupun harga diri dan kedaulatan kita sebagai bangsa.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang harus kita lakukan?<\/p>\n\n\n\n

\u201cMengikuti sikap peneliti di lembaga penelitian yang jiwanya telah tergadai itu?\u201d
\n\u201c Tidak!\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cMencontoh jejak para perumus hukum tentang
\nhalal-haram yang tak lagi tahu batas halalharam itu?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cTidak!\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cJadi, apa yang harus dilakukan?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cMelawan. Mungkin tak perlu menghitung segenap risiko. Ini pilihan terbaik kita\u201d<\/p>\n\n\n\n

Alam senyap. Pada detik-detik yang merupakan \u2018short moment\u2019 untuk menentukan sikap sesuai kata hati nurani, kita bukan sama sekali tak merasa takut. Ketakutan itu tetap bersama kita. Tapi langkah harus diambil. Dan jangan lupa kata Karna: dharma memang pelik.<\/p>\n\n\n\n

*Penulis: Mohammad Sobary
\n(Diambil dari pengantar buku: Kretek Kajian Ekonomi dan Budaya 4 Kota)<\/p>\n","post_title":"Kaum Ksatria dan Dharma","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kaum-ksatria-dan-dharma","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-20 10:47:26","post_modified_gmt":"2020-06-20 03:47:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6807","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6798,"post_author":"877","post_date":"2020-06-17 09:14:25","post_date_gmt":"2020-06-17 02:14:25","post_content":"\n

Suka sekali pemerintah menaikkan cukai rokok, hal itu tiap tahun terjadi. Pengatur kenaikan cukai itu instansi pemerintah dari Kementerian Keuangan. Kesan enaikan cukai tak semata-mata Negara sedang dalam keadaan yang sangat butuh mendesak, hal ini bisa dilihat alasan dan dasar tiap kali naik . Belum lagi alokasi penggunannya yang tak jelas baik pusat maupun daerah, terkesan carut marut. Total jumlah 2% dibagikan ke daerah, sisanya 98% masih tertimbun di pusat (Kementerian Keuangan). 2% yang kedaerah dibagi lagi 30% untuk provinsi penghasil, 40 % daerah kabupaten\/kota penghasil dan 30% daerah kabupaten\/kota lainnya(non penghasil). Lalu yang 98% dibuat apa saja?. <\/p>\n\n\n\n


Dana hasil pungutan cukai yang dibagikan kedaerah (provinsi\/Kabupaten\/Kota) dikenal dengan sebutan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Terbakau ( DBH-CHT). Cukai ini selalu naik, dengan alasan dan dasar pertimbangan mana suka. Ambil contoh, kenaikan cukai di tahun 2020 ini pertimbangannya ada 3 yaitu, mengurangi Konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan Negara, kata Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan.
\u201cKenaikan cukai diberlakukan berdasarkan tiga pertimbangan, yakni untuk mengurangi konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan negara\u201d
Seorang teman crew dari TV desa Dian (nama samaran) menertawakan alasan tersebut dengan berkata:
\u201cApa tidak terbalik bu?, harusnya yang lebih didahulukan dan jujur itu meningkatkan penerimaan negara bukan mengurangi konsumsi, ibu menteri ini pasti bukan orang lapangan, tidak tahu riil di lapangan, tak mungkin lah konsumsi rokok bisa dikurangi, kalau rokok mahal pindah ke rokok murahan atau pindah lintingan bu\u201d.<\/p>\n\n\n\n


Benar apa kata Dian, orang di desa itu kalau rokok mahal kalau gak melinting sendiri ya beli yang murahan bahkan eceran gak masalah. Mau harga di naikkan setinggi langit tak ada efek, mereka tetap akan merokok. Yang terkena dampaknya langsung pabrikan selanjutnya pekerja dan para petani tembakau, karena rokok dipasaran lesu. Dan pastinya berpengaruh juga terhadap rendahnya penerimaan negara. Belum lagi kalau rokok ilegal marak dipasaran, negara tambah rugi besar.<\/p>\n\n\n\n


Alasannya yang kedua tentang mengatur industrinya, terkesan dipaksakan. Apa korelasinya antara menaikkan cukai dengan mengatur industri, yang ada hanyalah korelasi tak langsung. Karena aturan industri sudah ada dan jelas, diluar dalam aturan kenaikan cukai. <\/p>\n\n\n\n


Jadi alasan pertama dan kedua untuk kenaikan cukai tak berbasis data lapangan dan data tektual (UU\/PP dan sejenisnya). Memberikan kesan mana suka. Tak berhenti disitu, aturan mana suka yang dibuat Kementerian Keuangan yang terkait dengan rokok dan cukai banyak sekali, diantaranya:<\/p>\n\n\n\n


Aturan pembagian hasil cuka yang hanya 2% untuk daerah provinsi, kabupaten dan kota. Ketentuan 2% ini tidak ada hitungan yang rijit seperti halnya bagi hasil yang bersumber dari lainnya seperti pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah, pajak penghasilan, kehutanan, pertambangan umum, perikanan dan lain sebagainya. Artinya, selain bagi hasil cukai semuanya dihitung detail sehingga keluar bagi hasilnya berapa. Sedang dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) pembagiannya ditentukan sepihak oleh Kementerian Keuangan dan daerah hanya mendapatkan 2% itupun masih dibagi lagi menjadi tiga klaster, yaitu provinsi penghasil, kabupaten\/kota penghasil dan kabupaten\/kota non penghasil. Sisanya 98% masih dipusat. <\/p>\n\n\n\n


Kedua, aturan ketentuan peruntukan DBH-CHT, untuk alokasi di Provinsi\/Kabupaten dan Kota di tentukan 5 item, yang diatur dalam UU cukai pasal 66 huruf A ayat 1, yaitu untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai ilegal.
Daerah dikenakan aturan penggunaan DBHCHT pada lima peruntukan di atas. Sedangkan aturan penggunaan DBH-CHT pusat yang jumlahnya lebih besar 98% tak ada satupun aturan penggunaannya. Sederhananya penggunaan dana cukai oleh pusat mana suka. Kalau dana tersebut dimasukkan dalam dana bagi hasil seperti lainnya, seharusnya tercantum pada UU Perimbangan Keuangan yang penggunaannya sudah diatur dan ada ketentuannya. Nyatanya dana cukai tidak demikian, tidak dimasukkan sebagai dana perimbangan keuangan negara. Akan tetapi di atur tersendiri dalam UU cukai. <\/p>\n\n\n\n


Walhasil 98% dana cukai digunakan sesuai kehendak pemerintah pusat dalam hal ini Kemeterian Keuangan dan pemerintah yang berkuasa. <\/p>\n\n\n\n


Andai penggunaan dana tersebut untuk hajat dan kepentingan orang banyak seperti membayar defisit BPJS tentunya penyumbang dana tersebut (perokok) masih menerima dengan lapang dada. Perokok dapat membantu sesama. Dana cukai untuk membayar defisit BPJS baru beberapa tahun terakhir ini, itupun hanya sebagian. Yang jadi pertanyaan lanjutan, dana hasil cukai yang jumlahnya besar di tahun-tahun kemarin peruntukannya untuk apa saja?, sebelum ada untuk pembayaran BPJS, sebelum ada bagi hasil 2% ke daerah ataupun setelah ada bagi hasil 2%. <\/p>\n\n\n\n


Pastinya tidak jelas penggunaannya, karena tidak ada aturan pasti dan kontrol bagi pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan. Yang ada hanyalah UU cukai yang mengatur penggunaan bagi daerah (provinsi, kabupaten dan kota).<\/p>\n\n\n\n


Jadi tidak salah jika banyak orang menganggap DBH-CHT bukan lagi dana bagi hasil melainkan dana bancaan hasil cukai hasil temabakau. <\/p>\n\n\n\n


Ketiga, aturan sanksi penyelewengan penggunaan DBH-CHT juga terkesan longgar dan tidak ada jeratan sanksi pidana. Aturan tersebut tertuang pada UU cukai pasal 6 huruf D ayat 1 dan 2. Berbunyi\u201d atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT dapat diberikan sanksi berupa penangguhan sampai dengan penghentian penyaluran DBH-CHT yang di buat di Indonesia\u201d. \u201cketentuan lebih lanjut mengenai sanksi atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT sebagai yang dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.<\/p>\n\n\n\n


Menandakan kuasa penuh aturan DBH-CHT ada pada Kementerian Keuangan. Pertanyaannya, siapa yang mengontrol dalam hal penggunaan alokasi DBH-CHT ditingkat Kementerian Keuangan yang jumlah dananya lebih besar yaitu 98% total dari pendapatan cukai. Lain itu dalam UU cukai tak ada satupun yang menjelaskan tentang hak di tingkat pemerintahan desa dalam penggunaan DBH-CHT. Yang paling bawah adalah pemerintah kabupaten dan kota, kewenangan pengelolaannya oleh Gubernur. <\/p>\n","post_title":"98% Dana Hasil Pungutan Cukai Ada di Pusat, Tau Buat Apa?","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"98-dana-hasil-pungutan-cukai-ada-di-pusat-tau-buat-apa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-17 09:14:29","post_modified_gmt":"2020-06-17 02:14:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6792,"post_author":"877","post_date":"2020-06-15 10:34:25","post_date_gmt":"2020-06-15 03:34:25","post_content":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

\u201cThat\u2019s right, Larry.\u201d<\/p>\n\n\n\n

Pihak \u2018lobbyist\u2019 memang sangat piawai melakukan pendekatan, dan bujukanbujukan, yang lembut dan mendebarkan. Ada pendekatan perorangan. Ada pula bujukan lewat organisasi ilmiah maupun organisasi sosial keagamaan. Dengan duit tadi, organisasi ilmiah---di bawah nama Universitas besar dan ternama di Indonesia--- bisa diperintah melakukan penelitian pesanan, dengan kesimpulan pesanan pula. Inti kesimpulannya harus berbunyi: \u2018tembakau, dan rokok, membahayakan kesehatan\u2019. Lalu pendekatan lapangan yang bias kepentingan politikekonomi itu pun dibuat. Dan diambillah responden dengan cara demikian rupa agar himpunan informasi dari mereka dapat mendukung kesimpulan yang sudah \u2018ditemukan\u2019 sebelum penelitian lapangan dilakukan.<\/p>\n\n\n\n

Betapa mengenaskannya jiwa ilmuwan kita. Suatu pelacuran ilmiah yang terbuka, tanpa tedeng aling-aling, bukan ditolak, tapi malah diikuti. Mereka yang seharusnya setia memanggul dharma hidup sebagai pencari kebenaran dan karenanya harus bersikap merdeka terhadap bujukan materi, sudah takluk. Simbol kemandirian intelektual gugur. Lembaganya roboh dan dikoyak-koyak coro. Dan jiwa manusia di dalamnya nyungsep secara hina, lebih hina dari binatang melata. Begitu ironi tentang manusia, sebagaimana dikatakan kitab suci.<\/p>\n\n\n\n

Majlis Tarjih, otoritas penentu kiblat moral, dari suatu organisasi sosial keagamaan yang sangat berwibawa, yang didirikan oleh Kiai besar yang hidup zuhud, yang jelas menarik garis batas dengan dunia yang fana ini, dilanjutkan para rohaniwan besar, yang saleh, kini telah dihancurkan sendiri dari dalam oleh pengaruh uang, sekitar empat miliar rupiah jumlahnya. Sebagai anggota organisasi itu, saya merasa, orang-orang di Majlis penentu arah ini seperti membuat \u2018W.C. Umum\u2019 yang berbau busuk di ruang rapat mereka sendiri.<\/p>\n\n\n\n

Para intelektual individual maupun mereka yang mewakili lembaga masing-masing, telah merusak batas-batas wilayah kotor dan wilayah \u2018suci\u2019: yang satu menjual harga diri, yang lain menjual agama, masing-masing dengan harga murah. Mereka yang faham sefaham-fahamnya larangan agar manusia tak mencampuradukkan apa yang haq---yang suci dan benar---dengan segenap apa yang bathil, telah menjadi buta. Bagaimana sebuah penentu kiblat hendak berfungsi secara sosial dan moral bila mereka telah buta akan kedua perkara itu?<\/p>\n\n\n\n

Saya menulis kata pengantar buku ini bukan untuk membela rokok kretek. Sikap ini bisa berlaku untuk banyak hal yang lain. Dengan sikap seperti ini pula---kurang lebih---saya mengutuk Malaysia, ketika dengan angkuh, dan sikap tak peduli menghormati hak milik dan kedaulatan bangsa lain, mereka mau mencaplok lagi pulau-pulau terluar di garis batas wilayah kedaulatan Republik kita, dan mau mengangkangi hak milik budaya, yaitu lagu-lagu dan seni reog kita.<\/p>\n\n\n\n

Jika diperlukan---artinya bila harga diri dan hak-hak kita dirampas--- kita tak segan mengganyang kembali Malaysia sampai tinggal menjadi ampas. Dan ini pun berlaku bukan hanya buat pulau-pulau dan hak budaya. Sikap para Ksatria dan kaum Brahmana terhadap kebenaran kurang lebih seperti ini. Mereka dibentuk oleh alam untuk menjadi payung bagi kebenaran, agar tak seorang pun mengganggu gugat posisinya. Kebenaran harus terjamin, aman, dan terlindung di tempatnya.<\/p>\n\n\n\n

Tapi para Ksatria di lembaga riset---sebetulnya mereka juga Brahmana--- dan para Brahmana di lembaga keagamaan kita, telah kehilangan kiblat. Mustahil mereka tak mengetahui bahwa di balik dalil kesehatan yang tak manjur itu, ada niat mengambil alih---merampok--- industri kretek kita. Dalilnya runtuh, tapi niat kolonialisnya, dan imperialisnya, masih tetap menganga siap mencaplok. Maka dibuatlah dalil agama, dan dengan sikap naif yang tak mudah dipahami, kelompok Brahmana membuatkan dalil dengan harga yang mereka sepakati. Tapi dalil ini pun harus rontok sebelum musim gugur agar keserakahan tak berkembang.<\/p>\n\n\n\n

Kita, di sini, tak lagi bicara kebenaran sebagai isu moral dan isu politik yang bisa disulap menjadi samar-samar. Kita sudah berdiri di garis hidup yang tak lagi mungkin ditawar, seperti dulu ketika para pendahulu kita berteriak heroik tentang pilihan terbatas antara merdeka atau mati. Dalam situasi kritis macam ini, maka dalil, sesahih apapun, tak bisa mengalahkan kebutuhan untuk hidup, merdeka, dan jaya. Atau mati.<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi patut ditegaskan: ini bukan perkara \u2018mbako\u2019 atau rokok. Neokolonialisme dan imperialisme, yang dulu diteriakkan Bung Karno, seolah secara sloganistik, bukan sekadar slogan, bukan hanya konsep, tapi keduanya benda nyata, yang mengancam harga diri dan kedaulatan kita sebagai pribadi, maupun harga diri dan kedaulatan kita sebagai bangsa.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang harus kita lakukan?<\/p>\n\n\n\n

\u201cMengikuti sikap peneliti di lembaga penelitian yang jiwanya telah tergadai itu?\u201d
\n\u201c Tidak!\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cMencontoh jejak para perumus hukum tentang
\nhalal-haram yang tak lagi tahu batas halalharam itu?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cTidak!\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cJadi, apa yang harus dilakukan?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cMelawan. Mungkin tak perlu menghitung segenap risiko. Ini pilihan terbaik kita\u201d<\/p>\n\n\n\n

Alam senyap. Pada detik-detik yang merupakan \u2018short moment\u2019 untuk menentukan sikap sesuai kata hati nurani, kita bukan sama sekali tak merasa takut. Ketakutan itu tetap bersama kita. Tapi langkah harus diambil. Dan jangan lupa kata Karna: dharma memang pelik.<\/p>\n\n\n\n

*Penulis: Mohammad Sobary
\n(Diambil dari pengantar buku: Kretek Kajian Ekonomi dan Budaya 4 Kota)<\/p>\n","post_title":"Kaum Ksatria dan Dharma","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kaum-ksatria-dan-dharma","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-20 10:47:26","post_modified_gmt":"2020-06-20 03:47:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6807","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6798,"post_author":"877","post_date":"2020-06-17 09:14:25","post_date_gmt":"2020-06-17 02:14:25","post_content":"\n

Suka sekali pemerintah menaikkan cukai rokok, hal itu tiap tahun terjadi. Pengatur kenaikan cukai itu instansi pemerintah dari Kementerian Keuangan. Kesan enaikan cukai tak semata-mata Negara sedang dalam keadaan yang sangat butuh mendesak, hal ini bisa dilihat alasan dan dasar tiap kali naik . Belum lagi alokasi penggunannya yang tak jelas baik pusat maupun daerah, terkesan carut marut. Total jumlah 2% dibagikan ke daerah, sisanya 98% masih tertimbun di pusat (Kementerian Keuangan). 2% yang kedaerah dibagi lagi 30% untuk provinsi penghasil, 40 % daerah kabupaten\/kota penghasil dan 30% daerah kabupaten\/kota lainnya(non penghasil). Lalu yang 98% dibuat apa saja?. <\/p>\n\n\n\n


Dana hasil pungutan cukai yang dibagikan kedaerah (provinsi\/Kabupaten\/Kota) dikenal dengan sebutan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Terbakau ( DBH-CHT). Cukai ini selalu naik, dengan alasan dan dasar pertimbangan mana suka. Ambil contoh, kenaikan cukai di tahun 2020 ini pertimbangannya ada 3 yaitu, mengurangi Konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan Negara, kata Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan.
\u201cKenaikan cukai diberlakukan berdasarkan tiga pertimbangan, yakni untuk mengurangi konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan negara\u201d
Seorang teman crew dari TV desa Dian (nama samaran) menertawakan alasan tersebut dengan berkata:
\u201cApa tidak terbalik bu?, harusnya yang lebih didahulukan dan jujur itu meningkatkan penerimaan negara bukan mengurangi konsumsi, ibu menteri ini pasti bukan orang lapangan, tidak tahu riil di lapangan, tak mungkin lah konsumsi rokok bisa dikurangi, kalau rokok mahal pindah ke rokok murahan atau pindah lintingan bu\u201d.<\/p>\n\n\n\n


Benar apa kata Dian, orang di desa itu kalau rokok mahal kalau gak melinting sendiri ya beli yang murahan bahkan eceran gak masalah. Mau harga di naikkan setinggi langit tak ada efek, mereka tetap akan merokok. Yang terkena dampaknya langsung pabrikan selanjutnya pekerja dan para petani tembakau, karena rokok dipasaran lesu. Dan pastinya berpengaruh juga terhadap rendahnya penerimaan negara. Belum lagi kalau rokok ilegal marak dipasaran, negara tambah rugi besar.<\/p>\n\n\n\n


Alasannya yang kedua tentang mengatur industrinya, terkesan dipaksakan. Apa korelasinya antara menaikkan cukai dengan mengatur industri, yang ada hanyalah korelasi tak langsung. Karena aturan industri sudah ada dan jelas, diluar dalam aturan kenaikan cukai. <\/p>\n\n\n\n


Jadi alasan pertama dan kedua untuk kenaikan cukai tak berbasis data lapangan dan data tektual (UU\/PP dan sejenisnya). Memberikan kesan mana suka. Tak berhenti disitu, aturan mana suka yang dibuat Kementerian Keuangan yang terkait dengan rokok dan cukai banyak sekali, diantaranya:<\/p>\n\n\n\n


Aturan pembagian hasil cuka yang hanya 2% untuk daerah provinsi, kabupaten dan kota. Ketentuan 2% ini tidak ada hitungan yang rijit seperti halnya bagi hasil yang bersumber dari lainnya seperti pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah, pajak penghasilan, kehutanan, pertambangan umum, perikanan dan lain sebagainya. Artinya, selain bagi hasil cukai semuanya dihitung detail sehingga keluar bagi hasilnya berapa. Sedang dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) pembagiannya ditentukan sepihak oleh Kementerian Keuangan dan daerah hanya mendapatkan 2% itupun masih dibagi lagi menjadi tiga klaster, yaitu provinsi penghasil, kabupaten\/kota penghasil dan kabupaten\/kota non penghasil. Sisanya 98% masih dipusat. <\/p>\n\n\n\n


Kedua, aturan ketentuan peruntukan DBH-CHT, untuk alokasi di Provinsi\/Kabupaten dan Kota di tentukan 5 item, yang diatur dalam UU cukai pasal 66 huruf A ayat 1, yaitu untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai ilegal.
Daerah dikenakan aturan penggunaan DBHCHT pada lima peruntukan di atas. Sedangkan aturan penggunaan DBH-CHT pusat yang jumlahnya lebih besar 98% tak ada satupun aturan penggunaannya. Sederhananya penggunaan dana cukai oleh pusat mana suka. Kalau dana tersebut dimasukkan dalam dana bagi hasil seperti lainnya, seharusnya tercantum pada UU Perimbangan Keuangan yang penggunaannya sudah diatur dan ada ketentuannya. Nyatanya dana cukai tidak demikian, tidak dimasukkan sebagai dana perimbangan keuangan negara. Akan tetapi di atur tersendiri dalam UU cukai. <\/p>\n\n\n\n


Walhasil 98% dana cukai digunakan sesuai kehendak pemerintah pusat dalam hal ini Kemeterian Keuangan dan pemerintah yang berkuasa. <\/p>\n\n\n\n


Andai penggunaan dana tersebut untuk hajat dan kepentingan orang banyak seperti membayar defisit BPJS tentunya penyumbang dana tersebut (perokok) masih menerima dengan lapang dada. Perokok dapat membantu sesama. Dana cukai untuk membayar defisit BPJS baru beberapa tahun terakhir ini, itupun hanya sebagian. Yang jadi pertanyaan lanjutan, dana hasil cukai yang jumlahnya besar di tahun-tahun kemarin peruntukannya untuk apa saja?, sebelum ada untuk pembayaran BPJS, sebelum ada bagi hasil 2% ke daerah ataupun setelah ada bagi hasil 2%. <\/p>\n\n\n\n


Pastinya tidak jelas penggunaannya, karena tidak ada aturan pasti dan kontrol bagi pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan. Yang ada hanyalah UU cukai yang mengatur penggunaan bagi daerah (provinsi, kabupaten dan kota).<\/p>\n\n\n\n


Jadi tidak salah jika banyak orang menganggap DBH-CHT bukan lagi dana bagi hasil melainkan dana bancaan hasil cukai hasil temabakau. <\/p>\n\n\n\n


Ketiga, aturan sanksi penyelewengan penggunaan DBH-CHT juga terkesan longgar dan tidak ada jeratan sanksi pidana. Aturan tersebut tertuang pada UU cukai pasal 6 huruf D ayat 1 dan 2. Berbunyi\u201d atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT dapat diberikan sanksi berupa penangguhan sampai dengan penghentian penyaluran DBH-CHT yang di buat di Indonesia\u201d. \u201cketentuan lebih lanjut mengenai sanksi atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT sebagai yang dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.<\/p>\n\n\n\n


Menandakan kuasa penuh aturan DBH-CHT ada pada Kementerian Keuangan. Pertanyaannya, siapa yang mengontrol dalam hal penggunaan alokasi DBH-CHT ditingkat Kementerian Keuangan yang jumlah dananya lebih besar yaitu 98% total dari pendapatan cukai. Lain itu dalam UU cukai tak ada satupun yang menjelaskan tentang hak di tingkat pemerintahan desa dalam penggunaan DBH-CHT. Yang paling bawah adalah pemerintah kabupaten dan kota, kewenangan pengelolaannya oleh Gubernur. <\/p>\n","post_title":"98% Dana Hasil Pungutan Cukai Ada di Pusat, Tau Buat Apa?","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"98-dana-hasil-pungutan-cukai-ada-di-pusat-tau-buat-apa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-17 09:14:29","post_modified_gmt":"2020-06-17 02:14:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6792,"post_author":"877","post_date":"2020-06-15 10:34:25","post_date_gmt":"2020-06-15 03:34:25","post_content":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

\u201cGood evening. I am Larry King. Our guest tonight, Nick Naylor, who has been here before on several occasions, but tonight is not going to tell us that there is no link between smoking and lung cancer. Right?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cThat\u2019s right, Larry.\u201d<\/p>\n\n\n\n

Pihak \u2018lobbyist\u2019 memang sangat piawai melakukan pendekatan, dan bujukanbujukan, yang lembut dan mendebarkan. Ada pendekatan perorangan. Ada pula bujukan lewat organisasi ilmiah maupun organisasi sosial keagamaan. Dengan duit tadi, organisasi ilmiah---di bawah nama Universitas besar dan ternama di Indonesia--- bisa diperintah melakukan penelitian pesanan, dengan kesimpulan pesanan pula. Inti kesimpulannya harus berbunyi: \u2018tembakau, dan rokok, membahayakan kesehatan\u2019. Lalu pendekatan lapangan yang bias kepentingan politikekonomi itu pun dibuat. Dan diambillah responden dengan cara demikian rupa agar himpunan informasi dari mereka dapat mendukung kesimpulan yang sudah \u2018ditemukan\u2019 sebelum penelitian lapangan dilakukan.<\/p>\n\n\n\n

Betapa mengenaskannya jiwa ilmuwan kita. Suatu pelacuran ilmiah yang terbuka, tanpa tedeng aling-aling, bukan ditolak, tapi malah diikuti. Mereka yang seharusnya setia memanggul dharma hidup sebagai pencari kebenaran dan karenanya harus bersikap merdeka terhadap bujukan materi, sudah takluk. Simbol kemandirian intelektual gugur. Lembaganya roboh dan dikoyak-koyak coro. Dan jiwa manusia di dalamnya nyungsep secara hina, lebih hina dari binatang melata. Begitu ironi tentang manusia, sebagaimana dikatakan kitab suci.<\/p>\n\n\n\n

Majlis Tarjih, otoritas penentu kiblat moral, dari suatu organisasi sosial keagamaan yang sangat berwibawa, yang didirikan oleh Kiai besar yang hidup zuhud, yang jelas menarik garis batas dengan dunia yang fana ini, dilanjutkan para rohaniwan besar, yang saleh, kini telah dihancurkan sendiri dari dalam oleh pengaruh uang, sekitar empat miliar rupiah jumlahnya. Sebagai anggota organisasi itu, saya merasa, orang-orang di Majlis penentu arah ini seperti membuat \u2018W.C. Umum\u2019 yang berbau busuk di ruang rapat mereka sendiri.<\/p>\n\n\n\n

Para intelektual individual maupun mereka yang mewakili lembaga masing-masing, telah merusak batas-batas wilayah kotor dan wilayah \u2018suci\u2019: yang satu menjual harga diri, yang lain menjual agama, masing-masing dengan harga murah. Mereka yang faham sefaham-fahamnya larangan agar manusia tak mencampuradukkan apa yang haq---yang suci dan benar---dengan segenap apa yang bathil, telah menjadi buta. Bagaimana sebuah penentu kiblat hendak berfungsi secara sosial dan moral bila mereka telah buta akan kedua perkara itu?<\/p>\n\n\n\n

Saya menulis kata pengantar buku ini bukan untuk membela rokok kretek. Sikap ini bisa berlaku untuk banyak hal yang lain. Dengan sikap seperti ini pula---kurang lebih---saya mengutuk Malaysia, ketika dengan angkuh, dan sikap tak peduli menghormati hak milik dan kedaulatan bangsa lain, mereka mau mencaplok lagi pulau-pulau terluar di garis batas wilayah kedaulatan Republik kita, dan mau mengangkangi hak milik budaya, yaitu lagu-lagu dan seni reog kita.<\/p>\n\n\n\n

Jika diperlukan---artinya bila harga diri dan hak-hak kita dirampas--- kita tak segan mengganyang kembali Malaysia sampai tinggal menjadi ampas. Dan ini pun berlaku bukan hanya buat pulau-pulau dan hak budaya. Sikap para Ksatria dan kaum Brahmana terhadap kebenaran kurang lebih seperti ini. Mereka dibentuk oleh alam untuk menjadi payung bagi kebenaran, agar tak seorang pun mengganggu gugat posisinya. Kebenaran harus terjamin, aman, dan terlindung di tempatnya.<\/p>\n\n\n\n

Tapi para Ksatria di lembaga riset---sebetulnya mereka juga Brahmana--- dan para Brahmana di lembaga keagamaan kita, telah kehilangan kiblat. Mustahil mereka tak mengetahui bahwa di balik dalil kesehatan yang tak manjur itu, ada niat mengambil alih---merampok--- industri kretek kita. Dalilnya runtuh, tapi niat kolonialisnya, dan imperialisnya, masih tetap menganga siap mencaplok. Maka dibuatlah dalil agama, dan dengan sikap naif yang tak mudah dipahami, kelompok Brahmana membuatkan dalil dengan harga yang mereka sepakati. Tapi dalil ini pun harus rontok sebelum musim gugur agar keserakahan tak berkembang.<\/p>\n\n\n\n

Kita, di sini, tak lagi bicara kebenaran sebagai isu moral dan isu politik yang bisa disulap menjadi samar-samar. Kita sudah berdiri di garis hidup yang tak lagi mungkin ditawar, seperti dulu ketika para pendahulu kita berteriak heroik tentang pilihan terbatas antara merdeka atau mati. Dalam situasi kritis macam ini, maka dalil, sesahih apapun, tak bisa mengalahkan kebutuhan untuk hidup, merdeka, dan jaya. Atau mati.<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi patut ditegaskan: ini bukan perkara \u2018mbako\u2019 atau rokok. Neokolonialisme dan imperialisme, yang dulu diteriakkan Bung Karno, seolah secara sloganistik, bukan sekadar slogan, bukan hanya konsep, tapi keduanya benda nyata, yang mengancam harga diri dan kedaulatan kita sebagai pribadi, maupun harga diri dan kedaulatan kita sebagai bangsa.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang harus kita lakukan?<\/p>\n\n\n\n

\u201cMengikuti sikap peneliti di lembaga penelitian yang jiwanya telah tergadai itu?\u201d
\n\u201c Tidak!\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cMencontoh jejak para perumus hukum tentang
\nhalal-haram yang tak lagi tahu batas halalharam itu?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cTidak!\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cJadi, apa yang harus dilakukan?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cMelawan. Mungkin tak perlu menghitung segenap risiko. Ini pilihan terbaik kita\u201d<\/p>\n\n\n\n

Alam senyap. Pada detik-detik yang merupakan \u2018short moment\u2019 untuk menentukan sikap sesuai kata hati nurani, kita bukan sama sekali tak merasa takut. Ketakutan itu tetap bersama kita. Tapi langkah harus diambil. Dan jangan lupa kata Karna: dharma memang pelik.<\/p>\n\n\n\n

*Penulis: Mohammad Sobary
\n(Diambil dari pengantar buku: Kretek Kajian Ekonomi dan Budaya 4 Kota)<\/p>\n","post_title":"Kaum Ksatria dan Dharma","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kaum-ksatria-dan-dharma","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-20 10:47:26","post_modified_gmt":"2020-06-20 03:47:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6807","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6798,"post_author":"877","post_date":"2020-06-17 09:14:25","post_date_gmt":"2020-06-17 02:14:25","post_content":"\n

Suka sekali pemerintah menaikkan cukai rokok, hal itu tiap tahun terjadi. Pengatur kenaikan cukai itu instansi pemerintah dari Kementerian Keuangan. Kesan enaikan cukai tak semata-mata Negara sedang dalam keadaan yang sangat butuh mendesak, hal ini bisa dilihat alasan dan dasar tiap kali naik . Belum lagi alokasi penggunannya yang tak jelas baik pusat maupun daerah, terkesan carut marut. Total jumlah 2% dibagikan ke daerah, sisanya 98% masih tertimbun di pusat (Kementerian Keuangan). 2% yang kedaerah dibagi lagi 30% untuk provinsi penghasil, 40 % daerah kabupaten\/kota penghasil dan 30% daerah kabupaten\/kota lainnya(non penghasil). Lalu yang 98% dibuat apa saja?. <\/p>\n\n\n\n


Dana hasil pungutan cukai yang dibagikan kedaerah (provinsi\/Kabupaten\/Kota) dikenal dengan sebutan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Terbakau ( DBH-CHT). Cukai ini selalu naik, dengan alasan dan dasar pertimbangan mana suka. Ambil contoh, kenaikan cukai di tahun 2020 ini pertimbangannya ada 3 yaitu, mengurangi Konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan Negara, kata Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan.
\u201cKenaikan cukai diberlakukan berdasarkan tiga pertimbangan, yakni untuk mengurangi konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan negara\u201d
Seorang teman crew dari TV desa Dian (nama samaran) menertawakan alasan tersebut dengan berkata:
\u201cApa tidak terbalik bu?, harusnya yang lebih didahulukan dan jujur itu meningkatkan penerimaan negara bukan mengurangi konsumsi, ibu menteri ini pasti bukan orang lapangan, tidak tahu riil di lapangan, tak mungkin lah konsumsi rokok bisa dikurangi, kalau rokok mahal pindah ke rokok murahan atau pindah lintingan bu\u201d.<\/p>\n\n\n\n


Benar apa kata Dian, orang di desa itu kalau rokok mahal kalau gak melinting sendiri ya beli yang murahan bahkan eceran gak masalah. Mau harga di naikkan setinggi langit tak ada efek, mereka tetap akan merokok. Yang terkena dampaknya langsung pabrikan selanjutnya pekerja dan para petani tembakau, karena rokok dipasaran lesu. Dan pastinya berpengaruh juga terhadap rendahnya penerimaan negara. Belum lagi kalau rokok ilegal marak dipasaran, negara tambah rugi besar.<\/p>\n\n\n\n


Alasannya yang kedua tentang mengatur industrinya, terkesan dipaksakan. Apa korelasinya antara menaikkan cukai dengan mengatur industri, yang ada hanyalah korelasi tak langsung. Karena aturan industri sudah ada dan jelas, diluar dalam aturan kenaikan cukai. <\/p>\n\n\n\n


Jadi alasan pertama dan kedua untuk kenaikan cukai tak berbasis data lapangan dan data tektual (UU\/PP dan sejenisnya). Memberikan kesan mana suka. Tak berhenti disitu, aturan mana suka yang dibuat Kementerian Keuangan yang terkait dengan rokok dan cukai banyak sekali, diantaranya:<\/p>\n\n\n\n


Aturan pembagian hasil cuka yang hanya 2% untuk daerah provinsi, kabupaten dan kota. Ketentuan 2% ini tidak ada hitungan yang rijit seperti halnya bagi hasil yang bersumber dari lainnya seperti pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah, pajak penghasilan, kehutanan, pertambangan umum, perikanan dan lain sebagainya. Artinya, selain bagi hasil cukai semuanya dihitung detail sehingga keluar bagi hasilnya berapa. Sedang dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) pembagiannya ditentukan sepihak oleh Kementerian Keuangan dan daerah hanya mendapatkan 2% itupun masih dibagi lagi menjadi tiga klaster, yaitu provinsi penghasil, kabupaten\/kota penghasil dan kabupaten\/kota non penghasil. Sisanya 98% masih dipusat. <\/p>\n\n\n\n


Kedua, aturan ketentuan peruntukan DBH-CHT, untuk alokasi di Provinsi\/Kabupaten dan Kota di tentukan 5 item, yang diatur dalam UU cukai pasal 66 huruf A ayat 1, yaitu untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai ilegal.
Daerah dikenakan aturan penggunaan DBHCHT pada lima peruntukan di atas. Sedangkan aturan penggunaan DBH-CHT pusat yang jumlahnya lebih besar 98% tak ada satupun aturan penggunaannya. Sederhananya penggunaan dana cukai oleh pusat mana suka. Kalau dana tersebut dimasukkan dalam dana bagi hasil seperti lainnya, seharusnya tercantum pada UU Perimbangan Keuangan yang penggunaannya sudah diatur dan ada ketentuannya. Nyatanya dana cukai tidak demikian, tidak dimasukkan sebagai dana perimbangan keuangan negara. Akan tetapi di atur tersendiri dalam UU cukai. <\/p>\n\n\n\n


Walhasil 98% dana cukai digunakan sesuai kehendak pemerintah pusat dalam hal ini Kemeterian Keuangan dan pemerintah yang berkuasa. <\/p>\n\n\n\n


Andai penggunaan dana tersebut untuk hajat dan kepentingan orang banyak seperti membayar defisit BPJS tentunya penyumbang dana tersebut (perokok) masih menerima dengan lapang dada. Perokok dapat membantu sesama. Dana cukai untuk membayar defisit BPJS baru beberapa tahun terakhir ini, itupun hanya sebagian. Yang jadi pertanyaan lanjutan, dana hasil cukai yang jumlahnya besar di tahun-tahun kemarin peruntukannya untuk apa saja?, sebelum ada untuk pembayaran BPJS, sebelum ada bagi hasil 2% ke daerah ataupun setelah ada bagi hasil 2%. <\/p>\n\n\n\n


Pastinya tidak jelas penggunaannya, karena tidak ada aturan pasti dan kontrol bagi pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan. Yang ada hanyalah UU cukai yang mengatur penggunaan bagi daerah (provinsi, kabupaten dan kota).<\/p>\n\n\n\n


Jadi tidak salah jika banyak orang menganggap DBH-CHT bukan lagi dana bagi hasil melainkan dana bancaan hasil cukai hasil temabakau. <\/p>\n\n\n\n


Ketiga, aturan sanksi penyelewengan penggunaan DBH-CHT juga terkesan longgar dan tidak ada jeratan sanksi pidana. Aturan tersebut tertuang pada UU cukai pasal 6 huruf D ayat 1 dan 2. Berbunyi\u201d atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT dapat diberikan sanksi berupa penangguhan sampai dengan penghentian penyaluran DBH-CHT yang di buat di Indonesia\u201d. \u201cketentuan lebih lanjut mengenai sanksi atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT sebagai yang dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.<\/p>\n\n\n\n


Menandakan kuasa penuh aturan DBH-CHT ada pada Kementerian Keuangan. Pertanyaannya, siapa yang mengontrol dalam hal penggunaan alokasi DBH-CHT ditingkat Kementerian Keuangan yang jumlah dananya lebih besar yaitu 98% total dari pendapatan cukai. Lain itu dalam UU cukai tak ada satupun yang menjelaskan tentang hak di tingkat pemerintahan desa dalam penggunaan DBH-CHT. Yang paling bawah adalah pemerintah kabupaten dan kota, kewenangan pengelolaannya oleh Gubernur. <\/p>\n","post_title":"98% Dana Hasil Pungutan Cukai Ada di Pusat, Tau Buat Apa?","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"98-dana-hasil-pungutan-cukai-ada-di-pusat-tau-buat-apa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-17 09:14:29","post_modified_gmt":"2020-06-17 02:14:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6792,"post_author":"877","post_date":"2020-06-15 10:34:25","post_date_gmt":"2020-06-15 03:34:25","post_content":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Sindiran halus Christopher Buckley, dalam novel Thank you For Smoking, lebih tak diperhatikan. Buckley menulis epilog di dalam novelnya itu dengan menghadirkan Larry King, pewawancara kesohor itu, untuk menegaskan betapa sehatnya merokok, dan dia tak ada hubungan dengan kanker paru-paru:<\/p>\n\n\n\n

\u201cGood evening. I am Larry King. Our guest tonight, Nick Naylor, who has been here before on several occasions, but tonight is not going to tell us that there is no link between smoking and lung cancer. Right?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cThat\u2019s right, Larry.\u201d<\/p>\n\n\n\n

Pihak \u2018lobbyist\u2019 memang sangat piawai melakukan pendekatan, dan bujukanbujukan, yang lembut dan mendebarkan. Ada pendekatan perorangan. Ada pula bujukan lewat organisasi ilmiah maupun organisasi sosial keagamaan. Dengan duit tadi, organisasi ilmiah---di bawah nama Universitas besar dan ternama di Indonesia--- bisa diperintah melakukan penelitian pesanan, dengan kesimpulan pesanan pula. Inti kesimpulannya harus berbunyi: \u2018tembakau, dan rokok, membahayakan kesehatan\u2019. Lalu pendekatan lapangan yang bias kepentingan politikekonomi itu pun dibuat. Dan diambillah responden dengan cara demikian rupa agar himpunan informasi dari mereka dapat mendukung kesimpulan yang sudah \u2018ditemukan\u2019 sebelum penelitian lapangan dilakukan.<\/p>\n\n\n\n

Betapa mengenaskannya jiwa ilmuwan kita. Suatu pelacuran ilmiah yang terbuka, tanpa tedeng aling-aling, bukan ditolak, tapi malah diikuti. Mereka yang seharusnya setia memanggul dharma hidup sebagai pencari kebenaran dan karenanya harus bersikap merdeka terhadap bujukan materi, sudah takluk. Simbol kemandirian intelektual gugur. Lembaganya roboh dan dikoyak-koyak coro. Dan jiwa manusia di dalamnya nyungsep secara hina, lebih hina dari binatang melata. Begitu ironi tentang manusia, sebagaimana dikatakan kitab suci.<\/p>\n\n\n\n

Majlis Tarjih, otoritas penentu kiblat moral, dari suatu organisasi sosial keagamaan yang sangat berwibawa, yang didirikan oleh Kiai besar yang hidup zuhud, yang jelas menarik garis batas dengan dunia yang fana ini, dilanjutkan para rohaniwan besar, yang saleh, kini telah dihancurkan sendiri dari dalam oleh pengaruh uang, sekitar empat miliar rupiah jumlahnya. Sebagai anggota organisasi itu, saya merasa, orang-orang di Majlis penentu arah ini seperti membuat \u2018W.C. Umum\u2019 yang berbau busuk di ruang rapat mereka sendiri.<\/p>\n\n\n\n

Para intelektual individual maupun mereka yang mewakili lembaga masing-masing, telah merusak batas-batas wilayah kotor dan wilayah \u2018suci\u2019: yang satu menjual harga diri, yang lain menjual agama, masing-masing dengan harga murah. Mereka yang faham sefaham-fahamnya larangan agar manusia tak mencampuradukkan apa yang haq---yang suci dan benar---dengan segenap apa yang bathil, telah menjadi buta. Bagaimana sebuah penentu kiblat hendak berfungsi secara sosial dan moral bila mereka telah buta akan kedua perkara itu?<\/p>\n\n\n\n

Saya menulis kata pengantar buku ini bukan untuk membela rokok kretek. Sikap ini bisa berlaku untuk banyak hal yang lain. Dengan sikap seperti ini pula---kurang lebih---saya mengutuk Malaysia, ketika dengan angkuh, dan sikap tak peduli menghormati hak milik dan kedaulatan bangsa lain, mereka mau mencaplok lagi pulau-pulau terluar di garis batas wilayah kedaulatan Republik kita, dan mau mengangkangi hak milik budaya, yaitu lagu-lagu dan seni reog kita.<\/p>\n\n\n\n

Jika diperlukan---artinya bila harga diri dan hak-hak kita dirampas--- kita tak segan mengganyang kembali Malaysia sampai tinggal menjadi ampas. Dan ini pun berlaku bukan hanya buat pulau-pulau dan hak budaya. Sikap para Ksatria dan kaum Brahmana terhadap kebenaran kurang lebih seperti ini. Mereka dibentuk oleh alam untuk menjadi payung bagi kebenaran, agar tak seorang pun mengganggu gugat posisinya. Kebenaran harus terjamin, aman, dan terlindung di tempatnya.<\/p>\n\n\n\n

Tapi para Ksatria di lembaga riset---sebetulnya mereka juga Brahmana--- dan para Brahmana di lembaga keagamaan kita, telah kehilangan kiblat. Mustahil mereka tak mengetahui bahwa di balik dalil kesehatan yang tak manjur itu, ada niat mengambil alih---merampok--- industri kretek kita. Dalilnya runtuh, tapi niat kolonialisnya, dan imperialisnya, masih tetap menganga siap mencaplok. Maka dibuatlah dalil agama, dan dengan sikap naif yang tak mudah dipahami, kelompok Brahmana membuatkan dalil dengan harga yang mereka sepakati. Tapi dalil ini pun harus rontok sebelum musim gugur agar keserakahan tak berkembang.<\/p>\n\n\n\n

Kita, di sini, tak lagi bicara kebenaran sebagai isu moral dan isu politik yang bisa disulap menjadi samar-samar. Kita sudah berdiri di garis hidup yang tak lagi mungkin ditawar, seperti dulu ketika para pendahulu kita berteriak heroik tentang pilihan terbatas antara merdeka atau mati. Dalam situasi kritis macam ini, maka dalil, sesahih apapun, tak bisa mengalahkan kebutuhan untuk hidup, merdeka, dan jaya. Atau mati.<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi patut ditegaskan: ini bukan perkara \u2018mbako\u2019 atau rokok. Neokolonialisme dan imperialisme, yang dulu diteriakkan Bung Karno, seolah secara sloganistik, bukan sekadar slogan, bukan hanya konsep, tapi keduanya benda nyata, yang mengancam harga diri dan kedaulatan kita sebagai pribadi, maupun harga diri dan kedaulatan kita sebagai bangsa.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang harus kita lakukan?<\/p>\n\n\n\n

\u201cMengikuti sikap peneliti di lembaga penelitian yang jiwanya telah tergadai itu?\u201d
\n\u201c Tidak!\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cMencontoh jejak para perumus hukum tentang
\nhalal-haram yang tak lagi tahu batas halalharam itu?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cTidak!\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cJadi, apa yang harus dilakukan?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cMelawan. Mungkin tak perlu menghitung segenap risiko. Ini pilihan terbaik kita\u201d<\/p>\n\n\n\n

Alam senyap. Pada detik-detik yang merupakan \u2018short moment\u2019 untuk menentukan sikap sesuai kata hati nurani, kita bukan sama sekali tak merasa takut. Ketakutan itu tetap bersama kita. Tapi langkah harus diambil. Dan jangan lupa kata Karna: dharma memang pelik.<\/p>\n\n\n\n

*Penulis: Mohammad Sobary
\n(Diambil dari pengantar buku: Kretek Kajian Ekonomi dan Budaya 4 Kota)<\/p>\n","post_title":"Kaum Ksatria dan Dharma","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kaum-ksatria-dan-dharma","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-20 10:47:26","post_modified_gmt":"2020-06-20 03:47:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6807","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6798,"post_author":"877","post_date":"2020-06-17 09:14:25","post_date_gmt":"2020-06-17 02:14:25","post_content":"\n

Suka sekali pemerintah menaikkan cukai rokok, hal itu tiap tahun terjadi. Pengatur kenaikan cukai itu instansi pemerintah dari Kementerian Keuangan. Kesan enaikan cukai tak semata-mata Negara sedang dalam keadaan yang sangat butuh mendesak, hal ini bisa dilihat alasan dan dasar tiap kali naik . Belum lagi alokasi penggunannya yang tak jelas baik pusat maupun daerah, terkesan carut marut. Total jumlah 2% dibagikan ke daerah, sisanya 98% masih tertimbun di pusat (Kementerian Keuangan). 2% yang kedaerah dibagi lagi 30% untuk provinsi penghasil, 40 % daerah kabupaten\/kota penghasil dan 30% daerah kabupaten\/kota lainnya(non penghasil). Lalu yang 98% dibuat apa saja?. <\/p>\n\n\n\n


Dana hasil pungutan cukai yang dibagikan kedaerah (provinsi\/Kabupaten\/Kota) dikenal dengan sebutan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Terbakau ( DBH-CHT). Cukai ini selalu naik, dengan alasan dan dasar pertimbangan mana suka. Ambil contoh, kenaikan cukai di tahun 2020 ini pertimbangannya ada 3 yaitu, mengurangi Konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan Negara, kata Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan.
\u201cKenaikan cukai diberlakukan berdasarkan tiga pertimbangan, yakni untuk mengurangi konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan negara\u201d
Seorang teman crew dari TV desa Dian (nama samaran) menertawakan alasan tersebut dengan berkata:
\u201cApa tidak terbalik bu?, harusnya yang lebih didahulukan dan jujur itu meningkatkan penerimaan negara bukan mengurangi konsumsi, ibu menteri ini pasti bukan orang lapangan, tidak tahu riil di lapangan, tak mungkin lah konsumsi rokok bisa dikurangi, kalau rokok mahal pindah ke rokok murahan atau pindah lintingan bu\u201d.<\/p>\n\n\n\n


Benar apa kata Dian, orang di desa itu kalau rokok mahal kalau gak melinting sendiri ya beli yang murahan bahkan eceran gak masalah. Mau harga di naikkan setinggi langit tak ada efek, mereka tetap akan merokok. Yang terkena dampaknya langsung pabrikan selanjutnya pekerja dan para petani tembakau, karena rokok dipasaran lesu. Dan pastinya berpengaruh juga terhadap rendahnya penerimaan negara. Belum lagi kalau rokok ilegal marak dipasaran, negara tambah rugi besar.<\/p>\n\n\n\n


Alasannya yang kedua tentang mengatur industrinya, terkesan dipaksakan. Apa korelasinya antara menaikkan cukai dengan mengatur industri, yang ada hanyalah korelasi tak langsung. Karena aturan industri sudah ada dan jelas, diluar dalam aturan kenaikan cukai. <\/p>\n\n\n\n


Jadi alasan pertama dan kedua untuk kenaikan cukai tak berbasis data lapangan dan data tektual (UU\/PP dan sejenisnya). Memberikan kesan mana suka. Tak berhenti disitu, aturan mana suka yang dibuat Kementerian Keuangan yang terkait dengan rokok dan cukai banyak sekali, diantaranya:<\/p>\n\n\n\n


Aturan pembagian hasil cuka yang hanya 2% untuk daerah provinsi, kabupaten dan kota. Ketentuan 2% ini tidak ada hitungan yang rijit seperti halnya bagi hasil yang bersumber dari lainnya seperti pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah, pajak penghasilan, kehutanan, pertambangan umum, perikanan dan lain sebagainya. Artinya, selain bagi hasil cukai semuanya dihitung detail sehingga keluar bagi hasilnya berapa. Sedang dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) pembagiannya ditentukan sepihak oleh Kementerian Keuangan dan daerah hanya mendapatkan 2% itupun masih dibagi lagi menjadi tiga klaster, yaitu provinsi penghasil, kabupaten\/kota penghasil dan kabupaten\/kota non penghasil. Sisanya 98% masih dipusat. <\/p>\n\n\n\n


Kedua, aturan ketentuan peruntukan DBH-CHT, untuk alokasi di Provinsi\/Kabupaten dan Kota di tentukan 5 item, yang diatur dalam UU cukai pasal 66 huruf A ayat 1, yaitu untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai ilegal.
Daerah dikenakan aturan penggunaan DBHCHT pada lima peruntukan di atas. Sedangkan aturan penggunaan DBH-CHT pusat yang jumlahnya lebih besar 98% tak ada satupun aturan penggunaannya. Sederhananya penggunaan dana cukai oleh pusat mana suka. Kalau dana tersebut dimasukkan dalam dana bagi hasil seperti lainnya, seharusnya tercantum pada UU Perimbangan Keuangan yang penggunaannya sudah diatur dan ada ketentuannya. Nyatanya dana cukai tidak demikian, tidak dimasukkan sebagai dana perimbangan keuangan negara. Akan tetapi di atur tersendiri dalam UU cukai. <\/p>\n\n\n\n


Walhasil 98% dana cukai digunakan sesuai kehendak pemerintah pusat dalam hal ini Kemeterian Keuangan dan pemerintah yang berkuasa. <\/p>\n\n\n\n


Andai penggunaan dana tersebut untuk hajat dan kepentingan orang banyak seperti membayar defisit BPJS tentunya penyumbang dana tersebut (perokok) masih menerima dengan lapang dada. Perokok dapat membantu sesama. Dana cukai untuk membayar defisit BPJS baru beberapa tahun terakhir ini, itupun hanya sebagian. Yang jadi pertanyaan lanjutan, dana hasil cukai yang jumlahnya besar di tahun-tahun kemarin peruntukannya untuk apa saja?, sebelum ada untuk pembayaran BPJS, sebelum ada bagi hasil 2% ke daerah ataupun setelah ada bagi hasil 2%. <\/p>\n\n\n\n


Pastinya tidak jelas penggunaannya, karena tidak ada aturan pasti dan kontrol bagi pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan. Yang ada hanyalah UU cukai yang mengatur penggunaan bagi daerah (provinsi, kabupaten dan kota).<\/p>\n\n\n\n


Jadi tidak salah jika banyak orang menganggap DBH-CHT bukan lagi dana bagi hasil melainkan dana bancaan hasil cukai hasil temabakau. <\/p>\n\n\n\n


Ketiga, aturan sanksi penyelewengan penggunaan DBH-CHT juga terkesan longgar dan tidak ada jeratan sanksi pidana. Aturan tersebut tertuang pada UU cukai pasal 6 huruf D ayat 1 dan 2. Berbunyi\u201d atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT dapat diberikan sanksi berupa penangguhan sampai dengan penghentian penyaluran DBH-CHT yang di buat di Indonesia\u201d. \u201cketentuan lebih lanjut mengenai sanksi atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT sebagai yang dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.<\/p>\n\n\n\n


Menandakan kuasa penuh aturan DBH-CHT ada pada Kementerian Keuangan. Pertanyaannya, siapa yang mengontrol dalam hal penggunaan alokasi DBH-CHT ditingkat Kementerian Keuangan yang jumlah dananya lebih besar yaitu 98% total dari pendapatan cukai. Lain itu dalam UU cukai tak ada satupun yang menjelaskan tentang hak di tingkat pemerintahan desa dalam penggunaan DBH-CHT. Yang paling bawah adalah pemerintah kabupaten dan kota, kewenangan pengelolaannya oleh Gubernur. <\/p>\n","post_title":"98% Dana Hasil Pungutan Cukai Ada di Pusat, Tau Buat Apa?","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"98-dana-hasil-pungutan-cukai-ada-di-pusat-tau-buat-apa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-17 09:14:29","post_modified_gmt":"2020-06-17 02:14:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6792,"post_author":"877","post_date":"2020-06-15 10:34:25","post_date_gmt":"2020-06-15 03:34:25","post_content":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Mark Hanusz, yang menulis dengan anggun buku Kretek: The Culture and Heritage of Indonesia\u2019s Clove Cigarettes, memberi ilustrasi indah menawan dengan penjelasan detail mengenai industri yang sudah 120 tahun usianya, didasarkan atas suatu \u2018grounded research\u2019 yang jujur secara ilmiah, dan secara moral, tak mereka tengok sebagai rujukan.<\/p>\n\n\n\n

Sindiran halus Christopher Buckley, dalam novel Thank you For Smoking, lebih tak diperhatikan. Buckley menulis epilog di dalam novelnya itu dengan menghadirkan Larry King, pewawancara kesohor itu, untuk menegaskan betapa sehatnya merokok, dan dia tak ada hubungan dengan kanker paru-paru:<\/p>\n\n\n\n

\u201cGood evening. I am Larry King. Our guest tonight, Nick Naylor, who has been here before on several occasions, but tonight is not going to tell us that there is no link between smoking and lung cancer. Right?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cThat\u2019s right, Larry.\u201d<\/p>\n\n\n\n

Pihak \u2018lobbyist\u2019 memang sangat piawai melakukan pendekatan, dan bujukanbujukan, yang lembut dan mendebarkan. Ada pendekatan perorangan. Ada pula bujukan lewat organisasi ilmiah maupun organisasi sosial keagamaan. Dengan duit tadi, organisasi ilmiah---di bawah nama Universitas besar dan ternama di Indonesia--- bisa diperintah melakukan penelitian pesanan, dengan kesimpulan pesanan pula. Inti kesimpulannya harus berbunyi: \u2018tembakau, dan rokok, membahayakan kesehatan\u2019. Lalu pendekatan lapangan yang bias kepentingan politikekonomi itu pun dibuat. Dan diambillah responden dengan cara demikian rupa agar himpunan informasi dari mereka dapat mendukung kesimpulan yang sudah \u2018ditemukan\u2019 sebelum penelitian lapangan dilakukan.<\/p>\n\n\n\n

Betapa mengenaskannya jiwa ilmuwan kita. Suatu pelacuran ilmiah yang terbuka, tanpa tedeng aling-aling, bukan ditolak, tapi malah diikuti. Mereka yang seharusnya setia memanggul dharma hidup sebagai pencari kebenaran dan karenanya harus bersikap merdeka terhadap bujukan materi, sudah takluk. Simbol kemandirian intelektual gugur. Lembaganya roboh dan dikoyak-koyak coro. Dan jiwa manusia di dalamnya nyungsep secara hina, lebih hina dari binatang melata. Begitu ironi tentang manusia, sebagaimana dikatakan kitab suci.<\/p>\n\n\n\n

Majlis Tarjih, otoritas penentu kiblat moral, dari suatu organisasi sosial keagamaan yang sangat berwibawa, yang didirikan oleh Kiai besar yang hidup zuhud, yang jelas menarik garis batas dengan dunia yang fana ini, dilanjutkan para rohaniwan besar, yang saleh, kini telah dihancurkan sendiri dari dalam oleh pengaruh uang, sekitar empat miliar rupiah jumlahnya. Sebagai anggota organisasi itu, saya merasa, orang-orang di Majlis penentu arah ini seperti membuat \u2018W.C. Umum\u2019 yang berbau busuk di ruang rapat mereka sendiri.<\/p>\n\n\n\n

Para intelektual individual maupun mereka yang mewakili lembaga masing-masing, telah merusak batas-batas wilayah kotor dan wilayah \u2018suci\u2019: yang satu menjual harga diri, yang lain menjual agama, masing-masing dengan harga murah. Mereka yang faham sefaham-fahamnya larangan agar manusia tak mencampuradukkan apa yang haq---yang suci dan benar---dengan segenap apa yang bathil, telah menjadi buta. Bagaimana sebuah penentu kiblat hendak berfungsi secara sosial dan moral bila mereka telah buta akan kedua perkara itu?<\/p>\n\n\n\n

Saya menulis kata pengantar buku ini bukan untuk membela rokok kretek. Sikap ini bisa berlaku untuk banyak hal yang lain. Dengan sikap seperti ini pula---kurang lebih---saya mengutuk Malaysia, ketika dengan angkuh, dan sikap tak peduli menghormati hak milik dan kedaulatan bangsa lain, mereka mau mencaplok lagi pulau-pulau terluar di garis batas wilayah kedaulatan Republik kita, dan mau mengangkangi hak milik budaya, yaitu lagu-lagu dan seni reog kita.<\/p>\n\n\n\n

Jika diperlukan---artinya bila harga diri dan hak-hak kita dirampas--- kita tak segan mengganyang kembali Malaysia sampai tinggal menjadi ampas. Dan ini pun berlaku bukan hanya buat pulau-pulau dan hak budaya. Sikap para Ksatria dan kaum Brahmana terhadap kebenaran kurang lebih seperti ini. Mereka dibentuk oleh alam untuk menjadi payung bagi kebenaran, agar tak seorang pun mengganggu gugat posisinya. Kebenaran harus terjamin, aman, dan terlindung di tempatnya.<\/p>\n\n\n\n

Tapi para Ksatria di lembaga riset---sebetulnya mereka juga Brahmana--- dan para Brahmana di lembaga keagamaan kita, telah kehilangan kiblat. Mustahil mereka tak mengetahui bahwa di balik dalil kesehatan yang tak manjur itu, ada niat mengambil alih---merampok--- industri kretek kita. Dalilnya runtuh, tapi niat kolonialisnya, dan imperialisnya, masih tetap menganga siap mencaplok. Maka dibuatlah dalil agama, dan dengan sikap naif yang tak mudah dipahami, kelompok Brahmana membuatkan dalil dengan harga yang mereka sepakati. Tapi dalil ini pun harus rontok sebelum musim gugur agar keserakahan tak berkembang.<\/p>\n\n\n\n

Kita, di sini, tak lagi bicara kebenaran sebagai isu moral dan isu politik yang bisa disulap menjadi samar-samar. Kita sudah berdiri di garis hidup yang tak lagi mungkin ditawar, seperti dulu ketika para pendahulu kita berteriak heroik tentang pilihan terbatas antara merdeka atau mati. Dalam situasi kritis macam ini, maka dalil, sesahih apapun, tak bisa mengalahkan kebutuhan untuk hidup, merdeka, dan jaya. Atau mati.<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi patut ditegaskan: ini bukan perkara \u2018mbako\u2019 atau rokok. Neokolonialisme dan imperialisme, yang dulu diteriakkan Bung Karno, seolah secara sloganistik, bukan sekadar slogan, bukan hanya konsep, tapi keduanya benda nyata, yang mengancam harga diri dan kedaulatan kita sebagai pribadi, maupun harga diri dan kedaulatan kita sebagai bangsa.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang harus kita lakukan?<\/p>\n\n\n\n

\u201cMengikuti sikap peneliti di lembaga penelitian yang jiwanya telah tergadai itu?\u201d
\n\u201c Tidak!\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cMencontoh jejak para perumus hukum tentang
\nhalal-haram yang tak lagi tahu batas halalharam itu?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cTidak!\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cJadi, apa yang harus dilakukan?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cMelawan. Mungkin tak perlu menghitung segenap risiko. Ini pilihan terbaik kita\u201d<\/p>\n\n\n\n

Alam senyap. Pada detik-detik yang merupakan \u2018short moment\u2019 untuk menentukan sikap sesuai kata hati nurani, kita bukan sama sekali tak merasa takut. Ketakutan itu tetap bersama kita. Tapi langkah harus diambil. Dan jangan lupa kata Karna: dharma memang pelik.<\/p>\n\n\n\n

*Penulis: Mohammad Sobary
\n(Diambil dari pengantar buku: Kretek Kajian Ekonomi dan Budaya 4 Kota)<\/p>\n","post_title":"Kaum Ksatria dan Dharma","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kaum-ksatria-dan-dharma","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-20 10:47:26","post_modified_gmt":"2020-06-20 03:47:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6807","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6798,"post_author":"877","post_date":"2020-06-17 09:14:25","post_date_gmt":"2020-06-17 02:14:25","post_content":"\n

Suka sekali pemerintah menaikkan cukai rokok, hal itu tiap tahun terjadi. Pengatur kenaikan cukai itu instansi pemerintah dari Kementerian Keuangan. Kesan enaikan cukai tak semata-mata Negara sedang dalam keadaan yang sangat butuh mendesak, hal ini bisa dilihat alasan dan dasar tiap kali naik . Belum lagi alokasi penggunannya yang tak jelas baik pusat maupun daerah, terkesan carut marut. Total jumlah 2% dibagikan ke daerah, sisanya 98% masih tertimbun di pusat (Kementerian Keuangan). 2% yang kedaerah dibagi lagi 30% untuk provinsi penghasil, 40 % daerah kabupaten\/kota penghasil dan 30% daerah kabupaten\/kota lainnya(non penghasil). Lalu yang 98% dibuat apa saja?. <\/p>\n\n\n\n


Dana hasil pungutan cukai yang dibagikan kedaerah (provinsi\/Kabupaten\/Kota) dikenal dengan sebutan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Terbakau ( DBH-CHT). Cukai ini selalu naik, dengan alasan dan dasar pertimbangan mana suka. Ambil contoh, kenaikan cukai di tahun 2020 ini pertimbangannya ada 3 yaitu, mengurangi Konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan Negara, kata Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan.
\u201cKenaikan cukai diberlakukan berdasarkan tiga pertimbangan, yakni untuk mengurangi konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan negara\u201d
Seorang teman crew dari TV desa Dian (nama samaran) menertawakan alasan tersebut dengan berkata:
\u201cApa tidak terbalik bu?, harusnya yang lebih didahulukan dan jujur itu meningkatkan penerimaan negara bukan mengurangi konsumsi, ibu menteri ini pasti bukan orang lapangan, tidak tahu riil di lapangan, tak mungkin lah konsumsi rokok bisa dikurangi, kalau rokok mahal pindah ke rokok murahan atau pindah lintingan bu\u201d.<\/p>\n\n\n\n


Benar apa kata Dian, orang di desa itu kalau rokok mahal kalau gak melinting sendiri ya beli yang murahan bahkan eceran gak masalah. Mau harga di naikkan setinggi langit tak ada efek, mereka tetap akan merokok. Yang terkena dampaknya langsung pabrikan selanjutnya pekerja dan para petani tembakau, karena rokok dipasaran lesu. Dan pastinya berpengaruh juga terhadap rendahnya penerimaan negara. Belum lagi kalau rokok ilegal marak dipasaran, negara tambah rugi besar.<\/p>\n\n\n\n


Alasannya yang kedua tentang mengatur industrinya, terkesan dipaksakan. Apa korelasinya antara menaikkan cukai dengan mengatur industri, yang ada hanyalah korelasi tak langsung. Karena aturan industri sudah ada dan jelas, diluar dalam aturan kenaikan cukai. <\/p>\n\n\n\n


Jadi alasan pertama dan kedua untuk kenaikan cukai tak berbasis data lapangan dan data tektual (UU\/PP dan sejenisnya). Memberikan kesan mana suka. Tak berhenti disitu, aturan mana suka yang dibuat Kementerian Keuangan yang terkait dengan rokok dan cukai banyak sekali, diantaranya:<\/p>\n\n\n\n


Aturan pembagian hasil cuka yang hanya 2% untuk daerah provinsi, kabupaten dan kota. Ketentuan 2% ini tidak ada hitungan yang rijit seperti halnya bagi hasil yang bersumber dari lainnya seperti pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah, pajak penghasilan, kehutanan, pertambangan umum, perikanan dan lain sebagainya. Artinya, selain bagi hasil cukai semuanya dihitung detail sehingga keluar bagi hasilnya berapa. Sedang dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) pembagiannya ditentukan sepihak oleh Kementerian Keuangan dan daerah hanya mendapatkan 2% itupun masih dibagi lagi menjadi tiga klaster, yaitu provinsi penghasil, kabupaten\/kota penghasil dan kabupaten\/kota non penghasil. Sisanya 98% masih dipusat. <\/p>\n\n\n\n


Kedua, aturan ketentuan peruntukan DBH-CHT, untuk alokasi di Provinsi\/Kabupaten dan Kota di tentukan 5 item, yang diatur dalam UU cukai pasal 66 huruf A ayat 1, yaitu untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai ilegal.
Daerah dikenakan aturan penggunaan DBHCHT pada lima peruntukan di atas. Sedangkan aturan penggunaan DBH-CHT pusat yang jumlahnya lebih besar 98% tak ada satupun aturan penggunaannya. Sederhananya penggunaan dana cukai oleh pusat mana suka. Kalau dana tersebut dimasukkan dalam dana bagi hasil seperti lainnya, seharusnya tercantum pada UU Perimbangan Keuangan yang penggunaannya sudah diatur dan ada ketentuannya. Nyatanya dana cukai tidak demikian, tidak dimasukkan sebagai dana perimbangan keuangan negara. Akan tetapi di atur tersendiri dalam UU cukai. <\/p>\n\n\n\n


Walhasil 98% dana cukai digunakan sesuai kehendak pemerintah pusat dalam hal ini Kemeterian Keuangan dan pemerintah yang berkuasa. <\/p>\n\n\n\n


Andai penggunaan dana tersebut untuk hajat dan kepentingan orang banyak seperti membayar defisit BPJS tentunya penyumbang dana tersebut (perokok) masih menerima dengan lapang dada. Perokok dapat membantu sesama. Dana cukai untuk membayar defisit BPJS baru beberapa tahun terakhir ini, itupun hanya sebagian. Yang jadi pertanyaan lanjutan, dana hasil cukai yang jumlahnya besar di tahun-tahun kemarin peruntukannya untuk apa saja?, sebelum ada untuk pembayaran BPJS, sebelum ada bagi hasil 2% ke daerah ataupun setelah ada bagi hasil 2%. <\/p>\n\n\n\n


Pastinya tidak jelas penggunaannya, karena tidak ada aturan pasti dan kontrol bagi pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan. Yang ada hanyalah UU cukai yang mengatur penggunaan bagi daerah (provinsi, kabupaten dan kota).<\/p>\n\n\n\n


Jadi tidak salah jika banyak orang menganggap DBH-CHT bukan lagi dana bagi hasil melainkan dana bancaan hasil cukai hasil temabakau. <\/p>\n\n\n\n


Ketiga, aturan sanksi penyelewengan penggunaan DBH-CHT juga terkesan longgar dan tidak ada jeratan sanksi pidana. Aturan tersebut tertuang pada UU cukai pasal 6 huruf D ayat 1 dan 2. Berbunyi\u201d atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT dapat diberikan sanksi berupa penangguhan sampai dengan penghentian penyaluran DBH-CHT yang di buat di Indonesia\u201d. \u201cketentuan lebih lanjut mengenai sanksi atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT sebagai yang dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.<\/p>\n\n\n\n


Menandakan kuasa penuh aturan DBH-CHT ada pada Kementerian Keuangan. Pertanyaannya, siapa yang mengontrol dalam hal penggunaan alokasi DBH-CHT ditingkat Kementerian Keuangan yang jumlah dananya lebih besar yaitu 98% total dari pendapatan cukai. Lain itu dalam UU cukai tak ada satupun yang menjelaskan tentang hak di tingkat pemerintahan desa dalam penggunaan DBH-CHT. Yang paling bawah adalah pemerintah kabupaten dan kota, kewenangan pengelolaannya oleh Gubernur. <\/p>\n","post_title":"98% Dana Hasil Pungutan Cukai Ada di Pusat, Tau Buat Apa?","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"98-dana-hasil-pungutan-cukai-ada-di-pusat-tau-buat-apa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-17 09:14:29","post_modified_gmt":"2020-06-17 02:14:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6792,"post_author":"877","post_date":"2020-06-15 10:34:25","post_date_gmt":"2020-06-15 03:34:25","post_content":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Tak mengherankan bahwa meskipun semua argumen kesehatan dan dalil ilmiah bahwa rokok merusak kesehatan dan menjadi penyebab kematian telah rontok di tangan Wanda Hamilton, yang menulis buku Nicotine War, orang-orang ini tetap membela secara membabi-buta kepentingan kelompok \u2018lobbyist\u2019 tersebut. Mereka seperti sudah kalab.<\/p>\n\n\n\n

Mark Hanusz, yang menulis dengan anggun buku Kretek: The Culture and Heritage of Indonesia\u2019s Clove Cigarettes, memberi ilustrasi indah menawan dengan penjelasan detail mengenai industri yang sudah 120 tahun usianya, didasarkan atas suatu \u2018grounded research\u2019 yang jujur secara ilmiah, dan secara moral, tak mereka tengok sebagai rujukan.<\/p>\n\n\n\n

Sindiran halus Christopher Buckley, dalam novel Thank you For Smoking, lebih tak diperhatikan. Buckley menulis epilog di dalam novelnya itu dengan menghadirkan Larry King, pewawancara kesohor itu, untuk menegaskan betapa sehatnya merokok, dan dia tak ada hubungan dengan kanker paru-paru:<\/p>\n\n\n\n

\u201cGood evening. I am Larry King. Our guest tonight, Nick Naylor, who has been here before on several occasions, but tonight is not going to tell us that there is no link between smoking and lung cancer. Right?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cThat\u2019s right, Larry.\u201d<\/p>\n\n\n\n

Pihak \u2018lobbyist\u2019 memang sangat piawai melakukan pendekatan, dan bujukanbujukan, yang lembut dan mendebarkan. Ada pendekatan perorangan. Ada pula bujukan lewat organisasi ilmiah maupun organisasi sosial keagamaan. Dengan duit tadi, organisasi ilmiah---di bawah nama Universitas besar dan ternama di Indonesia--- bisa diperintah melakukan penelitian pesanan, dengan kesimpulan pesanan pula. Inti kesimpulannya harus berbunyi: \u2018tembakau, dan rokok, membahayakan kesehatan\u2019. Lalu pendekatan lapangan yang bias kepentingan politikekonomi itu pun dibuat. Dan diambillah responden dengan cara demikian rupa agar himpunan informasi dari mereka dapat mendukung kesimpulan yang sudah \u2018ditemukan\u2019 sebelum penelitian lapangan dilakukan.<\/p>\n\n\n\n

Betapa mengenaskannya jiwa ilmuwan kita. Suatu pelacuran ilmiah yang terbuka, tanpa tedeng aling-aling, bukan ditolak, tapi malah diikuti. Mereka yang seharusnya setia memanggul dharma hidup sebagai pencari kebenaran dan karenanya harus bersikap merdeka terhadap bujukan materi, sudah takluk. Simbol kemandirian intelektual gugur. Lembaganya roboh dan dikoyak-koyak coro. Dan jiwa manusia di dalamnya nyungsep secara hina, lebih hina dari binatang melata. Begitu ironi tentang manusia, sebagaimana dikatakan kitab suci.<\/p>\n\n\n\n

Majlis Tarjih, otoritas penentu kiblat moral, dari suatu organisasi sosial keagamaan yang sangat berwibawa, yang didirikan oleh Kiai besar yang hidup zuhud, yang jelas menarik garis batas dengan dunia yang fana ini, dilanjutkan para rohaniwan besar, yang saleh, kini telah dihancurkan sendiri dari dalam oleh pengaruh uang, sekitar empat miliar rupiah jumlahnya. Sebagai anggota organisasi itu, saya merasa, orang-orang di Majlis penentu arah ini seperti membuat \u2018W.C. Umum\u2019 yang berbau busuk di ruang rapat mereka sendiri.<\/p>\n\n\n\n

Para intelektual individual maupun mereka yang mewakili lembaga masing-masing, telah merusak batas-batas wilayah kotor dan wilayah \u2018suci\u2019: yang satu menjual harga diri, yang lain menjual agama, masing-masing dengan harga murah. Mereka yang faham sefaham-fahamnya larangan agar manusia tak mencampuradukkan apa yang haq---yang suci dan benar---dengan segenap apa yang bathil, telah menjadi buta. Bagaimana sebuah penentu kiblat hendak berfungsi secara sosial dan moral bila mereka telah buta akan kedua perkara itu?<\/p>\n\n\n\n

Saya menulis kata pengantar buku ini bukan untuk membela rokok kretek. Sikap ini bisa berlaku untuk banyak hal yang lain. Dengan sikap seperti ini pula---kurang lebih---saya mengutuk Malaysia, ketika dengan angkuh, dan sikap tak peduli menghormati hak milik dan kedaulatan bangsa lain, mereka mau mencaplok lagi pulau-pulau terluar di garis batas wilayah kedaulatan Republik kita, dan mau mengangkangi hak milik budaya, yaitu lagu-lagu dan seni reog kita.<\/p>\n\n\n\n

Jika diperlukan---artinya bila harga diri dan hak-hak kita dirampas--- kita tak segan mengganyang kembali Malaysia sampai tinggal menjadi ampas. Dan ini pun berlaku bukan hanya buat pulau-pulau dan hak budaya. Sikap para Ksatria dan kaum Brahmana terhadap kebenaran kurang lebih seperti ini. Mereka dibentuk oleh alam untuk menjadi payung bagi kebenaran, agar tak seorang pun mengganggu gugat posisinya. Kebenaran harus terjamin, aman, dan terlindung di tempatnya.<\/p>\n\n\n\n

Tapi para Ksatria di lembaga riset---sebetulnya mereka juga Brahmana--- dan para Brahmana di lembaga keagamaan kita, telah kehilangan kiblat. Mustahil mereka tak mengetahui bahwa di balik dalil kesehatan yang tak manjur itu, ada niat mengambil alih---merampok--- industri kretek kita. Dalilnya runtuh, tapi niat kolonialisnya, dan imperialisnya, masih tetap menganga siap mencaplok. Maka dibuatlah dalil agama, dan dengan sikap naif yang tak mudah dipahami, kelompok Brahmana membuatkan dalil dengan harga yang mereka sepakati. Tapi dalil ini pun harus rontok sebelum musim gugur agar keserakahan tak berkembang.<\/p>\n\n\n\n

Kita, di sini, tak lagi bicara kebenaran sebagai isu moral dan isu politik yang bisa disulap menjadi samar-samar. Kita sudah berdiri di garis hidup yang tak lagi mungkin ditawar, seperti dulu ketika para pendahulu kita berteriak heroik tentang pilihan terbatas antara merdeka atau mati. Dalam situasi kritis macam ini, maka dalil, sesahih apapun, tak bisa mengalahkan kebutuhan untuk hidup, merdeka, dan jaya. Atau mati.<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi patut ditegaskan: ini bukan perkara \u2018mbako\u2019 atau rokok. Neokolonialisme dan imperialisme, yang dulu diteriakkan Bung Karno, seolah secara sloganistik, bukan sekadar slogan, bukan hanya konsep, tapi keduanya benda nyata, yang mengancam harga diri dan kedaulatan kita sebagai pribadi, maupun harga diri dan kedaulatan kita sebagai bangsa.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang harus kita lakukan?<\/p>\n\n\n\n

\u201cMengikuti sikap peneliti di lembaga penelitian yang jiwanya telah tergadai itu?\u201d
\n\u201c Tidak!\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cMencontoh jejak para perumus hukum tentang
\nhalal-haram yang tak lagi tahu batas halalharam itu?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cTidak!\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cJadi, apa yang harus dilakukan?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cMelawan. Mungkin tak perlu menghitung segenap risiko. Ini pilihan terbaik kita\u201d<\/p>\n\n\n\n

Alam senyap. Pada detik-detik yang merupakan \u2018short moment\u2019 untuk menentukan sikap sesuai kata hati nurani, kita bukan sama sekali tak merasa takut. Ketakutan itu tetap bersama kita. Tapi langkah harus diambil. Dan jangan lupa kata Karna: dharma memang pelik.<\/p>\n\n\n\n

*Penulis: Mohammad Sobary
\n(Diambil dari pengantar buku: Kretek Kajian Ekonomi dan Budaya 4 Kota)<\/p>\n","post_title":"Kaum Ksatria dan Dharma","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kaum-ksatria-dan-dharma","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-20 10:47:26","post_modified_gmt":"2020-06-20 03:47:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6807","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6798,"post_author":"877","post_date":"2020-06-17 09:14:25","post_date_gmt":"2020-06-17 02:14:25","post_content":"\n

Suka sekali pemerintah menaikkan cukai rokok, hal itu tiap tahun terjadi. Pengatur kenaikan cukai itu instansi pemerintah dari Kementerian Keuangan. Kesan enaikan cukai tak semata-mata Negara sedang dalam keadaan yang sangat butuh mendesak, hal ini bisa dilihat alasan dan dasar tiap kali naik . Belum lagi alokasi penggunannya yang tak jelas baik pusat maupun daerah, terkesan carut marut. Total jumlah 2% dibagikan ke daerah, sisanya 98% masih tertimbun di pusat (Kementerian Keuangan). 2% yang kedaerah dibagi lagi 30% untuk provinsi penghasil, 40 % daerah kabupaten\/kota penghasil dan 30% daerah kabupaten\/kota lainnya(non penghasil). Lalu yang 98% dibuat apa saja?. <\/p>\n\n\n\n


Dana hasil pungutan cukai yang dibagikan kedaerah (provinsi\/Kabupaten\/Kota) dikenal dengan sebutan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Terbakau ( DBH-CHT). Cukai ini selalu naik, dengan alasan dan dasar pertimbangan mana suka. Ambil contoh, kenaikan cukai di tahun 2020 ini pertimbangannya ada 3 yaitu, mengurangi Konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan Negara, kata Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan.
\u201cKenaikan cukai diberlakukan berdasarkan tiga pertimbangan, yakni untuk mengurangi konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan negara\u201d
Seorang teman crew dari TV desa Dian (nama samaran) menertawakan alasan tersebut dengan berkata:
\u201cApa tidak terbalik bu?, harusnya yang lebih didahulukan dan jujur itu meningkatkan penerimaan negara bukan mengurangi konsumsi, ibu menteri ini pasti bukan orang lapangan, tidak tahu riil di lapangan, tak mungkin lah konsumsi rokok bisa dikurangi, kalau rokok mahal pindah ke rokok murahan atau pindah lintingan bu\u201d.<\/p>\n\n\n\n


Benar apa kata Dian, orang di desa itu kalau rokok mahal kalau gak melinting sendiri ya beli yang murahan bahkan eceran gak masalah. Mau harga di naikkan setinggi langit tak ada efek, mereka tetap akan merokok. Yang terkena dampaknya langsung pabrikan selanjutnya pekerja dan para petani tembakau, karena rokok dipasaran lesu. Dan pastinya berpengaruh juga terhadap rendahnya penerimaan negara. Belum lagi kalau rokok ilegal marak dipasaran, negara tambah rugi besar.<\/p>\n\n\n\n


Alasannya yang kedua tentang mengatur industrinya, terkesan dipaksakan. Apa korelasinya antara menaikkan cukai dengan mengatur industri, yang ada hanyalah korelasi tak langsung. Karena aturan industri sudah ada dan jelas, diluar dalam aturan kenaikan cukai. <\/p>\n\n\n\n


Jadi alasan pertama dan kedua untuk kenaikan cukai tak berbasis data lapangan dan data tektual (UU\/PP dan sejenisnya). Memberikan kesan mana suka. Tak berhenti disitu, aturan mana suka yang dibuat Kementerian Keuangan yang terkait dengan rokok dan cukai banyak sekali, diantaranya:<\/p>\n\n\n\n


Aturan pembagian hasil cuka yang hanya 2% untuk daerah provinsi, kabupaten dan kota. Ketentuan 2% ini tidak ada hitungan yang rijit seperti halnya bagi hasil yang bersumber dari lainnya seperti pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah, pajak penghasilan, kehutanan, pertambangan umum, perikanan dan lain sebagainya. Artinya, selain bagi hasil cukai semuanya dihitung detail sehingga keluar bagi hasilnya berapa. Sedang dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) pembagiannya ditentukan sepihak oleh Kementerian Keuangan dan daerah hanya mendapatkan 2% itupun masih dibagi lagi menjadi tiga klaster, yaitu provinsi penghasil, kabupaten\/kota penghasil dan kabupaten\/kota non penghasil. Sisanya 98% masih dipusat. <\/p>\n\n\n\n


Kedua, aturan ketentuan peruntukan DBH-CHT, untuk alokasi di Provinsi\/Kabupaten dan Kota di tentukan 5 item, yang diatur dalam UU cukai pasal 66 huruf A ayat 1, yaitu untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai ilegal.
Daerah dikenakan aturan penggunaan DBHCHT pada lima peruntukan di atas. Sedangkan aturan penggunaan DBH-CHT pusat yang jumlahnya lebih besar 98% tak ada satupun aturan penggunaannya. Sederhananya penggunaan dana cukai oleh pusat mana suka. Kalau dana tersebut dimasukkan dalam dana bagi hasil seperti lainnya, seharusnya tercantum pada UU Perimbangan Keuangan yang penggunaannya sudah diatur dan ada ketentuannya. Nyatanya dana cukai tidak demikian, tidak dimasukkan sebagai dana perimbangan keuangan negara. Akan tetapi di atur tersendiri dalam UU cukai. <\/p>\n\n\n\n


Walhasil 98% dana cukai digunakan sesuai kehendak pemerintah pusat dalam hal ini Kemeterian Keuangan dan pemerintah yang berkuasa. <\/p>\n\n\n\n


Andai penggunaan dana tersebut untuk hajat dan kepentingan orang banyak seperti membayar defisit BPJS tentunya penyumbang dana tersebut (perokok) masih menerima dengan lapang dada. Perokok dapat membantu sesama. Dana cukai untuk membayar defisit BPJS baru beberapa tahun terakhir ini, itupun hanya sebagian. Yang jadi pertanyaan lanjutan, dana hasil cukai yang jumlahnya besar di tahun-tahun kemarin peruntukannya untuk apa saja?, sebelum ada untuk pembayaran BPJS, sebelum ada bagi hasil 2% ke daerah ataupun setelah ada bagi hasil 2%. <\/p>\n\n\n\n


Pastinya tidak jelas penggunaannya, karena tidak ada aturan pasti dan kontrol bagi pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan. Yang ada hanyalah UU cukai yang mengatur penggunaan bagi daerah (provinsi, kabupaten dan kota).<\/p>\n\n\n\n


Jadi tidak salah jika banyak orang menganggap DBH-CHT bukan lagi dana bagi hasil melainkan dana bancaan hasil cukai hasil temabakau. <\/p>\n\n\n\n


Ketiga, aturan sanksi penyelewengan penggunaan DBH-CHT juga terkesan longgar dan tidak ada jeratan sanksi pidana. Aturan tersebut tertuang pada UU cukai pasal 6 huruf D ayat 1 dan 2. Berbunyi\u201d atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT dapat diberikan sanksi berupa penangguhan sampai dengan penghentian penyaluran DBH-CHT yang di buat di Indonesia\u201d. \u201cketentuan lebih lanjut mengenai sanksi atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT sebagai yang dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.<\/p>\n\n\n\n


Menandakan kuasa penuh aturan DBH-CHT ada pada Kementerian Keuangan. Pertanyaannya, siapa yang mengontrol dalam hal penggunaan alokasi DBH-CHT ditingkat Kementerian Keuangan yang jumlah dananya lebih besar yaitu 98% total dari pendapatan cukai. Lain itu dalam UU cukai tak ada satupun yang menjelaskan tentang hak di tingkat pemerintahan desa dalam penggunaan DBH-CHT. Yang paling bawah adalah pemerintah kabupaten dan kota, kewenangan pengelolaannya oleh Gubernur. <\/p>\n","post_title":"98% Dana Hasil Pungutan Cukai Ada di Pusat, Tau Buat Apa?","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"98-dana-hasil-pungutan-cukai-ada-di-pusat-tau-buat-apa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-17 09:14:29","post_modified_gmt":"2020-06-17 02:14:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6792,"post_author":"877","post_date":"2020-06-15 10:34:25","post_date_gmt":"2020-06-15 03:34:25","post_content":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Sejumlah intelektual kita bersedia menjadi propagandis mereka. Dengan hanya
\nmemandang ke satu jurusan --bahwa rokok merusak kesehatan---mereka bekerja keras dengan sikap partisan yang tak perlu ditutupi. Nama besar kelompok \u2018lobbyist\u2019 itu sangat berpengaruh. Juga uang di kantong mereka. Dengan uang, harga diri dan peran mulia kaum intelektual pun bisa dibeli.<\/p>\n\n\n\n

Tak mengherankan bahwa meskipun semua argumen kesehatan dan dalil ilmiah bahwa rokok merusak kesehatan dan menjadi penyebab kematian telah rontok di tangan Wanda Hamilton, yang menulis buku Nicotine War, orang-orang ini tetap membela secara membabi-buta kepentingan kelompok \u2018lobbyist\u2019 tersebut. Mereka seperti sudah kalab.<\/p>\n\n\n\n

Mark Hanusz, yang menulis dengan anggun buku Kretek: The Culture and Heritage of Indonesia\u2019s Clove Cigarettes, memberi ilustrasi indah menawan dengan penjelasan detail mengenai industri yang sudah 120 tahun usianya, didasarkan atas suatu \u2018grounded research\u2019 yang jujur secara ilmiah, dan secara moral, tak mereka tengok sebagai rujukan.<\/p>\n\n\n\n

Sindiran halus Christopher Buckley, dalam novel Thank you For Smoking, lebih tak diperhatikan. Buckley menulis epilog di dalam novelnya itu dengan menghadirkan Larry King, pewawancara kesohor itu, untuk menegaskan betapa sehatnya merokok, dan dia tak ada hubungan dengan kanker paru-paru:<\/p>\n\n\n\n

\u201cGood evening. I am Larry King. Our guest tonight, Nick Naylor, who has been here before on several occasions, but tonight is not going to tell us that there is no link between smoking and lung cancer. Right?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cThat\u2019s right, Larry.\u201d<\/p>\n\n\n\n

Pihak \u2018lobbyist\u2019 memang sangat piawai melakukan pendekatan, dan bujukanbujukan, yang lembut dan mendebarkan. Ada pendekatan perorangan. Ada pula bujukan lewat organisasi ilmiah maupun organisasi sosial keagamaan. Dengan duit tadi, organisasi ilmiah---di bawah nama Universitas besar dan ternama di Indonesia--- bisa diperintah melakukan penelitian pesanan, dengan kesimpulan pesanan pula. Inti kesimpulannya harus berbunyi: \u2018tembakau, dan rokok, membahayakan kesehatan\u2019. Lalu pendekatan lapangan yang bias kepentingan politikekonomi itu pun dibuat. Dan diambillah responden dengan cara demikian rupa agar himpunan informasi dari mereka dapat mendukung kesimpulan yang sudah \u2018ditemukan\u2019 sebelum penelitian lapangan dilakukan.<\/p>\n\n\n\n

Betapa mengenaskannya jiwa ilmuwan kita. Suatu pelacuran ilmiah yang terbuka, tanpa tedeng aling-aling, bukan ditolak, tapi malah diikuti. Mereka yang seharusnya setia memanggul dharma hidup sebagai pencari kebenaran dan karenanya harus bersikap merdeka terhadap bujukan materi, sudah takluk. Simbol kemandirian intelektual gugur. Lembaganya roboh dan dikoyak-koyak coro. Dan jiwa manusia di dalamnya nyungsep secara hina, lebih hina dari binatang melata. Begitu ironi tentang manusia, sebagaimana dikatakan kitab suci.<\/p>\n\n\n\n

Majlis Tarjih, otoritas penentu kiblat moral, dari suatu organisasi sosial keagamaan yang sangat berwibawa, yang didirikan oleh Kiai besar yang hidup zuhud, yang jelas menarik garis batas dengan dunia yang fana ini, dilanjutkan para rohaniwan besar, yang saleh, kini telah dihancurkan sendiri dari dalam oleh pengaruh uang, sekitar empat miliar rupiah jumlahnya. Sebagai anggota organisasi itu, saya merasa, orang-orang di Majlis penentu arah ini seperti membuat \u2018W.C. Umum\u2019 yang berbau busuk di ruang rapat mereka sendiri.<\/p>\n\n\n\n

Para intelektual individual maupun mereka yang mewakili lembaga masing-masing, telah merusak batas-batas wilayah kotor dan wilayah \u2018suci\u2019: yang satu menjual harga diri, yang lain menjual agama, masing-masing dengan harga murah. Mereka yang faham sefaham-fahamnya larangan agar manusia tak mencampuradukkan apa yang haq---yang suci dan benar---dengan segenap apa yang bathil, telah menjadi buta. Bagaimana sebuah penentu kiblat hendak berfungsi secara sosial dan moral bila mereka telah buta akan kedua perkara itu?<\/p>\n\n\n\n

Saya menulis kata pengantar buku ini bukan untuk membela rokok kretek. Sikap ini bisa berlaku untuk banyak hal yang lain. Dengan sikap seperti ini pula---kurang lebih---saya mengutuk Malaysia, ketika dengan angkuh, dan sikap tak peduli menghormati hak milik dan kedaulatan bangsa lain, mereka mau mencaplok lagi pulau-pulau terluar di garis batas wilayah kedaulatan Republik kita, dan mau mengangkangi hak milik budaya, yaitu lagu-lagu dan seni reog kita.<\/p>\n\n\n\n

Jika diperlukan---artinya bila harga diri dan hak-hak kita dirampas--- kita tak segan mengganyang kembali Malaysia sampai tinggal menjadi ampas. Dan ini pun berlaku bukan hanya buat pulau-pulau dan hak budaya. Sikap para Ksatria dan kaum Brahmana terhadap kebenaran kurang lebih seperti ini. Mereka dibentuk oleh alam untuk menjadi payung bagi kebenaran, agar tak seorang pun mengganggu gugat posisinya. Kebenaran harus terjamin, aman, dan terlindung di tempatnya.<\/p>\n\n\n\n

Tapi para Ksatria di lembaga riset---sebetulnya mereka juga Brahmana--- dan para Brahmana di lembaga keagamaan kita, telah kehilangan kiblat. Mustahil mereka tak mengetahui bahwa di balik dalil kesehatan yang tak manjur itu, ada niat mengambil alih---merampok--- industri kretek kita. Dalilnya runtuh, tapi niat kolonialisnya, dan imperialisnya, masih tetap menganga siap mencaplok. Maka dibuatlah dalil agama, dan dengan sikap naif yang tak mudah dipahami, kelompok Brahmana membuatkan dalil dengan harga yang mereka sepakati. Tapi dalil ini pun harus rontok sebelum musim gugur agar keserakahan tak berkembang.<\/p>\n\n\n\n

Kita, di sini, tak lagi bicara kebenaran sebagai isu moral dan isu politik yang bisa disulap menjadi samar-samar. Kita sudah berdiri di garis hidup yang tak lagi mungkin ditawar, seperti dulu ketika para pendahulu kita berteriak heroik tentang pilihan terbatas antara merdeka atau mati. Dalam situasi kritis macam ini, maka dalil, sesahih apapun, tak bisa mengalahkan kebutuhan untuk hidup, merdeka, dan jaya. Atau mati.<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi patut ditegaskan: ini bukan perkara \u2018mbako\u2019 atau rokok. Neokolonialisme dan imperialisme, yang dulu diteriakkan Bung Karno, seolah secara sloganistik, bukan sekadar slogan, bukan hanya konsep, tapi keduanya benda nyata, yang mengancam harga diri dan kedaulatan kita sebagai pribadi, maupun harga diri dan kedaulatan kita sebagai bangsa.<\/p>\n\n\n\n

Apa yang harus kita lakukan?<\/p>\n\n\n\n

\u201cMengikuti sikap peneliti di lembaga penelitian yang jiwanya telah tergadai itu?\u201d
\n\u201c Tidak!\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cMencontoh jejak para perumus hukum tentang
\nhalal-haram yang tak lagi tahu batas halalharam itu?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cTidak!\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cJadi, apa yang harus dilakukan?\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cMelawan. Mungkin tak perlu menghitung segenap risiko. Ini pilihan terbaik kita\u201d<\/p>\n\n\n\n

Alam senyap. Pada detik-detik yang merupakan \u2018short moment\u2019 untuk menentukan sikap sesuai kata hati nurani, kita bukan sama sekali tak merasa takut. Ketakutan itu tetap bersama kita. Tapi langkah harus diambil. Dan jangan lupa kata Karna: dharma memang pelik.<\/p>\n\n\n\n

*Penulis: Mohammad Sobary
\n(Diambil dari pengantar buku: Kretek Kajian Ekonomi dan Budaya 4 Kota)<\/p>\n","post_title":"Kaum Ksatria dan Dharma","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kaum-ksatria-dan-dharma","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-20 10:47:26","post_modified_gmt":"2020-06-20 03:47:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6807","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6798,"post_author":"877","post_date":"2020-06-17 09:14:25","post_date_gmt":"2020-06-17 02:14:25","post_content":"\n

Suka sekali pemerintah menaikkan cukai rokok, hal itu tiap tahun terjadi. Pengatur kenaikan cukai itu instansi pemerintah dari Kementerian Keuangan. Kesan enaikan cukai tak semata-mata Negara sedang dalam keadaan yang sangat butuh mendesak, hal ini bisa dilihat alasan dan dasar tiap kali naik . Belum lagi alokasi penggunannya yang tak jelas baik pusat maupun daerah, terkesan carut marut. Total jumlah 2% dibagikan ke daerah, sisanya 98% masih tertimbun di pusat (Kementerian Keuangan). 2% yang kedaerah dibagi lagi 30% untuk provinsi penghasil, 40 % daerah kabupaten\/kota penghasil dan 30% daerah kabupaten\/kota lainnya(non penghasil). Lalu yang 98% dibuat apa saja?. <\/p>\n\n\n\n


Dana hasil pungutan cukai yang dibagikan kedaerah (provinsi\/Kabupaten\/Kota) dikenal dengan sebutan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Terbakau ( DBH-CHT). Cukai ini selalu naik, dengan alasan dan dasar pertimbangan mana suka. Ambil contoh, kenaikan cukai di tahun 2020 ini pertimbangannya ada 3 yaitu, mengurangi Konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan Negara, kata Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan.
\u201cKenaikan cukai diberlakukan berdasarkan tiga pertimbangan, yakni untuk mengurangi konsumsi, mengatur industrinya, dan meningkatkan penerimaan negara\u201d
Seorang teman crew dari TV desa Dian (nama samaran) menertawakan alasan tersebut dengan berkata:
\u201cApa tidak terbalik bu?, harusnya yang lebih didahulukan dan jujur itu meningkatkan penerimaan negara bukan mengurangi konsumsi, ibu menteri ini pasti bukan orang lapangan, tidak tahu riil di lapangan, tak mungkin lah konsumsi rokok bisa dikurangi, kalau rokok mahal pindah ke rokok murahan atau pindah lintingan bu\u201d.<\/p>\n\n\n\n


Benar apa kata Dian, orang di desa itu kalau rokok mahal kalau gak melinting sendiri ya beli yang murahan bahkan eceran gak masalah. Mau harga di naikkan setinggi langit tak ada efek, mereka tetap akan merokok. Yang terkena dampaknya langsung pabrikan selanjutnya pekerja dan para petani tembakau, karena rokok dipasaran lesu. Dan pastinya berpengaruh juga terhadap rendahnya penerimaan negara. Belum lagi kalau rokok ilegal marak dipasaran, negara tambah rugi besar.<\/p>\n\n\n\n


Alasannya yang kedua tentang mengatur industrinya, terkesan dipaksakan. Apa korelasinya antara menaikkan cukai dengan mengatur industri, yang ada hanyalah korelasi tak langsung. Karena aturan industri sudah ada dan jelas, diluar dalam aturan kenaikan cukai. <\/p>\n\n\n\n


Jadi alasan pertama dan kedua untuk kenaikan cukai tak berbasis data lapangan dan data tektual (UU\/PP dan sejenisnya). Memberikan kesan mana suka. Tak berhenti disitu, aturan mana suka yang dibuat Kementerian Keuangan yang terkait dengan rokok dan cukai banyak sekali, diantaranya:<\/p>\n\n\n\n


Aturan pembagian hasil cuka yang hanya 2% untuk daerah provinsi, kabupaten dan kota. Ketentuan 2% ini tidak ada hitungan yang rijit seperti halnya bagi hasil yang bersumber dari lainnya seperti pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah, pajak penghasilan, kehutanan, pertambangan umum, perikanan dan lain sebagainya. Artinya, selain bagi hasil cukai semuanya dihitung detail sehingga keluar bagi hasilnya berapa. Sedang dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) pembagiannya ditentukan sepihak oleh Kementerian Keuangan dan daerah hanya mendapatkan 2% itupun masih dibagi lagi menjadi tiga klaster, yaitu provinsi penghasil, kabupaten\/kota penghasil dan kabupaten\/kota non penghasil. Sisanya 98% masih dipusat. <\/p>\n\n\n\n


Kedua, aturan ketentuan peruntukan DBH-CHT, untuk alokasi di Provinsi\/Kabupaten dan Kota di tentukan 5 item, yang diatur dalam UU cukai pasal 66 huruf A ayat 1, yaitu untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai ilegal.
Daerah dikenakan aturan penggunaan DBHCHT pada lima peruntukan di atas. Sedangkan aturan penggunaan DBH-CHT pusat yang jumlahnya lebih besar 98% tak ada satupun aturan penggunaannya. Sederhananya penggunaan dana cukai oleh pusat mana suka. Kalau dana tersebut dimasukkan dalam dana bagi hasil seperti lainnya, seharusnya tercantum pada UU Perimbangan Keuangan yang penggunaannya sudah diatur dan ada ketentuannya. Nyatanya dana cukai tidak demikian, tidak dimasukkan sebagai dana perimbangan keuangan negara. Akan tetapi di atur tersendiri dalam UU cukai. <\/p>\n\n\n\n


Walhasil 98% dana cukai digunakan sesuai kehendak pemerintah pusat dalam hal ini Kemeterian Keuangan dan pemerintah yang berkuasa. <\/p>\n\n\n\n


Andai penggunaan dana tersebut untuk hajat dan kepentingan orang banyak seperti membayar defisit BPJS tentunya penyumbang dana tersebut (perokok) masih menerima dengan lapang dada. Perokok dapat membantu sesama. Dana cukai untuk membayar defisit BPJS baru beberapa tahun terakhir ini, itupun hanya sebagian. Yang jadi pertanyaan lanjutan, dana hasil cukai yang jumlahnya besar di tahun-tahun kemarin peruntukannya untuk apa saja?, sebelum ada untuk pembayaran BPJS, sebelum ada bagi hasil 2% ke daerah ataupun setelah ada bagi hasil 2%. <\/p>\n\n\n\n


Pastinya tidak jelas penggunaannya, karena tidak ada aturan pasti dan kontrol bagi pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan. Yang ada hanyalah UU cukai yang mengatur penggunaan bagi daerah (provinsi, kabupaten dan kota).<\/p>\n\n\n\n


Jadi tidak salah jika banyak orang menganggap DBH-CHT bukan lagi dana bagi hasil melainkan dana bancaan hasil cukai hasil temabakau. <\/p>\n\n\n\n


Ketiga, aturan sanksi penyelewengan penggunaan DBH-CHT juga terkesan longgar dan tidak ada jeratan sanksi pidana. Aturan tersebut tertuang pada UU cukai pasal 6 huruf D ayat 1 dan 2. Berbunyi\u201d atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT dapat diberikan sanksi berupa penangguhan sampai dengan penghentian penyaluran DBH-CHT yang di buat di Indonesia\u201d. \u201cketentuan lebih lanjut mengenai sanksi atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT sebagai yang dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.<\/p>\n\n\n\n


Menandakan kuasa penuh aturan DBH-CHT ada pada Kementerian Keuangan. Pertanyaannya, siapa yang mengontrol dalam hal penggunaan alokasi DBH-CHT ditingkat Kementerian Keuangan yang jumlah dananya lebih besar yaitu 98% total dari pendapatan cukai. Lain itu dalam UU cukai tak ada satupun yang menjelaskan tentang hak di tingkat pemerintahan desa dalam penggunaan DBH-CHT. Yang paling bawah adalah pemerintah kabupaten dan kota, kewenangan pengelolaannya oleh Gubernur. <\/p>\n","post_title":"98% Dana Hasil Pungutan Cukai Ada di Pusat, Tau Buat Apa?","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"98-dana-hasil-pungutan-cukai-ada-di-pusat-tau-buat-apa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-17 09:14:29","post_modified_gmt":"2020-06-17 02:14:29","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6798","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6792,"post_author":"877","post_date":"2020-06-15 10:34:25","post_date_gmt":"2020-06-15 03:34:25","post_content":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_title":"5 Manfaat Rokok Kretek Bagi Bangsa Indonesia Saat Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 15:01:21","post_modified_gmt":"2024-01-23 08:01:21","post_content_filtered":"\r\n

Terlepas dari pro dan kontra, selain memberikan kenikmatan bagi pengkonsumsi, keberadaan rokok kretek sangat memberikan manfaat lebih bagi Negara, yang kemudian dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam kondisi dan keadaan apapun manfaat tersebut selalu mengalir tanpa henti-hentinya. Sektor yang bersentuhan dengan kretek dalam hal ini petani tembakau, cengkeh dan industri olahan kretek dituntut negara untuk mandiri dan berdaulat, nyatanya demikian.<\/p>\r\n

Negara sangat menikmati keuntungan dari kretek, sebaliknya terancamnya kretek dari kepunahan negara tidak mau tahu. Faktanya, negara selalu menggenjot pungutan pajak dari hasil kretek. Sebaliknya disaat kretek diserang orang-orang pro asing anti kretek, negara diam dan tutup mata bahkan cenderung meng-iyakan.<\/p>\r\n

Ambil contoh, banyak aturan-aturan yang di buat dan diberlakukan negara tidak memberikan perlindungan terhadap kretek. Celakanya, rokok kretek seakan-akan menjadi sapi perah tanpa perlindungan.<\/p>\r\n

Manfaat Rokok Kretek\u00a0<\/h2>\r\n

Manfaatnya diambil sebanyak-banyaknya, begitu masalah hak kesejahteraan sapinya tidak dipenuhi dan tidak dilindungi. Apakah sikap negara yang demikian benar atau salah, silahkan para pembaca yang menilai sendiri. Dari awal mula ditemukanya kretek hingga sekarang, manfaatnya selalu sejalan dengan perkembangan waktu, di antaranya:<\/p>\r\n

1. Penerimaan Cukai Rokok Meningkat<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Pertama, \u201cberdasar laporan Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan, di tahun 2020 pendapatan dari kretek satu-satunya yang dapat menjadi tulang punggung pendapatan negara dari Januari hingga April. Penerimaan cukai atau pungutan dari hasil kretek, justru meningkat sekitar 25,08%.\u201d Artinya pendapatan pemerintah dari pungutan kretek di tahun pandemi covid-19 (2020) meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya.<\/p>\r\n

Dilihat dari laporan tersebut, keadaan keuangan negara dibulan berikutnya akan terjadi demikian. Apalagi, uang kas negara terkuras untuk penanganan pandemi covid-19 dan dampaknya. Sedangan pendapatan lain (selain hasil kretek) melemah akibat pengaruh dari efek wabah covid 19. Artinya. Sedangkan pungutan lain dari hasil kretek cenderung menurun draktis.<\/p>\r\n

Keadaan ini menandakan hasil dari produk kretek berupa cukai sebagai andalan pendapatan pemerintah memperkuat uang kas negara di tengah-tengah wabah pandemi covid-19.<\/p>\r\n

Selain itu, memang dari dulu Kementerian Keuangan punya agenda penting menjaga sumber pendapatan negara. Ketika wabah corona membludak di negara ini, satu satunya komponen pendapatan yang bisa diandalkan hanya bersumber dari pungutan cukai hasil kretek. Yang tak mungkin para pelaku kretek bisa mengelak atau tidak mau bayar.<\/p>\r\n

Karena para pelaku kretek terlebih industri dan perokok terkunci di awal. Industri tidak akan bisa berproduksi sebelum membeli atau membayar uang pita cukai sebelum barangnya terjual. Begitu juga perokok, mereka bayar pajak di depan sebelum menikmati kreteknya, alias harus bayar dulu dimuka sebelum merasakan nikmat kreteknya.<\/p>\r\n

2. Mampu Menutup Defisit BPJS Kesehatan<\/h3>\r\n

Kedua, dari tahun ke tahun BPJS kesehatan selalu mengalami defisit. Pada akhirnya pemerintah harus menanggung semuanya. Sebagai jalan arternatif baik pemerintah pusat maupun daerah, satu-satunya uang yang bisa menutup defisit tersebut hanyalah menggunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH-CHT) hasil dari pungutan cukai kretek. Dana ini besar dan lebih fleksibel penggunaannya dibanding dengan dana lain. Walaupun sebetulnya peruntukan dana DBH-CHT telah diatur oleh Kementerian Keuangan.<\/p>\r\n

3. Kretek, Produk Tahan Banting<\/h3>\r\n

Ketiga, satu-satunya produk yang tahan banting menghadapi krisis dari masa penjajahan hingga sekarang. Di jaman penjajahan banyak sektor perekonomian pribumi lumpuh, satu-satunya produk yang saat itu masih eksis dan memberikan efek keuntungan ke negara dan masyarakat lainnya, hanyalah produk kretek<\/a>. Begitu selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, ketika ada gelombang krisis ekonomi global, maka negara-negara di dunia terkena dampaknya.<\/p>\r\n

Bahkan sampai saat ini disaat negara-negara di dunia terpapar wabah pagebluk (corona), dan berdampak terpuruknya sektor ekonomi hingga di kuartal petama banyak negara minus. Sebaliknya Indonesia di kuartal pertama masih bertahan plus walaupun hanya 2%. Jika ditelisik lebih mendalam satu-satunya penyumbang kas negara yang terkuat dan bahkan cenderung meningkat hanyalah dari hasil pungutan kretek. Sedangkan pungutan dari hasil lainnya justru anjlok.<\/p>\r\n

4. Rokok Kretek, Produk Asli di Indonesia<\/h3>\r\n

Keempat, kretek adalah produk asli Indonesia, mulai dari penemu, bahan baku, pembuat hingga industrinya semuanya anak bangsa. Keberadaan kretek menciptakan lapangan pekerjaan padat karya. Cermin kemandiran dan kedaulatan ekonomi anak bangsa. Saat pandemi corona mewabah, memang tidak ada sektor yang tidak terkena dampaknya, termasuk rokok kretek. Pasaran melemah dan keuntungan berkurang. Walaupun demikian para pelaku yang berkecimpung di dunia kretek<\/a>, tetap bersemangat, dan justru dengan keadaan saat ini di manfaatkan saling berbagi.<\/p>\r\n

Ambil contoh, para petani tembakau di tengah-tengah pandemi corona berusaha tetap menanam tembakau, masalah laku dan tidaknya urusan belakangan. Kelihatannya, mereka menunjukkan semangat kemandiriannya, tidak mau membebani pemerintah di saat pemerintah sudah banyak beban. Mereka tidak mempersoalkan bantuan pemerintah diprioritaskan bagi mereka pekerja atau karyawan yang telah dirumahkan sementara saat pandemi.<\/p>\r\n

5. Tembakau Sebagai Obat<\/h3>\r\n

Kelima, selain kenikmatan dari kretek, ternyata bahan baku kretek berupa tembakau dapat sebagai obat atau vaksin corona. Nyatanya banyak negara yang telah melakukan riset uji tembakau sebagai vaksin. Tak hanya itu perokok lebih kebal untuk virus corona. Memang baru empat negara yang menyatakan demikian, yaitu Perancis, China, Itali dan Israel. Paling tidak dari hasil mereka sebagai rujukan sebelum hasil lainnya ditemukan.<\/p>\r\n

Nah, dari hasil riset tersebut, kondisi Indonesia sangat diuntungkan, tembakau banyak ditemukan, produk olahannya berupa kretek hanya disini. Tapi kenapa bangsa ini seakan diam dan tutup mata. Harusnya pemerintah menggalakkan penanaman tembakau, tentunya harus diawali riset. Kesempatan ini jangan sampai dimanfaatkan negara lain yang notabenenya bukan penghasil tembakau dan olahannya yaitu kretek.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6792","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6789,"post_author":"919","post_date":"2020-06-14 09:21:26","post_date_gmt":"2020-06-14 02:21:26","post_content":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n

Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n

Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n

Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n

Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud.

\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.

\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.

\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.

\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.

\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.

\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.

\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.

\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.

\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.

\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.

\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.

\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\n

Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n

Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n

Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n

Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n


Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n


Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n

Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n


Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n

Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.

\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.

\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.

\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"

\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.

\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.

\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.

\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.

\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.

\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.

\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.

\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.

\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n

Komoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n

Musim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil
cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer