Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n
Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n
Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif.
\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.
\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.
\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.
\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"
\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.
\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.
\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.
\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.
\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.
\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.
\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.
\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.
\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n
Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\n
Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\n
Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud. Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud. Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud. Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud. Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud. Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud. Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud. Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud. Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud. Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud. Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud. Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud. Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud. Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud. Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud. Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud. Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud. Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud. Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud. Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud. Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud. Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_title":"Menikmati Nasi Kretek, Kudapan Khas Gresik","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menikmati-nasi-kretek-kudapan-khas-gresik","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-12-10 14:52:36","post_modified_gmt":"2024-12-10 07:52:36","post_content_filtered":"\r\n Selama ini kita mengenali kretek sebagai sebuah rokok khas Indonesia yang menggunakan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Kretek biasanya dinikmati dengan cara dibakar dan dihisap di waktu senggang. Akan tetapi pernahkah kalian membayangkan jika bisakah kretek dinikmati dengan cara lain? Misalnya dengan cara dimakan?<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Jawabannya tentu sangat bisa apabila kretek<\/a> dinikmati dengan cara dimakan. Akan tetapi buang jauh pikiran kalian jika harus memakan kretek yang berisikan tembakau, ramuan khusus, dan cengkeh di dalamnya. Bukan itu, kretek yang bisa dimakan adalah sebuah kudapan yang berasal Gresik, Jawa Timur.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Nasi Kretek adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas Gresik. Secara penampilan kudapan tersebut memiliki kemiripan dengan Nasi Krawu yang juga khas dari Kota Santri tersebut. Kesamaannya antara dua makanan ini adalah lauk utamanya yaitu suwiran daging. Akan tetapi yang membedakan adalah rasa, toping, dan lauk pendampingnya.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Nasi Krawu biasanya disajikan dengan daun pisang dan tambahan toping seperti serundeng. Tak hanya itu Nasi Krawu juga biasanya dimakan dengan sambal terasi dan tambahan lauk seperti daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi. Ini yang kemudian membedakan antara kudapan tersebut dengan Nasi Kretek yang tidak memiliki banyak lauk pendamping.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran daging di Nasi Kretek memiliki rasa yang pedas serta sedikit sensasi asam. Rasa pedasnya cukup menendang meski masih bisa dinikmati oleh mereka yang tidak menyukai makanan pedas. Sensasi asam yang didapatkan kemungkinan hadir dari buah asam atau perasan jeruk nipis sebagai bumbu dasar suwiran daging di makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Suwiran dagingnya juga memiliki tekstur yang tebal serta berminyak. Bagi anda yang sedang menjalani program diet maka bisa dipastikan akan berpikir dua kali untuk menikmati makanan ini. Disarankan juga mengingat rasanya yang pedas serta teksturnya yang berminyak maka siapkan minuman hangat sebagai pendamping agar tenggorokan anda tidak mengalami panas dalam.<\/p>\r\n Sayangnya Anda tak bisa dengan mudah menemukan Nasi Kretek ini di Gresik. Pasalnya kehadiran kuliner ini perlahan-lahan tenggelam dan bahkan tak semua warga di daerah tersebut mengetahuinya. Jika anda mengunjungi Gresik dan tengah beruntung maka bisa menemukan makanan ini di warung-warung kopi. Biasanya ditemukan dalam bentuk nasi yang sudah dibungkus.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Harga satu bungkus Nasi Kretek ini sekitar 7 hingga 15 ribu rupiah tergantung di mana anda membeli. Jika di warung kopi pinggiran maka harga 7 ribuan bisa anda temui. Namun jika di kedai dan restoran mungkin harga sekitar 15 ribuan yang harus keluarkan untuk menikmati makanan ini.<\/p>\r\n\r\n\r\n\r\n Sebenarnya bukan hanya Gresik<\/a> yang memiliki kudapan bernama kretek. Di daerah lainnya yang juga di Jawa Timur yaitu Jombang juga mempunyai kudapan khas bernama serupa namun memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Sebagai penikmat kretek tentu kudapan Nasi Kretek menjadi hal yang unik untuk kalian coba saat berkunjung ke Jawa Timur. Silahkan mencoba!<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6789","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6784,"post_author":"878","post_date":"2020-06-12 09:47:39","post_date_gmt":"2020-06-12 02:47:39","post_content":"\n Beberapa waktu lalu, ramai unggahan di media sosial terkait produk rokok yang merek dan desain kotak kemasannya mirip dengan rokok produk pabrikan yang populer di negeri ini, juga di beberapa tempat di luar negeri. Pada unggahan itu, Ia yang mengunggah merasa ditipu oleh penjual rokok, karena merek rokok yang Ia beli, ternyata sekadar mirip dengan rokok yang biasa Ia isap, tetap bukan rokok yang Ia maksud. Pemerintah kini mulai mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan peraturan tentang pembatasan sosial berskala besar. Salah satunya adalah dengan mulai membuka fasilitas-fasilitas umum namun tetap harus menuruti prosedur kesehatan yang berlaku. Dengan demikian maka kondisi new normal kini sudah berada di depan mata. Sebagai perokok tentu ada hal-hal yang patut kita taati dari segala peraturan yang diterapkan oleh pemerintah.<\/p>\n\n\n\n Kondisi new normal ini juga menandai babak baru perjuangan manusia dalam melawan covid-19. Tentu, meski PSBB kini dilonggarkan akan tetapi bukan berarti kita sebagai manusia sudah berhasil menang dan mengatasi pandemi. Kemenangan tersebut justru masih jauh rasanya. Perjuangan tetap dilanjutkan dengan meneruskan tradisi-tradisi yang sudah dilakukan semasa PSBB. <\/p>\n\n\n\n Tradisi-tradisi lama yang sekiranya berpotensi terjadinya penyebaran virus corona pun harus mulai ditinggalkan. Berikut tiga kebiasaan yang harus dihindari para perokok selama kondisi new normal<\/p>\n\n\n\n Akan tetapi kita masih belum bisa melakukan hal tersebut saat kondisi new normal ini. Jika pun terpaksa harus nongkrong bareng maka tetap patuhi protokol kesehatan yang ada. Jaga jarak di antaramu, lalu hindari nongkrong dalam jumlah massa yang terlalu besar. Rasanya, tiga hingga empat orang saja sudah cukup asal mematuhi beberapa peraturan tersebut.<\/p>\n\n\n\n Mengapa merokok di sembarang tempat adalah hal yang harus dihindari, mengingat kondisi pandemi ini membuat kita tak tahu daerah mana saja yang bebas dari sebaran covid-19. Dengan tidak merokok di sembarang tempat tentu akan menjauhkan kita dari potensi besar terpapar virus corona. Jadi tahan dulu ya kalau pengen sebats, di rumah sendiri justru lebih enak dan nyaman kok.<\/p>\n\n\n\n Tidak ada nilai solidaritas yang berkurang dari berhenti merokok joinan satu batang bersama. Nilai solidaritas itu justru bisa anda salurkan dalam bentuk yang lain. Ya salah satunya adalah bagi satu rokok dari sebungkus rokok yang anda miliki jika temanmu membutuhkan. Justru itu lebih baik jika harus merokok satu batang bersama. <\/p>\n","post_title":"Tiga Kebiasaan yang Perokok Harus Hindari di Tengah New Normal","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"tiga-kebiasaan-yang-perokok-harus-hindari-di-tengah-new-normal","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-07 10:27:37","post_modified_gmt":"2020-06-07 03:27:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6763","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6758,"post_author":"878","post_date":"2020-06-05 10:19:34","post_date_gmt":"2020-06-05 03:19:34","post_content":"\n Kali pertama saya memutuskan mengisap rokok, dan menjadi perokok aktif, terjadi sekira 14 tahun lalu. Ketika itu usia saya satu bulan lagi menuju 19 tahun. Itu terjadi jauh dari tempat tinggal saya di Yogya, juga bukan di kampung halaman saya di Jakarta. Di Pos 5 jalur pendakian Gunung Lompobattang di Sulawesi Selatan, saya memutuskan untuk merokok dan menjadi perokok aktif. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen. Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh. Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini. Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.
\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.
\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.
\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"
\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.
\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.
\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.
\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.
\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.
\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.
\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.
\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.
\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n
\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.
\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.
\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.
\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"
\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.
\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.
\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.
\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.
\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.
\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.
\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.
\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.
\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n
Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n
\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.
\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.
\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.
\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"
\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.
\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.
\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.
\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.
\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.
\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.
\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.
\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.
\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Stop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n
Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n
\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.
\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.
\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.
\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"
\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.
\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.
\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.
\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.
\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.
\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.
\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.
\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.
\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\nStop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n
Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n
\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.
\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.
\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.
\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"
\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.
\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.
\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.
\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.
\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.
\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.
\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.
\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.
\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n
Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\nStop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n
Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n
\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.
\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.
\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.
\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"
\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.
\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.
\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.
\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.
\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.
\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.
\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.
\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.
\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Merokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n
Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\nStop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n
Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n
\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.
\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.
\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.
\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"
\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.
\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.
\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.
\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.
\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.
\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.
\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.
\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.
\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\nMerokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n
Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\nStop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n
Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n
\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.
\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.
\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.
\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"
\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.
\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.
\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.
\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.
\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.
\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.
\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.
\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.
\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\nMerokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n
Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\nStop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n
Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n
\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.
\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.
\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.
\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"
\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.
\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.
\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.
\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.
\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.
\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.
\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.
\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.
\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\nMerokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n
Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\nStop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n
Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n
\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.
\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.
\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.
\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"
\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.
\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.
\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.
\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.
\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.
\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.
\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.
\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.
\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\nMerokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n
Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\nStop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n
Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n
\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.
\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.
\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.
\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"
\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.
\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.
\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.
\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.
\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.
\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.
\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.
\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.
\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\nMerokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n
Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\nStop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n
Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n
\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.
\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.
\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.
\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"
\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.
\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.
\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.
\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.
\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.
\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.
\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.
\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.
\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Hindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\nMerokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n
Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\nStop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n
Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n
\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.
\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.
\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.
\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"
\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.
\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.
\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.
\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.
\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.
\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.
\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.
\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.
\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.
\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.
\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.
\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.
\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.
\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.
\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.
\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.
\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.
\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.
\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.
\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\nHindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\nMerokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n
Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\nStop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n
Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n
\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.
\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.
\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.
\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"
\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.
\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.
\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.
\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.
\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.
\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.
\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.
\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.
\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.
\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.
\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.
\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.
\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.
\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.
\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.
\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.
\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.
\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.
\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.
\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\nHindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\nMerokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n
Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\nStop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n
Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n
\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.
\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.
\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.
\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"
\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.
\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.
\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.
\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.
\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.
\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.
\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.
\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.
\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.
\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.
\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.
\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.
\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.
\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.
\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.
\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.
\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.
\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.
\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.
\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\nHindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\nMerokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n
Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\nStop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n
Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n
\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.
\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.
\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.
\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"
\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.
\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.
\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.
\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.
\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.
\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.
\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.
\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.
\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.
\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.
\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.
\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.
\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.
\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.
\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.
\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.
\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.
\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.
\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.
\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\nHindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\nMerokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n
Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\nStop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n
Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n
\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.
\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.
\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.
\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"
\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.
\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.
\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.
\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.
\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.
\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.
\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.
\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.
\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n
\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.
\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.
\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.
\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.
\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.
\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.
\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.
\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.
\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.
\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.
\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.
\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\nHindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\nMerokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n
Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\nStop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n
Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n
\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.
\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.
\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.
\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"
\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.
\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.
\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.
\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.
\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.
\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.
\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.
\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.
\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n
\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.
\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.
\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.
\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.
\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.
\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.
\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.
\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.
\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.
\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.
\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.
\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\nHindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\nMerokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n
Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\nStop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n
Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n
\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.
\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.
\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.
\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"
\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.
\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.
\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.
\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.
\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.
\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.
\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.
\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.
\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n
\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.
\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.
\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.
\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.
\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.
\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.
\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.
\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.
\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.
\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.
\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.
\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\nHindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\nMerokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n
Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\nStop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n
Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n
\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.
\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.
\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.
\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"
\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.
\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.
\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.
\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.
\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.
\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.
\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.
\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.
\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n
\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.
\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.
\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.
\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.
\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.
\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.
\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.
\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.
\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.
\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.
\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.
\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\nHindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\nMerokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n
Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\nStop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n
Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n
\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.
\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.
\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.
\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"
\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.
\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.
\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.
\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.
\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.
\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.
\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.
\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.
\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n
\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.
\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.
\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.
\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.
\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.
\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.
\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.
\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.
\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.
\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.
\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.
\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\nHindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\nMerokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n
Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\nStop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n
Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n
\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.
\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.
\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.
\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"
\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.
\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.
\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.
\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.
\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.
\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.
\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.
\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.
\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n
\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.
\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.
\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.
\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.
\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.
\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.
\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.
\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.
\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.
\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.
\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.
\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\nHindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\nMerokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n
Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\nStop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n
Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n
\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.
\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.
\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.
\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"
\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.
\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.
\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.
\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.
\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.
\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.
\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.
\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.
\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n
\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.
\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.
\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.
\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.
\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.
\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.
\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.
\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.
\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.
\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.
\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.
\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\nHindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\nMerokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n
Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\nStop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n
Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n
\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.
\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.
\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.
\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"
\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.
\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.
\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.
\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.
\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.
\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.
\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.
\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.
\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n
\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.
\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.
\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.
\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.
\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.
\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.
\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.
\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.
\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.
\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.
\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.
\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\nHindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\nMerokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n
Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\nStop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n
Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n
\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.
\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.
\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.
\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"
\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.
\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.
\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.
\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.
\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.
\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.
\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.
\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.
\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n
\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.
\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.
\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.
\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.
\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.
\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.
\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.
\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.
\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.
\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.
\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.
\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\nHindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\nMerokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n
Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\nStop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n
Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n
\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.
\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.
\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.
\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"
\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.
\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.
\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.
\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.
\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.
\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.
\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.
\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.
\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n
Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n
\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.
\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.
\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.
\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.
\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.
\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.
\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.
\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.
\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.
\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.
\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.
\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\nHindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\nMerokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n
Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\nStop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n
Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n
\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.
\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.
\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.
\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"
\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.
\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.
\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.
\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.
\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.
\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.
\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.
\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.
\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n
Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n
\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.
\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.
\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.
\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.
\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.
\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.
\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.
\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.
\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.
\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.
\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.
\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\nHindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\nMerokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n
Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\nStop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n
Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n
\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.
\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.
\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.
\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"
\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.
\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.
\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.
\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.
\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.
\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.
\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.
\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.
\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n
Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n
\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.
\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.
\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.
\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.
\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.
\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.
\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.
\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.
\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.
\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.
\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.
\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\nHindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\nMerokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n
Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\nStop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n
Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n
\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.
\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.
\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.
\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"
\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.
\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.
\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.
\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.
\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.
\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.
\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.
\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.
\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n
Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n
\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.
\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.
\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.
\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.
\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.
\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.
\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.
\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.
\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.
\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.
\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.
\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\nHindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\nMerokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n
Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\nStop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n
Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n
\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.
\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.
\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.
\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"
\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.
\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.
\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.
\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.
\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.
\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.
\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.
\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.
\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n
Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n
\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.
\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.
\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.
\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.
\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.
\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.
\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.
\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.
\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.
\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.
\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.
\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\nHindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\nMerokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n
Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\nStop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n
Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n
\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.
\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.
\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.
\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"
\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.
\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.
\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.
\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.
\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.
\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.
\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.
\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.
\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n
Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n
\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.
\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.
\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.
\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.
\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.
\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.
\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.
\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.
\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.
\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.
\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.
\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\nHindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\nMerokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n
Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\nStop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n
Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n
\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.
\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.
\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.
\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"
\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.
\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.
\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.
\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.
\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.
\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.
\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.
\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.
\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n
Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n
\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.
\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.
\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.
\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.
\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.
\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.
\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.
\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.
\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.
\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.
\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.
\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\nHindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\nMerokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n
Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\nStop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n
Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n
\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.
\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.
\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.
\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"
\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.
\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.
\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.
\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.
\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.
\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.
\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.
\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.
\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n
Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n
\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.
\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.
\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.
\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.
\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.
\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.
\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.
\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.
\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.
\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.
\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.
\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\nHindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\nMerokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n
Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\nStop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n
Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n
\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.
\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.
\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.
\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"
\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.
\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.
\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.
\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.
\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.
\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.
\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.
\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.
\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};
Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n
Nasi Kretek yang Jarang Ditemui<\/h3>\r\n\r\n\r\n\r\n
\nBegini bunyi unggahan di media sosial: \"efek belum ngopi, habis ngisi bensin mampir ke warung beli udud, sudah habis 4 batang baru nyadar, kirain Dunhill, wkwkwkwkwk, ternyata Dalill.\" Pengunggah itu menutup unggahannya dengan pernyataan merasa ditipu oleh warung rokok. Ia juga menyertakan gambar rokok yang Ia kira bermerek Dunhill tetapi ternyata mereknya Dalill.
\nAda banyak komentar menarik yang mengomentari kasus ini. Bagi saya, kasus ini lucu, dan komentar-komentar warganet mengenai kasus ini juga didominasi komentar-komentar lucu.
\n\"Untung bukan Dajall\", \"Ngakak lurrr\", \"habis ngudut itu yang langsung keluar hadist-hadist\", \"segala sesuatu yang keluar dari mulut usai mengisap rokok itu adalah dalil\", adalah beberapa contoh komentar lucu menanggapi kasus yang menimpa salah seorang warganet di atas.
\nMembaca unggahan itu di media sosial, saya lantas teringat pengalaman saya beberapa tahun lalu di Jember, Jawa Timur. Ketika berkunjung ke salah satu desa di Jember bagian utara, di salah satu kios, ketika hendak membeli rokok, saya melihat ada kotak rokok menarik yang dipajang di etalase kaca bersama rokok-rokok lainnya. Sebagian besar merek rokok di etalase itu sudah cukup familiar, sisanya, baru di kios itu saya menemukan rokok dengan merek-merek aneh. Salah satunya, rokok dengan merek 'Natgeo'.
\nRokok merek Natgeo kotak kemasannya didominasi warna putih. Selain putih, ada warna hitam dan kuning pada kemasan. Sebungkus rokok Natgeo berisi 16 batang. Yang menarik, lambang dari rokok merek Natgeo, bisa dibilang sama persis dengan lambang National Geographic, sebuah lembaga yang intensif melakukan riset-riset di bidang lingkungan hidup, kehidupan alam liar, dan sejenisnya. Mereka juga memiliki channel televisi sendiri dan memiliki media penerbitan sendiri.
\nBisa jadi pemilik usaha rokok itu adalah pengikut setia terbitan-terbitan dan tayangan-tayangan menarik dari National Geographic. Ia memutuskan membuka usaha produksi rokok kretek rumahan dengan menggunakan merek Natgeo dan lambang yang mirip sekali dengan logo National Geographic. Saya yakin pemilik usaha rokok tersebut tidak izin ke National Geographic untuk kemiripan logo dan kemiripan nama rokok.
\nDua contoh kasus di atas, saya kira hanya sebagian kecil saja dari begitu banyaknya kasus kemiripan merek hingga desain kotak kemasan dari produk-produk rokok yang diproduksi oleh unit usaha kecil hingga menengah. Di wilayah Jawa Timur, mulai dari Kediri hingga Malang, salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari pabrikan-pabrikan rokok besar di negeri ini adalah dengan membangun usaha kecil rumah tangga yang memproduksi rokok-rokok 'kelas tiga'. Rokok-rokok berharga murah dengan kualitas bahan baku di bawah kualitas premium.
\nBeberapa usaha rumah tangga itu, pada akhirnya ada yang membesar, dan mulai dikenakan cukai oleh negara. Beberapa contoh usaha kecil yang terkesan main-main namun ternyata malah sukses di antaranya adalah produk rokok Apache, Toppas, Tali Jagat, Bintang Buana.
\nSecara pribadi, terlepas dari merek dan kotak kemasan yang terkesan sangat meniru produk-produk yang sudah mapan, saya mendukung usaha-usaha kecil semacam ini. Usaha-usaha memproduksi rokok dalam skala rumah tangga dan skala kecil, yang memberdayakan warga sekitar, bisa mempekerjakan banyak orang, dan memberi pemasukan kepada banyak pihak.
\nRokok-rokok semacam itu, jelas juga butuh tembakau sebagai bahan baku, juga cengkeh, juga saus, dan beberapa bahan lain yang semuanya juga memberi keuntungan kepada petani dan beberapa pihak lainnya.
\nLebih lagi dalam kondisi seperti sekarang ini, harga rokok arus utama yang naik besar-besaran akibat naiknya angka cukai oleh negara. Maka rokok-rokok alternatif dengan merek yang terkesan nyeleneh, dan terutama dengan harga yang sangat terjangkau rakyat kecil, bisa membantu banyak pihak. Membantu perokok mendapat rokok yang harganya terjangkau. Membantu banyak pekerja yang ikut memproduksi rokok tersebut. Membantu petani tembakau dan cengkeh yang memasok bahan baku. Membantu para distributor dan pedagang rokok eceran.
\nSelama tidak melanggar peraturan negara, rokok-rokok semacam Dalill, Natgeo, dan merek-merek tak dikenal lainnya saya kira menjadi angin segar perlawanan terhadap melonjaknya harga rokok arus utama kini.<\/p>\n","post_title":"Rokok Alternatif","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-alternatif","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-12 09:47:42","post_modified_gmt":"2020-06-12 02:47:42","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6784","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6763,"post_author":"919","post_date":"2020-06-07 10:27:31","post_date_gmt":"2020-06-07 03:27:31","post_content":"\nHindari Nyebats Bareng<\/h2>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\n
Sebagai seorang perokok tentu sangat sulit untuk meninggalkan tradisi ngerokok bareng ini. Akan tetapi sejatinya tradisi nongkrong bareng ini bukan semestinya harus ditinggalkan akan tetapi dibatasi dulu untuk sementara ini. Selama PSBB dan berdiam diri di rumah mungkin diri kita sendiri akan sangat merindukan nongkrong bareng teman-teman menikmati rokok dan minuman hangat bersama. <\/p>\n\n\n\nMerokok di Sembarang Tempat<\/h2>\n\n\n\n
Peraturan daerah kawasan tanpa rokok atau yang familiar disebut sebagai Perda KTR sebenarnya adalah sebuah acuan bagi kita untuk tidak merokok di tempat-tempat tertentu. Peraturan ini sejatinya mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan hak dan kewajiban bagi perokok dan non perokok. Jika kita selama ini mampu menaati aturan dalam Perda KTR tersebut tentu tak sulit untuk mengaplikasikannya dalam kondisi new normal ini.<\/p>\n\n\n\nStop Merokok Joinan<\/h2>\n\n\n\n
Virus corona sangat besar menular melalui kontak fisik apalagi dengan tertukarnya air liur. Dengan merokok joinan satu batang bersama maka akan semakin memudahkan anda terpapar virus tersebut. Apalagi jika anda harus satu rokok bersama dengan orang yang anda tak kenal maka bisa saja berpotensi untuk tertular penyakit-penyakit lainnya.<\/p>\n\n\n\n
\nSore di ketinggian sekira 2000 meter di atas permukaan laut, kabut mulai turun menyelimuti tenda dan sekeliling tenda yang belum lama saya dan empat lima orang rekan lain dirikan untuk rehat di hari itu. Hawa dingin mulai terasa. Kami mengeluarkan jaket untuk melindungi tubuh agar tidak terlalu kedinginan.
\nSelain melindungi tubuh dengan jaket agar tidak terlalu kedinginan, kami juga menyeduh teh dan kopi untuk menghangatkan badan. Lima orang teman saya lainnya, asyik mengisap rokok kretek mereka masing-masing untuk kian menghangatkan badan. Hanya saya dalam rombongan ketika itu yang bukan perokok.
\n\"Seberapa efektif kemampuan rokok menghangatkan badan dalam kondisi dingin seperti ini?\" Pertanyaan ini saya lontarkan kepada lima rekan saya langsung.
\nJawaban mereka beda-beda. Ada yang bilang sangat efektif, ada yang bilang biasa saja, ada pula yang bilang tidak ada pengaruh sama sekali. Lainnya menjawab dengan sebuah usulan, \"coba saja sendiri, kalau memang efektif dan kamu rasa cocok, ya silakan diteruskan. Kalau nggak cocok dan nggak bisa ngusir dingin, ya sudah nggak usah dicoba lagi karena kamu memang bukan perokok.\"
\nPada akhirnya saya mencoba. Apa salahnya. Benar kata salah satu rekan saya, kalau tidak cocok dan tidak berhasil menambah kehangatan di tengah kepungan dingin, ya sudah, jangam dilanjut. Sesederhana itu. Selanjutnya, sesekali di tiap pos tempat kami berkemah sepanjang perjalanan enam hari lima malam mendaki Gunung Lompobattang lintas Gunung Bawakaraeng, saya merokok untuk bantu menghangatkan tubuh. Saya merasa cukup berpengaruh.
\nRokok pertama yang saya isap, dan rokok yang akhirnya terus saya isap setidaknya selama empat tahun awal saya menjadi perokok aktif, adalah rokok merek Gudang Garam Internasional. Di Makassar, dan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan ketika saya memutuskan merokok untuk pertama kali itu, rokok yang saya isap biasa disebut GG Mini. Mini karena mungkin panjang sebatang rokok ini relatif lebih pendek dibanding jenis rokok-rokok lain yang beredar di pasaran.
\nAlasan saya memilih rokok itu sebagai rokok favorit saya untuk merokok sehari-hari, bukan perkara rasanya yang paling enak dibanding rokok lain. Bukan. Dahulu semasa saya kecil hingga usia SMP, hampir setiap hari kakek saya meminta saya ke warung untuk membeli rokok yang rutin Ia isap. Rokok favorit kakek saya, Gudang Garam Internasional. Biasanya, uang kembalian dari membeli rokok, akan Ia berikan seluruhnya untuk saya.
\nSejak rutin diminta beli rokok itulah, saya berencana, kelak jika sudah masuk usia boleh merokok, dan saya memutuskan untuk jadi perokok aktif, rokok sehari-hari saya akan sama dengan rokok kakek saya. Tentu saja bukan hanya rokok GG Internasional yang saya isap. Rokok sehari-hari saya sempat berganti ke beberapa merek lain, hingga akhirnya sekarang saya rutin mengonsumsi rokok Djarum Super MLD bungkus putih.
\nPada mulanya, saya merokok sama seperti perokok-perokok lain memutuskan untuk menjadi perokok aktif. Ya sekadar suka dan cocok dengan rokok. Ada rasa yang berbeda ketika saya merokok usai makan, merokok ketika berbincang dengan teman, juga merokok saat bekerja dan merokok sembari berak di WC. Saya sama sekali tidak peduli dengan kampanye-kampanye anti-rokok yang hampir selalu membawa isu kesehatan untuk meniadakan rokok. Bagi saya, selama merokok masih diperbolehkan di negeri ini dan tidak melanggar undang-undang, ya sudah, saya merokok saya. Peduli setan dengan anti-rokok itu.
\nSemua pandangan itu berubah drastis saat saya bisa berinteraksi secara intensif dengan petani-petani tembakau di Temanggung dan Jember pada tahun 2016. Dari situ saya sadar, kampanye anti-rokok akan berpengaruh langsung pada hidup dan kehidupan para petani ini. Akan sangat merugikan para petani tembakau.
\nPandangan saya kian meruncing harus ikut ambil bagian dalam kampanye menyuarakan pembelaan terhadap rokok, terutama petani tembakau dan petani cengkeh saat saya berkesempatan hidup dalam kurun waktu yang cukup lama dengan para petani cengkeh di Bali dan di Aceh. Saya ikut ambil bagian dalam penelitian bertajuk 'Menelisik Kehidupan Petani Cengkeh: Kaji Kasus Lima Provinsi'.
\nSejak saat itu, lewat wadah Komite Nasional Pelestarian Kretek, dan akun Boleh Merokok ini, saya rutin ikut menyuarakan isu-isu di sektor pertembakauan. Ikut ambil bagian dalam gerakan untuk mempertahankan kretek sebagai kebanggaan nusantara.
\nFakta-fakta di lapangan, saya kira sangat penting untuk bisa mengubah sudut pandang seseorang terkait isu kretek di negeri ini. Saya teringat kisah Mohamad Sobary, budayawan di negeri ini yang memutuskan untuk merokok pada usia di atas 50 tahun dan ikut menyuarakan pembelaan terhadap petani tembakau dan petani cengkeh dan industri rokok kretek usai menyaksikan langsung bagaimana para petani tembakau di Temanggung bergerak untuk melawan kampanye-kampanye anti-rokok. Ia menjadi perokok ideologis. Yang memutuskan untuk merokok, dan ikut membela sektor pertembakauan, karena menyadari jahatnya kampanyr anti-rokok.<\/p>\n","post_title":"Mengapa Saya Terlibat dalam Usaha Pelestarian Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mengapa-saya-terlibat-dalam-usaha-pelestarian-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-06-05 10:19:43","post_modified_gmt":"2020-06-05 03:19:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6758","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6755,"post_author":"878","post_date":"2020-06-04 07:29:46","post_date_gmt":"2020-06-04 00:29:46","post_content":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_title":"Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"komoditas-cengkeh","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2024-01-23 12:35:39","post_modified_gmt":"2024-01-23 05:35:39","post_content_filtered":"\r\n
Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.
Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, \"kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.\"
Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.<\/p>\r\nKomoditas Cengkeh di Maluku<\/h3>\r\n
Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.
Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.
Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.<\/p>\r\nMusim Panen Cengkeh<\/h3>\r\n
Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000
Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.
Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh<\/a>, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.
Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.
Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.<\/p>\r\n","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=6755","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":22},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};