\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Itulah yang mendorong Bli Komang dan Bli Putu menjalani lelaku bertani ramah alam. Dan keyakinan spiritualitas serta tradisi leluhur di Munduk mendukung dan menyarankan laku tani semacam ini. Pura Kopi, pura yang sedikit saya singgung pada pembuka tulisan ini, adalah pura yang khusus diperuntukkan sebagai tempat ritual-ritual religi terkait pertanian. Dinamakan Pura Kopi karena sejarah perkebunan kopi di Munduk lebih dahulu dibanding cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

\"Manusia terikat pada tiga interaksi. Interaksi dengan Tuhan, interaksi dengan sesama manusia, dan interaksi dengan alam, yang terakhir itu kerap dilupakan,\" Ujar Bli Komang sekali waktu di tengah kebun cengkeh miliknya, ia melanjutkan, \"Manusia terlalu banyak mengambil dari alam. Terlalu banyak. Sementara kita seperti enggan mengembalikan sesuatu ke alam, memenuhi hak alam. Semestinya, seberapa besar yang kita ambil dari alam, sebanyak itu juga yang harus kita kembalikan ke alam. Seimbang. Hidup harus seimbang.\"<\/p>\n\n\n\n

Itulah yang mendorong Bli Komang dan Bli Putu menjalani lelaku bertani ramah alam. Dan keyakinan spiritualitas serta tradisi leluhur di Munduk mendukung dan menyarankan laku tani semacam ini. Pura Kopi, pura yang sedikit saya singgung pada pembuka tulisan ini, adalah pura yang khusus diperuntukkan sebagai tempat ritual-ritual religi terkait pertanian. Dinamakan Pura Kopi karena sejarah perkebunan kopi di Munduk lebih dahulu dibanding cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Pengambilan daun cengkeh yang sudah gugur dari ranting-ranting pohon secara besar-besaran, ternyata membikin akar dan batang pohon cengkeh mudah terserang penyakit. Atas temuan ini, Bli Putu dan Bli Komang mengadvokasi sebuah peraturan yang melarang pengambilan daun cengkeh hingga tingkat bupati. Berhasil. Bupati mengeluarkan peraturan bupati yang melarang pengambilan daun cengkeh berlebihan.<\/p>\n\n\n\n

\"Manusia terikat pada tiga interaksi. Interaksi dengan Tuhan, interaksi dengan sesama manusia, dan interaksi dengan alam, yang terakhir itu kerap dilupakan,\" Ujar Bli Komang sekali waktu di tengah kebun cengkeh miliknya, ia melanjutkan, \"Manusia terlalu banyak mengambil dari alam. Terlalu banyak. Sementara kita seperti enggan mengembalikan sesuatu ke alam, memenuhi hak alam. Semestinya, seberapa besar yang kita ambil dari alam, sebanyak itu juga yang harus kita kembalikan ke alam. Seimbang. Hidup harus seimbang.\"<\/p>\n\n\n\n

Itulah yang mendorong Bli Komang dan Bli Putu menjalani lelaku bertani ramah alam. Dan keyakinan spiritualitas serta tradisi leluhur di Munduk mendukung dan menyarankan laku tani semacam ini. Pura Kopi, pura yang sedikit saya singgung pada pembuka tulisan ini, adalah pura yang khusus diperuntukkan sebagai tempat ritual-ritual religi terkait pertanian. Dinamakan Pura Kopi karena sejarah perkebunan kopi di Munduk lebih dahulu dibanding cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Meskipun menyejahterakan banyak orang, pertanian cengkeh di Munduk bukan tanpa masalah. Beberapa waktu lalu, pernah ada masanya pabrik-pabrik penyulingan minyak cengkeh banyak berdiri di Munduk dan desa-desa lain di sekitarnya. Bahan baku utama minyak cengkeh bisa didapat dari bunga cengkeh, tangkai bunga cengkeh, dan daun cengkeh. Yang terbaik tentu dari bunga cengkeh. Sayangnya faktor biaya membikin produsen minyak cengkeh memilih daun cengkeh sebagai bahan baku.<\/p>\n\n\n\n

Pengambilan daun cengkeh yang sudah gugur dari ranting-ranting pohon secara besar-besaran, ternyata membikin akar dan batang pohon cengkeh mudah terserang penyakit. Atas temuan ini, Bli Putu dan Bli Komang mengadvokasi sebuah peraturan yang melarang pengambilan daun cengkeh hingga tingkat bupati. Berhasil. Bupati mengeluarkan peraturan bupati yang melarang pengambilan daun cengkeh berlebihan.<\/p>\n\n\n\n

\"Manusia terikat pada tiga interaksi. Interaksi dengan Tuhan, interaksi dengan sesama manusia, dan interaksi dengan alam, yang terakhir itu kerap dilupakan,\" Ujar Bli Komang sekali waktu di tengah kebun cengkeh miliknya, ia melanjutkan, \"Manusia terlalu banyak mengambil dari alam. Terlalu banyak. Sementara kita seperti enggan mengembalikan sesuatu ke alam, memenuhi hak alam. Semestinya, seberapa besar yang kita ambil dari alam, sebanyak itu juga yang harus kita kembalikan ke alam. Seimbang. Hidup harus seimbang.\"<\/p>\n\n\n\n

Itulah yang mendorong Bli Komang dan Bli Putu menjalani lelaku bertani ramah alam. Dan keyakinan spiritualitas serta tradisi leluhur di Munduk mendukung dan menyarankan laku tani semacam ini. Pura Kopi, pura yang sedikit saya singgung pada pembuka tulisan ini, adalah pura yang khusus diperuntukkan sebagai tempat ritual-ritual religi terkait pertanian. Dinamakan Pura Kopi karena sejarah perkebunan kopi di Munduk lebih dahulu dibanding cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Baca: Mendengar Kembali Kesaksian WS Rendra<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Meskipun menyejahterakan banyak orang, pertanian cengkeh di Munduk bukan tanpa masalah. Beberapa waktu lalu, pernah ada masanya pabrik-pabrik penyulingan minyak cengkeh banyak berdiri di Munduk dan desa-desa lain di sekitarnya. Bahan baku utama minyak cengkeh bisa didapat dari bunga cengkeh, tangkai bunga cengkeh, dan daun cengkeh. Yang terbaik tentu dari bunga cengkeh. Sayangnya faktor biaya membikin produsen minyak cengkeh memilih daun cengkeh sebagai bahan baku.<\/p>\n\n\n\n

Pengambilan daun cengkeh yang sudah gugur dari ranting-ranting pohon secara besar-besaran, ternyata membikin akar dan batang pohon cengkeh mudah terserang penyakit. Atas temuan ini, Bli Putu dan Bli Komang mengadvokasi sebuah peraturan yang melarang pengambilan daun cengkeh hingga tingkat bupati. Berhasil. Bupati mengeluarkan peraturan bupati yang melarang pengambilan daun cengkeh berlebihan.<\/p>\n\n\n\n

\"Manusia terikat pada tiga interaksi. Interaksi dengan Tuhan, interaksi dengan sesama manusia, dan interaksi dengan alam, yang terakhir itu kerap dilupakan,\" Ujar Bli Komang sekali waktu di tengah kebun cengkeh miliknya, ia melanjutkan, \"Manusia terlalu banyak mengambil dari alam. Terlalu banyak. Sementara kita seperti enggan mengembalikan sesuatu ke alam, memenuhi hak alam. Semestinya, seberapa besar yang kita ambil dari alam, sebanyak itu juga yang harus kita kembalikan ke alam. Seimbang. Hidup harus seimbang.\"<\/p>\n\n\n\n

Itulah yang mendorong Bli Komang dan Bli Putu menjalani lelaku bertani ramah alam. Dan keyakinan spiritualitas serta tradisi leluhur di Munduk mendukung dan menyarankan laku tani semacam ini. Pura Kopi, pura yang sedikit saya singgung pada pembuka tulisan ini, adalah pura yang khusus diperuntukkan sebagai tempat ritual-ritual religi terkait pertanian. Dinamakan Pura Kopi karena sejarah perkebunan kopi di Munduk lebih dahulu dibanding cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Bli Putu sempat menjabat sebagai Bendesa, Kepala Desa Adat Munduk. Bli Komang beberapa waktu lalu terpilih sebagai petani teladan karena peran besarnya dalam pertanian cengkeh di Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mendengar Kembali Kesaksian WS Rendra<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Meskipun menyejahterakan banyak orang, pertanian cengkeh di Munduk bukan tanpa masalah. Beberapa waktu lalu, pernah ada masanya pabrik-pabrik penyulingan minyak cengkeh banyak berdiri di Munduk dan desa-desa lain di sekitarnya. Bahan baku utama minyak cengkeh bisa didapat dari bunga cengkeh, tangkai bunga cengkeh, dan daun cengkeh. Yang terbaik tentu dari bunga cengkeh. Sayangnya faktor biaya membikin produsen minyak cengkeh memilih daun cengkeh sebagai bahan baku.<\/p>\n\n\n\n

Pengambilan daun cengkeh yang sudah gugur dari ranting-ranting pohon secara besar-besaran, ternyata membikin akar dan batang pohon cengkeh mudah terserang penyakit. Atas temuan ini, Bli Putu dan Bli Komang mengadvokasi sebuah peraturan yang melarang pengambilan daun cengkeh hingga tingkat bupati. Berhasil. Bupati mengeluarkan peraturan bupati yang melarang pengambilan daun cengkeh berlebihan.<\/p>\n\n\n\n

\"Manusia terikat pada tiga interaksi. Interaksi dengan Tuhan, interaksi dengan sesama manusia, dan interaksi dengan alam, yang terakhir itu kerap dilupakan,\" Ujar Bli Komang sekali waktu di tengah kebun cengkeh miliknya, ia melanjutkan, \"Manusia terlalu banyak mengambil dari alam. Terlalu banyak. Sementara kita seperti enggan mengembalikan sesuatu ke alam, memenuhi hak alam. Semestinya, seberapa besar yang kita ambil dari alam, sebanyak itu juga yang harus kita kembalikan ke alam. Seimbang. Hidup harus seimbang.\"<\/p>\n\n\n\n

Itulah yang mendorong Bli Komang dan Bli Putu menjalani lelaku bertani ramah alam. Dan keyakinan spiritualitas serta tradisi leluhur di Munduk mendukung dan menyarankan laku tani semacam ini. Pura Kopi, pura yang sedikit saya singgung pada pembuka tulisan ini, adalah pura yang khusus diperuntukkan sebagai tempat ritual-ritual religi terkait pertanian. Dinamakan Pura Kopi karena sejarah perkebunan kopi di Munduk lebih dahulu dibanding cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Di Desa Munduk, dari Bli Putu Ardana saya belajar banyak tentang adat dan keyakinan spiritual warga Desa Munduk. Dari Bli Komang Armada, saya mendapat pengetahuan berharga perihal pertanian cengkeh yang menyejahterakan banyak warga Desa Munduk dan banyak warga desa lain di luar Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Bli Putu sempat menjabat sebagai Bendesa, Kepala Desa Adat Munduk. Bli Komang beberapa waktu lalu terpilih sebagai petani teladan karena peran besarnya dalam pertanian cengkeh di Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mendengar Kembali Kesaksian WS Rendra<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Meskipun menyejahterakan banyak orang, pertanian cengkeh di Munduk bukan tanpa masalah. Beberapa waktu lalu, pernah ada masanya pabrik-pabrik penyulingan minyak cengkeh banyak berdiri di Munduk dan desa-desa lain di sekitarnya. Bahan baku utama minyak cengkeh bisa didapat dari bunga cengkeh, tangkai bunga cengkeh, dan daun cengkeh. Yang terbaik tentu dari bunga cengkeh. Sayangnya faktor biaya membikin produsen minyak cengkeh memilih daun cengkeh sebagai bahan baku.<\/p>\n\n\n\n

Pengambilan daun cengkeh yang sudah gugur dari ranting-ranting pohon secara besar-besaran, ternyata membikin akar dan batang pohon cengkeh mudah terserang penyakit. Atas temuan ini, Bli Putu dan Bli Komang mengadvokasi sebuah peraturan yang melarang pengambilan daun cengkeh hingga tingkat bupati. Berhasil. Bupati mengeluarkan peraturan bupati yang melarang pengambilan daun cengkeh berlebihan.<\/p>\n\n\n\n

\"Manusia terikat pada tiga interaksi. Interaksi dengan Tuhan, interaksi dengan sesama manusia, dan interaksi dengan alam, yang terakhir itu kerap dilupakan,\" Ujar Bli Komang sekali waktu di tengah kebun cengkeh miliknya, ia melanjutkan, \"Manusia terlalu banyak mengambil dari alam. Terlalu banyak. Sementara kita seperti enggan mengembalikan sesuatu ke alam, memenuhi hak alam. Semestinya, seberapa besar yang kita ambil dari alam, sebanyak itu juga yang harus kita kembalikan ke alam. Seimbang. Hidup harus seimbang.\"<\/p>\n\n\n\n

Itulah yang mendorong Bli Komang dan Bli Putu menjalani lelaku bertani ramah alam. Dan keyakinan spiritualitas serta tradisi leluhur di Munduk mendukung dan menyarankan laku tani semacam ini. Pura Kopi, pura yang sedikit saya singgung pada pembuka tulisan ini, adalah pura yang khusus diperuntukkan sebagai tempat ritual-ritual religi terkait pertanian. Dinamakan Pura Kopi karena sejarah perkebunan kopi di Munduk lebih dahulu dibanding cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Bertahun-tahun sebelum tiba di Desa Munduk, Denpasar membikin saya enggan berlama-lama di Pulau Bali. Denpasar terlalu ramai dan pikuk. Tentu saja ini penilaian subjektif saya semata. Namun Desa Munduk mengubah itu semua. Saya jadi betah berlama-lama di Pulau Bali. Lebih lagi bapak dari istri saya berasal dari Seririt, 45 menit ke arah utara dari Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, dari Bli Putu Ardana saya belajar banyak tentang adat dan keyakinan spiritual warga Desa Munduk. Dari Bli Komang Armada, saya mendapat pengetahuan berharga perihal pertanian cengkeh yang menyejahterakan banyak warga Desa Munduk dan banyak warga desa lain di luar Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Bli Putu sempat menjabat sebagai Bendesa, Kepala Desa Adat Munduk. Bli Komang beberapa waktu lalu terpilih sebagai petani teladan karena peran besarnya dalam pertanian cengkeh di Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mendengar Kembali Kesaksian WS Rendra<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Meskipun menyejahterakan banyak orang, pertanian cengkeh di Munduk bukan tanpa masalah. Beberapa waktu lalu, pernah ada masanya pabrik-pabrik penyulingan minyak cengkeh banyak berdiri di Munduk dan desa-desa lain di sekitarnya. Bahan baku utama minyak cengkeh bisa didapat dari bunga cengkeh, tangkai bunga cengkeh, dan daun cengkeh. Yang terbaik tentu dari bunga cengkeh. Sayangnya faktor biaya membikin produsen minyak cengkeh memilih daun cengkeh sebagai bahan baku.<\/p>\n\n\n\n

Pengambilan daun cengkeh yang sudah gugur dari ranting-ranting pohon secara besar-besaran, ternyata membikin akar dan batang pohon cengkeh mudah terserang penyakit. Atas temuan ini, Bli Putu dan Bli Komang mengadvokasi sebuah peraturan yang melarang pengambilan daun cengkeh hingga tingkat bupati. Berhasil. Bupati mengeluarkan peraturan bupati yang melarang pengambilan daun cengkeh berlebihan.<\/p>\n\n\n\n

\"Manusia terikat pada tiga interaksi. Interaksi dengan Tuhan, interaksi dengan sesama manusia, dan interaksi dengan alam, yang terakhir itu kerap dilupakan,\" Ujar Bli Komang sekali waktu di tengah kebun cengkeh miliknya, ia melanjutkan, \"Manusia terlalu banyak mengambil dari alam. Terlalu banyak. Sementara kita seperti enggan mengembalikan sesuatu ke alam, memenuhi hak alam. Semestinya, seberapa besar yang kita ambil dari alam, sebanyak itu juga yang harus kita kembalikan ke alam. Seimbang. Hidup harus seimbang.\"<\/p>\n\n\n\n

Itulah yang mendorong Bli Komang dan Bli Putu menjalani lelaku bertani ramah alam. Dan keyakinan spiritualitas serta tradisi leluhur di Munduk mendukung dan menyarankan laku tani semacam ini. Pura Kopi, pura yang sedikit saya singgung pada pembuka tulisan ini, adalah pura yang khusus diperuntukkan sebagai tempat ritual-ritual religi terkait pertanian. Dinamakan Pura Kopi karena sejarah perkebunan kopi di Munduk lebih dahulu dibanding cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Empat kali dalam waktu yang berbeda saya pernah berkunjung ke Desa Munduk. Dua di antaranya saya tinggal cukup lama di sana. Belajar dari dua orang kakak beradik Putu Ardana dan Komang Armada serta beberapa warga Desa Munduk lainnya tentang banyak hal, terutama pertanian cengkeh yang begitu masyhur di sana.<\/p>\n\n\n\n

Bertahun-tahun sebelum tiba di Desa Munduk, Denpasar membikin saya enggan berlama-lama di Pulau Bali. Denpasar terlalu ramai dan pikuk. Tentu saja ini penilaian subjektif saya semata. Namun Desa Munduk mengubah itu semua. Saya jadi betah berlama-lama di Pulau Bali. Lebih lagi bapak dari istri saya berasal dari Seririt, 45 menit ke arah utara dari Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, dari Bli Putu Ardana saya belajar banyak tentang adat dan keyakinan spiritual warga Desa Munduk. Dari Bli Komang Armada, saya mendapat pengetahuan berharga perihal pertanian cengkeh yang menyejahterakan banyak warga Desa Munduk dan banyak warga desa lain di luar Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Bli Putu sempat menjabat sebagai Bendesa, Kepala Desa Adat Munduk. Bli Komang beberapa waktu lalu terpilih sebagai petani teladan karena peran besarnya dalam pertanian cengkeh di Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mendengar Kembali Kesaksian WS Rendra<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Meskipun menyejahterakan banyak orang, pertanian cengkeh di Munduk bukan tanpa masalah. Beberapa waktu lalu, pernah ada masanya pabrik-pabrik penyulingan minyak cengkeh banyak berdiri di Munduk dan desa-desa lain di sekitarnya. Bahan baku utama minyak cengkeh bisa didapat dari bunga cengkeh, tangkai bunga cengkeh, dan daun cengkeh. Yang terbaik tentu dari bunga cengkeh. Sayangnya faktor biaya membikin produsen minyak cengkeh memilih daun cengkeh sebagai bahan baku.<\/p>\n\n\n\n

Pengambilan daun cengkeh yang sudah gugur dari ranting-ranting pohon secara besar-besaran, ternyata membikin akar dan batang pohon cengkeh mudah terserang penyakit. Atas temuan ini, Bli Putu dan Bli Komang mengadvokasi sebuah peraturan yang melarang pengambilan daun cengkeh hingga tingkat bupati. Berhasil. Bupati mengeluarkan peraturan bupati yang melarang pengambilan daun cengkeh berlebihan.<\/p>\n\n\n\n

\"Manusia terikat pada tiga interaksi. Interaksi dengan Tuhan, interaksi dengan sesama manusia, dan interaksi dengan alam, yang terakhir itu kerap dilupakan,\" Ujar Bli Komang sekali waktu di tengah kebun cengkeh miliknya, ia melanjutkan, \"Manusia terlalu banyak mengambil dari alam. Terlalu banyak. Sementara kita seperti enggan mengembalikan sesuatu ke alam, memenuhi hak alam. Semestinya, seberapa besar yang kita ambil dari alam, sebanyak itu juga yang harus kita kembalikan ke alam. Seimbang. Hidup harus seimbang.\"<\/p>\n\n\n\n

Itulah yang mendorong Bli Komang dan Bli Putu menjalani lelaku bertani ramah alam. Dan keyakinan spiritualitas serta tradisi leluhur di Munduk mendukung dan menyarankan laku tani semacam ini. Pura Kopi, pura yang sedikit saya singgung pada pembuka tulisan ini, adalah pura yang khusus diperuntukkan sebagai tempat ritual-ritual religi terkait pertanian. Dinamakan Pura Kopi karena sejarah perkebunan kopi di Munduk lebih dahulu dibanding cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Selepas Danau Beratan, menyimpang ke arah kiri meninggalkan jalan raya Denpasar-Singaraja, menoleh ke kiri jalan, pandangan mata saya tertuju ke Danau Tamblingan. Tak lama kemudian, melalui jalan menurun dan berliku, di kiri-kanan jalan rerimbunan pohon cengkeh tumbuh subur. Sebelum saya dan rekan-rekan tiba di Penginapan dan Restoran Don Biyu yang di kelola Bli Putu Ardana, senior saya di kampus yang juga warga asli Desa Munduk, Kabupaten Buleleng, Bali, di kanan jalan, kami melintasi Pura Kopi. <\/p>\n\n\n\n

Empat kali dalam waktu yang berbeda saya pernah berkunjung ke Desa Munduk. Dua di antaranya saya tinggal cukup lama di sana. Belajar dari dua orang kakak beradik Putu Ardana dan Komang Armada serta beberapa warga Desa Munduk lainnya tentang banyak hal, terutama pertanian cengkeh yang begitu masyhur di sana.<\/p>\n\n\n\n

Bertahun-tahun sebelum tiba di Desa Munduk, Denpasar membikin saya enggan berlama-lama di Pulau Bali. Denpasar terlalu ramai dan pikuk. Tentu saja ini penilaian subjektif saya semata. Namun Desa Munduk mengubah itu semua. Saya jadi betah berlama-lama di Pulau Bali. Lebih lagi bapak dari istri saya berasal dari Seririt, 45 menit ke arah utara dari Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, dari Bli Putu Ardana saya belajar banyak tentang adat dan keyakinan spiritual warga Desa Munduk. Dari Bli Komang Armada, saya mendapat pengetahuan berharga perihal pertanian cengkeh yang menyejahterakan banyak warga Desa Munduk dan banyak warga desa lain di luar Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Bli Putu sempat menjabat sebagai Bendesa, Kepala Desa Adat Munduk. Bli Komang beberapa waktu lalu terpilih sebagai petani teladan karena peran besarnya dalam pertanian cengkeh di Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mendengar Kembali Kesaksian WS Rendra<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Meskipun menyejahterakan banyak orang, pertanian cengkeh di Munduk bukan tanpa masalah. Beberapa waktu lalu, pernah ada masanya pabrik-pabrik penyulingan minyak cengkeh banyak berdiri di Munduk dan desa-desa lain di sekitarnya. Bahan baku utama minyak cengkeh bisa didapat dari bunga cengkeh, tangkai bunga cengkeh, dan daun cengkeh. Yang terbaik tentu dari bunga cengkeh. Sayangnya faktor biaya membikin produsen minyak cengkeh memilih daun cengkeh sebagai bahan baku.<\/p>\n\n\n\n

Pengambilan daun cengkeh yang sudah gugur dari ranting-ranting pohon secara besar-besaran, ternyata membikin akar dan batang pohon cengkeh mudah terserang penyakit. Atas temuan ini, Bli Putu dan Bli Komang mengadvokasi sebuah peraturan yang melarang pengambilan daun cengkeh hingga tingkat bupati. Berhasil. Bupati mengeluarkan peraturan bupati yang melarang pengambilan daun cengkeh berlebihan.<\/p>\n\n\n\n

\"Manusia terikat pada tiga interaksi. Interaksi dengan Tuhan, interaksi dengan sesama manusia, dan interaksi dengan alam, yang terakhir itu kerap dilupakan,\" Ujar Bli Komang sekali waktu di tengah kebun cengkeh miliknya, ia melanjutkan, \"Manusia terlalu banyak mengambil dari alam. Terlalu banyak. Sementara kita seperti enggan mengembalikan sesuatu ke alam, memenuhi hak alam. Semestinya, seberapa besar yang kita ambil dari alam, sebanyak itu juga yang harus kita kembalikan ke alam. Seimbang. Hidup harus seimbang.\"<\/p>\n\n\n\n

Itulah yang mendorong Bli Komang dan Bli Putu menjalani lelaku bertani ramah alam. Dan keyakinan spiritualitas serta tradisi leluhur di Munduk mendukung dan menyarankan laku tani semacam ini. Pura Kopi, pura yang sedikit saya singgung pada pembuka tulisan ini, adalah pura yang khusus diperuntukkan sebagai tempat ritual-ritual religi terkait pertanian. Dinamakan Pura Kopi karena sejarah perkebunan kopi di Munduk lebih dahulu dibanding cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

\u201cRokok itu emang buat gaya, kalau mau bunuh mah bunuh ajah, toh percuma gue hidup kalau mati gaya,\u201d Ridwan Remin, Juara Stand Up Comedy Indonesia 7.<\/p>\n","post_title":"Akui Saja Merokok Itu Memang Hal yang Keren","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"akui-saja-merokok-itu-memang-hal-yang-keren","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-10 09:13:07","post_modified_gmt":"2019-03-10 02:13:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5528","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5522,"post_author":"878","post_date":"2019-03-08 07:51:45","post_date_gmt":"2019-03-08 00:51:45","post_content":"\n

Selepas Danau Beratan, menyimpang ke arah kiri meninggalkan jalan raya Denpasar-Singaraja, menoleh ke kiri jalan, pandangan mata saya tertuju ke Danau Tamblingan. Tak lama kemudian, melalui jalan menurun dan berliku, di kiri-kanan jalan rerimbunan pohon cengkeh tumbuh subur. Sebelum saya dan rekan-rekan tiba di Penginapan dan Restoran Don Biyu yang di kelola Bli Putu Ardana, senior saya di kampus yang juga warga asli Desa Munduk, Kabupaten Buleleng, Bali, di kanan jalan, kami melintasi Pura Kopi. <\/p>\n\n\n\n

Empat kali dalam waktu yang berbeda saya pernah berkunjung ke Desa Munduk. Dua di antaranya saya tinggal cukup lama di sana. Belajar dari dua orang kakak beradik Putu Ardana dan Komang Armada serta beberapa warga Desa Munduk lainnya tentang banyak hal, terutama pertanian cengkeh yang begitu masyhur di sana.<\/p>\n\n\n\n

Bertahun-tahun sebelum tiba di Desa Munduk, Denpasar membikin saya enggan berlama-lama di Pulau Bali. Denpasar terlalu ramai dan pikuk. Tentu saja ini penilaian subjektif saya semata. Namun Desa Munduk mengubah itu semua. Saya jadi betah berlama-lama di Pulau Bali. Lebih lagi bapak dari istri saya berasal dari Seririt, 45 menit ke arah utara dari Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, dari Bli Putu Ardana saya belajar banyak tentang adat dan keyakinan spiritual warga Desa Munduk. Dari Bli Komang Armada, saya mendapat pengetahuan berharga perihal pertanian cengkeh yang menyejahterakan banyak warga Desa Munduk dan banyak warga desa lain di luar Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Bli Putu sempat menjabat sebagai Bendesa, Kepala Desa Adat Munduk. Bli Komang beberapa waktu lalu terpilih sebagai petani teladan karena peran besarnya dalam pertanian cengkeh di Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mendengar Kembali Kesaksian WS Rendra<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Meskipun menyejahterakan banyak orang, pertanian cengkeh di Munduk bukan tanpa masalah. Beberapa waktu lalu, pernah ada masanya pabrik-pabrik penyulingan minyak cengkeh banyak berdiri di Munduk dan desa-desa lain di sekitarnya. Bahan baku utama minyak cengkeh bisa didapat dari bunga cengkeh, tangkai bunga cengkeh, dan daun cengkeh. Yang terbaik tentu dari bunga cengkeh. Sayangnya faktor biaya membikin produsen minyak cengkeh memilih daun cengkeh sebagai bahan baku.<\/p>\n\n\n\n

Pengambilan daun cengkeh yang sudah gugur dari ranting-ranting pohon secara besar-besaran, ternyata membikin akar dan batang pohon cengkeh mudah terserang penyakit. Atas temuan ini, Bli Putu dan Bli Komang mengadvokasi sebuah peraturan yang melarang pengambilan daun cengkeh hingga tingkat bupati. Berhasil. Bupati mengeluarkan peraturan bupati yang melarang pengambilan daun cengkeh berlebihan.<\/p>\n\n\n\n

\"Manusia terikat pada tiga interaksi. Interaksi dengan Tuhan, interaksi dengan sesama manusia, dan interaksi dengan alam, yang terakhir itu kerap dilupakan,\" Ujar Bli Komang sekali waktu di tengah kebun cengkeh miliknya, ia melanjutkan, \"Manusia terlalu banyak mengambil dari alam. Terlalu banyak. Sementara kita seperti enggan mengembalikan sesuatu ke alam, memenuhi hak alam. Semestinya, seberapa besar yang kita ambil dari alam, sebanyak itu juga yang harus kita kembalikan ke alam. Seimbang. Hidup harus seimbang.\"<\/p>\n\n\n\n

Itulah yang mendorong Bli Komang dan Bli Putu menjalani lelaku bertani ramah alam. Dan keyakinan spiritualitas serta tradisi leluhur di Munduk mendukung dan menyarankan laku tani semacam ini. Pura Kopi, pura yang sedikit saya singgung pada pembuka tulisan ini, adalah pura yang khusus diperuntukkan sebagai tempat ritual-ritual religi terkait pertanian. Dinamakan Pura Kopi karena sejarah perkebunan kopi di Munduk lebih dahulu dibanding cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Sekali lagi soal keren, para perokok itu memang keren karena dengan berbagai hujatan dan stigma sosial mereka tetap bisa mempertahankan hidup. Para perokok itu keren karena ditengah cercaan, konsumsi mereka akan produk tembakau juga menghasilkan sesuatu yang bisa membangun negeri. Angkat topi juga untuk kalian para perokok yang tetap menjaga stabilitas kehidupannya serta kesehatannya masih bisa terjamin. Mengkhiri tulisan ini, mari bakar rokokmu sejenak dan nikmati hidup yang fana ini.<\/p>\n\n\n\n

\u201cRokok itu emang buat gaya, kalau mau bunuh mah bunuh ajah, toh percuma gue hidup kalau mati gaya,\u201d Ridwan Remin, Juara Stand Up Comedy Indonesia 7.<\/p>\n","post_title":"Akui Saja Merokok Itu Memang Hal yang Keren","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"akui-saja-merokok-itu-memang-hal-yang-keren","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-10 09:13:07","post_modified_gmt":"2019-03-10 02:13:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5528","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5522,"post_author":"878","post_date":"2019-03-08 07:51:45","post_date_gmt":"2019-03-08 00:51:45","post_content":"\n

Selepas Danau Beratan, menyimpang ke arah kiri meninggalkan jalan raya Denpasar-Singaraja, menoleh ke kiri jalan, pandangan mata saya tertuju ke Danau Tamblingan. Tak lama kemudian, melalui jalan menurun dan berliku, di kiri-kanan jalan rerimbunan pohon cengkeh tumbuh subur. Sebelum saya dan rekan-rekan tiba di Penginapan dan Restoran Don Biyu yang di kelola Bli Putu Ardana, senior saya di kampus yang juga warga asli Desa Munduk, Kabupaten Buleleng, Bali, di kanan jalan, kami melintasi Pura Kopi. <\/p>\n\n\n\n

Empat kali dalam waktu yang berbeda saya pernah berkunjung ke Desa Munduk. Dua di antaranya saya tinggal cukup lama di sana. Belajar dari dua orang kakak beradik Putu Ardana dan Komang Armada serta beberapa warga Desa Munduk lainnya tentang banyak hal, terutama pertanian cengkeh yang begitu masyhur di sana.<\/p>\n\n\n\n

Bertahun-tahun sebelum tiba di Desa Munduk, Denpasar membikin saya enggan berlama-lama di Pulau Bali. Denpasar terlalu ramai dan pikuk. Tentu saja ini penilaian subjektif saya semata. Namun Desa Munduk mengubah itu semua. Saya jadi betah berlama-lama di Pulau Bali. Lebih lagi bapak dari istri saya berasal dari Seririt, 45 menit ke arah utara dari Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, dari Bli Putu Ardana saya belajar banyak tentang adat dan keyakinan spiritual warga Desa Munduk. Dari Bli Komang Armada, saya mendapat pengetahuan berharga perihal pertanian cengkeh yang menyejahterakan banyak warga Desa Munduk dan banyak warga desa lain di luar Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Bli Putu sempat menjabat sebagai Bendesa, Kepala Desa Adat Munduk. Bli Komang beberapa waktu lalu terpilih sebagai petani teladan karena peran besarnya dalam pertanian cengkeh di Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mendengar Kembali Kesaksian WS Rendra<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Meskipun menyejahterakan banyak orang, pertanian cengkeh di Munduk bukan tanpa masalah. Beberapa waktu lalu, pernah ada masanya pabrik-pabrik penyulingan minyak cengkeh banyak berdiri di Munduk dan desa-desa lain di sekitarnya. Bahan baku utama minyak cengkeh bisa didapat dari bunga cengkeh, tangkai bunga cengkeh, dan daun cengkeh. Yang terbaik tentu dari bunga cengkeh. Sayangnya faktor biaya membikin produsen minyak cengkeh memilih daun cengkeh sebagai bahan baku.<\/p>\n\n\n\n

Pengambilan daun cengkeh yang sudah gugur dari ranting-ranting pohon secara besar-besaran, ternyata membikin akar dan batang pohon cengkeh mudah terserang penyakit. Atas temuan ini, Bli Putu dan Bli Komang mengadvokasi sebuah peraturan yang melarang pengambilan daun cengkeh hingga tingkat bupati. Berhasil. Bupati mengeluarkan peraturan bupati yang melarang pengambilan daun cengkeh berlebihan.<\/p>\n\n\n\n

\"Manusia terikat pada tiga interaksi. Interaksi dengan Tuhan, interaksi dengan sesama manusia, dan interaksi dengan alam, yang terakhir itu kerap dilupakan,\" Ujar Bli Komang sekali waktu di tengah kebun cengkeh miliknya, ia melanjutkan, \"Manusia terlalu banyak mengambil dari alam. Terlalu banyak. Sementara kita seperti enggan mengembalikan sesuatu ke alam, memenuhi hak alam. Semestinya, seberapa besar yang kita ambil dari alam, sebanyak itu juga yang harus kita kembalikan ke alam. Seimbang. Hidup harus seimbang.\"<\/p>\n\n\n\n

Itulah yang mendorong Bli Komang dan Bli Putu menjalani lelaku bertani ramah alam. Dan keyakinan spiritualitas serta tradisi leluhur di Munduk mendukung dan menyarankan laku tani semacam ini. Pura Kopi, pura yang sedikit saya singgung pada pembuka tulisan ini, adalah pura yang khusus diperuntukkan sebagai tempat ritual-ritual religi terkait pertanian. Dinamakan Pura Kopi karena sejarah perkebunan kopi di Munduk lebih dahulu dibanding cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Di kehidupan nyata anda bisa merekam berbagai pola dan tingkah para perokok dalam segi yang lebih humanis. Memang tak bisa dipungkiri ada yang berperilaku buruk dengan membuang puntungnya sembarangan, namun jangan gelap mata dan tak memberikan apresiasi bagi yang masih mentaati peraturan. Bukankah, para perokok yang tetap mentaati peraturan itu adalah orang-orang yang keren?<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi soal keren, para perokok itu memang keren karena dengan berbagai hujatan dan stigma sosial mereka tetap bisa mempertahankan hidup. Para perokok itu keren karena ditengah cercaan, konsumsi mereka akan produk tembakau juga menghasilkan sesuatu yang bisa membangun negeri. Angkat topi juga untuk kalian para perokok yang tetap menjaga stabilitas kehidupannya serta kesehatannya masih bisa terjamin. Mengkhiri tulisan ini, mari bakar rokokmu sejenak dan nikmati hidup yang fana ini.<\/p>\n\n\n\n

\u201cRokok itu emang buat gaya, kalau mau bunuh mah bunuh ajah, toh percuma gue hidup kalau mati gaya,\u201d Ridwan Remin, Juara Stand Up Comedy Indonesia 7.<\/p>\n","post_title":"Akui Saja Merokok Itu Memang Hal yang Keren","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"akui-saja-merokok-itu-memang-hal-yang-keren","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-10 09:13:07","post_modified_gmt":"2019-03-10 02:13:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5528","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5522,"post_author":"878","post_date":"2019-03-08 07:51:45","post_date_gmt":"2019-03-08 00:51:45","post_content":"\n

Selepas Danau Beratan, menyimpang ke arah kiri meninggalkan jalan raya Denpasar-Singaraja, menoleh ke kiri jalan, pandangan mata saya tertuju ke Danau Tamblingan. Tak lama kemudian, melalui jalan menurun dan berliku, di kiri-kanan jalan rerimbunan pohon cengkeh tumbuh subur. Sebelum saya dan rekan-rekan tiba di Penginapan dan Restoran Don Biyu yang di kelola Bli Putu Ardana, senior saya di kampus yang juga warga asli Desa Munduk, Kabupaten Buleleng, Bali, di kanan jalan, kami melintasi Pura Kopi. <\/p>\n\n\n\n

Empat kali dalam waktu yang berbeda saya pernah berkunjung ke Desa Munduk. Dua di antaranya saya tinggal cukup lama di sana. Belajar dari dua orang kakak beradik Putu Ardana dan Komang Armada serta beberapa warga Desa Munduk lainnya tentang banyak hal, terutama pertanian cengkeh yang begitu masyhur di sana.<\/p>\n\n\n\n

Bertahun-tahun sebelum tiba di Desa Munduk, Denpasar membikin saya enggan berlama-lama di Pulau Bali. Denpasar terlalu ramai dan pikuk. Tentu saja ini penilaian subjektif saya semata. Namun Desa Munduk mengubah itu semua. Saya jadi betah berlama-lama di Pulau Bali. Lebih lagi bapak dari istri saya berasal dari Seririt, 45 menit ke arah utara dari Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, dari Bli Putu Ardana saya belajar banyak tentang adat dan keyakinan spiritual warga Desa Munduk. Dari Bli Komang Armada, saya mendapat pengetahuan berharga perihal pertanian cengkeh yang menyejahterakan banyak warga Desa Munduk dan banyak warga desa lain di luar Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Bli Putu sempat menjabat sebagai Bendesa, Kepala Desa Adat Munduk. Bli Komang beberapa waktu lalu terpilih sebagai petani teladan karena peran besarnya dalam pertanian cengkeh di Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mendengar Kembali Kesaksian WS Rendra<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Meskipun menyejahterakan banyak orang, pertanian cengkeh di Munduk bukan tanpa masalah. Beberapa waktu lalu, pernah ada masanya pabrik-pabrik penyulingan minyak cengkeh banyak berdiri di Munduk dan desa-desa lain di sekitarnya. Bahan baku utama minyak cengkeh bisa didapat dari bunga cengkeh, tangkai bunga cengkeh, dan daun cengkeh. Yang terbaik tentu dari bunga cengkeh. Sayangnya faktor biaya membikin produsen minyak cengkeh memilih daun cengkeh sebagai bahan baku.<\/p>\n\n\n\n

Pengambilan daun cengkeh yang sudah gugur dari ranting-ranting pohon secara besar-besaran, ternyata membikin akar dan batang pohon cengkeh mudah terserang penyakit. Atas temuan ini, Bli Putu dan Bli Komang mengadvokasi sebuah peraturan yang melarang pengambilan daun cengkeh hingga tingkat bupati. Berhasil. Bupati mengeluarkan peraturan bupati yang melarang pengambilan daun cengkeh berlebihan.<\/p>\n\n\n\n

\"Manusia terikat pada tiga interaksi. Interaksi dengan Tuhan, interaksi dengan sesama manusia, dan interaksi dengan alam, yang terakhir itu kerap dilupakan,\" Ujar Bli Komang sekali waktu di tengah kebun cengkeh miliknya, ia melanjutkan, \"Manusia terlalu banyak mengambil dari alam. Terlalu banyak. Sementara kita seperti enggan mengembalikan sesuatu ke alam, memenuhi hak alam. Semestinya, seberapa besar yang kita ambil dari alam, sebanyak itu juga yang harus kita kembalikan ke alam. Seimbang. Hidup harus seimbang.\"<\/p>\n\n\n\n

Itulah yang mendorong Bli Komang dan Bli Putu menjalani lelaku bertani ramah alam. Dan keyakinan spiritualitas serta tradisi leluhur di Munduk mendukung dan menyarankan laku tani semacam ini. Pura Kopi, pura yang sedikit saya singgung pada pembuka tulisan ini, adalah pura yang khusus diperuntukkan sebagai tempat ritual-ritual religi terkait pertanian. Dinamakan Pura Kopi karena sejarah perkebunan kopi di Munduk lebih dahulu dibanding cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Coba kalihan tengok lagi berbagai film terkemuka  di dunia atau bahkan hingga yang masuk dalam box office dan menerima penghargaan. Sama seperti adegan saat hujan, adegan seseorang merokok dalam sebuah film terlihat sangat keren dan dengan pengambilan gambar yang seapik mungkin. Apakah sang sutradara adalah seorang marketing rokok ? ah itu dugaan anda saja. Film sebagai bentuk eksistensi daya pikir manusia memberikan adegan rokok didalamnya karena memang rokok tak bisa lepas dari realitas kehidupan, dan itu keren!<\/p>\n\n\n\n

Di kehidupan nyata anda bisa merekam berbagai pola dan tingkah para perokok dalam segi yang lebih humanis. Memang tak bisa dipungkiri ada yang berperilaku buruk dengan membuang puntungnya sembarangan, namun jangan gelap mata dan tak memberikan apresiasi bagi yang masih mentaati peraturan. Bukankah, para perokok yang tetap mentaati peraturan itu adalah orang-orang yang keren?<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi soal keren, para perokok itu memang keren karena dengan berbagai hujatan dan stigma sosial mereka tetap bisa mempertahankan hidup. Para perokok itu keren karena ditengah cercaan, konsumsi mereka akan produk tembakau juga menghasilkan sesuatu yang bisa membangun negeri. Angkat topi juga untuk kalian para perokok yang tetap menjaga stabilitas kehidupannya serta kesehatannya masih bisa terjamin. Mengkhiri tulisan ini, mari bakar rokokmu sejenak dan nikmati hidup yang fana ini.<\/p>\n\n\n\n

\u201cRokok itu emang buat gaya, kalau mau bunuh mah bunuh ajah, toh percuma gue hidup kalau mati gaya,\u201d Ridwan Remin, Juara Stand Up Comedy Indonesia 7.<\/p>\n","post_title":"Akui Saja Merokok Itu Memang Hal yang Keren","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"akui-saja-merokok-itu-memang-hal-yang-keren","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-10 09:13:07","post_modified_gmt":"2019-03-10 02:13:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5528","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5522,"post_author":"878","post_date":"2019-03-08 07:51:45","post_date_gmt":"2019-03-08 00:51:45","post_content":"\n

Selepas Danau Beratan, menyimpang ke arah kiri meninggalkan jalan raya Denpasar-Singaraja, menoleh ke kiri jalan, pandangan mata saya tertuju ke Danau Tamblingan. Tak lama kemudian, melalui jalan menurun dan berliku, di kiri-kanan jalan rerimbunan pohon cengkeh tumbuh subur. Sebelum saya dan rekan-rekan tiba di Penginapan dan Restoran Don Biyu yang di kelola Bli Putu Ardana, senior saya di kampus yang juga warga asli Desa Munduk, Kabupaten Buleleng, Bali, di kanan jalan, kami melintasi Pura Kopi. <\/p>\n\n\n\n

Empat kali dalam waktu yang berbeda saya pernah berkunjung ke Desa Munduk. Dua di antaranya saya tinggal cukup lama di sana. Belajar dari dua orang kakak beradik Putu Ardana dan Komang Armada serta beberapa warga Desa Munduk lainnya tentang banyak hal, terutama pertanian cengkeh yang begitu masyhur di sana.<\/p>\n\n\n\n

Bertahun-tahun sebelum tiba di Desa Munduk, Denpasar membikin saya enggan berlama-lama di Pulau Bali. Denpasar terlalu ramai dan pikuk. Tentu saja ini penilaian subjektif saya semata. Namun Desa Munduk mengubah itu semua. Saya jadi betah berlama-lama di Pulau Bali. Lebih lagi bapak dari istri saya berasal dari Seririt, 45 menit ke arah utara dari Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, dari Bli Putu Ardana saya belajar banyak tentang adat dan keyakinan spiritual warga Desa Munduk. Dari Bli Komang Armada, saya mendapat pengetahuan berharga perihal pertanian cengkeh yang menyejahterakan banyak warga Desa Munduk dan banyak warga desa lain di luar Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Bli Putu sempat menjabat sebagai Bendesa, Kepala Desa Adat Munduk. Bli Komang beberapa waktu lalu terpilih sebagai petani teladan karena peran besarnya dalam pertanian cengkeh di Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mendengar Kembali Kesaksian WS Rendra<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Meskipun menyejahterakan banyak orang, pertanian cengkeh di Munduk bukan tanpa masalah. Beberapa waktu lalu, pernah ada masanya pabrik-pabrik penyulingan minyak cengkeh banyak berdiri di Munduk dan desa-desa lain di sekitarnya. Bahan baku utama minyak cengkeh bisa didapat dari bunga cengkeh, tangkai bunga cengkeh, dan daun cengkeh. Yang terbaik tentu dari bunga cengkeh. Sayangnya faktor biaya membikin produsen minyak cengkeh memilih daun cengkeh sebagai bahan baku.<\/p>\n\n\n\n

Pengambilan daun cengkeh yang sudah gugur dari ranting-ranting pohon secara besar-besaran, ternyata membikin akar dan batang pohon cengkeh mudah terserang penyakit. Atas temuan ini, Bli Putu dan Bli Komang mengadvokasi sebuah peraturan yang melarang pengambilan daun cengkeh hingga tingkat bupati. Berhasil. Bupati mengeluarkan peraturan bupati yang melarang pengambilan daun cengkeh berlebihan.<\/p>\n\n\n\n

\"Manusia terikat pada tiga interaksi. Interaksi dengan Tuhan, interaksi dengan sesama manusia, dan interaksi dengan alam, yang terakhir itu kerap dilupakan,\" Ujar Bli Komang sekali waktu di tengah kebun cengkeh miliknya, ia melanjutkan, \"Manusia terlalu banyak mengambil dari alam. Terlalu banyak. Sementara kita seperti enggan mengembalikan sesuatu ke alam, memenuhi hak alam. Semestinya, seberapa besar yang kita ambil dari alam, sebanyak itu juga yang harus kita kembalikan ke alam. Seimbang. Hidup harus seimbang.\"<\/p>\n\n\n\n

Itulah yang mendorong Bli Komang dan Bli Putu menjalani lelaku bertani ramah alam. Dan keyakinan spiritualitas serta tradisi leluhur di Munduk mendukung dan menyarankan laku tani semacam ini. Pura Kopi, pura yang sedikit saya singgung pada pembuka tulisan ini, adalah pura yang khusus diperuntukkan sebagai tempat ritual-ritual religi terkait pertanian. Dinamakan Pura Kopi karena sejarah perkebunan kopi di Munduk lebih dahulu dibanding cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah Agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Coba kalihan tengok lagi berbagai film terkemuka  di dunia atau bahkan hingga yang masuk dalam box office dan menerima penghargaan. Sama seperti adegan saat hujan, adegan seseorang merokok dalam sebuah film terlihat sangat keren dan dengan pengambilan gambar yang seapik mungkin. Apakah sang sutradara adalah seorang marketing rokok ? ah itu dugaan anda saja. Film sebagai bentuk eksistensi daya pikir manusia memberikan adegan rokok didalamnya karena memang rokok tak bisa lepas dari realitas kehidupan, dan itu keren!<\/p>\n\n\n\n

Di kehidupan nyata anda bisa merekam berbagai pola dan tingkah para perokok dalam segi yang lebih humanis. Memang tak bisa dipungkiri ada yang berperilaku buruk dengan membuang puntungnya sembarangan, namun jangan gelap mata dan tak memberikan apresiasi bagi yang masih mentaati peraturan. Bukankah, para perokok yang tetap mentaati peraturan itu adalah orang-orang yang keren?<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi soal keren, para perokok itu memang keren karena dengan berbagai hujatan dan stigma sosial mereka tetap bisa mempertahankan hidup. Para perokok itu keren karena ditengah cercaan, konsumsi mereka akan produk tembakau juga menghasilkan sesuatu yang bisa membangun negeri. Angkat topi juga untuk kalian para perokok yang tetap menjaga stabilitas kehidupannya serta kesehatannya masih bisa terjamin. Mengkhiri tulisan ini, mari bakar rokokmu sejenak dan nikmati hidup yang fana ini.<\/p>\n\n\n\n

\u201cRokok itu emang buat gaya, kalau mau bunuh mah bunuh ajah, toh percuma gue hidup kalau mati gaya,\u201d Ridwan Remin, Juara Stand Up Comedy Indonesia 7.<\/p>\n","post_title":"Akui Saja Merokok Itu Memang Hal yang Keren","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"akui-saja-merokok-itu-memang-hal-yang-keren","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-10 09:13:07","post_modified_gmt":"2019-03-10 02:13:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5528","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5522,"post_author":"878","post_date":"2019-03-08 07:51:45","post_date_gmt":"2019-03-08 00:51:45","post_content":"\n

Selepas Danau Beratan, menyimpang ke arah kiri meninggalkan jalan raya Denpasar-Singaraja, menoleh ke kiri jalan, pandangan mata saya tertuju ke Danau Tamblingan. Tak lama kemudian, melalui jalan menurun dan berliku, di kiri-kanan jalan rerimbunan pohon cengkeh tumbuh subur. Sebelum saya dan rekan-rekan tiba di Penginapan dan Restoran Don Biyu yang di kelola Bli Putu Ardana, senior saya di kampus yang juga warga asli Desa Munduk, Kabupaten Buleleng, Bali, di kanan jalan, kami melintasi Pura Kopi. <\/p>\n\n\n\n

Empat kali dalam waktu yang berbeda saya pernah berkunjung ke Desa Munduk. Dua di antaranya saya tinggal cukup lama di sana. Belajar dari dua orang kakak beradik Putu Ardana dan Komang Armada serta beberapa warga Desa Munduk lainnya tentang banyak hal, terutama pertanian cengkeh yang begitu masyhur di sana.<\/p>\n\n\n\n

Bertahun-tahun sebelum tiba di Desa Munduk, Denpasar membikin saya enggan berlama-lama di Pulau Bali. Denpasar terlalu ramai dan pikuk. Tentu saja ini penilaian subjektif saya semata. Namun Desa Munduk mengubah itu semua. Saya jadi betah berlama-lama di Pulau Bali. Lebih lagi bapak dari istri saya berasal dari Seririt, 45 menit ke arah utara dari Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, dari Bli Putu Ardana saya belajar banyak tentang adat dan keyakinan spiritual warga Desa Munduk. Dari Bli Komang Armada, saya mendapat pengetahuan berharga perihal pertanian cengkeh yang menyejahterakan banyak warga Desa Munduk dan banyak warga desa lain di luar Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Bli Putu sempat menjabat sebagai Bendesa, Kepala Desa Adat Munduk. Bli Komang beberapa waktu lalu terpilih sebagai petani teladan karena peran besarnya dalam pertanian cengkeh di Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mendengar Kembali Kesaksian WS Rendra<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Meskipun menyejahterakan banyak orang, pertanian cengkeh di Munduk bukan tanpa masalah. Beberapa waktu lalu, pernah ada masanya pabrik-pabrik penyulingan minyak cengkeh banyak berdiri di Munduk dan desa-desa lain di sekitarnya. Bahan baku utama minyak cengkeh bisa didapat dari bunga cengkeh, tangkai bunga cengkeh, dan daun cengkeh. Yang terbaik tentu dari bunga cengkeh. Sayangnya faktor biaya membikin produsen minyak cengkeh memilih daun cengkeh sebagai bahan baku.<\/p>\n\n\n\n

Pengambilan daun cengkeh yang sudah gugur dari ranting-ranting pohon secara besar-besaran, ternyata membikin akar dan batang pohon cengkeh mudah terserang penyakit. Atas temuan ini, Bli Putu dan Bli Komang mengadvokasi sebuah peraturan yang melarang pengambilan daun cengkeh hingga tingkat bupati. Berhasil. Bupati mengeluarkan peraturan bupati yang melarang pengambilan daun cengkeh berlebihan.<\/p>\n\n\n\n

\"Manusia terikat pada tiga interaksi. Interaksi dengan Tuhan, interaksi dengan sesama manusia, dan interaksi dengan alam, yang terakhir itu kerap dilupakan,\" Ujar Bli Komang sekali waktu di tengah kebun cengkeh miliknya, ia melanjutkan, \"Manusia terlalu banyak mengambil dari alam. Terlalu banyak. Sementara kita seperti enggan mengembalikan sesuatu ke alam, memenuhi hak alam. Semestinya, seberapa besar yang kita ambil dari alam, sebanyak itu juga yang harus kita kembalikan ke alam. Seimbang. Hidup harus seimbang.\"<\/p>\n\n\n\n

Itulah yang mendorong Bli Komang dan Bli Putu menjalani lelaku bertani ramah alam. Dan keyakinan spiritualitas serta tradisi leluhur di Munduk mendukung dan menyarankan laku tani semacam ini. Pura Kopi, pura yang sedikit saya singgung pada pembuka tulisan ini, adalah pura yang khusus diperuntukkan sebagai tempat ritual-ritual religi terkait pertanian. Dinamakan Pura Kopi karena sejarah perkebunan kopi di Munduk lebih dahulu dibanding cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Sebenarnya, kalau mau diakui rokok memang membuat seseorang terlihat keren, kalian para anti rokok mau membantah? Hayo, hayo, hayo. Memang terlihat membuat keren berada di tengah kerumitan hidup lantas mencoba menikmatinya dengan tanaman ciptaan tuhan (tembakau) yang kemudian dimodifikasi sebagai sebuah rokok, apakah ada salahnya? Selama dia sudah memiliki umur yang tepat dan sadar dalam mengkonsumsi rokok maka sah-sah saja dong itu dilakukan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah Agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Coba kalihan tengok lagi berbagai film terkemuka  di dunia atau bahkan hingga yang masuk dalam box office dan menerima penghargaan. Sama seperti adegan saat hujan, adegan seseorang merokok dalam sebuah film terlihat sangat keren dan dengan pengambilan gambar yang seapik mungkin. Apakah sang sutradara adalah seorang marketing rokok ? ah itu dugaan anda saja. Film sebagai bentuk eksistensi daya pikir manusia memberikan adegan rokok didalamnya karena memang rokok tak bisa lepas dari realitas kehidupan, dan itu keren!<\/p>\n\n\n\n

Di kehidupan nyata anda bisa merekam berbagai pola dan tingkah para perokok dalam segi yang lebih humanis. Memang tak bisa dipungkiri ada yang berperilaku buruk dengan membuang puntungnya sembarangan, namun jangan gelap mata dan tak memberikan apresiasi bagi yang masih mentaati peraturan. Bukankah, para perokok yang tetap mentaati peraturan itu adalah orang-orang yang keren?<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi soal keren, para perokok itu memang keren karena dengan berbagai hujatan dan stigma sosial mereka tetap bisa mempertahankan hidup. Para perokok itu keren karena ditengah cercaan, konsumsi mereka akan produk tembakau juga menghasilkan sesuatu yang bisa membangun negeri. Angkat topi juga untuk kalian para perokok yang tetap menjaga stabilitas kehidupannya serta kesehatannya masih bisa terjamin. Mengkhiri tulisan ini, mari bakar rokokmu sejenak dan nikmati hidup yang fana ini.<\/p>\n\n\n\n

\u201cRokok itu emang buat gaya, kalau mau bunuh mah bunuh ajah, toh percuma gue hidup kalau mati gaya,\u201d Ridwan Remin, Juara Stand Up Comedy Indonesia 7.<\/p>\n","post_title":"Akui Saja Merokok Itu Memang Hal yang Keren","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"akui-saja-merokok-itu-memang-hal-yang-keren","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-10 09:13:07","post_modified_gmt":"2019-03-10 02:13:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5528","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5522,"post_author":"878","post_date":"2019-03-08 07:51:45","post_date_gmt":"2019-03-08 00:51:45","post_content":"\n

Selepas Danau Beratan, menyimpang ke arah kiri meninggalkan jalan raya Denpasar-Singaraja, menoleh ke kiri jalan, pandangan mata saya tertuju ke Danau Tamblingan. Tak lama kemudian, melalui jalan menurun dan berliku, di kiri-kanan jalan rerimbunan pohon cengkeh tumbuh subur. Sebelum saya dan rekan-rekan tiba di Penginapan dan Restoran Don Biyu yang di kelola Bli Putu Ardana, senior saya di kampus yang juga warga asli Desa Munduk, Kabupaten Buleleng, Bali, di kanan jalan, kami melintasi Pura Kopi. <\/p>\n\n\n\n

Empat kali dalam waktu yang berbeda saya pernah berkunjung ke Desa Munduk. Dua di antaranya saya tinggal cukup lama di sana. Belajar dari dua orang kakak beradik Putu Ardana dan Komang Armada serta beberapa warga Desa Munduk lainnya tentang banyak hal, terutama pertanian cengkeh yang begitu masyhur di sana.<\/p>\n\n\n\n

Bertahun-tahun sebelum tiba di Desa Munduk, Denpasar membikin saya enggan berlama-lama di Pulau Bali. Denpasar terlalu ramai dan pikuk. Tentu saja ini penilaian subjektif saya semata. Namun Desa Munduk mengubah itu semua. Saya jadi betah berlama-lama di Pulau Bali. Lebih lagi bapak dari istri saya berasal dari Seririt, 45 menit ke arah utara dari Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, dari Bli Putu Ardana saya belajar banyak tentang adat dan keyakinan spiritual warga Desa Munduk. Dari Bli Komang Armada, saya mendapat pengetahuan berharga perihal pertanian cengkeh yang menyejahterakan banyak warga Desa Munduk dan banyak warga desa lain di luar Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Bli Putu sempat menjabat sebagai Bendesa, Kepala Desa Adat Munduk. Bli Komang beberapa waktu lalu terpilih sebagai petani teladan karena peran besarnya dalam pertanian cengkeh di Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mendengar Kembali Kesaksian WS Rendra<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Meskipun menyejahterakan banyak orang, pertanian cengkeh di Munduk bukan tanpa masalah. Beberapa waktu lalu, pernah ada masanya pabrik-pabrik penyulingan minyak cengkeh banyak berdiri di Munduk dan desa-desa lain di sekitarnya. Bahan baku utama minyak cengkeh bisa didapat dari bunga cengkeh, tangkai bunga cengkeh, dan daun cengkeh. Yang terbaik tentu dari bunga cengkeh. Sayangnya faktor biaya membikin produsen minyak cengkeh memilih daun cengkeh sebagai bahan baku.<\/p>\n\n\n\n

Pengambilan daun cengkeh yang sudah gugur dari ranting-ranting pohon secara besar-besaran, ternyata membikin akar dan batang pohon cengkeh mudah terserang penyakit. Atas temuan ini, Bli Putu dan Bli Komang mengadvokasi sebuah peraturan yang melarang pengambilan daun cengkeh hingga tingkat bupati. Berhasil. Bupati mengeluarkan peraturan bupati yang melarang pengambilan daun cengkeh berlebihan.<\/p>\n\n\n\n

\"Manusia terikat pada tiga interaksi. Interaksi dengan Tuhan, interaksi dengan sesama manusia, dan interaksi dengan alam, yang terakhir itu kerap dilupakan,\" Ujar Bli Komang sekali waktu di tengah kebun cengkeh miliknya, ia melanjutkan, \"Manusia terlalu banyak mengambil dari alam. Terlalu banyak. Sementara kita seperti enggan mengembalikan sesuatu ke alam, memenuhi hak alam. Semestinya, seberapa besar yang kita ambil dari alam, sebanyak itu juga yang harus kita kembalikan ke alam. Seimbang. Hidup harus seimbang.\"<\/p>\n\n\n\n

Itulah yang mendorong Bli Komang dan Bli Putu menjalani lelaku bertani ramah alam. Dan keyakinan spiritualitas serta tradisi leluhur di Munduk mendukung dan menyarankan laku tani semacam ini. Pura Kopi, pura yang sedikit saya singgung pada pembuka tulisan ini, adalah pura yang khusus diperuntukkan sebagai tempat ritual-ritual religi terkait pertanian. Dinamakan Pura Kopi karena sejarah perkebunan kopi di Munduk lebih dahulu dibanding cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Lingkungan sosial kerap melabeli para perokok sebagai kegiatan yang bersifat \u2018gentleman\u2019. Dari sebutan tersebut jelas bahwa mereka mencoba untuk melabeli rokok dengan hanya sebagai bagian dari kaum pria saja. Bisa anda saksikan padahal bahwa banya juga kaum hawa yang menikmati produk tersebut, jika ditanya alasannya mungkin juga bukan karena hanya terlihat keren semata. Nah, teori yang kedua ini juga muncul di lingkungan sosial yang mengkambinghitamkan kata \u2018keren\u2019 sebagai biang dari lahirnya perokok muda.<\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya, kalau mau diakui rokok memang membuat seseorang terlihat keren, kalian para anti rokok mau membantah? Hayo, hayo, hayo. Memang terlihat membuat keren berada di tengah kerumitan hidup lantas mencoba menikmatinya dengan tanaman ciptaan tuhan (tembakau) yang kemudian dimodifikasi sebagai sebuah rokok, apakah ada salahnya? Selama dia sudah memiliki umur yang tepat dan sadar dalam mengkonsumsi rokok maka sah-sah saja dong itu dilakukan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah Agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Coba kalihan tengok lagi berbagai film terkemuka  di dunia atau bahkan hingga yang masuk dalam box office dan menerima penghargaan. Sama seperti adegan saat hujan, adegan seseorang merokok dalam sebuah film terlihat sangat keren dan dengan pengambilan gambar yang seapik mungkin. Apakah sang sutradara adalah seorang marketing rokok ? ah itu dugaan anda saja. Film sebagai bentuk eksistensi daya pikir manusia memberikan adegan rokok didalamnya karena memang rokok tak bisa lepas dari realitas kehidupan, dan itu keren!<\/p>\n\n\n\n

Di kehidupan nyata anda bisa merekam berbagai pola dan tingkah para perokok dalam segi yang lebih humanis. Memang tak bisa dipungkiri ada yang berperilaku buruk dengan membuang puntungnya sembarangan, namun jangan gelap mata dan tak memberikan apresiasi bagi yang masih mentaati peraturan. Bukankah, para perokok yang tetap mentaati peraturan itu adalah orang-orang yang keren?<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi soal keren, para perokok itu memang keren karena dengan berbagai hujatan dan stigma sosial mereka tetap bisa mempertahankan hidup. Para perokok itu keren karena ditengah cercaan, konsumsi mereka akan produk tembakau juga menghasilkan sesuatu yang bisa membangun negeri. Angkat topi juga untuk kalian para perokok yang tetap menjaga stabilitas kehidupannya serta kesehatannya masih bisa terjamin. Mengkhiri tulisan ini, mari bakar rokokmu sejenak dan nikmati hidup yang fana ini.<\/p>\n\n\n\n

\u201cRokok itu emang buat gaya, kalau mau bunuh mah bunuh ajah, toh percuma gue hidup kalau mati gaya,\u201d Ridwan Remin, Juara Stand Up Comedy Indonesia 7.<\/p>\n","post_title":"Akui Saja Merokok Itu Memang Hal yang Keren","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"akui-saja-merokok-itu-memang-hal-yang-keren","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-10 09:13:07","post_modified_gmt":"2019-03-10 02:13:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5528","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5522,"post_author":"878","post_date":"2019-03-08 07:51:45","post_date_gmt":"2019-03-08 00:51:45","post_content":"\n

Selepas Danau Beratan, menyimpang ke arah kiri meninggalkan jalan raya Denpasar-Singaraja, menoleh ke kiri jalan, pandangan mata saya tertuju ke Danau Tamblingan. Tak lama kemudian, melalui jalan menurun dan berliku, di kiri-kanan jalan rerimbunan pohon cengkeh tumbuh subur. Sebelum saya dan rekan-rekan tiba di Penginapan dan Restoran Don Biyu yang di kelola Bli Putu Ardana, senior saya di kampus yang juga warga asli Desa Munduk, Kabupaten Buleleng, Bali, di kanan jalan, kami melintasi Pura Kopi. <\/p>\n\n\n\n

Empat kali dalam waktu yang berbeda saya pernah berkunjung ke Desa Munduk. Dua di antaranya saya tinggal cukup lama di sana. Belajar dari dua orang kakak beradik Putu Ardana dan Komang Armada serta beberapa warga Desa Munduk lainnya tentang banyak hal, terutama pertanian cengkeh yang begitu masyhur di sana.<\/p>\n\n\n\n

Bertahun-tahun sebelum tiba di Desa Munduk, Denpasar membikin saya enggan berlama-lama di Pulau Bali. Denpasar terlalu ramai dan pikuk. Tentu saja ini penilaian subjektif saya semata. Namun Desa Munduk mengubah itu semua. Saya jadi betah berlama-lama di Pulau Bali. Lebih lagi bapak dari istri saya berasal dari Seririt, 45 menit ke arah utara dari Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, dari Bli Putu Ardana saya belajar banyak tentang adat dan keyakinan spiritual warga Desa Munduk. Dari Bli Komang Armada, saya mendapat pengetahuan berharga perihal pertanian cengkeh yang menyejahterakan banyak warga Desa Munduk dan banyak warga desa lain di luar Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Bli Putu sempat menjabat sebagai Bendesa, Kepala Desa Adat Munduk. Bli Komang beberapa waktu lalu terpilih sebagai petani teladan karena peran besarnya dalam pertanian cengkeh di Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mendengar Kembali Kesaksian WS Rendra<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Meskipun menyejahterakan banyak orang, pertanian cengkeh di Munduk bukan tanpa masalah. Beberapa waktu lalu, pernah ada masanya pabrik-pabrik penyulingan minyak cengkeh banyak berdiri di Munduk dan desa-desa lain di sekitarnya. Bahan baku utama minyak cengkeh bisa didapat dari bunga cengkeh, tangkai bunga cengkeh, dan daun cengkeh. Yang terbaik tentu dari bunga cengkeh. Sayangnya faktor biaya membikin produsen minyak cengkeh memilih daun cengkeh sebagai bahan baku.<\/p>\n\n\n\n

Pengambilan daun cengkeh yang sudah gugur dari ranting-ranting pohon secara besar-besaran, ternyata membikin akar dan batang pohon cengkeh mudah terserang penyakit. Atas temuan ini, Bli Putu dan Bli Komang mengadvokasi sebuah peraturan yang melarang pengambilan daun cengkeh hingga tingkat bupati. Berhasil. Bupati mengeluarkan peraturan bupati yang melarang pengambilan daun cengkeh berlebihan.<\/p>\n\n\n\n

\"Manusia terikat pada tiga interaksi. Interaksi dengan Tuhan, interaksi dengan sesama manusia, dan interaksi dengan alam, yang terakhir itu kerap dilupakan,\" Ujar Bli Komang sekali waktu di tengah kebun cengkeh miliknya, ia melanjutkan, \"Manusia terlalu banyak mengambil dari alam. Terlalu banyak. Sementara kita seperti enggan mengembalikan sesuatu ke alam, memenuhi hak alam. Semestinya, seberapa besar yang kita ambil dari alam, sebanyak itu juga yang harus kita kembalikan ke alam. Seimbang. Hidup harus seimbang.\"<\/p>\n\n\n\n

Itulah yang mendorong Bli Komang dan Bli Putu menjalani lelaku bertani ramah alam. Dan keyakinan spiritualitas serta tradisi leluhur di Munduk mendukung dan menyarankan laku tani semacam ini. Pura Kopi, pura yang sedikit saya singgung pada pembuka tulisan ini, adalah pura yang khusus diperuntukkan sebagai tempat ritual-ritual religi terkait pertanian. Dinamakan Pura Kopi karena sejarah perkebunan kopi di Munduk lebih dahulu dibanding cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Ridwan Remin diberi tema soal rokok. Ketika komika lain terjebak pada narasi-`narasi buruk soal rokok, Ridwan Remin mencoba untuk menggunakan hal tersebut sebagai pembuka namun dipatahkannya sebagai sebuah lawakan. Menurutnya, kegiatan merokok itu membang membuat seseorang cepat mati, namun ia lebih memilih merokok ketimbang harus mati gaya. Lemparan lawakannya tersebut diterima tawa penonton termasuk juri, Akan tetapi jika melihat dari premis lelucon itu, sedikit nampak ada kekesalan terhadap justifikasi kepada para perokok.<\/p>\n\n\n\n

Lingkungan sosial kerap melabeli para perokok sebagai kegiatan yang bersifat \u2018gentleman\u2019. Dari sebutan tersebut jelas bahwa mereka mencoba untuk melabeli rokok dengan hanya sebagai bagian dari kaum pria saja. Bisa anda saksikan padahal bahwa banya juga kaum hawa yang menikmati produk tersebut, jika ditanya alasannya mungkin juga bukan karena hanya terlihat keren semata. Nah, teori yang kedua ini juga muncul di lingkungan sosial yang mengkambinghitamkan kata \u2018keren\u2019 sebagai biang dari lahirnya perokok muda.<\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya, kalau mau diakui rokok memang membuat seseorang terlihat keren, kalian para anti rokok mau membantah? Hayo, hayo, hayo. Memang terlihat membuat keren berada di tengah kerumitan hidup lantas mencoba menikmatinya dengan tanaman ciptaan tuhan (tembakau) yang kemudian dimodifikasi sebagai sebuah rokok, apakah ada salahnya? Selama dia sudah memiliki umur yang tepat dan sadar dalam mengkonsumsi rokok maka sah-sah saja dong itu dilakukan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah Agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Coba kalihan tengok lagi berbagai film terkemuka  di dunia atau bahkan hingga yang masuk dalam box office dan menerima penghargaan. Sama seperti adegan saat hujan, adegan seseorang merokok dalam sebuah film terlihat sangat keren dan dengan pengambilan gambar yang seapik mungkin. Apakah sang sutradara adalah seorang marketing rokok ? ah itu dugaan anda saja. Film sebagai bentuk eksistensi daya pikir manusia memberikan adegan rokok didalamnya karena memang rokok tak bisa lepas dari realitas kehidupan, dan itu keren!<\/p>\n\n\n\n

Di kehidupan nyata anda bisa merekam berbagai pola dan tingkah para perokok dalam segi yang lebih humanis. Memang tak bisa dipungkiri ada yang berperilaku buruk dengan membuang puntungnya sembarangan, namun jangan gelap mata dan tak memberikan apresiasi bagi yang masih mentaati peraturan. Bukankah, para perokok yang tetap mentaati peraturan itu adalah orang-orang yang keren?<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi soal keren, para perokok itu memang keren karena dengan berbagai hujatan dan stigma sosial mereka tetap bisa mempertahankan hidup. Para perokok itu keren karena ditengah cercaan, konsumsi mereka akan produk tembakau juga menghasilkan sesuatu yang bisa membangun negeri. Angkat topi juga untuk kalian para perokok yang tetap menjaga stabilitas kehidupannya serta kesehatannya masih bisa terjamin. Mengkhiri tulisan ini, mari bakar rokokmu sejenak dan nikmati hidup yang fana ini.<\/p>\n\n\n\n

\u201cRokok itu emang buat gaya, kalau mau bunuh mah bunuh ajah, toh percuma gue hidup kalau mati gaya,\u201d Ridwan Remin, Juara Stand Up Comedy Indonesia 7.<\/p>\n","post_title":"Akui Saja Merokok Itu Memang Hal yang Keren","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"akui-saja-merokok-itu-memang-hal-yang-keren","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-10 09:13:07","post_modified_gmt":"2019-03-10 02:13:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5528","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5522,"post_author":"878","post_date":"2019-03-08 07:51:45","post_date_gmt":"2019-03-08 00:51:45","post_content":"\n

Selepas Danau Beratan, menyimpang ke arah kiri meninggalkan jalan raya Denpasar-Singaraja, menoleh ke kiri jalan, pandangan mata saya tertuju ke Danau Tamblingan. Tak lama kemudian, melalui jalan menurun dan berliku, di kiri-kanan jalan rerimbunan pohon cengkeh tumbuh subur. Sebelum saya dan rekan-rekan tiba di Penginapan dan Restoran Don Biyu yang di kelola Bli Putu Ardana, senior saya di kampus yang juga warga asli Desa Munduk, Kabupaten Buleleng, Bali, di kanan jalan, kami melintasi Pura Kopi. <\/p>\n\n\n\n

Empat kali dalam waktu yang berbeda saya pernah berkunjung ke Desa Munduk. Dua di antaranya saya tinggal cukup lama di sana. Belajar dari dua orang kakak beradik Putu Ardana dan Komang Armada serta beberapa warga Desa Munduk lainnya tentang banyak hal, terutama pertanian cengkeh yang begitu masyhur di sana.<\/p>\n\n\n\n

Bertahun-tahun sebelum tiba di Desa Munduk, Denpasar membikin saya enggan berlama-lama di Pulau Bali. Denpasar terlalu ramai dan pikuk. Tentu saja ini penilaian subjektif saya semata. Namun Desa Munduk mengubah itu semua. Saya jadi betah berlama-lama di Pulau Bali. Lebih lagi bapak dari istri saya berasal dari Seririt, 45 menit ke arah utara dari Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, dari Bli Putu Ardana saya belajar banyak tentang adat dan keyakinan spiritual warga Desa Munduk. Dari Bli Komang Armada, saya mendapat pengetahuan berharga perihal pertanian cengkeh yang menyejahterakan banyak warga Desa Munduk dan banyak warga desa lain di luar Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Bli Putu sempat menjabat sebagai Bendesa, Kepala Desa Adat Munduk. Bli Komang beberapa waktu lalu terpilih sebagai petani teladan karena peran besarnya dalam pertanian cengkeh di Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mendengar Kembali Kesaksian WS Rendra<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Meskipun menyejahterakan banyak orang, pertanian cengkeh di Munduk bukan tanpa masalah. Beberapa waktu lalu, pernah ada masanya pabrik-pabrik penyulingan minyak cengkeh banyak berdiri di Munduk dan desa-desa lain di sekitarnya. Bahan baku utama minyak cengkeh bisa didapat dari bunga cengkeh, tangkai bunga cengkeh, dan daun cengkeh. Yang terbaik tentu dari bunga cengkeh. Sayangnya faktor biaya membikin produsen minyak cengkeh memilih daun cengkeh sebagai bahan baku.<\/p>\n\n\n\n

Pengambilan daun cengkeh yang sudah gugur dari ranting-ranting pohon secara besar-besaran, ternyata membikin akar dan batang pohon cengkeh mudah terserang penyakit. Atas temuan ini, Bli Putu dan Bli Komang mengadvokasi sebuah peraturan yang melarang pengambilan daun cengkeh hingga tingkat bupati. Berhasil. Bupati mengeluarkan peraturan bupati yang melarang pengambilan daun cengkeh berlebihan.<\/p>\n\n\n\n

\"Manusia terikat pada tiga interaksi. Interaksi dengan Tuhan, interaksi dengan sesama manusia, dan interaksi dengan alam, yang terakhir itu kerap dilupakan,\" Ujar Bli Komang sekali waktu di tengah kebun cengkeh miliknya, ia melanjutkan, \"Manusia terlalu banyak mengambil dari alam. Terlalu banyak. Sementara kita seperti enggan mengembalikan sesuatu ke alam, memenuhi hak alam. Semestinya, seberapa besar yang kita ambil dari alam, sebanyak itu juga yang harus kita kembalikan ke alam. Seimbang. Hidup harus seimbang.\"<\/p>\n\n\n\n

Itulah yang mendorong Bli Komang dan Bli Putu menjalani lelaku bertani ramah alam. Dan keyakinan spiritualitas serta tradisi leluhur di Munduk mendukung dan menyarankan laku tani semacam ini. Pura Kopi, pura yang sedikit saya singgung pada pembuka tulisan ini, adalah pura yang khusus diperuntukkan sebagai tempat ritual-ritual religi terkait pertanian. Dinamakan Pura Kopi karena sejarah perkebunan kopi di Munduk lebih dahulu dibanding cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Baca: Andaikan Jokowi-Prabowo Merokok, Inilah Rokok yang Cocok Buat Mereka<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Ridwan Remin diberi tema soal rokok. Ketika komika lain terjebak pada narasi-`narasi buruk soal rokok, Ridwan Remin mencoba untuk menggunakan hal tersebut sebagai pembuka namun dipatahkannya sebagai sebuah lawakan. Menurutnya, kegiatan merokok itu membang membuat seseorang cepat mati, namun ia lebih memilih merokok ketimbang harus mati gaya. Lemparan lawakannya tersebut diterima tawa penonton termasuk juri, Akan tetapi jika melihat dari premis lelucon itu, sedikit nampak ada kekesalan terhadap justifikasi kepada para perokok.<\/p>\n\n\n\n

Lingkungan sosial kerap melabeli para perokok sebagai kegiatan yang bersifat \u2018gentleman\u2019. Dari sebutan tersebut jelas bahwa mereka mencoba untuk melabeli rokok dengan hanya sebagai bagian dari kaum pria saja. Bisa anda saksikan padahal bahwa banya juga kaum hawa yang menikmati produk tersebut, jika ditanya alasannya mungkin juga bukan karena hanya terlihat keren semata. Nah, teori yang kedua ini juga muncul di lingkungan sosial yang mengkambinghitamkan kata \u2018keren\u2019 sebagai biang dari lahirnya perokok muda.<\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya, kalau mau diakui rokok memang membuat seseorang terlihat keren, kalian para anti rokok mau membantah? Hayo, hayo, hayo. Memang terlihat membuat keren berada di tengah kerumitan hidup lantas mencoba menikmatinya dengan tanaman ciptaan tuhan (tembakau) yang kemudian dimodifikasi sebagai sebuah rokok, apakah ada salahnya? Selama dia sudah memiliki umur yang tepat dan sadar dalam mengkonsumsi rokok maka sah-sah saja dong itu dilakukan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah Agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Coba kalihan tengok lagi berbagai film terkemuka  di dunia atau bahkan hingga yang masuk dalam box office dan menerima penghargaan. Sama seperti adegan saat hujan, adegan seseorang merokok dalam sebuah film terlihat sangat keren dan dengan pengambilan gambar yang seapik mungkin. Apakah sang sutradara adalah seorang marketing rokok ? ah itu dugaan anda saja. Film sebagai bentuk eksistensi daya pikir manusia memberikan adegan rokok didalamnya karena memang rokok tak bisa lepas dari realitas kehidupan, dan itu keren!<\/p>\n\n\n\n

Di kehidupan nyata anda bisa merekam berbagai pola dan tingkah para perokok dalam segi yang lebih humanis. Memang tak bisa dipungkiri ada yang berperilaku buruk dengan membuang puntungnya sembarangan, namun jangan gelap mata dan tak memberikan apresiasi bagi yang masih mentaati peraturan. Bukankah, para perokok yang tetap mentaati peraturan itu adalah orang-orang yang keren?<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi soal keren, para perokok itu memang keren karena dengan berbagai hujatan dan stigma sosial mereka tetap bisa mempertahankan hidup. Para perokok itu keren karena ditengah cercaan, konsumsi mereka akan produk tembakau juga menghasilkan sesuatu yang bisa membangun negeri. Angkat topi juga untuk kalian para perokok yang tetap menjaga stabilitas kehidupannya serta kesehatannya masih bisa terjamin. Mengkhiri tulisan ini, mari bakar rokokmu sejenak dan nikmati hidup yang fana ini.<\/p>\n\n\n\n

\u201cRokok itu emang buat gaya, kalau mau bunuh mah bunuh ajah, toh percuma gue hidup kalau mati gaya,\u201d Ridwan Remin, Juara Stand Up Comedy Indonesia 7.<\/p>\n","post_title":"Akui Saja Merokok Itu Memang Hal yang Keren","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"akui-saja-merokok-itu-memang-hal-yang-keren","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-10 09:13:07","post_modified_gmt":"2019-03-10 02:13:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5528","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5522,"post_author":"878","post_date":"2019-03-08 07:51:45","post_date_gmt":"2019-03-08 00:51:45","post_content":"\n

Selepas Danau Beratan, menyimpang ke arah kiri meninggalkan jalan raya Denpasar-Singaraja, menoleh ke kiri jalan, pandangan mata saya tertuju ke Danau Tamblingan. Tak lama kemudian, melalui jalan menurun dan berliku, di kiri-kanan jalan rerimbunan pohon cengkeh tumbuh subur. Sebelum saya dan rekan-rekan tiba di Penginapan dan Restoran Don Biyu yang di kelola Bli Putu Ardana, senior saya di kampus yang juga warga asli Desa Munduk, Kabupaten Buleleng, Bali, di kanan jalan, kami melintasi Pura Kopi. <\/p>\n\n\n\n

Empat kali dalam waktu yang berbeda saya pernah berkunjung ke Desa Munduk. Dua di antaranya saya tinggal cukup lama di sana. Belajar dari dua orang kakak beradik Putu Ardana dan Komang Armada serta beberapa warga Desa Munduk lainnya tentang banyak hal, terutama pertanian cengkeh yang begitu masyhur di sana.<\/p>\n\n\n\n

Bertahun-tahun sebelum tiba di Desa Munduk, Denpasar membikin saya enggan berlama-lama di Pulau Bali. Denpasar terlalu ramai dan pikuk. Tentu saja ini penilaian subjektif saya semata. Namun Desa Munduk mengubah itu semua. Saya jadi betah berlama-lama di Pulau Bali. Lebih lagi bapak dari istri saya berasal dari Seririt, 45 menit ke arah utara dari Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, dari Bli Putu Ardana saya belajar banyak tentang adat dan keyakinan spiritual warga Desa Munduk. Dari Bli Komang Armada, saya mendapat pengetahuan berharga perihal pertanian cengkeh yang menyejahterakan banyak warga Desa Munduk dan banyak warga desa lain di luar Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Bli Putu sempat menjabat sebagai Bendesa, Kepala Desa Adat Munduk. Bli Komang beberapa waktu lalu terpilih sebagai petani teladan karena peran besarnya dalam pertanian cengkeh di Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mendengar Kembali Kesaksian WS Rendra<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Meskipun menyejahterakan banyak orang, pertanian cengkeh di Munduk bukan tanpa masalah. Beberapa waktu lalu, pernah ada masanya pabrik-pabrik penyulingan minyak cengkeh banyak berdiri di Munduk dan desa-desa lain di sekitarnya. Bahan baku utama minyak cengkeh bisa didapat dari bunga cengkeh, tangkai bunga cengkeh, dan daun cengkeh. Yang terbaik tentu dari bunga cengkeh. Sayangnya faktor biaya membikin produsen minyak cengkeh memilih daun cengkeh sebagai bahan baku.<\/p>\n\n\n\n

Pengambilan daun cengkeh yang sudah gugur dari ranting-ranting pohon secara besar-besaran, ternyata membikin akar dan batang pohon cengkeh mudah terserang penyakit. Atas temuan ini, Bli Putu dan Bli Komang mengadvokasi sebuah peraturan yang melarang pengambilan daun cengkeh hingga tingkat bupati. Berhasil. Bupati mengeluarkan peraturan bupati yang melarang pengambilan daun cengkeh berlebihan.<\/p>\n\n\n\n

\"Manusia terikat pada tiga interaksi. Interaksi dengan Tuhan, interaksi dengan sesama manusia, dan interaksi dengan alam, yang terakhir itu kerap dilupakan,\" Ujar Bli Komang sekali waktu di tengah kebun cengkeh miliknya, ia melanjutkan, \"Manusia terlalu banyak mengambil dari alam. Terlalu banyak. Sementara kita seperti enggan mengembalikan sesuatu ke alam, memenuhi hak alam. Semestinya, seberapa besar yang kita ambil dari alam, sebanyak itu juga yang harus kita kembalikan ke alam. Seimbang. Hidup harus seimbang.\"<\/p>\n\n\n\n

Itulah yang mendorong Bli Komang dan Bli Putu menjalani lelaku bertani ramah alam. Dan keyakinan spiritualitas serta tradisi leluhur di Munduk mendukung dan menyarankan laku tani semacam ini. Pura Kopi, pura yang sedikit saya singgung pada pembuka tulisan ini, adalah pura yang khusus diperuntukkan sebagai tempat ritual-ritual religi terkait pertanian. Dinamakan Pura Kopi karena sejarah perkebunan kopi di Munduk lebih dahulu dibanding cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Ridwan Remin, seorang komika asal Bogor adalah salah satu tokoh terkenal yang juga diketahui sebagai seorang penikmat rokok. Pria berkacamata tersebut mulai naik daun dan namanya dikenal publik terutama saat menjuarai ajang stand up comedy di salah satu televisi swasta. Dalam sebuah pertunjukannya, ia bahkan memasukkan unsur rokok dalam materi lawakannya tersebut. Pujian kemudian diberikan oleh sang juri karena lawakan tersebut dianggap matang dan cerdas.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Andaikan Jokowi-Prabowo Merokok, Inilah Rokok yang Cocok Buat Mereka<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Ridwan Remin diberi tema soal rokok. Ketika komika lain terjebak pada narasi-`narasi buruk soal rokok, Ridwan Remin mencoba untuk menggunakan hal tersebut sebagai pembuka namun dipatahkannya sebagai sebuah lawakan. Menurutnya, kegiatan merokok itu membang membuat seseorang cepat mati, namun ia lebih memilih merokok ketimbang harus mati gaya. Lemparan lawakannya tersebut diterima tawa penonton termasuk juri, Akan tetapi jika melihat dari premis lelucon itu, sedikit nampak ada kekesalan terhadap justifikasi kepada para perokok.<\/p>\n\n\n\n

Lingkungan sosial kerap melabeli para perokok sebagai kegiatan yang bersifat \u2018gentleman\u2019. Dari sebutan tersebut jelas bahwa mereka mencoba untuk melabeli rokok dengan hanya sebagai bagian dari kaum pria saja. Bisa anda saksikan padahal bahwa banya juga kaum hawa yang menikmati produk tersebut, jika ditanya alasannya mungkin juga bukan karena hanya terlihat keren semata. Nah, teori yang kedua ini juga muncul di lingkungan sosial yang mengkambinghitamkan kata \u2018keren\u2019 sebagai biang dari lahirnya perokok muda.<\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya, kalau mau diakui rokok memang membuat seseorang terlihat keren, kalian para anti rokok mau membantah? Hayo, hayo, hayo. Memang terlihat membuat keren berada di tengah kerumitan hidup lantas mencoba menikmatinya dengan tanaman ciptaan tuhan (tembakau) yang kemudian dimodifikasi sebagai sebuah rokok, apakah ada salahnya? Selama dia sudah memiliki umur yang tepat dan sadar dalam mengkonsumsi rokok maka sah-sah saja dong itu dilakukan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah Agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Coba kalihan tengok lagi berbagai film terkemuka  di dunia atau bahkan hingga yang masuk dalam box office dan menerima penghargaan. Sama seperti adegan saat hujan, adegan seseorang merokok dalam sebuah film terlihat sangat keren dan dengan pengambilan gambar yang seapik mungkin. Apakah sang sutradara adalah seorang marketing rokok ? ah itu dugaan anda saja. Film sebagai bentuk eksistensi daya pikir manusia memberikan adegan rokok didalamnya karena memang rokok tak bisa lepas dari realitas kehidupan, dan itu keren!<\/p>\n\n\n\n

Di kehidupan nyata anda bisa merekam berbagai pola dan tingkah para perokok dalam segi yang lebih humanis. Memang tak bisa dipungkiri ada yang berperilaku buruk dengan membuang puntungnya sembarangan, namun jangan gelap mata dan tak memberikan apresiasi bagi yang masih mentaati peraturan. Bukankah, para perokok yang tetap mentaati peraturan itu adalah orang-orang yang keren?<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi soal keren, para perokok itu memang keren karena dengan berbagai hujatan dan stigma sosial mereka tetap bisa mempertahankan hidup. Para perokok itu keren karena ditengah cercaan, konsumsi mereka akan produk tembakau juga menghasilkan sesuatu yang bisa membangun negeri. Angkat topi juga untuk kalian para perokok yang tetap menjaga stabilitas kehidupannya serta kesehatannya masih bisa terjamin. Mengkhiri tulisan ini, mari bakar rokokmu sejenak dan nikmati hidup yang fana ini.<\/p>\n\n\n\n

\u201cRokok itu emang buat gaya, kalau mau bunuh mah bunuh ajah, toh percuma gue hidup kalau mati gaya,\u201d Ridwan Remin, Juara Stand Up Comedy Indonesia 7.<\/p>\n","post_title":"Akui Saja Merokok Itu Memang Hal yang Keren","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"akui-saja-merokok-itu-memang-hal-yang-keren","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-10 09:13:07","post_modified_gmt":"2019-03-10 02:13:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5528","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5522,"post_author":"878","post_date":"2019-03-08 07:51:45","post_date_gmt":"2019-03-08 00:51:45","post_content":"\n

Selepas Danau Beratan, menyimpang ke arah kiri meninggalkan jalan raya Denpasar-Singaraja, menoleh ke kiri jalan, pandangan mata saya tertuju ke Danau Tamblingan. Tak lama kemudian, melalui jalan menurun dan berliku, di kiri-kanan jalan rerimbunan pohon cengkeh tumbuh subur. Sebelum saya dan rekan-rekan tiba di Penginapan dan Restoran Don Biyu yang di kelola Bli Putu Ardana, senior saya di kampus yang juga warga asli Desa Munduk, Kabupaten Buleleng, Bali, di kanan jalan, kami melintasi Pura Kopi. <\/p>\n\n\n\n

Empat kali dalam waktu yang berbeda saya pernah berkunjung ke Desa Munduk. Dua di antaranya saya tinggal cukup lama di sana. Belajar dari dua orang kakak beradik Putu Ardana dan Komang Armada serta beberapa warga Desa Munduk lainnya tentang banyak hal, terutama pertanian cengkeh yang begitu masyhur di sana.<\/p>\n\n\n\n

Bertahun-tahun sebelum tiba di Desa Munduk, Denpasar membikin saya enggan berlama-lama di Pulau Bali. Denpasar terlalu ramai dan pikuk. Tentu saja ini penilaian subjektif saya semata. Namun Desa Munduk mengubah itu semua. Saya jadi betah berlama-lama di Pulau Bali. Lebih lagi bapak dari istri saya berasal dari Seririt, 45 menit ke arah utara dari Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, dari Bli Putu Ardana saya belajar banyak tentang adat dan keyakinan spiritual warga Desa Munduk. Dari Bli Komang Armada, saya mendapat pengetahuan berharga perihal pertanian cengkeh yang menyejahterakan banyak warga Desa Munduk dan banyak warga desa lain di luar Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Bli Putu sempat menjabat sebagai Bendesa, Kepala Desa Adat Munduk. Bli Komang beberapa waktu lalu terpilih sebagai petani teladan karena peran besarnya dalam pertanian cengkeh di Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mendengar Kembali Kesaksian WS Rendra<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Meskipun menyejahterakan banyak orang, pertanian cengkeh di Munduk bukan tanpa masalah. Beberapa waktu lalu, pernah ada masanya pabrik-pabrik penyulingan minyak cengkeh banyak berdiri di Munduk dan desa-desa lain di sekitarnya. Bahan baku utama minyak cengkeh bisa didapat dari bunga cengkeh, tangkai bunga cengkeh, dan daun cengkeh. Yang terbaik tentu dari bunga cengkeh. Sayangnya faktor biaya membikin produsen minyak cengkeh memilih daun cengkeh sebagai bahan baku.<\/p>\n\n\n\n

Pengambilan daun cengkeh yang sudah gugur dari ranting-ranting pohon secara besar-besaran, ternyata membikin akar dan batang pohon cengkeh mudah terserang penyakit. Atas temuan ini, Bli Putu dan Bli Komang mengadvokasi sebuah peraturan yang melarang pengambilan daun cengkeh hingga tingkat bupati. Berhasil. Bupati mengeluarkan peraturan bupati yang melarang pengambilan daun cengkeh berlebihan.<\/p>\n\n\n\n

\"Manusia terikat pada tiga interaksi. Interaksi dengan Tuhan, interaksi dengan sesama manusia, dan interaksi dengan alam, yang terakhir itu kerap dilupakan,\" Ujar Bli Komang sekali waktu di tengah kebun cengkeh miliknya, ia melanjutkan, \"Manusia terlalu banyak mengambil dari alam. Terlalu banyak. Sementara kita seperti enggan mengembalikan sesuatu ke alam, memenuhi hak alam. Semestinya, seberapa besar yang kita ambil dari alam, sebanyak itu juga yang harus kita kembalikan ke alam. Seimbang. Hidup harus seimbang.\"<\/p>\n\n\n\n

Itulah yang mendorong Bli Komang dan Bli Putu menjalani lelaku bertani ramah alam. Dan keyakinan spiritualitas serta tradisi leluhur di Munduk mendukung dan menyarankan laku tani semacam ini. Pura Kopi, pura yang sedikit saya singgung pada pembuka tulisan ini, adalah pura yang khusus diperuntukkan sebagai tempat ritual-ritual religi terkait pertanian. Dinamakan Pura Kopi karena sejarah perkebunan kopi di Munduk lebih dahulu dibanding cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Sudah berulang kali narasi buruk tentang para perokok timbul di masyarakat. Sedangkan di berbagai berita, isu-isu kesehatan selalu dikaitkan dengan para perokok. Seolah-olah rokok memang tak dibolehkan hadir di bumi dan keberadaannya dicap haram. Namun, apakah memang benar demikian? Sedangkan banyak tokoh-tokoh hebat juga yang menikmati rokok bahkan hingga saat ini.<\/p>\n\n\n\n

Ridwan Remin, seorang komika asal Bogor adalah salah satu tokoh terkenal yang juga diketahui sebagai seorang penikmat rokok. Pria berkacamata tersebut mulai naik daun dan namanya dikenal publik terutama saat menjuarai ajang stand up comedy di salah satu televisi swasta. Dalam sebuah pertunjukannya, ia bahkan memasukkan unsur rokok dalam materi lawakannya tersebut. Pujian kemudian diberikan oleh sang juri karena lawakan tersebut dianggap matang dan cerdas.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Andaikan Jokowi-Prabowo Merokok, Inilah Rokok yang Cocok Buat Mereka<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Ridwan Remin diberi tema soal rokok. Ketika komika lain terjebak pada narasi-`narasi buruk soal rokok, Ridwan Remin mencoba untuk menggunakan hal tersebut sebagai pembuka namun dipatahkannya sebagai sebuah lawakan. Menurutnya, kegiatan merokok itu membang membuat seseorang cepat mati, namun ia lebih memilih merokok ketimbang harus mati gaya. Lemparan lawakannya tersebut diterima tawa penonton termasuk juri, Akan tetapi jika melihat dari premis lelucon itu, sedikit nampak ada kekesalan terhadap justifikasi kepada para perokok.<\/p>\n\n\n\n

Lingkungan sosial kerap melabeli para perokok sebagai kegiatan yang bersifat \u2018gentleman\u2019. Dari sebutan tersebut jelas bahwa mereka mencoba untuk melabeli rokok dengan hanya sebagai bagian dari kaum pria saja. Bisa anda saksikan padahal bahwa banya juga kaum hawa yang menikmati produk tersebut, jika ditanya alasannya mungkin juga bukan karena hanya terlihat keren semata. Nah, teori yang kedua ini juga muncul di lingkungan sosial yang mengkambinghitamkan kata \u2018keren\u2019 sebagai biang dari lahirnya perokok muda.<\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya, kalau mau diakui rokok memang membuat seseorang terlihat keren, kalian para anti rokok mau membantah? Hayo, hayo, hayo. Memang terlihat membuat keren berada di tengah kerumitan hidup lantas mencoba menikmatinya dengan tanaman ciptaan tuhan (tembakau) yang kemudian dimodifikasi sebagai sebuah rokok, apakah ada salahnya? Selama dia sudah memiliki umur yang tepat dan sadar dalam mengkonsumsi rokok maka sah-sah saja dong itu dilakukan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah Agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Coba kalihan tengok lagi berbagai film terkemuka  di dunia atau bahkan hingga yang masuk dalam box office dan menerima penghargaan. Sama seperti adegan saat hujan, adegan seseorang merokok dalam sebuah film terlihat sangat keren dan dengan pengambilan gambar yang seapik mungkin. Apakah sang sutradara adalah seorang marketing rokok ? ah itu dugaan anda saja. Film sebagai bentuk eksistensi daya pikir manusia memberikan adegan rokok didalamnya karena memang rokok tak bisa lepas dari realitas kehidupan, dan itu keren!<\/p>\n\n\n\n

Di kehidupan nyata anda bisa merekam berbagai pola dan tingkah para perokok dalam segi yang lebih humanis. Memang tak bisa dipungkiri ada yang berperilaku buruk dengan membuang puntungnya sembarangan, namun jangan gelap mata dan tak memberikan apresiasi bagi yang masih mentaati peraturan. Bukankah, para perokok yang tetap mentaati peraturan itu adalah orang-orang yang keren?<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi soal keren, para perokok itu memang keren karena dengan berbagai hujatan dan stigma sosial mereka tetap bisa mempertahankan hidup. Para perokok itu keren karena ditengah cercaan, konsumsi mereka akan produk tembakau juga menghasilkan sesuatu yang bisa membangun negeri. Angkat topi juga untuk kalian para perokok yang tetap menjaga stabilitas kehidupannya serta kesehatannya masih bisa terjamin. Mengkhiri tulisan ini, mari bakar rokokmu sejenak dan nikmati hidup yang fana ini.<\/p>\n\n\n\n

\u201cRokok itu emang buat gaya, kalau mau bunuh mah bunuh ajah, toh percuma gue hidup kalau mati gaya,\u201d Ridwan Remin, Juara Stand Up Comedy Indonesia 7.<\/p>\n","post_title":"Akui Saja Merokok Itu Memang Hal yang Keren","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"akui-saja-merokok-itu-memang-hal-yang-keren","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-10 09:13:07","post_modified_gmt":"2019-03-10 02:13:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5528","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5522,"post_author":"878","post_date":"2019-03-08 07:51:45","post_date_gmt":"2019-03-08 00:51:45","post_content":"\n

Selepas Danau Beratan, menyimpang ke arah kiri meninggalkan jalan raya Denpasar-Singaraja, menoleh ke kiri jalan, pandangan mata saya tertuju ke Danau Tamblingan. Tak lama kemudian, melalui jalan menurun dan berliku, di kiri-kanan jalan rerimbunan pohon cengkeh tumbuh subur. Sebelum saya dan rekan-rekan tiba di Penginapan dan Restoran Don Biyu yang di kelola Bli Putu Ardana, senior saya di kampus yang juga warga asli Desa Munduk, Kabupaten Buleleng, Bali, di kanan jalan, kami melintasi Pura Kopi. <\/p>\n\n\n\n

Empat kali dalam waktu yang berbeda saya pernah berkunjung ke Desa Munduk. Dua di antaranya saya tinggal cukup lama di sana. Belajar dari dua orang kakak beradik Putu Ardana dan Komang Armada serta beberapa warga Desa Munduk lainnya tentang banyak hal, terutama pertanian cengkeh yang begitu masyhur di sana.<\/p>\n\n\n\n

Bertahun-tahun sebelum tiba di Desa Munduk, Denpasar membikin saya enggan berlama-lama di Pulau Bali. Denpasar terlalu ramai dan pikuk. Tentu saja ini penilaian subjektif saya semata. Namun Desa Munduk mengubah itu semua. Saya jadi betah berlama-lama di Pulau Bali. Lebih lagi bapak dari istri saya berasal dari Seririt, 45 menit ke arah utara dari Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, dari Bli Putu Ardana saya belajar banyak tentang adat dan keyakinan spiritual warga Desa Munduk. Dari Bli Komang Armada, saya mendapat pengetahuan berharga perihal pertanian cengkeh yang menyejahterakan banyak warga Desa Munduk dan banyak warga desa lain di luar Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Bli Putu sempat menjabat sebagai Bendesa, Kepala Desa Adat Munduk. Bli Komang beberapa waktu lalu terpilih sebagai petani teladan karena peran besarnya dalam pertanian cengkeh di Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mendengar Kembali Kesaksian WS Rendra<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Meskipun menyejahterakan banyak orang, pertanian cengkeh di Munduk bukan tanpa masalah. Beberapa waktu lalu, pernah ada masanya pabrik-pabrik penyulingan minyak cengkeh banyak berdiri di Munduk dan desa-desa lain di sekitarnya. Bahan baku utama minyak cengkeh bisa didapat dari bunga cengkeh, tangkai bunga cengkeh, dan daun cengkeh. Yang terbaik tentu dari bunga cengkeh. Sayangnya faktor biaya membikin produsen minyak cengkeh memilih daun cengkeh sebagai bahan baku.<\/p>\n\n\n\n

Pengambilan daun cengkeh yang sudah gugur dari ranting-ranting pohon secara besar-besaran, ternyata membikin akar dan batang pohon cengkeh mudah terserang penyakit. Atas temuan ini, Bli Putu dan Bli Komang mengadvokasi sebuah peraturan yang melarang pengambilan daun cengkeh hingga tingkat bupati. Berhasil. Bupati mengeluarkan peraturan bupati yang melarang pengambilan daun cengkeh berlebihan.<\/p>\n\n\n\n

\"Manusia terikat pada tiga interaksi. Interaksi dengan Tuhan, interaksi dengan sesama manusia, dan interaksi dengan alam, yang terakhir itu kerap dilupakan,\" Ujar Bli Komang sekali waktu di tengah kebun cengkeh miliknya, ia melanjutkan, \"Manusia terlalu banyak mengambil dari alam. Terlalu banyak. Sementara kita seperti enggan mengembalikan sesuatu ke alam, memenuhi hak alam. Semestinya, seberapa besar yang kita ambil dari alam, sebanyak itu juga yang harus kita kembalikan ke alam. Seimbang. Hidup harus seimbang.\"<\/p>\n\n\n\n

Itulah yang mendorong Bli Komang dan Bli Putu menjalani lelaku bertani ramah alam. Dan keyakinan spiritualitas serta tradisi leluhur di Munduk mendukung dan menyarankan laku tani semacam ini. Pura Kopi, pura yang sedikit saya singgung pada pembuka tulisan ini, adalah pura yang khusus diperuntukkan sebagai tempat ritual-ritual religi terkait pertanian. Dinamakan Pura Kopi karena sejarah perkebunan kopi di Munduk lebih dahulu dibanding cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Dari sisi antropologi sungguh menarik untuk dicermati. Satu kampung, satu dusun atau bahkan beberapa dusun, ribuan orang, satu keluarga, mempertahankan hidup, mempertahankan warisan budaya dan keterampilan nenek moyangnya dari kretek. Bagaimana cara hidup dan bermasyarakat orang-orang di kawasan petani tembakau di Temanggung, tradisi orang-orang Minahasa yang hidup dari pertanian cengkeh, serta buruh dan pekerja pabrik kretek di Kudus dan Kediri yang unik, penuh sentuhan ritual dan kultural.
<\/p>\n","post_title":"\u201cKretek Kajian Ekonomi & Budaya Empat Kota\u201d Sebuah Analisa dalam Kacamata Antropologi Budaya","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-kajian-ekonomi-budaya-empat-kota-sebuah-analisa-dalam-kacamata-antropologi-budaya","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-12 09:21:52","post_modified_gmt":"2019-03-12 02:21:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5536","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5528,"post_author":"919","post_date":"2019-03-10 09:12:59","post_date_gmt":"2019-03-10 02:12:59","post_content":"\n

Sudah berulang kali narasi buruk tentang para perokok timbul di masyarakat. Sedangkan di berbagai berita, isu-isu kesehatan selalu dikaitkan dengan para perokok. Seolah-olah rokok memang tak dibolehkan hadir di bumi dan keberadaannya dicap haram. Namun, apakah memang benar demikian? Sedangkan banyak tokoh-tokoh hebat juga yang menikmati rokok bahkan hingga saat ini.<\/p>\n\n\n\n

Ridwan Remin, seorang komika asal Bogor adalah salah satu tokoh terkenal yang juga diketahui sebagai seorang penikmat rokok. Pria berkacamata tersebut mulai naik daun dan namanya dikenal publik terutama saat menjuarai ajang stand up comedy di salah satu televisi swasta. Dalam sebuah pertunjukannya, ia bahkan memasukkan unsur rokok dalam materi lawakannya tersebut. Pujian kemudian diberikan oleh sang juri karena lawakan tersebut dianggap matang dan cerdas.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Andaikan Jokowi-Prabowo Merokok, Inilah Rokok yang Cocok Buat Mereka<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Ridwan Remin diberi tema soal rokok. Ketika komika lain terjebak pada narasi-`narasi buruk soal rokok, Ridwan Remin mencoba untuk menggunakan hal tersebut sebagai pembuka namun dipatahkannya sebagai sebuah lawakan. Menurutnya, kegiatan merokok itu membang membuat seseorang cepat mati, namun ia lebih memilih merokok ketimbang harus mati gaya. Lemparan lawakannya tersebut diterima tawa penonton termasuk juri, Akan tetapi jika melihat dari premis lelucon itu, sedikit nampak ada kekesalan terhadap justifikasi kepada para perokok.<\/p>\n\n\n\n

Lingkungan sosial kerap melabeli para perokok sebagai kegiatan yang bersifat \u2018gentleman\u2019. Dari sebutan tersebut jelas bahwa mereka mencoba untuk melabeli rokok dengan hanya sebagai bagian dari kaum pria saja. Bisa anda saksikan padahal bahwa banya juga kaum hawa yang menikmati produk tersebut, jika ditanya alasannya mungkin juga bukan karena hanya terlihat keren semata. Nah, teori yang kedua ini juga muncul di lingkungan sosial yang mengkambinghitamkan kata \u2018keren\u2019 sebagai biang dari lahirnya perokok muda.<\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya, kalau mau diakui rokok memang membuat seseorang terlihat keren, kalian para anti rokok mau membantah? Hayo, hayo, hayo. Memang terlihat membuat keren berada di tengah kerumitan hidup lantas mencoba menikmatinya dengan tanaman ciptaan tuhan (tembakau) yang kemudian dimodifikasi sebagai sebuah rokok, apakah ada salahnya? Selama dia sudah memiliki umur yang tepat dan sadar dalam mengkonsumsi rokok maka sah-sah saja dong itu dilakukan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah Agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Coba kalihan tengok lagi berbagai film terkemuka  di dunia atau bahkan hingga yang masuk dalam box office dan menerima penghargaan. Sama seperti adegan saat hujan, adegan seseorang merokok dalam sebuah film terlihat sangat keren dan dengan pengambilan gambar yang seapik mungkin. Apakah sang sutradara adalah seorang marketing rokok ? ah itu dugaan anda saja. Film sebagai bentuk eksistensi daya pikir manusia memberikan adegan rokok didalamnya karena memang rokok tak bisa lepas dari realitas kehidupan, dan itu keren!<\/p>\n\n\n\n

Di kehidupan nyata anda bisa merekam berbagai pola dan tingkah para perokok dalam segi yang lebih humanis. Memang tak bisa dipungkiri ada yang berperilaku buruk dengan membuang puntungnya sembarangan, namun jangan gelap mata dan tak memberikan apresiasi bagi yang masih mentaati peraturan. Bukankah, para perokok yang tetap mentaati peraturan itu adalah orang-orang yang keren?<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi soal keren, para perokok itu memang keren karena dengan berbagai hujatan dan stigma sosial mereka tetap bisa mempertahankan hidup. Para perokok itu keren karena ditengah cercaan, konsumsi mereka akan produk tembakau juga menghasilkan sesuatu yang bisa membangun negeri. Angkat topi juga untuk kalian para perokok yang tetap menjaga stabilitas kehidupannya serta kesehatannya masih bisa terjamin. Mengkhiri tulisan ini, mari bakar rokokmu sejenak dan nikmati hidup yang fana ini.<\/p>\n\n\n\n

\u201cRokok itu emang buat gaya, kalau mau bunuh mah bunuh ajah, toh percuma gue hidup kalau mati gaya,\u201d Ridwan Remin, Juara Stand Up Comedy Indonesia 7.<\/p>\n","post_title":"Akui Saja Merokok Itu Memang Hal yang Keren","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"akui-saja-merokok-itu-memang-hal-yang-keren","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-10 09:13:07","post_modified_gmt":"2019-03-10 02:13:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5528","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5522,"post_author":"878","post_date":"2019-03-08 07:51:45","post_date_gmt":"2019-03-08 00:51:45","post_content":"\n

Selepas Danau Beratan, menyimpang ke arah kiri meninggalkan jalan raya Denpasar-Singaraja, menoleh ke kiri jalan, pandangan mata saya tertuju ke Danau Tamblingan. Tak lama kemudian, melalui jalan menurun dan berliku, di kiri-kanan jalan rerimbunan pohon cengkeh tumbuh subur. Sebelum saya dan rekan-rekan tiba di Penginapan dan Restoran Don Biyu yang di kelola Bli Putu Ardana, senior saya di kampus yang juga warga asli Desa Munduk, Kabupaten Buleleng, Bali, di kanan jalan, kami melintasi Pura Kopi. <\/p>\n\n\n\n

Empat kali dalam waktu yang berbeda saya pernah berkunjung ke Desa Munduk. Dua di antaranya saya tinggal cukup lama di sana. Belajar dari dua orang kakak beradik Putu Ardana dan Komang Armada serta beberapa warga Desa Munduk lainnya tentang banyak hal, terutama pertanian cengkeh yang begitu masyhur di sana.<\/p>\n\n\n\n

Bertahun-tahun sebelum tiba di Desa Munduk, Denpasar membikin saya enggan berlama-lama di Pulau Bali. Denpasar terlalu ramai dan pikuk. Tentu saja ini penilaian subjektif saya semata. Namun Desa Munduk mengubah itu semua. Saya jadi betah berlama-lama di Pulau Bali. Lebih lagi bapak dari istri saya berasal dari Seririt, 45 menit ke arah utara dari Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, dari Bli Putu Ardana saya belajar banyak tentang adat dan keyakinan spiritual warga Desa Munduk. Dari Bli Komang Armada, saya mendapat pengetahuan berharga perihal pertanian cengkeh yang menyejahterakan banyak warga Desa Munduk dan banyak warga desa lain di luar Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Bli Putu sempat menjabat sebagai Bendesa, Kepala Desa Adat Munduk. Bli Komang beberapa waktu lalu terpilih sebagai petani teladan karena peran besarnya dalam pertanian cengkeh di Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mendengar Kembali Kesaksian WS Rendra<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Meskipun menyejahterakan banyak orang, pertanian cengkeh di Munduk bukan tanpa masalah. Beberapa waktu lalu, pernah ada masanya pabrik-pabrik penyulingan minyak cengkeh banyak berdiri di Munduk dan desa-desa lain di sekitarnya. Bahan baku utama minyak cengkeh bisa didapat dari bunga cengkeh, tangkai bunga cengkeh, dan daun cengkeh. Yang terbaik tentu dari bunga cengkeh. Sayangnya faktor biaya membikin produsen minyak cengkeh memilih daun cengkeh sebagai bahan baku.<\/p>\n\n\n\n

Pengambilan daun cengkeh yang sudah gugur dari ranting-ranting pohon secara besar-besaran, ternyata membikin akar dan batang pohon cengkeh mudah terserang penyakit. Atas temuan ini, Bli Putu dan Bli Komang mengadvokasi sebuah peraturan yang melarang pengambilan daun cengkeh hingga tingkat bupati. Berhasil. Bupati mengeluarkan peraturan bupati yang melarang pengambilan daun cengkeh berlebihan.<\/p>\n\n\n\n

\"Manusia terikat pada tiga interaksi. Interaksi dengan Tuhan, interaksi dengan sesama manusia, dan interaksi dengan alam, yang terakhir itu kerap dilupakan,\" Ujar Bli Komang sekali waktu di tengah kebun cengkeh miliknya, ia melanjutkan, \"Manusia terlalu banyak mengambil dari alam. Terlalu banyak. Sementara kita seperti enggan mengembalikan sesuatu ke alam, memenuhi hak alam. Semestinya, seberapa besar yang kita ambil dari alam, sebanyak itu juga yang harus kita kembalikan ke alam. Seimbang. Hidup harus seimbang.\"<\/p>\n\n\n\n

Itulah yang mendorong Bli Komang dan Bli Putu menjalani lelaku bertani ramah alam. Dan keyakinan spiritualitas serta tradisi leluhur di Munduk mendukung dan menyarankan laku tani semacam ini. Pura Kopi, pura yang sedikit saya singgung pada pembuka tulisan ini, adalah pura yang khusus diperuntukkan sebagai tempat ritual-ritual religi terkait pertanian. Dinamakan Pura Kopi karena sejarah perkebunan kopi di Munduk lebih dahulu dibanding cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Karena itu hingga kini, Gus Dur masih terus dikenang sebagai pembawa berkah bagi petani cengkeh di Sulawesi Utara. Demikian senang dan hormatnya mereka kepada Gus Dur, para petani cengkeh di Sonder-Minahasa, memperingati meninggalnya Gus dur dengan menyalakan lilin di gereja-gereja dan jalan-jalan kota kecil itu. Betapa besar dampak sosial dan budaya dari cengkeh dan kretek bagi orang Minahasa.   <\/p>\n\n\n\n

Dari sisi antropologi sungguh menarik untuk dicermati. Satu kampung, satu dusun atau bahkan beberapa dusun, ribuan orang, satu keluarga, mempertahankan hidup, mempertahankan warisan budaya dan keterampilan nenek moyangnya dari kretek. Bagaimana cara hidup dan bermasyarakat orang-orang di kawasan petani tembakau di Temanggung, tradisi orang-orang Minahasa yang hidup dari pertanian cengkeh, serta buruh dan pekerja pabrik kretek di Kudus dan Kediri yang unik, penuh sentuhan ritual dan kultural.
<\/p>\n","post_title":"\u201cKretek Kajian Ekonomi & Budaya Empat Kota\u201d Sebuah Analisa dalam Kacamata Antropologi Budaya","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-kajian-ekonomi-budaya-empat-kota-sebuah-analisa-dalam-kacamata-antropologi-budaya","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-12 09:21:52","post_modified_gmt":"2019-03-12 02:21:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5536","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5528,"post_author":"919","post_date":"2019-03-10 09:12:59","post_date_gmt":"2019-03-10 02:12:59","post_content":"\n

Sudah berulang kali narasi buruk tentang para perokok timbul di masyarakat. Sedangkan di berbagai berita, isu-isu kesehatan selalu dikaitkan dengan para perokok. Seolah-olah rokok memang tak dibolehkan hadir di bumi dan keberadaannya dicap haram. Namun, apakah memang benar demikian? Sedangkan banyak tokoh-tokoh hebat juga yang menikmati rokok bahkan hingga saat ini.<\/p>\n\n\n\n

Ridwan Remin, seorang komika asal Bogor adalah salah satu tokoh terkenal yang juga diketahui sebagai seorang penikmat rokok. Pria berkacamata tersebut mulai naik daun dan namanya dikenal publik terutama saat menjuarai ajang stand up comedy di salah satu televisi swasta. Dalam sebuah pertunjukannya, ia bahkan memasukkan unsur rokok dalam materi lawakannya tersebut. Pujian kemudian diberikan oleh sang juri karena lawakan tersebut dianggap matang dan cerdas.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Andaikan Jokowi-Prabowo Merokok, Inilah Rokok yang Cocok Buat Mereka<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Ridwan Remin diberi tema soal rokok. Ketika komika lain terjebak pada narasi-`narasi buruk soal rokok, Ridwan Remin mencoba untuk menggunakan hal tersebut sebagai pembuka namun dipatahkannya sebagai sebuah lawakan. Menurutnya, kegiatan merokok itu membang membuat seseorang cepat mati, namun ia lebih memilih merokok ketimbang harus mati gaya. Lemparan lawakannya tersebut diterima tawa penonton termasuk juri, Akan tetapi jika melihat dari premis lelucon itu, sedikit nampak ada kekesalan terhadap justifikasi kepada para perokok.<\/p>\n\n\n\n

Lingkungan sosial kerap melabeli para perokok sebagai kegiatan yang bersifat \u2018gentleman\u2019. Dari sebutan tersebut jelas bahwa mereka mencoba untuk melabeli rokok dengan hanya sebagai bagian dari kaum pria saja. Bisa anda saksikan padahal bahwa banya juga kaum hawa yang menikmati produk tersebut, jika ditanya alasannya mungkin juga bukan karena hanya terlihat keren semata. Nah, teori yang kedua ini juga muncul di lingkungan sosial yang mengkambinghitamkan kata \u2018keren\u2019 sebagai biang dari lahirnya perokok muda.<\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya, kalau mau diakui rokok memang membuat seseorang terlihat keren, kalian para anti rokok mau membantah? Hayo, hayo, hayo. Memang terlihat membuat keren berada di tengah kerumitan hidup lantas mencoba menikmatinya dengan tanaman ciptaan tuhan (tembakau) yang kemudian dimodifikasi sebagai sebuah rokok, apakah ada salahnya? Selama dia sudah memiliki umur yang tepat dan sadar dalam mengkonsumsi rokok maka sah-sah saja dong itu dilakukan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah Agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Coba kalihan tengok lagi berbagai film terkemuka  di dunia atau bahkan hingga yang masuk dalam box office dan menerima penghargaan. Sama seperti adegan saat hujan, adegan seseorang merokok dalam sebuah film terlihat sangat keren dan dengan pengambilan gambar yang seapik mungkin. Apakah sang sutradara adalah seorang marketing rokok ? ah itu dugaan anda saja. Film sebagai bentuk eksistensi daya pikir manusia memberikan adegan rokok didalamnya karena memang rokok tak bisa lepas dari realitas kehidupan, dan itu keren!<\/p>\n\n\n\n

Di kehidupan nyata anda bisa merekam berbagai pola dan tingkah para perokok dalam segi yang lebih humanis. Memang tak bisa dipungkiri ada yang berperilaku buruk dengan membuang puntungnya sembarangan, namun jangan gelap mata dan tak memberikan apresiasi bagi yang masih mentaati peraturan. Bukankah, para perokok yang tetap mentaati peraturan itu adalah orang-orang yang keren?<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi soal keren, para perokok itu memang keren karena dengan berbagai hujatan dan stigma sosial mereka tetap bisa mempertahankan hidup. Para perokok itu keren karena ditengah cercaan, konsumsi mereka akan produk tembakau juga menghasilkan sesuatu yang bisa membangun negeri. Angkat topi juga untuk kalian para perokok yang tetap menjaga stabilitas kehidupannya serta kesehatannya masih bisa terjamin. Mengkhiri tulisan ini, mari bakar rokokmu sejenak dan nikmati hidup yang fana ini.<\/p>\n\n\n\n

\u201cRokok itu emang buat gaya, kalau mau bunuh mah bunuh ajah, toh percuma gue hidup kalau mati gaya,\u201d Ridwan Remin, Juara Stand Up Comedy Indonesia 7.<\/p>\n","post_title":"Akui Saja Merokok Itu Memang Hal yang Keren","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"akui-saja-merokok-itu-memang-hal-yang-keren","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-10 09:13:07","post_modified_gmt":"2019-03-10 02:13:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5528","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5522,"post_author":"878","post_date":"2019-03-08 07:51:45","post_date_gmt":"2019-03-08 00:51:45","post_content":"\n

Selepas Danau Beratan, menyimpang ke arah kiri meninggalkan jalan raya Denpasar-Singaraja, menoleh ke kiri jalan, pandangan mata saya tertuju ke Danau Tamblingan. Tak lama kemudian, melalui jalan menurun dan berliku, di kiri-kanan jalan rerimbunan pohon cengkeh tumbuh subur. Sebelum saya dan rekan-rekan tiba di Penginapan dan Restoran Don Biyu yang di kelola Bli Putu Ardana, senior saya di kampus yang juga warga asli Desa Munduk, Kabupaten Buleleng, Bali, di kanan jalan, kami melintasi Pura Kopi. <\/p>\n\n\n\n

Empat kali dalam waktu yang berbeda saya pernah berkunjung ke Desa Munduk. Dua di antaranya saya tinggal cukup lama di sana. Belajar dari dua orang kakak beradik Putu Ardana dan Komang Armada serta beberapa warga Desa Munduk lainnya tentang banyak hal, terutama pertanian cengkeh yang begitu masyhur di sana.<\/p>\n\n\n\n

Bertahun-tahun sebelum tiba di Desa Munduk, Denpasar membikin saya enggan berlama-lama di Pulau Bali. Denpasar terlalu ramai dan pikuk. Tentu saja ini penilaian subjektif saya semata. Namun Desa Munduk mengubah itu semua. Saya jadi betah berlama-lama di Pulau Bali. Lebih lagi bapak dari istri saya berasal dari Seririt, 45 menit ke arah utara dari Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, dari Bli Putu Ardana saya belajar banyak tentang adat dan keyakinan spiritual warga Desa Munduk. Dari Bli Komang Armada, saya mendapat pengetahuan berharga perihal pertanian cengkeh yang menyejahterakan banyak warga Desa Munduk dan banyak warga desa lain di luar Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Bli Putu sempat menjabat sebagai Bendesa, Kepala Desa Adat Munduk. Bli Komang beberapa waktu lalu terpilih sebagai petani teladan karena peran besarnya dalam pertanian cengkeh di Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mendengar Kembali Kesaksian WS Rendra<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Meskipun menyejahterakan banyak orang, pertanian cengkeh di Munduk bukan tanpa masalah. Beberapa waktu lalu, pernah ada masanya pabrik-pabrik penyulingan minyak cengkeh banyak berdiri di Munduk dan desa-desa lain di sekitarnya. Bahan baku utama minyak cengkeh bisa didapat dari bunga cengkeh, tangkai bunga cengkeh, dan daun cengkeh. Yang terbaik tentu dari bunga cengkeh. Sayangnya faktor biaya membikin produsen minyak cengkeh memilih daun cengkeh sebagai bahan baku.<\/p>\n\n\n\n

Pengambilan daun cengkeh yang sudah gugur dari ranting-ranting pohon secara besar-besaran, ternyata membikin akar dan batang pohon cengkeh mudah terserang penyakit. Atas temuan ini, Bli Putu dan Bli Komang mengadvokasi sebuah peraturan yang melarang pengambilan daun cengkeh hingga tingkat bupati. Berhasil. Bupati mengeluarkan peraturan bupati yang melarang pengambilan daun cengkeh berlebihan.<\/p>\n\n\n\n

\"Manusia terikat pada tiga interaksi. Interaksi dengan Tuhan, interaksi dengan sesama manusia, dan interaksi dengan alam, yang terakhir itu kerap dilupakan,\" Ujar Bli Komang sekali waktu di tengah kebun cengkeh miliknya, ia melanjutkan, \"Manusia terlalu banyak mengambil dari alam. Terlalu banyak. Sementara kita seperti enggan mengembalikan sesuatu ke alam, memenuhi hak alam. Semestinya, seberapa besar yang kita ambil dari alam, sebanyak itu juga yang harus kita kembalikan ke alam. Seimbang. Hidup harus seimbang.\"<\/p>\n\n\n\n

Itulah yang mendorong Bli Komang dan Bli Putu menjalani lelaku bertani ramah alam. Dan keyakinan spiritualitas serta tradisi leluhur di Munduk mendukung dan menyarankan laku tani semacam ini. Pura Kopi, pura yang sedikit saya singgung pada pembuka tulisan ini, adalah pura yang khusus diperuntukkan sebagai tempat ritual-ritual religi terkait pertanian. Dinamakan Pura Kopi karena sejarah perkebunan kopi di Munduk lebih dahulu dibanding cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Baca: Cengkeh: Dulu, Kini dan Nanti<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Karena itu hingga kini, Gus Dur masih terus dikenang sebagai pembawa berkah bagi petani cengkeh di Sulawesi Utara. Demikian senang dan hormatnya mereka kepada Gus Dur, para petani cengkeh di Sonder-Minahasa, memperingati meninggalnya Gus dur dengan menyalakan lilin di gereja-gereja dan jalan-jalan kota kecil itu. Betapa besar dampak sosial dan budaya dari cengkeh dan kretek bagi orang Minahasa.   <\/p>\n\n\n\n

Dari sisi antropologi sungguh menarik untuk dicermati. Satu kampung, satu dusun atau bahkan beberapa dusun, ribuan orang, satu keluarga, mempertahankan hidup, mempertahankan warisan budaya dan keterampilan nenek moyangnya dari kretek. Bagaimana cara hidup dan bermasyarakat orang-orang di kawasan petani tembakau di Temanggung, tradisi orang-orang Minahasa yang hidup dari pertanian cengkeh, serta buruh dan pekerja pabrik kretek di Kudus dan Kediri yang unik, penuh sentuhan ritual dan kultural.
<\/p>\n","post_title":"\u201cKretek Kajian Ekonomi & Budaya Empat Kota\u201d Sebuah Analisa dalam Kacamata Antropologi Budaya","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-kajian-ekonomi-budaya-empat-kota-sebuah-analisa-dalam-kacamata-antropologi-budaya","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-12 09:21:52","post_modified_gmt":"2019-03-12 02:21:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5536","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5528,"post_author":"919","post_date":"2019-03-10 09:12:59","post_date_gmt":"2019-03-10 02:12:59","post_content":"\n

Sudah berulang kali narasi buruk tentang para perokok timbul di masyarakat. Sedangkan di berbagai berita, isu-isu kesehatan selalu dikaitkan dengan para perokok. Seolah-olah rokok memang tak dibolehkan hadir di bumi dan keberadaannya dicap haram. Namun, apakah memang benar demikian? Sedangkan banyak tokoh-tokoh hebat juga yang menikmati rokok bahkan hingga saat ini.<\/p>\n\n\n\n

Ridwan Remin, seorang komika asal Bogor adalah salah satu tokoh terkenal yang juga diketahui sebagai seorang penikmat rokok. Pria berkacamata tersebut mulai naik daun dan namanya dikenal publik terutama saat menjuarai ajang stand up comedy di salah satu televisi swasta. Dalam sebuah pertunjukannya, ia bahkan memasukkan unsur rokok dalam materi lawakannya tersebut. Pujian kemudian diberikan oleh sang juri karena lawakan tersebut dianggap matang dan cerdas.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Andaikan Jokowi-Prabowo Merokok, Inilah Rokok yang Cocok Buat Mereka<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Ridwan Remin diberi tema soal rokok. Ketika komika lain terjebak pada narasi-`narasi buruk soal rokok, Ridwan Remin mencoba untuk menggunakan hal tersebut sebagai pembuka namun dipatahkannya sebagai sebuah lawakan. Menurutnya, kegiatan merokok itu membang membuat seseorang cepat mati, namun ia lebih memilih merokok ketimbang harus mati gaya. Lemparan lawakannya tersebut diterima tawa penonton termasuk juri, Akan tetapi jika melihat dari premis lelucon itu, sedikit nampak ada kekesalan terhadap justifikasi kepada para perokok.<\/p>\n\n\n\n

Lingkungan sosial kerap melabeli para perokok sebagai kegiatan yang bersifat \u2018gentleman\u2019. Dari sebutan tersebut jelas bahwa mereka mencoba untuk melabeli rokok dengan hanya sebagai bagian dari kaum pria saja. Bisa anda saksikan padahal bahwa banya juga kaum hawa yang menikmati produk tersebut, jika ditanya alasannya mungkin juga bukan karena hanya terlihat keren semata. Nah, teori yang kedua ini juga muncul di lingkungan sosial yang mengkambinghitamkan kata \u2018keren\u2019 sebagai biang dari lahirnya perokok muda.<\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya, kalau mau diakui rokok memang membuat seseorang terlihat keren, kalian para anti rokok mau membantah? Hayo, hayo, hayo. Memang terlihat membuat keren berada di tengah kerumitan hidup lantas mencoba menikmatinya dengan tanaman ciptaan tuhan (tembakau) yang kemudian dimodifikasi sebagai sebuah rokok, apakah ada salahnya? Selama dia sudah memiliki umur yang tepat dan sadar dalam mengkonsumsi rokok maka sah-sah saja dong itu dilakukan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah Agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Coba kalihan tengok lagi berbagai film terkemuka  di dunia atau bahkan hingga yang masuk dalam box office dan menerima penghargaan. Sama seperti adegan saat hujan, adegan seseorang merokok dalam sebuah film terlihat sangat keren dan dengan pengambilan gambar yang seapik mungkin. Apakah sang sutradara adalah seorang marketing rokok ? ah itu dugaan anda saja. Film sebagai bentuk eksistensi daya pikir manusia memberikan adegan rokok didalamnya karena memang rokok tak bisa lepas dari realitas kehidupan, dan itu keren!<\/p>\n\n\n\n

Di kehidupan nyata anda bisa merekam berbagai pola dan tingkah para perokok dalam segi yang lebih humanis. Memang tak bisa dipungkiri ada yang berperilaku buruk dengan membuang puntungnya sembarangan, namun jangan gelap mata dan tak memberikan apresiasi bagi yang masih mentaati peraturan. Bukankah, para perokok yang tetap mentaati peraturan itu adalah orang-orang yang keren?<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi soal keren, para perokok itu memang keren karena dengan berbagai hujatan dan stigma sosial mereka tetap bisa mempertahankan hidup. Para perokok itu keren karena ditengah cercaan, konsumsi mereka akan produk tembakau juga menghasilkan sesuatu yang bisa membangun negeri. Angkat topi juga untuk kalian para perokok yang tetap menjaga stabilitas kehidupannya serta kesehatannya masih bisa terjamin. Mengkhiri tulisan ini, mari bakar rokokmu sejenak dan nikmati hidup yang fana ini.<\/p>\n\n\n\n

\u201cRokok itu emang buat gaya, kalau mau bunuh mah bunuh ajah, toh percuma gue hidup kalau mati gaya,\u201d Ridwan Remin, Juara Stand Up Comedy Indonesia 7.<\/p>\n","post_title":"Akui Saja Merokok Itu Memang Hal yang Keren","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"akui-saja-merokok-itu-memang-hal-yang-keren","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-10 09:13:07","post_modified_gmt":"2019-03-10 02:13:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5528","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5522,"post_author":"878","post_date":"2019-03-08 07:51:45","post_date_gmt":"2019-03-08 00:51:45","post_content":"\n

Selepas Danau Beratan, menyimpang ke arah kiri meninggalkan jalan raya Denpasar-Singaraja, menoleh ke kiri jalan, pandangan mata saya tertuju ke Danau Tamblingan. Tak lama kemudian, melalui jalan menurun dan berliku, di kiri-kanan jalan rerimbunan pohon cengkeh tumbuh subur. Sebelum saya dan rekan-rekan tiba di Penginapan dan Restoran Don Biyu yang di kelola Bli Putu Ardana, senior saya di kampus yang juga warga asli Desa Munduk, Kabupaten Buleleng, Bali, di kanan jalan, kami melintasi Pura Kopi. <\/p>\n\n\n\n

Empat kali dalam waktu yang berbeda saya pernah berkunjung ke Desa Munduk. Dua di antaranya saya tinggal cukup lama di sana. Belajar dari dua orang kakak beradik Putu Ardana dan Komang Armada serta beberapa warga Desa Munduk lainnya tentang banyak hal, terutama pertanian cengkeh yang begitu masyhur di sana.<\/p>\n\n\n\n

Bertahun-tahun sebelum tiba di Desa Munduk, Denpasar membikin saya enggan berlama-lama di Pulau Bali. Denpasar terlalu ramai dan pikuk. Tentu saja ini penilaian subjektif saya semata. Namun Desa Munduk mengubah itu semua. Saya jadi betah berlama-lama di Pulau Bali. Lebih lagi bapak dari istri saya berasal dari Seririt, 45 menit ke arah utara dari Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, dari Bli Putu Ardana saya belajar banyak tentang adat dan keyakinan spiritual warga Desa Munduk. Dari Bli Komang Armada, saya mendapat pengetahuan berharga perihal pertanian cengkeh yang menyejahterakan banyak warga Desa Munduk dan banyak warga desa lain di luar Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Bli Putu sempat menjabat sebagai Bendesa, Kepala Desa Adat Munduk. Bli Komang beberapa waktu lalu terpilih sebagai petani teladan karena peran besarnya dalam pertanian cengkeh di Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mendengar Kembali Kesaksian WS Rendra<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Meskipun menyejahterakan banyak orang, pertanian cengkeh di Munduk bukan tanpa masalah. Beberapa waktu lalu, pernah ada masanya pabrik-pabrik penyulingan minyak cengkeh banyak berdiri di Munduk dan desa-desa lain di sekitarnya. Bahan baku utama minyak cengkeh bisa didapat dari bunga cengkeh, tangkai bunga cengkeh, dan daun cengkeh. Yang terbaik tentu dari bunga cengkeh. Sayangnya faktor biaya membikin produsen minyak cengkeh memilih daun cengkeh sebagai bahan baku.<\/p>\n\n\n\n

Pengambilan daun cengkeh yang sudah gugur dari ranting-ranting pohon secara besar-besaran, ternyata membikin akar dan batang pohon cengkeh mudah terserang penyakit. Atas temuan ini, Bli Putu dan Bli Komang mengadvokasi sebuah peraturan yang melarang pengambilan daun cengkeh hingga tingkat bupati. Berhasil. Bupati mengeluarkan peraturan bupati yang melarang pengambilan daun cengkeh berlebihan.<\/p>\n\n\n\n

\"Manusia terikat pada tiga interaksi. Interaksi dengan Tuhan, interaksi dengan sesama manusia, dan interaksi dengan alam, yang terakhir itu kerap dilupakan,\" Ujar Bli Komang sekali waktu di tengah kebun cengkeh miliknya, ia melanjutkan, \"Manusia terlalu banyak mengambil dari alam. Terlalu banyak. Sementara kita seperti enggan mengembalikan sesuatu ke alam, memenuhi hak alam. Semestinya, seberapa besar yang kita ambil dari alam, sebanyak itu juga yang harus kita kembalikan ke alam. Seimbang. Hidup harus seimbang.\"<\/p>\n\n\n\n

Itulah yang mendorong Bli Komang dan Bli Putu menjalani lelaku bertani ramah alam. Dan keyakinan spiritualitas serta tradisi leluhur di Munduk mendukung dan menyarankan laku tani semacam ini. Pura Kopi, pura yang sedikit saya singgung pada pembuka tulisan ini, adalah pura yang khusus diperuntukkan sebagai tempat ritual-ritual religi terkait pertanian. Dinamakan Pura Kopi karena sejarah perkebunan kopi di Munduk lebih dahulu dibanding cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Lanjut lagi Roem Topatimasang mengatakan, keunikan di tempat lain yang sangat menentukan produk budaya berupa kretek adalah di daerah Minahasa penghasil cengkeh terbesar. Sisa-sisa kejayaan budidaya cengkeh masih terlihat hingga kini. Rumah-rumah megah dan gereja-gereja besar dibangun pada saat petani cengkeh Minahasa mendapatkan harga jual yang sangat tinggi. Mantan Gubernur Sulawesi Utara (alm) Willy Lasut menyebutkan bahwa petani cengkeh Minahasa pernah menikmati kejayaan sebagai penduduk yang memiliki pendapatan perkapita tertinggi di Indonesia pada era Gus dur jadi presiden, bahkan menyamai Swiss, negeri paling makmur di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Cengkeh: Dulu, Kini dan Nanti<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Karena itu hingga kini, Gus Dur masih terus dikenang sebagai pembawa berkah bagi petani cengkeh di Sulawesi Utara. Demikian senang dan hormatnya mereka kepada Gus Dur, para petani cengkeh di Sonder-Minahasa, memperingati meninggalnya Gus dur dengan menyalakan lilin di gereja-gereja dan jalan-jalan kota kecil itu. Betapa besar dampak sosial dan budaya dari cengkeh dan kretek bagi orang Minahasa.   <\/p>\n\n\n\n

Dari sisi antropologi sungguh menarik untuk dicermati. Satu kampung, satu dusun atau bahkan beberapa dusun, ribuan orang, satu keluarga, mempertahankan hidup, mempertahankan warisan budaya dan keterampilan nenek moyangnya dari kretek. Bagaimana cara hidup dan bermasyarakat orang-orang di kawasan petani tembakau di Temanggung, tradisi orang-orang Minahasa yang hidup dari pertanian cengkeh, serta buruh dan pekerja pabrik kretek di Kudus dan Kediri yang unik, penuh sentuhan ritual dan kultural.
<\/p>\n","post_title":"\u201cKretek Kajian Ekonomi & Budaya Empat Kota\u201d Sebuah Analisa dalam Kacamata Antropologi Budaya","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-kajian-ekonomi-budaya-empat-kota-sebuah-analisa-dalam-kacamata-antropologi-budaya","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-12 09:21:52","post_modified_gmt":"2019-03-12 02:21:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5536","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5528,"post_author":"919","post_date":"2019-03-10 09:12:59","post_date_gmt":"2019-03-10 02:12:59","post_content":"\n

Sudah berulang kali narasi buruk tentang para perokok timbul di masyarakat. Sedangkan di berbagai berita, isu-isu kesehatan selalu dikaitkan dengan para perokok. Seolah-olah rokok memang tak dibolehkan hadir di bumi dan keberadaannya dicap haram. Namun, apakah memang benar demikian? Sedangkan banyak tokoh-tokoh hebat juga yang menikmati rokok bahkan hingga saat ini.<\/p>\n\n\n\n

Ridwan Remin, seorang komika asal Bogor adalah salah satu tokoh terkenal yang juga diketahui sebagai seorang penikmat rokok. Pria berkacamata tersebut mulai naik daun dan namanya dikenal publik terutama saat menjuarai ajang stand up comedy di salah satu televisi swasta. Dalam sebuah pertunjukannya, ia bahkan memasukkan unsur rokok dalam materi lawakannya tersebut. Pujian kemudian diberikan oleh sang juri karena lawakan tersebut dianggap matang dan cerdas.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Andaikan Jokowi-Prabowo Merokok, Inilah Rokok yang Cocok Buat Mereka<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Ridwan Remin diberi tema soal rokok. Ketika komika lain terjebak pada narasi-`narasi buruk soal rokok, Ridwan Remin mencoba untuk menggunakan hal tersebut sebagai pembuka namun dipatahkannya sebagai sebuah lawakan. Menurutnya, kegiatan merokok itu membang membuat seseorang cepat mati, namun ia lebih memilih merokok ketimbang harus mati gaya. Lemparan lawakannya tersebut diterima tawa penonton termasuk juri, Akan tetapi jika melihat dari premis lelucon itu, sedikit nampak ada kekesalan terhadap justifikasi kepada para perokok.<\/p>\n\n\n\n

Lingkungan sosial kerap melabeli para perokok sebagai kegiatan yang bersifat \u2018gentleman\u2019. Dari sebutan tersebut jelas bahwa mereka mencoba untuk melabeli rokok dengan hanya sebagai bagian dari kaum pria saja. Bisa anda saksikan padahal bahwa banya juga kaum hawa yang menikmati produk tersebut, jika ditanya alasannya mungkin juga bukan karena hanya terlihat keren semata. Nah, teori yang kedua ini juga muncul di lingkungan sosial yang mengkambinghitamkan kata \u2018keren\u2019 sebagai biang dari lahirnya perokok muda.<\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya, kalau mau diakui rokok memang membuat seseorang terlihat keren, kalian para anti rokok mau membantah? Hayo, hayo, hayo. Memang terlihat membuat keren berada di tengah kerumitan hidup lantas mencoba menikmatinya dengan tanaman ciptaan tuhan (tembakau) yang kemudian dimodifikasi sebagai sebuah rokok, apakah ada salahnya? Selama dia sudah memiliki umur yang tepat dan sadar dalam mengkonsumsi rokok maka sah-sah saja dong itu dilakukan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah Agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Coba kalihan tengok lagi berbagai film terkemuka  di dunia atau bahkan hingga yang masuk dalam box office dan menerima penghargaan. Sama seperti adegan saat hujan, adegan seseorang merokok dalam sebuah film terlihat sangat keren dan dengan pengambilan gambar yang seapik mungkin. Apakah sang sutradara adalah seorang marketing rokok ? ah itu dugaan anda saja. Film sebagai bentuk eksistensi daya pikir manusia memberikan adegan rokok didalamnya karena memang rokok tak bisa lepas dari realitas kehidupan, dan itu keren!<\/p>\n\n\n\n

Di kehidupan nyata anda bisa merekam berbagai pola dan tingkah para perokok dalam segi yang lebih humanis. Memang tak bisa dipungkiri ada yang berperilaku buruk dengan membuang puntungnya sembarangan, namun jangan gelap mata dan tak memberikan apresiasi bagi yang masih mentaati peraturan. Bukankah, para perokok yang tetap mentaati peraturan itu adalah orang-orang yang keren?<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi soal keren, para perokok itu memang keren karena dengan berbagai hujatan dan stigma sosial mereka tetap bisa mempertahankan hidup. Para perokok itu keren karena ditengah cercaan, konsumsi mereka akan produk tembakau juga menghasilkan sesuatu yang bisa membangun negeri. Angkat topi juga untuk kalian para perokok yang tetap menjaga stabilitas kehidupannya serta kesehatannya masih bisa terjamin. Mengkhiri tulisan ini, mari bakar rokokmu sejenak dan nikmati hidup yang fana ini.<\/p>\n\n\n\n

\u201cRokok itu emang buat gaya, kalau mau bunuh mah bunuh ajah, toh percuma gue hidup kalau mati gaya,\u201d Ridwan Remin, Juara Stand Up Comedy Indonesia 7.<\/p>\n","post_title":"Akui Saja Merokok Itu Memang Hal yang Keren","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"akui-saja-merokok-itu-memang-hal-yang-keren","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-10 09:13:07","post_modified_gmt":"2019-03-10 02:13:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5528","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5522,"post_author":"878","post_date":"2019-03-08 07:51:45","post_date_gmt":"2019-03-08 00:51:45","post_content":"\n

Selepas Danau Beratan, menyimpang ke arah kiri meninggalkan jalan raya Denpasar-Singaraja, menoleh ke kiri jalan, pandangan mata saya tertuju ke Danau Tamblingan. Tak lama kemudian, melalui jalan menurun dan berliku, di kiri-kanan jalan rerimbunan pohon cengkeh tumbuh subur. Sebelum saya dan rekan-rekan tiba di Penginapan dan Restoran Don Biyu yang di kelola Bli Putu Ardana, senior saya di kampus yang juga warga asli Desa Munduk, Kabupaten Buleleng, Bali, di kanan jalan, kami melintasi Pura Kopi. <\/p>\n\n\n\n

Empat kali dalam waktu yang berbeda saya pernah berkunjung ke Desa Munduk. Dua di antaranya saya tinggal cukup lama di sana. Belajar dari dua orang kakak beradik Putu Ardana dan Komang Armada serta beberapa warga Desa Munduk lainnya tentang banyak hal, terutama pertanian cengkeh yang begitu masyhur di sana.<\/p>\n\n\n\n

Bertahun-tahun sebelum tiba di Desa Munduk, Denpasar membikin saya enggan berlama-lama di Pulau Bali. Denpasar terlalu ramai dan pikuk. Tentu saja ini penilaian subjektif saya semata. Namun Desa Munduk mengubah itu semua. Saya jadi betah berlama-lama di Pulau Bali. Lebih lagi bapak dari istri saya berasal dari Seririt, 45 menit ke arah utara dari Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, dari Bli Putu Ardana saya belajar banyak tentang adat dan keyakinan spiritual warga Desa Munduk. Dari Bli Komang Armada, saya mendapat pengetahuan berharga perihal pertanian cengkeh yang menyejahterakan banyak warga Desa Munduk dan banyak warga desa lain di luar Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Bli Putu sempat menjabat sebagai Bendesa, Kepala Desa Adat Munduk. Bli Komang beberapa waktu lalu terpilih sebagai petani teladan karena peran besarnya dalam pertanian cengkeh di Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mendengar Kembali Kesaksian WS Rendra<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Meskipun menyejahterakan banyak orang, pertanian cengkeh di Munduk bukan tanpa masalah. Beberapa waktu lalu, pernah ada masanya pabrik-pabrik penyulingan minyak cengkeh banyak berdiri di Munduk dan desa-desa lain di sekitarnya. Bahan baku utama minyak cengkeh bisa didapat dari bunga cengkeh, tangkai bunga cengkeh, dan daun cengkeh. Yang terbaik tentu dari bunga cengkeh. Sayangnya faktor biaya membikin produsen minyak cengkeh memilih daun cengkeh sebagai bahan baku.<\/p>\n\n\n\n

Pengambilan daun cengkeh yang sudah gugur dari ranting-ranting pohon secara besar-besaran, ternyata membikin akar dan batang pohon cengkeh mudah terserang penyakit. Atas temuan ini, Bli Putu dan Bli Komang mengadvokasi sebuah peraturan yang melarang pengambilan daun cengkeh hingga tingkat bupati. Berhasil. Bupati mengeluarkan peraturan bupati yang melarang pengambilan daun cengkeh berlebihan.<\/p>\n\n\n\n

\"Manusia terikat pada tiga interaksi. Interaksi dengan Tuhan, interaksi dengan sesama manusia, dan interaksi dengan alam, yang terakhir itu kerap dilupakan,\" Ujar Bli Komang sekali waktu di tengah kebun cengkeh miliknya, ia melanjutkan, \"Manusia terlalu banyak mengambil dari alam. Terlalu banyak. Sementara kita seperti enggan mengembalikan sesuatu ke alam, memenuhi hak alam. Semestinya, seberapa besar yang kita ambil dari alam, sebanyak itu juga yang harus kita kembalikan ke alam. Seimbang. Hidup harus seimbang.\"<\/p>\n\n\n\n

Itulah yang mendorong Bli Komang dan Bli Putu menjalani lelaku bertani ramah alam. Dan keyakinan spiritualitas serta tradisi leluhur di Munduk mendukung dan menyarankan laku tani semacam ini. Pura Kopi, pura yang sedikit saya singgung pada pembuka tulisan ini, adalah pura yang khusus diperuntukkan sebagai tempat ritual-ritual religi terkait pertanian. Dinamakan Pura Kopi karena sejarah perkebunan kopi di Munduk lebih dahulu dibanding cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Menurut Roem Topatimasang, mata pencaharian yang lahir dari kraetifitas melinting<\/em> juga bisa ditemukan di Kediri, kota kretek kedua setelah Kudus. Agus Susanto, pria asli Kediri yang bekerja di salah satu pabrik kretek, ternyata seluruh anggota keluarganya bekerja sebagai buruh linting.<\/p>\n\n\n\n

Lanjut lagi Roem Topatimasang mengatakan, keunikan di tempat lain yang sangat menentukan produk budaya berupa kretek adalah di daerah Minahasa penghasil cengkeh terbesar. Sisa-sisa kejayaan budidaya cengkeh masih terlihat hingga kini. Rumah-rumah megah dan gereja-gereja besar dibangun pada saat petani cengkeh Minahasa mendapatkan harga jual yang sangat tinggi. Mantan Gubernur Sulawesi Utara (alm) Willy Lasut menyebutkan bahwa petani cengkeh Minahasa pernah menikmati kejayaan sebagai penduduk yang memiliki pendapatan perkapita tertinggi di Indonesia pada era Gus dur jadi presiden, bahkan menyamai Swiss, negeri paling makmur di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Cengkeh: Dulu, Kini dan Nanti<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Karena itu hingga kini, Gus Dur masih terus dikenang sebagai pembawa berkah bagi petani cengkeh di Sulawesi Utara. Demikian senang dan hormatnya mereka kepada Gus Dur, para petani cengkeh di Sonder-Minahasa, memperingati meninggalnya Gus dur dengan menyalakan lilin di gereja-gereja dan jalan-jalan kota kecil itu. Betapa besar dampak sosial dan budaya dari cengkeh dan kretek bagi orang Minahasa.   <\/p>\n\n\n\n

Dari sisi antropologi sungguh menarik untuk dicermati. Satu kampung, satu dusun atau bahkan beberapa dusun, ribuan orang, satu keluarga, mempertahankan hidup, mempertahankan warisan budaya dan keterampilan nenek moyangnya dari kretek. Bagaimana cara hidup dan bermasyarakat orang-orang di kawasan petani tembakau di Temanggung, tradisi orang-orang Minahasa yang hidup dari pertanian cengkeh, serta buruh dan pekerja pabrik kretek di Kudus dan Kediri yang unik, penuh sentuhan ritual dan kultural.
<\/p>\n","post_title":"\u201cKretek Kajian Ekonomi & Budaya Empat Kota\u201d Sebuah Analisa dalam Kacamata Antropologi Budaya","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-kajian-ekonomi-budaya-empat-kota-sebuah-analisa-dalam-kacamata-antropologi-budaya","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-12 09:21:52","post_modified_gmt":"2019-03-12 02:21:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5536","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5528,"post_author":"919","post_date":"2019-03-10 09:12:59","post_date_gmt":"2019-03-10 02:12:59","post_content":"\n

Sudah berulang kali narasi buruk tentang para perokok timbul di masyarakat. Sedangkan di berbagai berita, isu-isu kesehatan selalu dikaitkan dengan para perokok. Seolah-olah rokok memang tak dibolehkan hadir di bumi dan keberadaannya dicap haram. Namun, apakah memang benar demikian? Sedangkan banyak tokoh-tokoh hebat juga yang menikmati rokok bahkan hingga saat ini.<\/p>\n\n\n\n

Ridwan Remin, seorang komika asal Bogor adalah salah satu tokoh terkenal yang juga diketahui sebagai seorang penikmat rokok. Pria berkacamata tersebut mulai naik daun dan namanya dikenal publik terutama saat menjuarai ajang stand up comedy di salah satu televisi swasta. Dalam sebuah pertunjukannya, ia bahkan memasukkan unsur rokok dalam materi lawakannya tersebut. Pujian kemudian diberikan oleh sang juri karena lawakan tersebut dianggap matang dan cerdas.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Andaikan Jokowi-Prabowo Merokok, Inilah Rokok yang Cocok Buat Mereka<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Ridwan Remin diberi tema soal rokok. Ketika komika lain terjebak pada narasi-`narasi buruk soal rokok, Ridwan Remin mencoba untuk menggunakan hal tersebut sebagai pembuka namun dipatahkannya sebagai sebuah lawakan. Menurutnya, kegiatan merokok itu membang membuat seseorang cepat mati, namun ia lebih memilih merokok ketimbang harus mati gaya. Lemparan lawakannya tersebut diterima tawa penonton termasuk juri, Akan tetapi jika melihat dari premis lelucon itu, sedikit nampak ada kekesalan terhadap justifikasi kepada para perokok.<\/p>\n\n\n\n

Lingkungan sosial kerap melabeli para perokok sebagai kegiatan yang bersifat \u2018gentleman\u2019. Dari sebutan tersebut jelas bahwa mereka mencoba untuk melabeli rokok dengan hanya sebagai bagian dari kaum pria saja. Bisa anda saksikan padahal bahwa banya juga kaum hawa yang menikmati produk tersebut, jika ditanya alasannya mungkin juga bukan karena hanya terlihat keren semata. Nah, teori yang kedua ini juga muncul di lingkungan sosial yang mengkambinghitamkan kata \u2018keren\u2019 sebagai biang dari lahirnya perokok muda.<\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya, kalau mau diakui rokok memang membuat seseorang terlihat keren, kalian para anti rokok mau membantah? Hayo, hayo, hayo. Memang terlihat membuat keren berada di tengah kerumitan hidup lantas mencoba menikmatinya dengan tanaman ciptaan tuhan (tembakau) yang kemudian dimodifikasi sebagai sebuah rokok, apakah ada salahnya? Selama dia sudah memiliki umur yang tepat dan sadar dalam mengkonsumsi rokok maka sah-sah saja dong itu dilakukan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah Agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Coba kalihan tengok lagi berbagai film terkemuka  di dunia atau bahkan hingga yang masuk dalam box office dan menerima penghargaan. Sama seperti adegan saat hujan, adegan seseorang merokok dalam sebuah film terlihat sangat keren dan dengan pengambilan gambar yang seapik mungkin. Apakah sang sutradara adalah seorang marketing rokok ? ah itu dugaan anda saja. Film sebagai bentuk eksistensi daya pikir manusia memberikan adegan rokok didalamnya karena memang rokok tak bisa lepas dari realitas kehidupan, dan itu keren!<\/p>\n\n\n\n

Di kehidupan nyata anda bisa merekam berbagai pola dan tingkah para perokok dalam segi yang lebih humanis. Memang tak bisa dipungkiri ada yang berperilaku buruk dengan membuang puntungnya sembarangan, namun jangan gelap mata dan tak memberikan apresiasi bagi yang masih mentaati peraturan. Bukankah, para perokok yang tetap mentaati peraturan itu adalah orang-orang yang keren?<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi soal keren, para perokok itu memang keren karena dengan berbagai hujatan dan stigma sosial mereka tetap bisa mempertahankan hidup. Para perokok itu keren karena ditengah cercaan, konsumsi mereka akan produk tembakau juga menghasilkan sesuatu yang bisa membangun negeri. Angkat topi juga untuk kalian para perokok yang tetap menjaga stabilitas kehidupannya serta kesehatannya masih bisa terjamin. Mengkhiri tulisan ini, mari bakar rokokmu sejenak dan nikmati hidup yang fana ini.<\/p>\n\n\n\n

\u201cRokok itu emang buat gaya, kalau mau bunuh mah bunuh ajah, toh percuma gue hidup kalau mati gaya,\u201d Ridwan Remin, Juara Stand Up Comedy Indonesia 7.<\/p>\n","post_title":"Akui Saja Merokok Itu Memang Hal yang Keren","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"akui-saja-merokok-itu-memang-hal-yang-keren","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-10 09:13:07","post_modified_gmt":"2019-03-10 02:13:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5528","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5522,"post_author":"878","post_date":"2019-03-08 07:51:45","post_date_gmt":"2019-03-08 00:51:45","post_content":"\n

Selepas Danau Beratan, menyimpang ke arah kiri meninggalkan jalan raya Denpasar-Singaraja, menoleh ke kiri jalan, pandangan mata saya tertuju ke Danau Tamblingan. Tak lama kemudian, melalui jalan menurun dan berliku, di kiri-kanan jalan rerimbunan pohon cengkeh tumbuh subur. Sebelum saya dan rekan-rekan tiba di Penginapan dan Restoran Don Biyu yang di kelola Bli Putu Ardana, senior saya di kampus yang juga warga asli Desa Munduk, Kabupaten Buleleng, Bali, di kanan jalan, kami melintasi Pura Kopi. <\/p>\n\n\n\n

Empat kali dalam waktu yang berbeda saya pernah berkunjung ke Desa Munduk. Dua di antaranya saya tinggal cukup lama di sana. Belajar dari dua orang kakak beradik Putu Ardana dan Komang Armada serta beberapa warga Desa Munduk lainnya tentang banyak hal, terutama pertanian cengkeh yang begitu masyhur di sana.<\/p>\n\n\n\n

Bertahun-tahun sebelum tiba di Desa Munduk, Denpasar membikin saya enggan berlama-lama di Pulau Bali. Denpasar terlalu ramai dan pikuk. Tentu saja ini penilaian subjektif saya semata. Namun Desa Munduk mengubah itu semua. Saya jadi betah berlama-lama di Pulau Bali. Lebih lagi bapak dari istri saya berasal dari Seririt, 45 menit ke arah utara dari Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, dari Bli Putu Ardana saya belajar banyak tentang adat dan keyakinan spiritual warga Desa Munduk. Dari Bli Komang Armada, saya mendapat pengetahuan berharga perihal pertanian cengkeh yang menyejahterakan banyak warga Desa Munduk dan banyak warga desa lain di luar Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Bli Putu sempat menjabat sebagai Bendesa, Kepala Desa Adat Munduk. Bli Komang beberapa waktu lalu terpilih sebagai petani teladan karena peran besarnya dalam pertanian cengkeh di Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mendengar Kembali Kesaksian WS Rendra<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Meskipun menyejahterakan banyak orang, pertanian cengkeh di Munduk bukan tanpa masalah. Beberapa waktu lalu, pernah ada masanya pabrik-pabrik penyulingan minyak cengkeh banyak berdiri di Munduk dan desa-desa lain di sekitarnya. Bahan baku utama minyak cengkeh bisa didapat dari bunga cengkeh, tangkai bunga cengkeh, dan daun cengkeh. Yang terbaik tentu dari bunga cengkeh. Sayangnya faktor biaya membikin produsen minyak cengkeh memilih daun cengkeh sebagai bahan baku.<\/p>\n\n\n\n

Pengambilan daun cengkeh yang sudah gugur dari ranting-ranting pohon secara besar-besaran, ternyata membikin akar dan batang pohon cengkeh mudah terserang penyakit. Atas temuan ini, Bli Putu dan Bli Komang mengadvokasi sebuah peraturan yang melarang pengambilan daun cengkeh hingga tingkat bupati. Berhasil. Bupati mengeluarkan peraturan bupati yang melarang pengambilan daun cengkeh berlebihan.<\/p>\n\n\n\n

\"Manusia terikat pada tiga interaksi. Interaksi dengan Tuhan, interaksi dengan sesama manusia, dan interaksi dengan alam, yang terakhir itu kerap dilupakan,\" Ujar Bli Komang sekali waktu di tengah kebun cengkeh miliknya, ia melanjutkan, \"Manusia terlalu banyak mengambil dari alam. Terlalu banyak. Sementara kita seperti enggan mengembalikan sesuatu ke alam, memenuhi hak alam. Semestinya, seberapa besar yang kita ambil dari alam, sebanyak itu juga yang harus kita kembalikan ke alam. Seimbang. Hidup harus seimbang.\"<\/p>\n\n\n\n

Itulah yang mendorong Bli Komang dan Bli Putu menjalani lelaku bertani ramah alam. Dan keyakinan spiritualitas serta tradisi leluhur di Munduk mendukung dan menyarankan laku tani semacam ini. Pura Kopi, pura yang sedikit saya singgung pada pembuka tulisan ini, adalah pura yang khusus diperuntukkan sebagai tempat ritual-ritual religi terkait pertanian. Dinamakan Pura Kopi karena sejarah perkebunan kopi di Munduk lebih dahulu dibanding cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Mbok Ruminah, bekerja sebagai buruh bathil<\/em> di barak Burikan milik sebuah pabrik rokok ternama. Dia sudah bekerja sebagai buruh bathil selama 25 tahun. Setiap hari dia mampu mengerjakan 2.000 batang kretek (Roem Topatimasang dkk; 2010, hlm. 121). Keterampilan tangan Mbok Ruminah bukanlah semata-mata skill industri, tetapi kreatifitas lokal yang unik, karya budaya yang tidak disemua tempat orang bisa melakukan dan melestarikannya.   <\/p>\n\n\n\n

Menurut Roem Topatimasang, mata pencaharian yang lahir dari kraetifitas melinting<\/em> juga bisa ditemukan di Kediri, kota kretek kedua setelah Kudus. Agus Susanto, pria asli Kediri yang bekerja di salah satu pabrik kretek, ternyata seluruh anggota keluarganya bekerja sebagai buruh linting.<\/p>\n\n\n\n

Lanjut lagi Roem Topatimasang mengatakan, keunikan di tempat lain yang sangat menentukan produk budaya berupa kretek adalah di daerah Minahasa penghasil cengkeh terbesar. Sisa-sisa kejayaan budidaya cengkeh masih terlihat hingga kini. Rumah-rumah megah dan gereja-gereja besar dibangun pada saat petani cengkeh Minahasa mendapatkan harga jual yang sangat tinggi. Mantan Gubernur Sulawesi Utara (alm) Willy Lasut menyebutkan bahwa petani cengkeh Minahasa pernah menikmati kejayaan sebagai penduduk yang memiliki pendapatan perkapita tertinggi di Indonesia pada era Gus dur jadi presiden, bahkan menyamai Swiss, negeri paling makmur di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Cengkeh: Dulu, Kini dan Nanti<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Karena itu hingga kini, Gus Dur masih terus dikenang sebagai pembawa berkah bagi petani cengkeh di Sulawesi Utara. Demikian senang dan hormatnya mereka kepada Gus Dur, para petani cengkeh di Sonder-Minahasa, memperingati meninggalnya Gus dur dengan menyalakan lilin di gereja-gereja dan jalan-jalan kota kecil itu. Betapa besar dampak sosial dan budaya dari cengkeh dan kretek bagi orang Minahasa.   <\/p>\n\n\n\n

Dari sisi antropologi sungguh menarik untuk dicermati. Satu kampung, satu dusun atau bahkan beberapa dusun, ribuan orang, satu keluarga, mempertahankan hidup, mempertahankan warisan budaya dan keterampilan nenek moyangnya dari kretek. Bagaimana cara hidup dan bermasyarakat orang-orang di kawasan petani tembakau di Temanggung, tradisi orang-orang Minahasa yang hidup dari pertanian cengkeh, serta buruh dan pekerja pabrik kretek di Kudus dan Kediri yang unik, penuh sentuhan ritual dan kultural.
<\/p>\n","post_title":"\u201cKretek Kajian Ekonomi & Budaya Empat Kota\u201d Sebuah Analisa dalam Kacamata Antropologi Budaya","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-kajian-ekonomi-budaya-empat-kota-sebuah-analisa-dalam-kacamata-antropologi-budaya","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-12 09:21:52","post_modified_gmt":"2019-03-12 02:21:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5536","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5528,"post_author":"919","post_date":"2019-03-10 09:12:59","post_date_gmt":"2019-03-10 02:12:59","post_content":"\n

Sudah berulang kali narasi buruk tentang para perokok timbul di masyarakat. Sedangkan di berbagai berita, isu-isu kesehatan selalu dikaitkan dengan para perokok. Seolah-olah rokok memang tak dibolehkan hadir di bumi dan keberadaannya dicap haram. Namun, apakah memang benar demikian? Sedangkan banyak tokoh-tokoh hebat juga yang menikmati rokok bahkan hingga saat ini.<\/p>\n\n\n\n

Ridwan Remin, seorang komika asal Bogor adalah salah satu tokoh terkenal yang juga diketahui sebagai seorang penikmat rokok. Pria berkacamata tersebut mulai naik daun dan namanya dikenal publik terutama saat menjuarai ajang stand up comedy di salah satu televisi swasta. Dalam sebuah pertunjukannya, ia bahkan memasukkan unsur rokok dalam materi lawakannya tersebut. Pujian kemudian diberikan oleh sang juri karena lawakan tersebut dianggap matang dan cerdas.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Andaikan Jokowi-Prabowo Merokok, Inilah Rokok yang Cocok Buat Mereka<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Ridwan Remin diberi tema soal rokok. Ketika komika lain terjebak pada narasi-`narasi buruk soal rokok, Ridwan Remin mencoba untuk menggunakan hal tersebut sebagai pembuka namun dipatahkannya sebagai sebuah lawakan. Menurutnya, kegiatan merokok itu membang membuat seseorang cepat mati, namun ia lebih memilih merokok ketimbang harus mati gaya. Lemparan lawakannya tersebut diterima tawa penonton termasuk juri, Akan tetapi jika melihat dari premis lelucon itu, sedikit nampak ada kekesalan terhadap justifikasi kepada para perokok.<\/p>\n\n\n\n

Lingkungan sosial kerap melabeli para perokok sebagai kegiatan yang bersifat \u2018gentleman\u2019. Dari sebutan tersebut jelas bahwa mereka mencoba untuk melabeli rokok dengan hanya sebagai bagian dari kaum pria saja. Bisa anda saksikan padahal bahwa banya juga kaum hawa yang menikmati produk tersebut, jika ditanya alasannya mungkin juga bukan karena hanya terlihat keren semata. Nah, teori yang kedua ini juga muncul di lingkungan sosial yang mengkambinghitamkan kata \u2018keren\u2019 sebagai biang dari lahirnya perokok muda.<\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya, kalau mau diakui rokok memang membuat seseorang terlihat keren, kalian para anti rokok mau membantah? Hayo, hayo, hayo. Memang terlihat membuat keren berada di tengah kerumitan hidup lantas mencoba menikmatinya dengan tanaman ciptaan tuhan (tembakau) yang kemudian dimodifikasi sebagai sebuah rokok, apakah ada salahnya? Selama dia sudah memiliki umur yang tepat dan sadar dalam mengkonsumsi rokok maka sah-sah saja dong itu dilakukan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah Agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Coba kalihan tengok lagi berbagai film terkemuka  di dunia atau bahkan hingga yang masuk dalam box office dan menerima penghargaan. Sama seperti adegan saat hujan, adegan seseorang merokok dalam sebuah film terlihat sangat keren dan dengan pengambilan gambar yang seapik mungkin. Apakah sang sutradara adalah seorang marketing rokok ? ah itu dugaan anda saja. Film sebagai bentuk eksistensi daya pikir manusia memberikan adegan rokok didalamnya karena memang rokok tak bisa lepas dari realitas kehidupan, dan itu keren!<\/p>\n\n\n\n

Di kehidupan nyata anda bisa merekam berbagai pola dan tingkah para perokok dalam segi yang lebih humanis. Memang tak bisa dipungkiri ada yang berperilaku buruk dengan membuang puntungnya sembarangan, namun jangan gelap mata dan tak memberikan apresiasi bagi yang masih mentaati peraturan. Bukankah, para perokok yang tetap mentaati peraturan itu adalah orang-orang yang keren?<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi soal keren, para perokok itu memang keren karena dengan berbagai hujatan dan stigma sosial mereka tetap bisa mempertahankan hidup. Para perokok itu keren karena ditengah cercaan, konsumsi mereka akan produk tembakau juga menghasilkan sesuatu yang bisa membangun negeri. Angkat topi juga untuk kalian para perokok yang tetap menjaga stabilitas kehidupannya serta kesehatannya masih bisa terjamin. Mengkhiri tulisan ini, mari bakar rokokmu sejenak dan nikmati hidup yang fana ini.<\/p>\n\n\n\n

\u201cRokok itu emang buat gaya, kalau mau bunuh mah bunuh ajah, toh percuma gue hidup kalau mati gaya,\u201d Ridwan Remin, Juara Stand Up Comedy Indonesia 7.<\/p>\n","post_title":"Akui Saja Merokok Itu Memang Hal yang Keren","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"akui-saja-merokok-itu-memang-hal-yang-keren","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-10 09:13:07","post_modified_gmt":"2019-03-10 02:13:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5528","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5522,"post_author":"878","post_date":"2019-03-08 07:51:45","post_date_gmt":"2019-03-08 00:51:45","post_content":"\n

Selepas Danau Beratan, menyimpang ke arah kiri meninggalkan jalan raya Denpasar-Singaraja, menoleh ke kiri jalan, pandangan mata saya tertuju ke Danau Tamblingan. Tak lama kemudian, melalui jalan menurun dan berliku, di kiri-kanan jalan rerimbunan pohon cengkeh tumbuh subur. Sebelum saya dan rekan-rekan tiba di Penginapan dan Restoran Don Biyu yang di kelola Bli Putu Ardana, senior saya di kampus yang juga warga asli Desa Munduk, Kabupaten Buleleng, Bali, di kanan jalan, kami melintasi Pura Kopi. <\/p>\n\n\n\n

Empat kali dalam waktu yang berbeda saya pernah berkunjung ke Desa Munduk. Dua di antaranya saya tinggal cukup lama di sana. Belajar dari dua orang kakak beradik Putu Ardana dan Komang Armada serta beberapa warga Desa Munduk lainnya tentang banyak hal, terutama pertanian cengkeh yang begitu masyhur di sana.<\/p>\n\n\n\n

Bertahun-tahun sebelum tiba di Desa Munduk, Denpasar membikin saya enggan berlama-lama di Pulau Bali. Denpasar terlalu ramai dan pikuk. Tentu saja ini penilaian subjektif saya semata. Namun Desa Munduk mengubah itu semua. Saya jadi betah berlama-lama di Pulau Bali. Lebih lagi bapak dari istri saya berasal dari Seririt, 45 menit ke arah utara dari Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, dari Bli Putu Ardana saya belajar banyak tentang adat dan keyakinan spiritual warga Desa Munduk. Dari Bli Komang Armada, saya mendapat pengetahuan berharga perihal pertanian cengkeh yang menyejahterakan banyak warga Desa Munduk dan banyak warga desa lain di luar Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Bli Putu sempat menjabat sebagai Bendesa, Kepala Desa Adat Munduk. Bli Komang beberapa waktu lalu terpilih sebagai petani teladan karena peran besarnya dalam pertanian cengkeh di Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mendengar Kembali Kesaksian WS Rendra<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Meskipun menyejahterakan banyak orang, pertanian cengkeh di Munduk bukan tanpa masalah. Beberapa waktu lalu, pernah ada masanya pabrik-pabrik penyulingan minyak cengkeh banyak berdiri di Munduk dan desa-desa lain di sekitarnya. Bahan baku utama minyak cengkeh bisa didapat dari bunga cengkeh, tangkai bunga cengkeh, dan daun cengkeh. Yang terbaik tentu dari bunga cengkeh. Sayangnya faktor biaya membikin produsen minyak cengkeh memilih daun cengkeh sebagai bahan baku.<\/p>\n\n\n\n

Pengambilan daun cengkeh yang sudah gugur dari ranting-ranting pohon secara besar-besaran, ternyata membikin akar dan batang pohon cengkeh mudah terserang penyakit. Atas temuan ini, Bli Putu dan Bli Komang mengadvokasi sebuah peraturan yang melarang pengambilan daun cengkeh hingga tingkat bupati. Berhasil. Bupati mengeluarkan peraturan bupati yang melarang pengambilan daun cengkeh berlebihan.<\/p>\n\n\n\n

\"Manusia terikat pada tiga interaksi. Interaksi dengan Tuhan, interaksi dengan sesama manusia, dan interaksi dengan alam, yang terakhir itu kerap dilupakan,\" Ujar Bli Komang sekali waktu di tengah kebun cengkeh miliknya, ia melanjutkan, \"Manusia terlalu banyak mengambil dari alam. Terlalu banyak. Sementara kita seperti enggan mengembalikan sesuatu ke alam, memenuhi hak alam. Semestinya, seberapa besar yang kita ambil dari alam, sebanyak itu juga yang harus kita kembalikan ke alam. Seimbang. Hidup harus seimbang.\"<\/p>\n\n\n\n

Itulah yang mendorong Bli Komang dan Bli Putu menjalani lelaku bertani ramah alam. Dan keyakinan spiritualitas serta tradisi leluhur di Munduk mendukung dan menyarankan laku tani semacam ini. Pura Kopi, pura yang sedikit saya singgung pada pembuka tulisan ini, adalah pura yang khusus diperuntukkan sebagai tempat ritual-ritual religi terkait pertanian. Dinamakan Pura Kopi karena sejarah perkebunan kopi di Munduk lebih dahulu dibanding cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Idiom-idiom kreatifitas dari lahirnya kretek muncul menjadi keseharian warga Kudus, kota yang melahirkan kretek, dan tempat dimana kretek mencapai puncak kejayaan ekonomi dan budaya nasional bahkan dunia luar. Idiom bathil <\/em>(menggunting untuk merapikan kedua ujung batang kretek), nggiling<\/em> (menggulung), nglinthing<\/em> (gulung tangan), sampai saat ini masih bisa disaksikan sebagai bukti masa kejayaan kretek masih bisa dirasakan anak cucu negeri ini. <\/p>\n\n\n\n

Mbok Ruminah, bekerja sebagai buruh bathil<\/em> di barak Burikan milik sebuah pabrik rokok ternama. Dia sudah bekerja sebagai buruh bathil selama 25 tahun. Setiap hari dia mampu mengerjakan 2.000 batang kretek (Roem Topatimasang dkk; 2010, hlm. 121). Keterampilan tangan Mbok Ruminah bukanlah semata-mata skill industri, tetapi kreatifitas lokal yang unik, karya budaya yang tidak disemua tempat orang bisa melakukan dan melestarikannya.   <\/p>\n\n\n\n

Menurut Roem Topatimasang, mata pencaharian yang lahir dari kraetifitas melinting<\/em> juga bisa ditemukan di Kediri, kota kretek kedua setelah Kudus. Agus Susanto, pria asli Kediri yang bekerja di salah satu pabrik kretek, ternyata seluruh anggota keluarganya bekerja sebagai buruh linting.<\/p>\n\n\n\n

Lanjut lagi Roem Topatimasang mengatakan, keunikan di tempat lain yang sangat menentukan produk budaya berupa kretek adalah di daerah Minahasa penghasil cengkeh terbesar. Sisa-sisa kejayaan budidaya cengkeh masih terlihat hingga kini. Rumah-rumah megah dan gereja-gereja besar dibangun pada saat petani cengkeh Minahasa mendapatkan harga jual yang sangat tinggi. Mantan Gubernur Sulawesi Utara (alm) Willy Lasut menyebutkan bahwa petani cengkeh Minahasa pernah menikmati kejayaan sebagai penduduk yang memiliki pendapatan perkapita tertinggi di Indonesia pada era Gus dur jadi presiden, bahkan menyamai Swiss, negeri paling makmur di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Cengkeh: Dulu, Kini dan Nanti<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Karena itu hingga kini, Gus Dur masih terus dikenang sebagai pembawa berkah bagi petani cengkeh di Sulawesi Utara. Demikian senang dan hormatnya mereka kepada Gus Dur, para petani cengkeh di Sonder-Minahasa, memperingati meninggalnya Gus dur dengan menyalakan lilin di gereja-gereja dan jalan-jalan kota kecil itu. Betapa besar dampak sosial dan budaya dari cengkeh dan kretek bagi orang Minahasa.   <\/p>\n\n\n\n

Dari sisi antropologi sungguh menarik untuk dicermati. Satu kampung, satu dusun atau bahkan beberapa dusun, ribuan orang, satu keluarga, mempertahankan hidup, mempertahankan warisan budaya dan keterampilan nenek moyangnya dari kretek. Bagaimana cara hidup dan bermasyarakat orang-orang di kawasan petani tembakau di Temanggung, tradisi orang-orang Minahasa yang hidup dari pertanian cengkeh, serta buruh dan pekerja pabrik kretek di Kudus dan Kediri yang unik, penuh sentuhan ritual dan kultural.
<\/p>\n","post_title":"\u201cKretek Kajian Ekonomi & Budaya Empat Kota\u201d Sebuah Analisa dalam Kacamata Antropologi Budaya","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-kajian-ekonomi-budaya-empat-kota-sebuah-analisa-dalam-kacamata-antropologi-budaya","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-12 09:21:52","post_modified_gmt":"2019-03-12 02:21:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5536","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5528,"post_author":"919","post_date":"2019-03-10 09:12:59","post_date_gmt":"2019-03-10 02:12:59","post_content":"\n

Sudah berulang kali narasi buruk tentang para perokok timbul di masyarakat. Sedangkan di berbagai berita, isu-isu kesehatan selalu dikaitkan dengan para perokok. Seolah-olah rokok memang tak dibolehkan hadir di bumi dan keberadaannya dicap haram. Namun, apakah memang benar demikian? Sedangkan banyak tokoh-tokoh hebat juga yang menikmati rokok bahkan hingga saat ini.<\/p>\n\n\n\n

Ridwan Remin, seorang komika asal Bogor adalah salah satu tokoh terkenal yang juga diketahui sebagai seorang penikmat rokok. Pria berkacamata tersebut mulai naik daun dan namanya dikenal publik terutama saat menjuarai ajang stand up comedy di salah satu televisi swasta. Dalam sebuah pertunjukannya, ia bahkan memasukkan unsur rokok dalam materi lawakannya tersebut. Pujian kemudian diberikan oleh sang juri karena lawakan tersebut dianggap matang dan cerdas.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Andaikan Jokowi-Prabowo Merokok, Inilah Rokok yang Cocok Buat Mereka<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Ridwan Remin diberi tema soal rokok. Ketika komika lain terjebak pada narasi-`narasi buruk soal rokok, Ridwan Remin mencoba untuk menggunakan hal tersebut sebagai pembuka namun dipatahkannya sebagai sebuah lawakan. Menurutnya, kegiatan merokok itu membang membuat seseorang cepat mati, namun ia lebih memilih merokok ketimbang harus mati gaya. Lemparan lawakannya tersebut diterima tawa penonton termasuk juri, Akan tetapi jika melihat dari premis lelucon itu, sedikit nampak ada kekesalan terhadap justifikasi kepada para perokok.<\/p>\n\n\n\n

Lingkungan sosial kerap melabeli para perokok sebagai kegiatan yang bersifat \u2018gentleman\u2019. Dari sebutan tersebut jelas bahwa mereka mencoba untuk melabeli rokok dengan hanya sebagai bagian dari kaum pria saja. Bisa anda saksikan padahal bahwa banya juga kaum hawa yang menikmati produk tersebut, jika ditanya alasannya mungkin juga bukan karena hanya terlihat keren semata. Nah, teori yang kedua ini juga muncul di lingkungan sosial yang mengkambinghitamkan kata \u2018keren\u2019 sebagai biang dari lahirnya perokok muda.<\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya, kalau mau diakui rokok memang membuat seseorang terlihat keren, kalian para anti rokok mau membantah? Hayo, hayo, hayo. Memang terlihat membuat keren berada di tengah kerumitan hidup lantas mencoba menikmatinya dengan tanaman ciptaan tuhan (tembakau) yang kemudian dimodifikasi sebagai sebuah rokok, apakah ada salahnya? Selama dia sudah memiliki umur yang tepat dan sadar dalam mengkonsumsi rokok maka sah-sah saja dong itu dilakukan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah Agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Coba kalihan tengok lagi berbagai film terkemuka  di dunia atau bahkan hingga yang masuk dalam box office dan menerima penghargaan. Sama seperti adegan saat hujan, adegan seseorang merokok dalam sebuah film terlihat sangat keren dan dengan pengambilan gambar yang seapik mungkin. Apakah sang sutradara adalah seorang marketing rokok ? ah itu dugaan anda saja. Film sebagai bentuk eksistensi daya pikir manusia memberikan adegan rokok didalamnya karena memang rokok tak bisa lepas dari realitas kehidupan, dan itu keren!<\/p>\n\n\n\n

Di kehidupan nyata anda bisa merekam berbagai pola dan tingkah para perokok dalam segi yang lebih humanis. Memang tak bisa dipungkiri ada yang berperilaku buruk dengan membuang puntungnya sembarangan, namun jangan gelap mata dan tak memberikan apresiasi bagi yang masih mentaati peraturan. Bukankah, para perokok yang tetap mentaati peraturan itu adalah orang-orang yang keren?<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi soal keren, para perokok itu memang keren karena dengan berbagai hujatan dan stigma sosial mereka tetap bisa mempertahankan hidup. Para perokok itu keren karena ditengah cercaan, konsumsi mereka akan produk tembakau juga menghasilkan sesuatu yang bisa membangun negeri. Angkat topi juga untuk kalian para perokok yang tetap menjaga stabilitas kehidupannya serta kesehatannya masih bisa terjamin. Mengkhiri tulisan ini, mari bakar rokokmu sejenak dan nikmati hidup yang fana ini.<\/p>\n\n\n\n

\u201cRokok itu emang buat gaya, kalau mau bunuh mah bunuh ajah, toh percuma gue hidup kalau mati gaya,\u201d Ridwan Remin, Juara Stand Up Comedy Indonesia 7.<\/p>\n","post_title":"Akui Saja Merokok Itu Memang Hal yang Keren","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"akui-saja-merokok-itu-memang-hal-yang-keren","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-10 09:13:07","post_modified_gmt":"2019-03-10 02:13:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5528","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5522,"post_author":"878","post_date":"2019-03-08 07:51:45","post_date_gmt":"2019-03-08 00:51:45","post_content":"\n

Selepas Danau Beratan, menyimpang ke arah kiri meninggalkan jalan raya Denpasar-Singaraja, menoleh ke kiri jalan, pandangan mata saya tertuju ke Danau Tamblingan. Tak lama kemudian, melalui jalan menurun dan berliku, di kiri-kanan jalan rerimbunan pohon cengkeh tumbuh subur. Sebelum saya dan rekan-rekan tiba di Penginapan dan Restoran Don Biyu yang di kelola Bli Putu Ardana, senior saya di kampus yang juga warga asli Desa Munduk, Kabupaten Buleleng, Bali, di kanan jalan, kami melintasi Pura Kopi. <\/p>\n\n\n\n

Empat kali dalam waktu yang berbeda saya pernah berkunjung ke Desa Munduk. Dua di antaranya saya tinggal cukup lama di sana. Belajar dari dua orang kakak beradik Putu Ardana dan Komang Armada serta beberapa warga Desa Munduk lainnya tentang banyak hal, terutama pertanian cengkeh yang begitu masyhur di sana.<\/p>\n\n\n\n

Bertahun-tahun sebelum tiba di Desa Munduk, Denpasar membikin saya enggan berlama-lama di Pulau Bali. Denpasar terlalu ramai dan pikuk. Tentu saja ini penilaian subjektif saya semata. Namun Desa Munduk mengubah itu semua. Saya jadi betah berlama-lama di Pulau Bali. Lebih lagi bapak dari istri saya berasal dari Seririt, 45 menit ke arah utara dari Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, dari Bli Putu Ardana saya belajar banyak tentang adat dan keyakinan spiritual warga Desa Munduk. Dari Bli Komang Armada, saya mendapat pengetahuan berharga perihal pertanian cengkeh yang menyejahterakan banyak warga Desa Munduk dan banyak warga desa lain di luar Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Bli Putu sempat menjabat sebagai Bendesa, Kepala Desa Adat Munduk. Bli Komang beberapa waktu lalu terpilih sebagai petani teladan karena peran besarnya dalam pertanian cengkeh di Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mendengar Kembali Kesaksian WS Rendra<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Meskipun menyejahterakan banyak orang, pertanian cengkeh di Munduk bukan tanpa masalah. Beberapa waktu lalu, pernah ada masanya pabrik-pabrik penyulingan minyak cengkeh banyak berdiri di Munduk dan desa-desa lain di sekitarnya. Bahan baku utama minyak cengkeh bisa didapat dari bunga cengkeh, tangkai bunga cengkeh, dan daun cengkeh. Yang terbaik tentu dari bunga cengkeh. Sayangnya faktor biaya membikin produsen minyak cengkeh memilih daun cengkeh sebagai bahan baku.<\/p>\n\n\n\n

Pengambilan daun cengkeh yang sudah gugur dari ranting-ranting pohon secara besar-besaran, ternyata membikin akar dan batang pohon cengkeh mudah terserang penyakit. Atas temuan ini, Bli Putu dan Bli Komang mengadvokasi sebuah peraturan yang melarang pengambilan daun cengkeh hingga tingkat bupati. Berhasil. Bupati mengeluarkan peraturan bupati yang melarang pengambilan daun cengkeh berlebihan.<\/p>\n\n\n\n

\"Manusia terikat pada tiga interaksi. Interaksi dengan Tuhan, interaksi dengan sesama manusia, dan interaksi dengan alam, yang terakhir itu kerap dilupakan,\" Ujar Bli Komang sekali waktu di tengah kebun cengkeh miliknya, ia melanjutkan, \"Manusia terlalu banyak mengambil dari alam. Terlalu banyak. Sementara kita seperti enggan mengembalikan sesuatu ke alam, memenuhi hak alam. Semestinya, seberapa besar yang kita ambil dari alam, sebanyak itu juga yang harus kita kembalikan ke alam. Seimbang. Hidup harus seimbang.\"<\/p>\n\n\n\n

Itulah yang mendorong Bli Komang dan Bli Putu menjalani lelaku bertani ramah alam. Dan keyakinan spiritualitas serta tradisi leluhur di Munduk mendukung dan menyarankan laku tani semacam ini. Pura Kopi, pura yang sedikit saya singgung pada pembuka tulisan ini, adalah pura yang khusus diperuntukkan sebagai tempat ritual-ritual religi terkait pertanian. Dinamakan Pura Kopi karena sejarah perkebunan kopi di Munduk lebih dahulu dibanding cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Potret antropologi budaya masyarakat petani tembakau di Temanggung tidak bisa dilepaskan begitu saja dari aspek historis ditemukannya produk dan kreatifitas budaya yang bernama kretek. Kretek, jauh sebelum menjadi komoditas industri nasional yang menjadi simbol kejayaan bangsa, adalah sebuah penemuan, kreatifitas budaya, yang asli lahir dan tumbuh berkembang dari tangan-tangan terampil leluhur bangsa ini. <\/p>\n\n\n\n

Idiom-idiom kreatifitas dari lahirnya kretek muncul menjadi keseharian warga Kudus, kota yang melahirkan kretek, dan tempat dimana kretek mencapai puncak kejayaan ekonomi dan budaya nasional bahkan dunia luar. Idiom bathil <\/em>(menggunting untuk merapikan kedua ujung batang kretek), nggiling<\/em> (menggulung), nglinthing<\/em> (gulung tangan), sampai saat ini masih bisa disaksikan sebagai bukti masa kejayaan kretek masih bisa dirasakan anak cucu negeri ini. <\/p>\n\n\n\n

Mbok Ruminah, bekerja sebagai buruh bathil<\/em> di barak Burikan milik sebuah pabrik rokok ternama. Dia sudah bekerja sebagai buruh bathil selama 25 tahun. Setiap hari dia mampu mengerjakan 2.000 batang kretek (Roem Topatimasang dkk; 2010, hlm. 121). Keterampilan tangan Mbok Ruminah bukanlah semata-mata skill industri, tetapi kreatifitas lokal yang unik, karya budaya yang tidak disemua tempat orang bisa melakukan dan melestarikannya.   <\/p>\n\n\n\n

Menurut Roem Topatimasang, mata pencaharian yang lahir dari kraetifitas melinting<\/em> juga bisa ditemukan di Kediri, kota kretek kedua setelah Kudus. Agus Susanto, pria asli Kediri yang bekerja di salah satu pabrik kretek, ternyata seluruh anggota keluarganya bekerja sebagai buruh linting.<\/p>\n\n\n\n

Lanjut lagi Roem Topatimasang mengatakan, keunikan di tempat lain yang sangat menentukan produk budaya berupa kretek adalah di daerah Minahasa penghasil cengkeh terbesar. Sisa-sisa kejayaan budidaya cengkeh masih terlihat hingga kini. Rumah-rumah megah dan gereja-gereja besar dibangun pada saat petani cengkeh Minahasa mendapatkan harga jual yang sangat tinggi. Mantan Gubernur Sulawesi Utara (alm) Willy Lasut menyebutkan bahwa petani cengkeh Minahasa pernah menikmati kejayaan sebagai penduduk yang memiliki pendapatan perkapita tertinggi di Indonesia pada era Gus dur jadi presiden, bahkan menyamai Swiss, negeri paling makmur di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Cengkeh: Dulu, Kini dan Nanti<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Karena itu hingga kini, Gus Dur masih terus dikenang sebagai pembawa berkah bagi petani cengkeh di Sulawesi Utara. Demikian senang dan hormatnya mereka kepada Gus Dur, para petani cengkeh di Sonder-Minahasa, memperingati meninggalnya Gus dur dengan menyalakan lilin di gereja-gereja dan jalan-jalan kota kecil itu. Betapa besar dampak sosial dan budaya dari cengkeh dan kretek bagi orang Minahasa.   <\/p>\n\n\n\n

Dari sisi antropologi sungguh menarik untuk dicermati. Satu kampung, satu dusun atau bahkan beberapa dusun, ribuan orang, satu keluarga, mempertahankan hidup, mempertahankan warisan budaya dan keterampilan nenek moyangnya dari kretek. Bagaimana cara hidup dan bermasyarakat orang-orang di kawasan petani tembakau di Temanggung, tradisi orang-orang Minahasa yang hidup dari pertanian cengkeh, serta buruh dan pekerja pabrik kretek di Kudus dan Kediri yang unik, penuh sentuhan ritual dan kultural.
<\/p>\n","post_title":"\u201cKretek Kajian Ekonomi & Budaya Empat Kota\u201d Sebuah Analisa dalam Kacamata Antropologi Budaya","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-kajian-ekonomi-budaya-empat-kota-sebuah-analisa-dalam-kacamata-antropologi-budaya","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-12 09:21:52","post_modified_gmt":"2019-03-12 02:21:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5536","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5528,"post_author":"919","post_date":"2019-03-10 09:12:59","post_date_gmt":"2019-03-10 02:12:59","post_content":"\n

Sudah berulang kali narasi buruk tentang para perokok timbul di masyarakat. Sedangkan di berbagai berita, isu-isu kesehatan selalu dikaitkan dengan para perokok. Seolah-olah rokok memang tak dibolehkan hadir di bumi dan keberadaannya dicap haram. Namun, apakah memang benar demikian? Sedangkan banyak tokoh-tokoh hebat juga yang menikmati rokok bahkan hingga saat ini.<\/p>\n\n\n\n

Ridwan Remin, seorang komika asal Bogor adalah salah satu tokoh terkenal yang juga diketahui sebagai seorang penikmat rokok. Pria berkacamata tersebut mulai naik daun dan namanya dikenal publik terutama saat menjuarai ajang stand up comedy di salah satu televisi swasta. Dalam sebuah pertunjukannya, ia bahkan memasukkan unsur rokok dalam materi lawakannya tersebut. Pujian kemudian diberikan oleh sang juri karena lawakan tersebut dianggap matang dan cerdas.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Andaikan Jokowi-Prabowo Merokok, Inilah Rokok yang Cocok Buat Mereka<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Ridwan Remin diberi tema soal rokok. Ketika komika lain terjebak pada narasi-`narasi buruk soal rokok, Ridwan Remin mencoba untuk menggunakan hal tersebut sebagai pembuka namun dipatahkannya sebagai sebuah lawakan. Menurutnya, kegiatan merokok itu membang membuat seseorang cepat mati, namun ia lebih memilih merokok ketimbang harus mati gaya. Lemparan lawakannya tersebut diterima tawa penonton termasuk juri, Akan tetapi jika melihat dari premis lelucon itu, sedikit nampak ada kekesalan terhadap justifikasi kepada para perokok.<\/p>\n\n\n\n

Lingkungan sosial kerap melabeli para perokok sebagai kegiatan yang bersifat \u2018gentleman\u2019. Dari sebutan tersebut jelas bahwa mereka mencoba untuk melabeli rokok dengan hanya sebagai bagian dari kaum pria saja. Bisa anda saksikan padahal bahwa banya juga kaum hawa yang menikmati produk tersebut, jika ditanya alasannya mungkin juga bukan karena hanya terlihat keren semata. Nah, teori yang kedua ini juga muncul di lingkungan sosial yang mengkambinghitamkan kata \u2018keren\u2019 sebagai biang dari lahirnya perokok muda.<\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya, kalau mau diakui rokok memang membuat seseorang terlihat keren, kalian para anti rokok mau membantah? Hayo, hayo, hayo. Memang terlihat membuat keren berada di tengah kerumitan hidup lantas mencoba menikmatinya dengan tanaman ciptaan tuhan (tembakau) yang kemudian dimodifikasi sebagai sebuah rokok, apakah ada salahnya? Selama dia sudah memiliki umur yang tepat dan sadar dalam mengkonsumsi rokok maka sah-sah saja dong itu dilakukan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah Agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Coba kalihan tengok lagi berbagai film terkemuka  di dunia atau bahkan hingga yang masuk dalam box office dan menerima penghargaan. Sama seperti adegan saat hujan, adegan seseorang merokok dalam sebuah film terlihat sangat keren dan dengan pengambilan gambar yang seapik mungkin. Apakah sang sutradara adalah seorang marketing rokok ? ah itu dugaan anda saja. Film sebagai bentuk eksistensi daya pikir manusia memberikan adegan rokok didalamnya karena memang rokok tak bisa lepas dari realitas kehidupan, dan itu keren!<\/p>\n\n\n\n

Di kehidupan nyata anda bisa merekam berbagai pola dan tingkah para perokok dalam segi yang lebih humanis. Memang tak bisa dipungkiri ada yang berperilaku buruk dengan membuang puntungnya sembarangan, namun jangan gelap mata dan tak memberikan apresiasi bagi yang masih mentaati peraturan. Bukankah, para perokok yang tetap mentaati peraturan itu adalah orang-orang yang keren?<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi soal keren, para perokok itu memang keren karena dengan berbagai hujatan dan stigma sosial mereka tetap bisa mempertahankan hidup. Para perokok itu keren karena ditengah cercaan, konsumsi mereka akan produk tembakau juga menghasilkan sesuatu yang bisa membangun negeri. Angkat topi juga untuk kalian para perokok yang tetap menjaga stabilitas kehidupannya serta kesehatannya masih bisa terjamin. Mengkhiri tulisan ini, mari bakar rokokmu sejenak dan nikmati hidup yang fana ini.<\/p>\n\n\n\n

\u201cRokok itu emang buat gaya, kalau mau bunuh mah bunuh ajah, toh percuma gue hidup kalau mati gaya,\u201d Ridwan Remin, Juara Stand Up Comedy Indonesia 7.<\/p>\n","post_title":"Akui Saja Merokok Itu Memang Hal yang Keren","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"akui-saja-merokok-itu-memang-hal-yang-keren","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-10 09:13:07","post_modified_gmt":"2019-03-10 02:13:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5528","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5522,"post_author":"878","post_date":"2019-03-08 07:51:45","post_date_gmt":"2019-03-08 00:51:45","post_content":"\n

Selepas Danau Beratan, menyimpang ke arah kiri meninggalkan jalan raya Denpasar-Singaraja, menoleh ke kiri jalan, pandangan mata saya tertuju ke Danau Tamblingan. Tak lama kemudian, melalui jalan menurun dan berliku, di kiri-kanan jalan rerimbunan pohon cengkeh tumbuh subur. Sebelum saya dan rekan-rekan tiba di Penginapan dan Restoran Don Biyu yang di kelola Bli Putu Ardana, senior saya di kampus yang juga warga asli Desa Munduk, Kabupaten Buleleng, Bali, di kanan jalan, kami melintasi Pura Kopi. <\/p>\n\n\n\n

Empat kali dalam waktu yang berbeda saya pernah berkunjung ke Desa Munduk. Dua di antaranya saya tinggal cukup lama di sana. Belajar dari dua orang kakak beradik Putu Ardana dan Komang Armada serta beberapa warga Desa Munduk lainnya tentang banyak hal, terutama pertanian cengkeh yang begitu masyhur di sana.<\/p>\n\n\n\n

Bertahun-tahun sebelum tiba di Desa Munduk, Denpasar membikin saya enggan berlama-lama di Pulau Bali. Denpasar terlalu ramai dan pikuk. Tentu saja ini penilaian subjektif saya semata. Namun Desa Munduk mengubah itu semua. Saya jadi betah berlama-lama di Pulau Bali. Lebih lagi bapak dari istri saya berasal dari Seririt, 45 menit ke arah utara dari Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, dari Bli Putu Ardana saya belajar banyak tentang adat dan keyakinan spiritual warga Desa Munduk. Dari Bli Komang Armada, saya mendapat pengetahuan berharga perihal pertanian cengkeh yang menyejahterakan banyak warga Desa Munduk dan banyak warga desa lain di luar Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Bli Putu sempat menjabat sebagai Bendesa, Kepala Desa Adat Munduk. Bli Komang beberapa waktu lalu terpilih sebagai petani teladan karena peran besarnya dalam pertanian cengkeh di Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mendengar Kembali Kesaksian WS Rendra<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Meskipun menyejahterakan banyak orang, pertanian cengkeh di Munduk bukan tanpa masalah. Beberapa waktu lalu, pernah ada masanya pabrik-pabrik penyulingan minyak cengkeh banyak berdiri di Munduk dan desa-desa lain di sekitarnya. Bahan baku utama minyak cengkeh bisa didapat dari bunga cengkeh, tangkai bunga cengkeh, dan daun cengkeh. Yang terbaik tentu dari bunga cengkeh. Sayangnya faktor biaya membikin produsen minyak cengkeh memilih daun cengkeh sebagai bahan baku.<\/p>\n\n\n\n

Pengambilan daun cengkeh yang sudah gugur dari ranting-ranting pohon secara besar-besaran, ternyata membikin akar dan batang pohon cengkeh mudah terserang penyakit. Atas temuan ini, Bli Putu dan Bli Komang mengadvokasi sebuah peraturan yang melarang pengambilan daun cengkeh hingga tingkat bupati. Berhasil. Bupati mengeluarkan peraturan bupati yang melarang pengambilan daun cengkeh berlebihan.<\/p>\n\n\n\n

\"Manusia terikat pada tiga interaksi. Interaksi dengan Tuhan, interaksi dengan sesama manusia, dan interaksi dengan alam, yang terakhir itu kerap dilupakan,\" Ujar Bli Komang sekali waktu di tengah kebun cengkeh miliknya, ia melanjutkan, \"Manusia terlalu banyak mengambil dari alam. Terlalu banyak. Sementara kita seperti enggan mengembalikan sesuatu ke alam, memenuhi hak alam. Semestinya, seberapa besar yang kita ambil dari alam, sebanyak itu juga yang harus kita kembalikan ke alam. Seimbang. Hidup harus seimbang.\"<\/p>\n\n\n\n

Itulah yang mendorong Bli Komang dan Bli Putu menjalani lelaku bertani ramah alam. Dan keyakinan spiritualitas serta tradisi leluhur di Munduk mendukung dan menyarankan laku tani semacam ini. Pura Kopi, pura yang sedikit saya singgung pada pembuka tulisan ini, adalah pura yang khusus diperuntukkan sebagai tempat ritual-ritual religi terkait pertanian. Dinamakan Pura Kopi karena sejarah perkebunan kopi di Munduk lebih dahulu dibanding cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Tradisi dan ritual yang hampir sama juga berlaku ketika para petani tembakau menyambut musim panen, yakni dengan menggelar wiwitan.<\/em> Wiwitan adalah ritual yang menandai awal musim panen yang dilakukan pada pengujung musim kemarau, antara akhir Agustus hingga awal September dengan memperhitungkan hari yang dianggap baik. Berbeda dengan among tebal<\/em> yang dilaksanakan pada pagi hari, wiwitan<\/em> berlangsung pada saat senja atau petang hari. Dipimpin oleh kaum,<\/em> pemuka agama setempat, perangkat upacara diarak menuju ladang tembakau dari pemukiman dengan membawa sesajen, biasanya berupa tujuh tumpeng, ketan salak, dan daging ayam tolak. <\/p>\n\n\n\n

Potret antropologi budaya masyarakat petani tembakau di Temanggung tidak bisa dilepaskan begitu saja dari aspek historis ditemukannya produk dan kreatifitas budaya yang bernama kretek. Kretek, jauh sebelum menjadi komoditas industri nasional yang menjadi simbol kejayaan bangsa, adalah sebuah penemuan, kreatifitas budaya, yang asli lahir dan tumbuh berkembang dari tangan-tangan terampil leluhur bangsa ini. <\/p>\n\n\n\n

Idiom-idiom kreatifitas dari lahirnya kretek muncul menjadi keseharian warga Kudus, kota yang melahirkan kretek, dan tempat dimana kretek mencapai puncak kejayaan ekonomi dan budaya nasional bahkan dunia luar. Idiom bathil <\/em>(menggunting untuk merapikan kedua ujung batang kretek), nggiling<\/em> (menggulung), nglinthing<\/em> (gulung tangan), sampai saat ini masih bisa disaksikan sebagai bukti masa kejayaan kretek masih bisa dirasakan anak cucu negeri ini. <\/p>\n\n\n\n

Mbok Ruminah, bekerja sebagai buruh bathil<\/em> di barak Burikan milik sebuah pabrik rokok ternama. Dia sudah bekerja sebagai buruh bathil selama 25 tahun. Setiap hari dia mampu mengerjakan 2.000 batang kretek (Roem Topatimasang dkk; 2010, hlm. 121). Keterampilan tangan Mbok Ruminah bukanlah semata-mata skill industri, tetapi kreatifitas lokal yang unik, karya budaya yang tidak disemua tempat orang bisa melakukan dan melestarikannya.   <\/p>\n\n\n\n

Menurut Roem Topatimasang, mata pencaharian yang lahir dari kraetifitas melinting<\/em> juga bisa ditemukan di Kediri, kota kretek kedua setelah Kudus. Agus Susanto, pria asli Kediri yang bekerja di salah satu pabrik kretek, ternyata seluruh anggota keluarganya bekerja sebagai buruh linting.<\/p>\n\n\n\n

Lanjut lagi Roem Topatimasang mengatakan, keunikan di tempat lain yang sangat menentukan produk budaya berupa kretek adalah di daerah Minahasa penghasil cengkeh terbesar. Sisa-sisa kejayaan budidaya cengkeh masih terlihat hingga kini. Rumah-rumah megah dan gereja-gereja besar dibangun pada saat petani cengkeh Minahasa mendapatkan harga jual yang sangat tinggi. Mantan Gubernur Sulawesi Utara (alm) Willy Lasut menyebutkan bahwa petani cengkeh Minahasa pernah menikmati kejayaan sebagai penduduk yang memiliki pendapatan perkapita tertinggi di Indonesia pada era Gus dur jadi presiden, bahkan menyamai Swiss, negeri paling makmur di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Cengkeh: Dulu, Kini dan Nanti<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Karena itu hingga kini, Gus Dur masih terus dikenang sebagai pembawa berkah bagi petani cengkeh di Sulawesi Utara. Demikian senang dan hormatnya mereka kepada Gus Dur, para petani cengkeh di Sonder-Minahasa, memperingati meninggalnya Gus dur dengan menyalakan lilin di gereja-gereja dan jalan-jalan kota kecil itu. Betapa besar dampak sosial dan budaya dari cengkeh dan kretek bagi orang Minahasa.   <\/p>\n\n\n\n

Dari sisi antropologi sungguh menarik untuk dicermati. Satu kampung, satu dusun atau bahkan beberapa dusun, ribuan orang, satu keluarga, mempertahankan hidup, mempertahankan warisan budaya dan keterampilan nenek moyangnya dari kretek. Bagaimana cara hidup dan bermasyarakat orang-orang di kawasan petani tembakau di Temanggung, tradisi orang-orang Minahasa yang hidup dari pertanian cengkeh, serta buruh dan pekerja pabrik kretek di Kudus dan Kediri yang unik, penuh sentuhan ritual dan kultural.
<\/p>\n","post_title":"\u201cKretek Kajian Ekonomi & Budaya Empat Kota\u201d Sebuah Analisa dalam Kacamata Antropologi Budaya","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-kajian-ekonomi-budaya-empat-kota-sebuah-analisa-dalam-kacamata-antropologi-budaya","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-12 09:21:52","post_modified_gmt":"2019-03-12 02:21:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5536","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5528,"post_author":"919","post_date":"2019-03-10 09:12:59","post_date_gmt":"2019-03-10 02:12:59","post_content":"\n

Sudah berulang kali narasi buruk tentang para perokok timbul di masyarakat. Sedangkan di berbagai berita, isu-isu kesehatan selalu dikaitkan dengan para perokok. Seolah-olah rokok memang tak dibolehkan hadir di bumi dan keberadaannya dicap haram. Namun, apakah memang benar demikian? Sedangkan banyak tokoh-tokoh hebat juga yang menikmati rokok bahkan hingga saat ini.<\/p>\n\n\n\n

Ridwan Remin, seorang komika asal Bogor adalah salah satu tokoh terkenal yang juga diketahui sebagai seorang penikmat rokok. Pria berkacamata tersebut mulai naik daun dan namanya dikenal publik terutama saat menjuarai ajang stand up comedy di salah satu televisi swasta. Dalam sebuah pertunjukannya, ia bahkan memasukkan unsur rokok dalam materi lawakannya tersebut. Pujian kemudian diberikan oleh sang juri karena lawakan tersebut dianggap matang dan cerdas.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Andaikan Jokowi-Prabowo Merokok, Inilah Rokok yang Cocok Buat Mereka<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Ridwan Remin diberi tema soal rokok. Ketika komika lain terjebak pada narasi-`narasi buruk soal rokok, Ridwan Remin mencoba untuk menggunakan hal tersebut sebagai pembuka namun dipatahkannya sebagai sebuah lawakan. Menurutnya, kegiatan merokok itu membang membuat seseorang cepat mati, namun ia lebih memilih merokok ketimbang harus mati gaya. Lemparan lawakannya tersebut diterima tawa penonton termasuk juri, Akan tetapi jika melihat dari premis lelucon itu, sedikit nampak ada kekesalan terhadap justifikasi kepada para perokok.<\/p>\n\n\n\n

Lingkungan sosial kerap melabeli para perokok sebagai kegiatan yang bersifat \u2018gentleman\u2019. Dari sebutan tersebut jelas bahwa mereka mencoba untuk melabeli rokok dengan hanya sebagai bagian dari kaum pria saja. Bisa anda saksikan padahal bahwa banya juga kaum hawa yang menikmati produk tersebut, jika ditanya alasannya mungkin juga bukan karena hanya terlihat keren semata. Nah, teori yang kedua ini juga muncul di lingkungan sosial yang mengkambinghitamkan kata \u2018keren\u2019 sebagai biang dari lahirnya perokok muda.<\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya, kalau mau diakui rokok memang membuat seseorang terlihat keren, kalian para anti rokok mau membantah? Hayo, hayo, hayo. Memang terlihat membuat keren berada di tengah kerumitan hidup lantas mencoba menikmatinya dengan tanaman ciptaan tuhan (tembakau) yang kemudian dimodifikasi sebagai sebuah rokok, apakah ada salahnya? Selama dia sudah memiliki umur yang tepat dan sadar dalam mengkonsumsi rokok maka sah-sah saja dong itu dilakukan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah Agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Coba kalihan tengok lagi berbagai film terkemuka  di dunia atau bahkan hingga yang masuk dalam box office dan menerima penghargaan. Sama seperti adegan saat hujan, adegan seseorang merokok dalam sebuah film terlihat sangat keren dan dengan pengambilan gambar yang seapik mungkin. Apakah sang sutradara adalah seorang marketing rokok ? ah itu dugaan anda saja. Film sebagai bentuk eksistensi daya pikir manusia memberikan adegan rokok didalamnya karena memang rokok tak bisa lepas dari realitas kehidupan, dan itu keren!<\/p>\n\n\n\n

Di kehidupan nyata anda bisa merekam berbagai pola dan tingkah para perokok dalam segi yang lebih humanis. Memang tak bisa dipungkiri ada yang berperilaku buruk dengan membuang puntungnya sembarangan, namun jangan gelap mata dan tak memberikan apresiasi bagi yang masih mentaati peraturan. Bukankah, para perokok yang tetap mentaati peraturan itu adalah orang-orang yang keren?<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi soal keren, para perokok itu memang keren karena dengan berbagai hujatan dan stigma sosial mereka tetap bisa mempertahankan hidup. Para perokok itu keren karena ditengah cercaan, konsumsi mereka akan produk tembakau juga menghasilkan sesuatu yang bisa membangun negeri. Angkat topi juga untuk kalian para perokok yang tetap menjaga stabilitas kehidupannya serta kesehatannya masih bisa terjamin. Mengkhiri tulisan ini, mari bakar rokokmu sejenak dan nikmati hidup yang fana ini.<\/p>\n\n\n\n

\u201cRokok itu emang buat gaya, kalau mau bunuh mah bunuh ajah, toh percuma gue hidup kalau mati gaya,\u201d Ridwan Remin, Juara Stand Up Comedy Indonesia 7.<\/p>\n","post_title":"Akui Saja Merokok Itu Memang Hal yang Keren","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"akui-saja-merokok-itu-memang-hal-yang-keren","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-10 09:13:07","post_modified_gmt":"2019-03-10 02:13:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5528","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5522,"post_author":"878","post_date":"2019-03-08 07:51:45","post_date_gmt":"2019-03-08 00:51:45","post_content":"\n

Selepas Danau Beratan, menyimpang ke arah kiri meninggalkan jalan raya Denpasar-Singaraja, menoleh ke kiri jalan, pandangan mata saya tertuju ke Danau Tamblingan. Tak lama kemudian, melalui jalan menurun dan berliku, di kiri-kanan jalan rerimbunan pohon cengkeh tumbuh subur. Sebelum saya dan rekan-rekan tiba di Penginapan dan Restoran Don Biyu yang di kelola Bli Putu Ardana, senior saya di kampus yang juga warga asli Desa Munduk, Kabupaten Buleleng, Bali, di kanan jalan, kami melintasi Pura Kopi. <\/p>\n\n\n\n

Empat kali dalam waktu yang berbeda saya pernah berkunjung ke Desa Munduk. Dua di antaranya saya tinggal cukup lama di sana. Belajar dari dua orang kakak beradik Putu Ardana dan Komang Armada serta beberapa warga Desa Munduk lainnya tentang banyak hal, terutama pertanian cengkeh yang begitu masyhur di sana.<\/p>\n\n\n\n

Bertahun-tahun sebelum tiba di Desa Munduk, Denpasar membikin saya enggan berlama-lama di Pulau Bali. Denpasar terlalu ramai dan pikuk. Tentu saja ini penilaian subjektif saya semata. Namun Desa Munduk mengubah itu semua. Saya jadi betah berlama-lama di Pulau Bali. Lebih lagi bapak dari istri saya berasal dari Seririt, 45 menit ke arah utara dari Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, dari Bli Putu Ardana saya belajar banyak tentang adat dan keyakinan spiritual warga Desa Munduk. Dari Bli Komang Armada, saya mendapat pengetahuan berharga perihal pertanian cengkeh yang menyejahterakan banyak warga Desa Munduk dan banyak warga desa lain di luar Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Bli Putu sempat menjabat sebagai Bendesa, Kepala Desa Adat Munduk. Bli Komang beberapa waktu lalu terpilih sebagai petani teladan karena peran besarnya dalam pertanian cengkeh di Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mendengar Kembali Kesaksian WS Rendra<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Meskipun menyejahterakan banyak orang, pertanian cengkeh di Munduk bukan tanpa masalah. Beberapa waktu lalu, pernah ada masanya pabrik-pabrik penyulingan minyak cengkeh banyak berdiri di Munduk dan desa-desa lain di sekitarnya. Bahan baku utama minyak cengkeh bisa didapat dari bunga cengkeh, tangkai bunga cengkeh, dan daun cengkeh. Yang terbaik tentu dari bunga cengkeh. Sayangnya faktor biaya membikin produsen minyak cengkeh memilih daun cengkeh sebagai bahan baku.<\/p>\n\n\n\n

Pengambilan daun cengkeh yang sudah gugur dari ranting-ranting pohon secara besar-besaran, ternyata membikin akar dan batang pohon cengkeh mudah terserang penyakit. Atas temuan ini, Bli Putu dan Bli Komang mengadvokasi sebuah peraturan yang melarang pengambilan daun cengkeh hingga tingkat bupati. Berhasil. Bupati mengeluarkan peraturan bupati yang melarang pengambilan daun cengkeh berlebihan.<\/p>\n\n\n\n

\"Manusia terikat pada tiga interaksi. Interaksi dengan Tuhan, interaksi dengan sesama manusia, dan interaksi dengan alam, yang terakhir itu kerap dilupakan,\" Ujar Bli Komang sekali waktu di tengah kebun cengkeh miliknya, ia melanjutkan, \"Manusia terlalu banyak mengambil dari alam. Terlalu banyak. Sementara kita seperti enggan mengembalikan sesuatu ke alam, memenuhi hak alam. Semestinya, seberapa besar yang kita ambil dari alam, sebanyak itu juga yang harus kita kembalikan ke alam. Seimbang. Hidup harus seimbang.\"<\/p>\n\n\n\n

Itulah yang mendorong Bli Komang dan Bli Putu menjalani lelaku bertani ramah alam. Dan keyakinan spiritualitas serta tradisi leluhur di Munduk mendukung dan menyarankan laku tani semacam ini. Pura Kopi, pura yang sedikit saya singgung pada pembuka tulisan ini, adalah pura yang khusus diperuntukkan sebagai tempat ritual-ritual religi terkait pertanian. Dinamakan Pura Kopi karena sejarah perkebunan kopi di Munduk lebih dahulu dibanding cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Baca: Mitologi Munculnya Srinthil, Tembakau Terbaki dan Termahal di\u00a0Dunia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tradisi dan ritual yang hampir sama juga berlaku ketika para petani tembakau menyambut musim panen, yakni dengan menggelar wiwitan.<\/em> Wiwitan adalah ritual yang menandai awal musim panen yang dilakukan pada pengujung musim kemarau, antara akhir Agustus hingga awal September dengan memperhitungkan hari yang dianggap baik. Berbeda dengan among tebal<\/em> yang dilaksanakan pada pagi hari, wiwitan<\/em> berlangsung pada saat senja atau petang hari. Dipimpin oleh kaum,<\/em> pemuka agama setempat, perangkat upacara diarak menuju ladang tembakau dari pemukiman dengan membawa sesajen, biasanya berupa tujuh tumpeng, ketan salak, dan daging ayam tolak. <\/p>\n\n\n\n

Potret antropologi budaya masyarakat petani tembakau di Temanggung tidak bisa dilepaskan begitu saja dari aspek historis ditemukannya produk dan kreatifitas budaya yang bernama kretek. Kretek, jauh sebelum menjadi komoditas industri nasional yang menjadi simbol kejayaan bangsa, adalah sebuah penemuan, kreatifitas budaya, yang asli lahir dan tumbuh berkembang dari tangan-tangan terampil leluhur bangsa ini. <\/p>\n\n\n\n

Idiom-idiom kreatifitas dari lahirnya kretek muncul menjadi keseharian warga Kudus, kota yang melahirkan kretek, dan tempat dimana kretek mencapai puncak kejayaan ekonomi dan budaya nasional bahkan dunia luar. Idiom bathil <\/em>(menggunting untuk merapikan kedua ujung batang kretek), nggiling<\/em> (menggulung), nglinthing<\/em> (gulung tangan), sampai saat ini masih bisa disaksikan sebagai bukti masa kejayaan kretek masih bisa dirasakan anak cucu negeri ini. <\/p>\n\n\n\n

Mbok Ruminah, bekerja sebagai buruh bathil<\/em> di barak Burikan milik sebuah pabrik rokok ternama. Dia sudah bekerja sebagai buruh bathil selama 25 tahun. Setiap hari dia mampu mengerjakan 2.000 batang kretek (Roem Topatimasang dkk; 2010, hlm. 121). Keterampilan tangan Mbok Ruminah bukanlah semata-mata skill industri, tetapi kreatifitas lokal yang unik, karya budaya yang tidak disemua tempat orang bisa melakukan dan melestarikannya.   <\/p>\n\n\n\n

Menurut Roem Topatimasang, mata pencaharian yang lahir dari kraetifitas melinting<\/em> juga bisa ditemukan di Kediri, kota kretek kedua setelah Kudus. Agus Susanto, pria asli Kediri yang bekerja di salah satu pabrik kretek, ternyata seluruh anggota keluarganya bekerja sebagai buruh linting.<\/p>\n\n\n\n

Lanjut lagi Roem Topatimasang mengatakan, keunikan di tempat lain yang sangat menentukan produk budaya berupa kretek adalah di daerah Minahasa penghasil cengkeh terbesar. Sisa-sisa kejayaan budidaya cengkeh masih terlihat hingga kini. Rumah-rumah megah dan gereja-gereja besar dibangun pada saat petani cengkeh Minahasa mendapatkan harga jual yang sangat tinggi. Mantan Gubernur Sulawesi Utara (alm) Willy Lasut menyebutkan bahwa petani cengkeh Minahasa pernah menikmati kejayaan sebagai penduduk yang memiliki pendapatan perkapita tertinggi di Indonesia pada era Gus dur jadi presiden, bahkan menyamai Swiss, negeri paling makmur di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Cengkeh: Dulu, Kini dan Nanti<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Karena itu hingga kini, Gus Dur masih terus dikenang sebagai pembawa berkah bagi petani cengkeh di Sulawesi Utara. Demikian senang dan hormatnya mereka kepada Gus Dur, para petani cengkeh di Sonder-Minahasa, memperingati meninggalnya Gus dur dengan menyalakan lilin di gereja-gereja dan jalan-jalan kota kecil itu. Betapa besar dampak sosial dan budaya dari cengkeh dan kretek bagi orang Minahasa.   <\/p>\n\n\n\n

Dari sisi antropologi sungguh menarik untuk dicermati. Satu kampung, satu dusun atau bahkan beberapa dusun, ribuan orang, satu keluarga, mempertahankan hidup, mempertahankan warisan budaya dan keterampilan nenek moyangnya dari kretek. Bagaimana cara hidup dan bermasyarakat orang-orang di kawasan petani tembakau di Temanggung, tradisi orang-orang Minahasa yang hidup dari pertanian cengkeh, serta buruh dan pekerja pabrik kretek di Kudus dan Kediri yang unik, penuh sentuhan ritual dan kultural.
<\/p>\n","post_title":"\u201cKretek Kajian Ekonomi & Budaya Empat Kota\u201d Sebuah Analisa dalam Kacamata Antropologi Budaya","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-kajian-ekonomi-budaya-empat-kota-sebuah-analisa-dalam-kacamata-antropologi-budaya","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-12 09:21:52","post_modified_gmt":"2019-03-12 02:21:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5536","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5528,"post_author":"919","post_date":"2019-03-10 09:12:59","post_date_gmt":"2019-03-10 02:12:59","post_content":"\n

Sudah berulang kali narasi buruk tentang para perokok timbul di masyarakat. Sedangkan di berbagai berita, isu-isu kesehatan selalu dikaitkan dengan para perokok. Seolah-olah rokok memang tak dibolehkan hadir di bumi dan keberadaannya dicap haram. Namun, apakah memang benar demikian? Sedangkan banyak tokoh-tokoh hebat juga yang menikmati rokok bahkan hingga saat ini.<\/p>\n\n\n\n

Ridwan Remin, seorang komika asal Bogor adalah salah satu tokoh terkenal yang juga diketahui sebagai seorang penikmat rokok. Pria berkacamata tersebut mulai naik daun dan namanya dikenal publik terutama saat menjuarai ajang stand up comedy di salah satu televisi swasta. Dalam sebuah pertunjukannya, ia bahkan memasukkan unsur rokok dalam materi lawakannya tersebut. Pujian kemudian diberikan oleh sang juri karena lawakan tersebut dianggap matang dan cerdas.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Andaikan Jokowi-Prabowo Merokok, Inilah Rokok yang Cocok Buat Mereka<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Ridwan Remin diberi tema soal rokok. Ketika komika lain terjebak pada narasi-`narasi buruk soal rokok, Ridwan Remin mencoba untuk menggunakan hal tersebut sebagai pembuka namun dipatahkannya sebagai sebuah lawakan. Menurutnya, kegiatan merokok itu membang membuat seseorang cepat mati, namun ia lebih memilih merokok ketimbang harus mati gaya. Lemparan lawakannya tersebut diterima tawa penonton termasuk juri, Akan tetapi jika melihat dari premis lelucon itu, sedikit nampak ada kekesalan terhadap justifikasi kepada para perokok.<\/p>\n\n\n\n

Lingkungan sosial kerap melabeli para perokok sebagai kegiatan yang bersifat \u2018gentleman\u2019. Dari sebutan tersebut jelas bahwa mereka mencoba untuk melabeli rokok dengan hanya sebagai bagian dari kaum pria saja. Bisa anda saksikan padahal bahwa banya juga kaum hawa yang menikmati produk tersebut, jika ditanya alasannya mungkin juga bukan karena hanya terlihat keren semata. Nah, teori yang kedua ini juga muncul di lingkungan sosial yang mengkambinghitamkan kata \u2018keren\u2019 sebagai biang dari lahirnya perokok muda.<\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya, kalau mau diakui rokok memang membuat seseorang terlihat keren, kalian para anti rokok mau membantah? Hayo, hayo, hayo. Memang terlihat membuat keren berada di tengah kerumitan hidup lantas mencoba menikmatinya dengan tanaman ciptaan tuhan (tembakau) yang kemudian dimodifikasi sebagai sebuah rokok, apakah ada salahnya? Selama dia sudah memiliki umur yang tepat dan sadar dalam mengkonsumsi rokok maka sah-sah saja dong itu dilakukan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah Agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Coba kalihan tengok lagi berbagai film terkemuka  di dunia atau bahkan hingga yang masuk dalam box office dan menerima penghargaan. Sama seperti adegan saat hujan, adegan seseorang merokok dalam sebuah film terlihat sangat keren dan dengan pengambilan gambar yang seapik mungkin. Apakah sang sutradara adalah seorang marketing rokok ? ah itu dugaan anda saja. Film sebagai bentuk eksistensi daya pikir manusia memberikan adegan rokok didalamnya karena memang rokok tak bisa lepas dari realitas kehidupan, dan itu keren!<\/p>\n\n\n\n

Di kehidupan nyata anda bisa merekam berbagai pola dan tingkah para perokok dalam segi yang lebih humanis. Memang tak bisa dipungkiri ada yang berperilaku buruk dengan membuang puntungnya sembarangan, namun jangan gelap mata dan tak memberikan apresiasi bagi yang masih mentaati peraturan. Bukankah, para perokok yang tetap mentaati peraturan itu adalah orang-orang yang keren?<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi soal keren, para perokok itu memang keren karena dengan berbagai hujatan dan stigma sosial mereka tetap bisa mempertahankan hidup. Para perokok itu keren karena ditengah cercaan, konsumsi mereka akan produk tembakau juga menghasilkan sesuatu yang bisa membangun negeri. Angkat topi juga untuk kalian para perokok yang tetap menjaga stabilitas kehidupannya serta kesehatannya masih bisa terjamin. Mengkhiri tulisan ini, mari bakar rokokmu sejenak dan nikmati hidup yang fana ini.<\/p>\n\n\n\n

\u201cRokok itu emang buat gaya, kalau mau bunuh mah bunuh ajah, toh percuma gue hidup kalau mati gaya,\u201d Ridwan Remin, Juara Stand Up Comedy Indonesia 7.<\/p>\n","post_title":"Akui Saja Merokok Itu Memang Hal yang Keren","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"akui-saja-merokok-itu-memang-hal-yang-keren","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-10 09:13:07","post_modified_gmt":"2019-03-10 02:13:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5528","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5522,"post_author":"878","post_date":"2019-03-08 07:51:45","post_date_gmt":"2019-03-08 00:51:45","post_content":"\n

Selepas Danau Beratan, menyimpang ke arah kiri meninggalkan jalan raya Denpasar-Singaraja, menoleh ke kiri jalan, pandangan mata saya tertuju ke Danau Tamblingan. Tak lama kemudian, melalui jalan menurun dan berliku, di kiri-kanan jalan rerimbunan pohon cengkeh tumbuh subur. Sebelum saya dan rekan-rekan tiba di Penginapan dan Restoran Don Biyu yang di kelola Bli Putu Ardana, senior saya di kampus yang juga warga asli Desa Munduk, Kabupaten Buleleng, Bali, di kanan jalan, kami melintasi Pura Kopi. <\/p>\n\n\n\n

Empat kali dalam waktu yang berbeda saya pernah berkunjung ke Desa Munduk. Dua di antaranya saya tinggal cukup lama di sana. Belajar dari dua orang kakak beradik Putu Ardana dan Komang Armada serta beberapa warga Desa Munduk lainnya tentang banyak hal, terutama pertanian cengkeh yang begitu masyhur di sana.<\/p>\n\n\n\n

Bertahun-tahun sebelum tiba di Desa Munduk, Denpasar membikin saya enggan berlama-lama di Pulau Bali. Denpasar terlalu ramai dan pikuk. Tentu saja ini penilaian subjektif saya semata. Namun Desa Munduk mengubah itu semua. Saya jadi betah berlama-lama di Pulau Bali. Lebih lagi bapak dari istri saya berasal dari Seririt, 45 menit ke arah utara dari Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, dari Bli Putu Ardana saya belajar banyak tentang adat dan keyakinan spiritual warga Desa Munduk. Dari Bli Komang Armada, saya mendapat pengetahuan berharga perihal pertanian cengkeh yang menyejahterakan banyak warga Desa Munduk dan banyak warga desa lain di luar Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Bli Putu sempat menjabat sebagai Bendesa, Kepala Desa Adat Munduk. Bli Komang beberapa waktu lalu terpilih sebagai petani teladan karena peran besarnya dalam pertanian cengkeh di Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mendengar Kembali Kesaksian WS Rendra<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Meskipun menyejahterakan banyak orang, pertanian cengkeh di Munduk bukan tanpa masalah. Beberapa waktu lalu, pernah ada masanya pabrik-pabrik penyulingan minyak cengkeh banyak berdiri di Munduk dan desa-desa lain di sekitarnya. Bahan baku utama minyak cengkeh bisa didapat dari bunga cengkeh, tangkai bunga cengkeh, dan daun cengkeh. Yang terbaik tentu dari bunga cengkeh. Sayangnya faktor biaya membikin produsen minyak cengkeh memilih daun cengkeh sebagai bahan baku.<\/p>\n\n\n\n

Pengambilan daun cengkeh yang sudah gugur dari ranting-ranting pohon secara besar-besaran, ternyata membikin akar dan batang pohon cengkeh mudah terserang penyakit. Atas temuan ini, Bli Putu dan Bli Komang mengadvokasi sebuah peraturan yang melarang pengambilan daun cengkeh hingga tingkat bupati. Berhasil. Bupati mengeluarkan peraturan bupati yang melarang pengambilan daun cengkeh berlebihan.<\/p>\n\n\n\n

\"Manusia terikat pada tiga interaksi. Interaksi dengan Tuhan, interaksi dengan sesama manusia, dan interaksi dengan alam, yang terakhir itu kerap dilupakan,\" Ujar Bli Komang sekali waktu di tengah kebun cengkeh miliknya, ia melanjutkan, \"Manusia terlalu banyak mengambil dari alam. Terlalu banyak. Sementara kita seperti enggan mengembalikan sesuatu ke alam, memenuhi hak alam. Semestinya, seberapa besar yang kita ambil dari alam, sebanyak itu juga yang harus kita kembalikan ke alam. Seimbang. Hidup harus seimbang.\"<\/p>\n\n\n\n

Itulah yang mendorong Bli Komang dan Bli Putu menjalani lelaku bertani ramah alam. Dan keyakinan spiritualitas serta tradisi leluhur di Munduk mendukung dan menyarankan laku tani semacam ini. Pura Kopi, pura yang sedikit saya singgung pada pembuka tulisan ini, adalah pura yang khusus diperuntukkan sebagai tempat ritual-ritual religi terkait pertanian. Dinamakan Pura Kopi karena sejarah perkebunan kopi di Munduk lebih dahulu dibanding cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Dalam buku \u201cKretek; Kajian Ekonomi dan Budaya Empat Kota\u201d,<\/em> kita bisa membaca kearifan budaya dan kreatifitas masyarakat lokal Temanggung dalam bertani, mengolah lahan, menanami tembakau, memanen dan menikmati hasil tembakau yang sangat dicintainya. Untuk mempertahankan kelestarian tembakau sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Pemurah, ribuan petani mengawali musim tanam tembakau dengan tradisi among tebal.<\/em> Yaitu semacam ritual yang menandai awal musim tanam tembakau, khususnya di desa Legoksari kecamatan Tlogomulyo, tempat penghasil tembakau mutu terbaik, antara akhir Maret hingga awal April. Sebagai bentuk penghormatan terhadap Ki Ageng Makukuhan, tokoh mitologis yang dipercaya para petani membawa bibit tembakau ke wilayah itu.<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Baca: Mitologi Munculnya Srinthil, Tembakau Terbaki dan Termahal di\u00a0Dunia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tradisi dan ritual yang hampir sama juga berlaku ketika para petani tembakau menyambut musim panen, yakni dengan menggelar wiwitan.<\/em> Wiwitan adalah ritual yang menandai awal musim panen yang dilakukan pada pengujung musim kemarau, antara akhir Agustus hingga awal September dengan memperhitungkan hari yang dianggap baik. Berbeda dengan among tebal<\/em> yang dilaksanakan pada pagi hari, wiwitan<\/em> berlangsung pada saat senja atau petang hari. Dipimpin oleh kaum,<\/em> pemuka agama setempat, perangkat upacara diarak menuju ladang tembakau dari pemukiman dengan membawa sesajen, biasanya berupa tujuh tumpeng, ketan salak, dan daging ayam tolak. <\/p>\n\n\n\n

Potret antropologi budaya masyarakat petani tembakau di Temanggung tidak bisa dilepaskan begitu saja dari aspek historis ditemukannya produk dan kreatifitas budaya yang bernama kretek. Kretek, jauh sebelum menjadi komoditas industri nasional yang menjadi simbol kejayaan bangsa, adalah sebuah penemuan, kreatifitas budaya, yang asli lahir dan tumbuh berkembang dari tangan-tangan terampil leluhur bangsa ini. <\/p>\n\n\n\n

Idiom-idiom kreatifitas dari lahirnya kretek muncul menjadi keseharian warga Kudus, kota yang melahirkan kretek, dan tempat dimana kretek mencapai puncak kejayaan ekonomi dan budaya nasional bahkan dunia luar. Idiom bathil <\/em>(menggunting untuk merapikan kedua ujung batang kretek), nggiling<\/em> (menggulung), nglinthing<\/em> (gulung tangan), sampai saat ini masih bisa disaksikan sebagai bukti masa kejayaan kretek masih bisa dirasakan anak cucu negeri ini. <\/p>\n\n\n\n

Mbok Ruminah, bekerja sebagai buruh bathil<\/em> di barak Burikan milik sebuah pabrik rokok ternama. Dia sudah bekerja sebagai buruh bathil selama 25 tahun. Setiap hari dia mampu mengerjakan 2.000 batang kretek (Roem Topatimasang dkk; 2010, hlm. 121). Keterampilan tangan Mbok Ruminah bukanlah semata-mata skill industri, tetapi kreatifitas lokal yang unik, karya budaya yang tidak disemua tempat orang bisa melakukan dan melestarikannya.   <\/p>\n\n\n\n

Menurut Roem Topatimasang, mata pencaharian yang lahir dari kraetifitas melinting<\/em> juga bisa ditemukan di Kediri, kota kretek kedua setelah Kudus. Agus Susanto, pria asli Kediri yang bekerja di salah satu pabrik kretek, ternyata seluruh anggota keluarganya bekerja sebagai buruh linting.<\/p>\n\n\n\n

Lanjut lagi Roem Topatimasang mengatakan, keunikan di tempat lain yang sangat menentukan produk budaya berupa kretek adalah di daerah Minahasa penghasil cengkeh terbesar. Sisa-sisa kejayaan budidaya cengkeh masih terlihat hingga kini. Rumah-rumah megah dan gereja-gereja besar dibangun pada saat petani cengkeh Minahasa mendapatkan harga jual yang sangat tinggi. Mantan Gubernur Sulawesi Utara (alm) Willy Lasut menyebutkan bahwa petani cengkeh Minahasa pernah menikmati kejayaan sebagai penduduk yang memiliki pendapatan perkapita tertinggi di Indonesia pada era Gus dur jadi presiden, bahkan menyamai Swiss, negeri paling makmur di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Cengkeh: Dulu, Kini dan Nanti<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Karena itu hingga kini, Gus Dur masih terus dikenang sebagai pembawa berkah bagi petani cengkeh di Sulawesi Utara. Demikian senang dan hormatnya mereka kepada Gus Dur, para petani cengkeh di Sonder-Minahasa, memperingati meninggalnya Gus dur dengan menyalakan lilin di gereja-gereja dan jalan-jalan kota kecil itu. Betapa besar dampak sosial dan budaya dari cengkeh dan kretek bagi orang Minahasa.   <\/p>\n\n\n\n

Dari sisi antropologi sungguh menarik untuk dicermati. Satu kampung, satu dusun atau bahkan beberapa dusun, ribuan orang, satu keluarga, mempertahankan hidup, mempertahankan warisan budaya dan keterampilan nenek moyangnya dari kretek. Bagaimana cara hidup dan bermasyarakat orang-orang di kawasan petani tembakau di Temanggung, tradisi orang-orang Minahasa yang hidup dari pertanian cengkeh, serta buruh dan pekerja pabrik kretek di Kudus dan Kediri yang unik, penuh sentuhan ritual dan kultural.
<\/p>\n","post_title":"\u201cKretek Kajian Ekonomi & Budaya Empat Kota\u201d Sebuah Analisa dalam Kacamata Antropologi Budaya","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-kajian-ekonomi-budaya-empat-kota-sebuah-analisa-dalam-kacamata-antropologi-budaya","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-12 09:21:52","post_modified_gmt":"2019-03-12 02:21:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5536","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5528,"post_author":"919","post_date":"2019-03-10 09:12:59","post_date_gmt":"2019-03-10 02:12:59","post_content":"\n

Sudah berulang kali narasi buruk tentang para perokok timbul di masyarakat. Sedangkan di berbagai berita, isu-isu kesehatan selalu dikaitkan dengan para perokok. Seolah-olah rokok memang tak dibolehkan hadir di bumi dan keberadaannya dicap haram. Namun, apakah memang benar demikian? Sedangkan banyak tokoh-tokoh hebat juga yang menikmati rokok bahkan hingga saat ini.<\/p>\n\n\n\n

Ridwan Remin, seorang komika asal Bogor adalah salah satu tokoh terkenal yang juga diketahui sebagai seorang penikmat rokok. Pria berkacamata tersebut mulai naik daun dan namanya dikenal publik terutama saat menjuarai ajang stand up comedy di salah satu televisi swasta. Dalam sebuah pertunjukannya, ia bahkan memasukkan unsur rokok dalam materi lawakannya tersebut. Pujian kemudian diberikan oleh sang juri karena lawakan tersebut dianggap matang dan cerdas.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Andaikan Jokowi-Prabowo Merokok, Inilah Rokok yang Cocok Buat Mereka<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Ridwan Remin diberi tema soal rokok. Ketika komika lain terjebak pada narasi-`narasi buruk soal rokok, Ridwan Remin mencoba untuk menggunakan hal tersebut sebagai pembuka namun dipatahkannya sebagai sebuah lawakan. Menurutnya, kegiatan merokok itu membang membuat seseorang cepat mati, namun ia lebih memilih merokok ketimbang harus mati gaya. Lemparan lawakannya tersebut diterima tawa penonton termasuk juri, Akan tetapi jika melihat dari premis lelucon itu, sedikit nampak ada kekesalan terhadap justifikasi kepada para perokok.<\/p>\n\n\n\n

Lingkungan sosial kerap melabeli para perokok sebagai kegiatan yang bersifat \u2018gentleman\u2019. Dari sebutan tersebut jelas bahwa mereka mencoba untuk melabeli rokok dengan hanya sebagai bagian dari kaum pria saja. Bisa anda saksikan padahal bahwa banya juga kaum hawa yang menikmati produk tersebut, jika ditanya alasannya mungkin juga bukan karena hanya terlihat keren semata. Nah, teori yang kedua ini juga muncul di lingkungan sosial yang mengkambinghitamkan kata \u2018keren\u2019 sebagai biang dari lahirnya perokok muda.<\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya, kalau mau diakui rokok memang membuat seseorang terlihat keren, kalian para anti rokok mau membantah? Hayo, hayo, hayo. Memang terlihat membuat keren berada di tengah kerumitan hidup lantas mencoba menikmatinya dengan tanaman ciptaan tuhan (tembakau) yang kemudian dimodifikasi sebagai sebuah rokok, apakah ada salahnya? Selama dia sudah memiliki umur yang tepat dan sadar dalam mengkonsumsi rokok maka sah-sah saja dong itu dilakukan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah Agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Coba kalihan tengok lagi berbagai film terkemuka  di dunia atau bahkan hingga yang masuk dalam box office dan menerima penghargaan. Sama seperti adegan saat hujan, adegan seseorang merokok dalam sebuah film terlihat sangat keren dan dengan pengambilan gambar yang seapik mungkin. Apakah sang sutradara adalah seorang marketing rokok ? ah itu dugaan anda saja. Film sebagai bentuk eksistensi daya pikir manusia memberikan adegan rokok didalamnya karena memang rokok tak bisa lepas dari realitas kehidupan, dan itu keren!<\/p>\n\n\n\n

Di kehidupan nyata anda bisa merekam berbagai pola dan tingkah para perokok dalam segi yang lebih humanis. Memang tak bisa dipungkiri ada yang berperilaku buruk dengan membuang puntungnya sembarangan, namun jangan gelap mata dan tak memberikan apresiasi bagi yang masih mentaati peraturan. Bukankah, para perokok yang tetap mentaati peraturan itu adalah orang-orang yang keren?<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi soal keren, para perokok itu memang keren karena dengan berbagai hujatan dan stigma sosial mereka tetap bisa mempertahankan hidup. Para perokok itu keren karena ditengah cercaan, konsumsi mereka akan produk tembakau juga menghasilkan sesuatu yang bisa membangun negeri. Angkat topi juga untuk kalian para perokok yang tetap menjaga stabilitas kehidupannya serta kesehatannya masih bisa terjamin. Mengkhiri tulisan ini, mari bakar rokokmu sejenak dan nikmati hidup yang fana ini.<\/p>\n\n\n\n

\u201cRokok itu emang buat gaya, kalau mau bunuh mah bunuh ajah, toh percuma gue hidup kalau mati gaya,\u201d Ridwan Remin, Juara Stand Up Comedy Indonesia 7.<\/p>\n","post_title":"Akui Saja Merokok Itu Memang Hal yang Keren","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"akui-saja-merokok-itu-memang-hal-yang-keren","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-10 09:13:07","post_modified_gmt":"2019-03-10 02:13:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5528","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5522,"post_author":"878","post_date":"2019-03-08 07:51:45","post_date_gmt":"2019-03-08 00:51:45","post_content":"\n

Selepas Danau Beratan, menyimpang ke arah kiri meninggalkan jalan raya Denpasar-Singaraja, menoleh ke kiri jalan, pandangan mata saya tertuju ke Danau Tamblingan. Tak lama kemudian, melalui jalan menurun dan berliku, di kiri-kanan jalan rerimbunan pohon cengkeh tumbuh subur. Sebelum saya dan rekan-rekan tiba di Penginapan dan Restoran Don Biyu yang di kelola Bli Putu Ardana, senior saya di kampus yang juga warga asli Desa Munduk, Kabupaten Buleleng, Bali, di kanan jalan, kami melintasi Pura Kopi. <\/p>\n\n\n\n

Empat kali dalam waktu yang berbeda saya pernah berkunjung ke Desa Munduk. Dua di antaranya saya tinggal cukup lama di sana. Belajar dari dua orang kakak beradik Putu Ardana dan Komang Armada serta beberapa warga Desa Munduk lainnya tentang banyak hal, terutama pertanian cengkeh yang begitu masyhur di sana.<\/p>\n\n\n\n

Bertahun-tahun sebelum tiba di Desa Munduk, Denpasar membikin saya enggan berlama-lama di Pulau Bali. Denpasar terlalu ramai dan pikuk. Tentu saja ini penilaian subjektif saya semata. Namun Desa Munduk mengubah itu semua. Saya jadi betah berlama-lama di Pulau Bali. Lebih lagi bapak dari istri saya berasal dari Seririt, 45 menit ke arah utara dari Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, dari Bli Putu Ardana saya belajar banyak tentang adat dan keyakinan spiritual warga Desa Munduk. Dari Bli Komang Armada, saya mendapat pengetahuan berharga perihal pertanian cengkeh yang menyejahterakan banyak warga Desa Munduk dan banyak warga desa lain di luar Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Bli Putu sempat menjabat sebagai Bendesa, Kepala Desa Adat Munduk. Bli Komang beberapa waktu lalu terpilih sebagai petani teladan karena peran besarnya dalam pertanian cengkeh di Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mendengar Kembali Kesaksian WS Rendra<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Meskipun menyejahterakan banyak orang, pertanian cengkeh di Munduk bukan tanpa masalah. Beberapa waktu lalu, pernah ada masanya pabrik-pabrik penyulingan minyak cengkeh banyak berdiri di Munduk dan desa-desa lain di sekitarnya. Bahan baku utama minyak cengkeh bisa didapat dari bunga cengkeh, tangkai bunga cengkeh, dan daun cengkeh. Yang terbaik tentu dari bunga cengkeh. Sayangnya faktor biaya membikin produsen minyak cengkeh memilih daun cengkeh sebagai bahan baku.<\/p>\n\n\n\n

Pengambilan daun cengkeh yang sudah gugur dari ranting-ranting pohon secara besar-besaran, ternyata membikin akar dan batang pohon cengkeh mudah terserang penyakit. Atas temuan ini, Bli Putu dan Bli Komang mengadvokasi sebuah peraturan yang melarang pengambilan daun cengkeh hingga tingkat bupati. Berhasil. Bupati mengeluarkan peraturan bupati yang melarang pengambilan daun cengkeh berlebihan.<\/p>\n\n\n\n

\"Manusia terikat pada tiga interaksi. Interaksi dengan Tuhan, interaksi dengan sesama manusia, dan interaksi dengan alam, yang terakhir itu kerap dilupakan,\" Ujar Bli Komang sekali waktu di tengah kebun cengkeh miliknya, ia melanjutkan, \"Manusia terlalu banyak mengambil dari alam. Terlalu banyak. Sementara kita seperti enggan mengembalikan sesuatu ke alam, memenuhi hak alam. Semestinya, seberapa besar yang kita ambil dari alam, sebanyak itu juga yang harus kita kembalikan ke alam. Seimbang. Hidup harus seimbang.\"<\/p>\n\n\n\n

Itulah yang mendorong Bli Komang dan Bli Putu menjalani lelaku bertani ramah alam. Dan keyakinan spiritualitas serta tradisi leluhur di Munduk mendukung dan menyarankan laku tani semacam ini. Pura Kopi, pura yang sedikit saya singgung pada pembuka tulisan ini, adalah pura yang khusus diperuntukkan sebagai tempat ritual-ritual religi terkait pertanian. Dinamakan Pura Kopi karena sejarah perkebunan kopi di Munduk lebih dahulu dibanding cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

\u201cEnten mriki, menawi musim ketigo mboten wonten tanduran ingkang cucuk sanesipun soto, nyambut gawe rong sasi kagem urip setaun\u201d<\/em> (Disini kalau musim kemarau, tidak ada tanaman yang bisa hidup selain tembakau. Kerja dua bulan untuk hidup setahun, ya yang bisa hanya tembakau). Ungkapan Yamuh, seorang petani muda yang sudah bertahun-tahun menjadi petani tembakau, dalam bahasa Jawa dialek Temanggung di atas adalah fakta empiris yang mengungkapkan betapa agungnya anugerah Tuhan yang menurunkan tanaman tembakau di Temanggung.<\/p>\n\n\n\n

Dalam buku \u201cKretek; Kajian Ekonomi dan Budaya Empat Kota\u201d,<\/em> kita bisa membaca kearifan budaya dan kreatifitas masyarakat lokal Temanggung dalam bertani, mengolah lahan, menanami tembakau, memanen dan menikmati hasil tembakau yang sangat dicintainya. Untuk mempertahankan kelestarian tembakau sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Pemurah, ribuan petani mengawali musim tanam tembakau dengan tradisi among tebal.<\/em> Yaitu semacam ritual yang menandai awal musim tanam tembakau, khususnya di desa Legoksari kecamatan Tlogomulyo, tempat penghasil tembakau mutu terbaik, antara akhir Maret hingga awal April. Sebagai bentuk penghormatan terhadap Ki Ageng Makukuhan, tokoh mitologis yang dipercaya para petani membawa bibit tembakau ke wilayah itu.<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Baca: Mitologi Munculnya Srinthil, Tembakau Terbaki dan Termahal di\u00a0Dunia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tradisi dan ritual yang hampir sama juga berlaku ketika para petani tembakau menyambut musim panen, yakni dengan menggelar wiwitan.<\/em> Wiwitan adalah ritual yang menandai awal musim panen yang dilakukan pada pengujung musim kemarau, antara akhir Agustus hingga awal September dengan memperhitungkan hari yang dianggap baik. Berbeda dengan among tebal<\/em> yang dilaksanakan pada pagi hari, wiwitan<\/em> berlangsung pada saat senja atau petang hari. Dipimpin oleh kaum,<\/em> pemuka agama setempat, perangkat upacara diarak menuju ladang tembakau dari pemukiman dengan membawa sesajen, biasanya berupa tujuh tumpeng, ketan salak, dan daging ayam tolak. <\/p>\n\n\n\n

Potret antropologi budaya masyarakat petani tembakau di Temanggung tidak bisa dilepaskan begitu saja dari aspek historis ditemukannya produk dan kreatifitas budaya yang bernama kretek. Kretek, jauh sebelum menjadi komoditas industri nasional yang menjadi simbol kejayaan bangsa, adalah sebuah penemuan, kreatifitas budaya, yang asli lahir dan tumbuh berkembang dari tangan-tangan terampil leluhur bangsa ini. <\/p>\n\n\n\n

Idiom-idiom kreatifitas dari lahirnya kretek muncul menjadi keseharian warga Kudus, kota yang melahirkan kretek, dan tempat dimana kretek mencapai puncak kejayaan ekonomi dan budaya nasional bahkan dunia luar. Idiom bathil <\/em>(menggunting untuk merapikan kedua ujung batang kretek), nggiling<\/em> (menggulung), nglinthing<\/em> (gulung tangan), sampai saat ini masih bisa disaksikan sebagai bukti masa kejayaan kretek masih bisa dirasakan anak cucu negeri ini. <\/p>\n\n\n\n

Mbok Ruminah, bekerja sebagai buruh bathil<\/em> di barak Burikan milik sebuah pabrik rokok ternama. Dia sudah bekerja sebagai buruh bathil selama 25 tahun. Setiap hari dia mampu mengerjakan 2.000 batang kretek (Roem Topatimasang dkk; 2010, hlm. 121). Keterampilan tangan Mbok Ruminah bukanlah semata-mata skill industri, tetapi kreatifitas lokal yang unik, karya budaya yang tidak disemua tempat orang bisa melakukan dan melestarikannya.   <\/p>\n\n\n\n

Menurut Roem Topatimasang, mata pencaharian yang lahir dari kraetifitas melinting<\/em> juga bisa ditemukan di Kediri, kota kretek kedua setelah Kudus. Agus Susanto, pria asli Kediri yang bekerja di salah satu pabrik kretek, ternyata seluruh anggota keluarganya bekerja sebagai buruh linting.<\/p>\n\n\n\n

Lanjut lagi Roem Topatimasang mengatakan, keunikan di tempat lain yang sangat menentukan produk budaya berupa kretek adalah di daerah Minahasa penghasil cengkeh terbesar. Sisa-sisa kejayaan budidaya cengkeh masih terlihat hingga kini. Rumah-rumah megah dan gereja-gereja besar dibangun pada saat petani cengkeh Minahasa mendapatkan harga jual yang sangat tinggi. Mantan Gubernur Sulawesi Utara (alm) Willy Lasut menyebutkan bahwa petani cengkeh Minahasa pernah menikmati kejayaan sebagai penduduk yang memiliki pendapatan perkapita tertinggi di Indonesia pada era Gus dur jadi presiden, bahkan menyamai Swiss, negeri paling makmur di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Cengkeh: Dulu, Kini dan Nanti<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Karena itu hingga kini, Gus Dur masih terus dikenang sebagai pembawa berkah bagi petani cengkeh di Sulawesi Utara. Demikian senang dan hormatnya mereka kepada Gus Dur, para petani cengkeh di Sonder-Minahasa, memperingati meninggalnya Gus dur dengan menyalakan lilin di gereja-gereja dan jalan-jalan kota kecil itu. Betapa besar dampak sosial dan budaya dari cengkeh dan kretek bagi orang Minahasa.   <\/p>\n\n\n\n

Dari sisi antropologi sungguh menarik untuk dicermati. Satu kampung, satu dusun atau bahkan beberapa dusun, ribuan orang, satu keluarga, mempertahankan hidup, mempertahankan warisan budaya dan keterampilan nenek moyangnya dari kretek. Bagaimana cara hidup dan bermasyarakat orang-orang di kawasan petani tembakau di Temanggung, tradisi orang-orang Minahasa yang hidup dari pertanian cengkeh, serta buruh dan pekerja pabrik kretek di Kudus dan Kediri yang unik, penuh sentuhan ritual dan kultural.
<\/p>\n","post_title":"\u201cKretek Kajian Ekonomi & Budaya Empat Kota\u201d Sebuah Analisa dalam Kacamata Antropologi Budaya","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-kajian-ekonomi-budaya-empat-kota-sebuah-analisa-dalam-kacamata-antropologi-budaya","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-12 09:21:52","post_modified_gmt":"2019-03-12 02:21:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5536","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5528,"post_author":"919","post_date":"2019-03-10 09:12:59","post_date_gmt":"2019-03-10 02:12:59","post_content":"\n

Sudah berulang kali narasi buruk tentang para perokok timbul di masyarakat. Sedangkan di berbagai berita, isu-isu kesehatan selalu dikaitkan dengan para perokok. Seolah-olah rokok memang tak dibolehkan hadir di bumi dan keberadaannya dicap haram. Namun, apakah memang benar demikian? Sedangkan banyak tokoh-tokoh hebat juga yang menikmati rokok bahkan hingga saat ini.<\/p>\n\n\n\n

Ridwan Remin, seorang komika asal Bogor adalah salah satu tokoh terkenal yang juga diketahui sebagai seorang penikmat rokok. Pria berkacamata tersebut mulai naik daun dan namanya dikenal publik terutama saat menjuarai ajang stand up comedy di salah satu televisi swasta. Dalam sebuah pertunjukannya, ia bahkan memasukkan unsur rokok dalam materi lawakannya tersebut. Pujian kemudian diberikan oleh sang juri karena lawakan tersebut dianggap matang dan cerdas.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Andaikan Jokowi-Prabowo Merokok, Inilah Rokok yang Cocok Buat Mereka<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Ridwan Remin diberi tema soal rokok. Ketika komika lain terjebak pada narasi-`narasi buruk soal rokok, Ridwan Remin mencoba untuk menggunakan hal tersebut sebagai pembuka namun dipatahkannya sebagai sebuah lawakan. Menurutnya, kegiatan merokok itu membang membuat seseorang cepat mati, namun ia lebih memilih merokok ketimbang harus mati gaya. Lemparan lawakannya tersebut diterima tawa penonton termasuk juri, Akan tetapi jika melihat dari premis lelucon itu, sedikit nampak ada kekesalan terhadap justifikasi kepada para perokok.<\/p>\n\n\n\n

Lingkungan sosial kerap melabeli para perokok sebagai kegiatan yang bersifat \u2018gentleman\u2019. Dari sebutan tersebut jelas bahwa mereka mencoba untuk melabeli rokok dengan hanya sebagai bagian dari kaum pria saja. Bisa anda saksikan padahal bahwa banya juga kaum hawa yang menikmati produk tersebut, jika ditanya alasannya mungkin juga bukan karena hanya terlihat keren semata. Nah, teori yang kedua ini juga muncul di lingkungan sosial yang mengkambinghitamkan kata \u2018keren\u2019 sebagai biang dari lahirnya perokok muda.<\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya, kalau mau diakui rokok memang membuat seseorang terlihat keren, kalian para anti rokok mau membantah? Hayo, hayo, hayo. Memang terlihat membuat keren berada di tengah kerumitan hidup lantas mencoba menikmatinya dengan tanaman ciptaan tuhan (tembakau) yang kemudian dimodifikasi sebagai sebuah rokok, apakah ada salahnya? Selama dia sudah memiliki umur yang tepat dan sadar dalam mengkonsumsi rokok maka sah-sah saja dong itu dilakukan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah Agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Coba kalihan tengok lagi berbagai film terkemuka  di dunia atau bahkan hingga yang masuk dalam box office dan menerima penghargaan. Sama seperti adegan saat hujan, adegan seseorang merokok dalam sebuah film terlihat sangat keren dan dengan pengambilan gambar yang seapik mungkin. Apakah sang sutradara adalah seorang marketing rokok ? ah itu dugaan anda saja. Film sebagai bentuk eksistensi daya pikir manusia memberikan adegan rokok didalamnya karena memang rokok tak bisa lepas dari realitas kehidupan, dan itu keren!<\/p>\n\n\n\n

Di kehidupan nyata anda bisa merekam berbagai pola dan tingkah para perokok dalam segi yang lebih humanis. Memang tak bisa dipungkiri ada yang berperilaku buruk dengan membuang puntungnya sembarangan, namun jangan gelap mata dan tak memberikan apresiasi bagi yang masih mentaati peraturan. Bukankah, para perokok yang tetap mentaati peraturan itu adalah orang-orang yang keren?<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi soal keren, para perokok itu memang keren karena dengan berbagai hujatan dan stigma sosial mereka tetap bisa mempertahankan hidup. Para perokok itu keren karena ditengah cercaan, konsumsi mereka akan produk tembakau juga menghasilkan sesuatu yang bisa membangun negeri. Angkat topi juga untuk kalian para perokok yang tetap menjaga stabilitas kehidupannya serta kesehatannya masih bisa terjamin. Mengkhiri tulisan ini, mari bakar rokokmu sejenak dan nikmati hidup yang fana ini.<\/p>\n\n\n\n

\u201cRokok itu emang buat gaya, kalau mau bunuh mah bunuh ajah, toh percuma gue hidup kalau mati gaya,\u201d Ridwan Remin, Juara Stand Up Comedy Indonesia 7.<\/p>\n","post_title":"Akui Saja Merokok Itu Memang Hal yang Keren","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"akui-saja-merokok-itu-memang-hal-yang-keren","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-10 09:13:07","post_modified_gmt":"2019-03-10 02:13:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5528","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5522,"post_author":"878","post_date":"2019-03-08 07:51:45","post_date_gmt":"2019-03-08 00:51:45","post_content":"\n

Selepas Danau Beratan, menyimpang ke arah kiri meninggalkan jalan raya Denpasar-Singaraja, menoleh ke kiri jalan, pandangan mata saya tertuju ke Danau Tamblingan. Tak lama kemudian, melalui jalan menurun dan berliku, di kiri-kanan jalan rerimbunan pohon cengkeh tumbuh subur. Sebelum saya dan rekan-rekan tiba di Penginapan dan Restoran Don Biyu yang di kelola Bli Putu Ardana, senior saya di kampus yang juga warga asli Desa Munduk, Kabupaten Buleleng, Bali, di kanan jalan, kami melintasi Pura Kopi. <\/p>\n\n\n\n

Empat kali dalam waktu yang berbeda saya pernah berkunjung ke Desa Munduk. Dua di antaranya saya tinggal cukup lama di sana. Belajar dari dua orang kakak beradik Putu Ardana dan Komang Armada serta beberapa warga Desa Munduk lainnya tentang banyak hal, terutama pertanian cengkeh yang begitu masyhur di sana.<\/p>\n\n\n\n

Bertahun-tahun sebelum tiba di Desa Munduk, Denpasar membikin saya enggan berlama-lama di Pulau Bali. Denpasar terlalu ramai dan pikuk. Tentu saja ini penilaian subjektif saya semata. Namun Desa Munduk mengubah itu semua. Saya jadi betah berlama-lama di Pulau Bali. Lebih lagi bapak dari istri saya berasal dari Seririt, 45 menit ke arah utara dari Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, dari Bli Putu Ardana saya belajar banyak tentang adat dan keyakinan spiritual warga Desa Munduk. Dari Bli Komang Armada, saya mendapat pengetahuan berharga perihal pertanian cengkeh yang menyejahterakan banyak warga Desa Munduk dan banyak warga desa lain di luar Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Bli Putu sempat menjabat sebagai Bendesa, Kepala Desa Adat Munduk. Bli Komang beberapa waktu lalu terpilih sebagai petani teladan karena peran besarnya dalam pertanian cengkeh di Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mendengar Kembali Kesaksian WS Rendra<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Meskipun menyejahterakan banyak orang, pertanian cengkeh di Munduk bukan tanpa masalah. Beberapa waktu lalu, pernah ada masanya pabrik-pabrik penyulingan minyak cengkeh banyak berdiri di Munduk dan desa-desa lain di sekitarnya. Bahan baku utama minyak cengkeh bisa didapat dari bunga cengkeh, tangkai bunga cengkeh, dan daun cengkeh. Yang terbaik tentu dari bunga cengkeh. Sayangnya faktor biaya membikin produsen minyak cengkeh memilih daun cengkeh sebagai bahan baku.<\/p>\n\n\n\n

Pengambilan daun cengkeh yang sudah gugur dari ranting-ranting pohon secara besar-besaran, ternyata membikin akar dan batang pohon cengkeh mudah terserang penyakit. Atas temuan ini, Bli Putu dan Bli Komang mengadvokasi sebuah peraturan yang melarang pengambilan daun cengkeh hingga tingkat bupati. Berhasil. Bupati mengeluarkan peraturan bupati yang melarang pengambilan daun cengkeh berlebihan.<\/p>\n\n\n\n

\"Manusia terikat pada tiga interaksi. Interaksi dengan Tuhan, interaksi dengan sesama manusia, dan interaksi dengan alam, yang terakhir itu kerap dilupakan,\" Ujar Bli Komang sekali waktu di tengah kebun cengkeh miliknya, ia melanjutkan, \"Manusia terlalu banyak mengambil dari alam. Terlalu banyak. Sementara kita seperti enggan mengembalikan sesuatu ke alam, memenuhi hak alam. Semestinya, seberapa besar yang kita ambil dari alam, sebanyak itu juga yang harus kita kembalikan ke alam. Seimbang. Hidup harus seimbang.\"<\/p>\n\n\n\n

Itulah yang mendorong Bli Komang dan Bli Putu menjalani lelaku bertani ramah alam. Dan keyakinan spiritualitas serta tradisi leluhur di Munduk mendukung dan menyarankan laku tani semacam ini. Pura Kopi, pura yang sedikit saya singgung pada pembuka tulisan ini, adalah pura yang khusus diperuntukkan sebagai tempat ritual-ritual religi terkait pertanian. Dinamakan Pura Kopi karena sejarah perkebunan kopi di Munduk lebih dahulu dibanding cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Sebagai penutup, Tonny Lip Vallelonga yang menjadi tokoh utama dalam film Green Book adalah seorang perokok berat. Nyaris dalam film ini setiap scene yang menyorotinya mennggambarkannya sedang menghisap rokok. Bisa dikatakan ia adalah sosok perokok yang hebat dan memiliki kawan, kehidupan, hati, ketangguhan, dan perjalanan yang luar biasa.<\/p>\n","post_title":"Green Book dan Kisah Perjalanan Panjang Seorang Perokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"green-book-dan-kisah-perjalanan-panjang-seorang-perokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-17 09:44:06","post_modified_gmt":"2019-03-17 02:44:06","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5550","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5536,"post_author":"877","post_date":"2019-03-12 09:21:46","post_date_gmt":"2019-03-12 02:21:46","post_content":"\n

\u201cEnten mriki, menawi musim ketigo mboten wonten tanduran ingkang cucuk sanesipun soto, nyambut gawe rong sasi kagem urip setaun\u201d<\/em> (Disini kalau musim kemarau, tidak ada tanaman yang bisa hidup selain tembakau. Kerja dua bulan untuk hidup setahun, ya yang bisa hanya tembakau). Ungkapan Yamuh, seorang petani muda yang sudah bertahun-tahun menjadi petani tembakau, dalam bahasa Jawa dialek Temanggung di atas adalah fakta empiris yang mengungkapkan betapa agungnya anugerah Tuhan yang menurunkan tanaman tembakau di Temanggung.<\/p>\n\n\n\n

Dalam buku \u201cKretek; Kajian Ekonomi dan Budaya Empat Kota\u201d,<\/em> kita bisa membaca kearifan budaya dan kreatifitas masyarakat lokal Temanggung dalam bertani, mengolah lahan, menanami tembakau, memanen dan menikmati hasil tembakau yang sangat dicintainya. Untuk mempertahankan kelestarian tembakau sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Pemurah, ribuan petani mengawali musim tanam tembakau dengan tradisi among tebal.<\/em> Yaitu semacam ritual yang menandai awal musim tanam tembakau, khususnya di desa Legoksari kecamatan Tlogomulyo, tempat penghasil tembakau mutu terbaik, antara akhir Maret hingga awal April. Sebagai bentuk penghormatan terhadap Ki Ageng Makukuhan, tokoh mitologis yang dipercaya para petani membawa bibit tembakau ke wilayah itu.<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Baca: Mitologi Munculnya Srinthil, Tembakau Terbaki dan Termahal di\u00a0Dunia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tradisi dan ritual yang hampir sama juga berlaku ketika para petani tembakau menyambut musim panen, yakni dengan menggelar wiwitan.<\/em> Wiwitan adalah ritual yang menandai awal musim panen yang dilakukan pada pengujung musim kemarau, antara akhir Agustus hingga awal September dengan memperhitungkan hari yang dianggap baik. Berbeda dengan among tebal<\/em> yang dilaksanakan pada pagi hari, wiwitan<\/em> berlangsung pada saat senja atau petang hari. Dipimpin oleh kaum,<\/em> pemuka agama setempat, perangkat upacara diarak menuju ladang tembakau dari pemukiman dengan membawa sesajen, biasanya berupa tujuh tumpeng, ketan salak, dan daging ayam tolak. <\/p>\n\n\n\n

Potret antropologi budaya masyarakat petani tembakau di Temanggung tidak bisa dilepaskan begitu saja dari aspek historis ditemukannya produk dan kreatifitas budaya yang bernama kretek. Kretek, jauh sebelum menjadi komoditas industri nasional yang menjadi simbol kejayaan bangsa, adalah sebuah penemuan, kreatifitas budaya, yang asli lahir dan tumbuh berkembang dari tangan-tangan terampil leluhur bangsa ini. <\/p>\n\n\n\n

Idiom-idiom kreatifitas dari lahirnya kretek muncul menjadi keseharian warga Kudus, kota yang melahirkan kretek, dan tempat dimana kretek mencapai puncak kejayaan ekonomi dan budaya nasional bahkan dunia luar. Idiom bathil <\/em>(menggunting untuk merapikan kedua ujung batang kretek), nggiling<\/em> (menggulung), nglinthing<\/em> (gulung tangan), sampai saat ini masih bisa disaksikan sebagai bukti masa kejayaan kretek masih bisa dirasakan anak cucu negeri ini. <\/p>\n\n\n\n

Mbok Ruminah, bekerja sebagai buruh bathil<\/em> di barak Burikan milik sebuah pabrik rokok ternama. Dia sudah bekerja sebagai buruh bathil selama 25 tahun. Setiap hari dia mampu mengerjakan 2.000 batang kretek (Roem Topatimasang dkk; 2010, hlm. 121). Keterampilan tangan Mbok Ruminah bukanlah semata-mata skill industri, tetapi kreatifitas lokal yang unik, karya budaya yang tidak disemua tempat orang bisa melakukan dan melestarikannya.   <\/p>\n\n\n\n

Menurut Roem Topatimasang, mata pencaharian yang lahir dari kraetifitas melinting<\/em> juga bisa ditemukan di Kediri, kota kretek kedua setelah Kudus. Agus Susanto, pria asli Kediri yang bekerja di salah satu pabrik kretek, ternyata seluruh anggota keluarganya bekerja sebagai buruh linting.<\/p>\n\n\n\n

Lanjut lagi Roem Topatimasang mengatakan, keunikan di tempat lain yang sangat menentukan produk budaya berupa kretek adalah di daerah Minahasa penghasil cengkeh terbesar. Sisa-sisa kejayaan budidaya cengkeh masih terlihat hingga kini. Rumah-rumah megah dan gereja-gereja besar dibangun pada saat petani cengkeh Minahasa mendapatkan harga jual yang sangat tinggi. Mantan Gubernur Sulawesi Utara (alm) Willy Lasut menyebutkan bahwa petani cengkeh Minahasa pernah menikmati kejayaan sebagai penduduk yang memiliki pendapatan perkapita tertinggi di Indonesia pada era Gus dur jadi presiden, bahkan menyamai Swiss, negeri paling makmur di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Cengkeh: Dulu, Kini dan Nanti<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Karena itu hingga kini, Gus Dur masih terus dikenang sebagai pembawa berkah bagi petani cengkeh di Sulawesi Utara. Demikian senang dan hormatnya mereka kepada Gus Dur, para petani cengkeh di Sonder-Minahasa, memperingati meninggalnya Gus dur dengan menyalakan lilin di gereja-gereja dan jalan-jalan kota kecil itu. Betapa besar dampak sosial dan budaya dari cengkeh dan kretek bagi orang Minahasa.   <\/p>\n\n\n\n

Dari sisi antropologi sungguh menarik untuk dicermati. Satu kampung, satu dusun atau bahkan beberapa dusun, ribuan orang, satu keluarga, mempertahankan hidup, mempertahankan warisan budaya dan keterampilan nenek moyangnya dari kretek. Bagaimana cara hidup dan bermasyarakat orang-orang di kawasan petani tembakau di Temanggung, tradisi orang-orang Minahasa yang hidup dari pertanian cengkeh, serta buruh dan pekerja pabrik kretek di Kudus dan Kediri yang unik, penuh sentuhan ritual dan kultural.
<\/p>\n","post_title":"\u201cKretek Kajian Ekonomi & Budaya Empat Kota\u201d Sebuah Analisa dalam Kacamata Antropologi Budaya","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-kajian-ekonomi-budaya-empat-kota-sebuah-analisa-dalam-kacamata-antropologi-budaya","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-12 09:21:52","post_modified_gmt":"2019-03-12 02:21:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5536","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5528,"post_author":"919","post_date":"2019-03-10 09:12:59","post_date_gmt":"2019-03-10 02:12:59","post_content":"\n

Sudah berulang kali narasi buruk tentang para perokok timbul di masyarakat. Sedangkan di berbagai berita, isu-isu kesehatan selalu dikaitkan dengan para perokok. Seolah-olah rokok memang tak dibolehkan hadir di bumi dan keberadaannya dicap haram. Namun, apakah memang benar demikian? Sedangkan banyak tokoh-tokoh hebat juga yang menikmati rokok bahkan hingga saat ini.<\/p>\n\n\n\n

Ridwan Remin, seorang komika asal Bogor adalah salah satu tokoh terkenal yang juga diketahui sebagai seorang penikmat rokok. Pria berkacamata tersebut mulai naik daun dan namanya dikenal publik terutama saat menjuarai ajang stand up comedy di salah satu televisi swasta. Dalam sebuah pertunjukannya, ia bahkan memasukkan unsur rokok dalam materi lawakannya tersebut. Pujian kemudian diberikan oleh sang juri karena lawakan tersebut dianggap matang dan cerdas.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Andaikan Jokowi-Prabowo Merokok, Inilah Rokok yang Cocok Buat Mereka<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Ridwan Remin diberi tema soal rokok. Ketika komika lain terjebak pada narasi-`narasi buruk soal rokok, Ridwan Remin mencoba untuk menggunakan hal tersebut sebagai pembuka namun dipatahkannya sebagai sebuah lawakan. Menurutnya, kegiatan merokok itu membang membuat seseorang cepat mati, namun ia lebih memilih merokok ketimbang harus mati gaya. Lemparan lawakannya tersebut diterima tawa penonton termasuk juri, Akan tetapi jika melihat dari premis lelucon itu, sedikit nampak ada kekesalan terhadap justifikasi kepada para perokok.<\/p>\n\n\n\n

Lingkungan sosial kerap melabeli para perokok sebagai kegiatan yang bersifat \u2018gentleman\u2019. Dari sebutan tersebut jelas bahwa mereka mencoba untuk melabeli rokok dengan hanya sebagai bagian dari kaum pria saja. Bisa anda saksikan padahal bahwa banya juga kaum hawa yang menikmati produk tersebut, jika ditanya alasannya mungkin juga bukan karena hanya terlihat keren semata. Nah, teori yang kedua ini juga muncul di lingkungan sosial yang mengkambinghitamkan kata \u2018keren\u2019 sebagai biang dari lahirnya perokok muda.<\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya, kalau mau diakui rokok memang membuat seseorang terlihat keren, kalian para anti rokok mau membantah? Hayo, hayo, hayo. Memang terlihat membuat keren berada di tengah kerumitan hidup lantas mencoba menikmatinya dengan tanaman ciptaan tuhan (tembakau) yang kemudian dimodifikasi sebagai sebuah rokok, apakah ada salahnya? Selama dia sudah memiliki umur yang tepat dan sadar dalam mengkonsumsi rokok maka sah-sah saja dong itu dilakukan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah Agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Coba kalihan tengok lagi berbagai film terkemuka  di dunia atau bahkan hingga yang masuk dalam box office dan menerima penghargaan. Sama seperti adegan saat hujan, adegan seseorang merokok dalam sebuah film terlihat sangat keren dan dengan pengambilan gambar yang seapik mungkin. Apakah sang sutradara adalah seorang marketing rokok ? ah itu dugaan anda saja. Film sebagai bentuk eksistensi daya pikir manusia memberikan adegan rokok didalamnya karena memang rokok tak bisa lepas dari realitas kehidupan, dan itu keren!<\/p>\n\n\n\n

Di kehidupan nyata anda bisa merekam berbagai pola dan tingkah para perokok dalam segi yang lebih humanis. Memang tak bisa dipungkiri ada yang berperilaku buruk dengan membuang puntungnya sembarangan, namun jangan gelap mata dan tak memberikan apresiasi bagi yang masih mentaati peraturan. Bukankah, para perokok yang tetap mentaati peraturan itu adalah orang-orang yang keren?<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi soal keren, para perokok itu memang keren karena dengan berbagai hujatan dan stigma sosial mereka tetap bisa mempertahankan hidup. Para perokok itu keren karena ditengah cercaan, konsumsi mereka akan produk tembakau juga menghasilkan sesuatu yang bisa membangun negeri. Angkat topi juga untuk kalian para perokok yang tetap menjaga stabilitas kehidupannya serta kesehatannya masih bisa terjamin. Mengkhiri tulisan ini, mari bakar rokokmu sejenak dan nikmati hidup yang fana ini.<\/p>\n\n\n\n

\u201cRokok itu emang buat gaya, kalau mau bunuh mah bunuh ajah, toh percuma gue hidup kalau mati gaya,\u201d Ridwan Remin, Juara Stand Up Comedy Indonesia 7.<\/p>\n","post_title":"Akui Saja Merokok Itu Memang Hal yang Keren","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"akui-saja-merokok-itu-memang-hal-yang-keren","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-10 09:13:07","post_modified_gmt":"2019-03-10 02:13:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5528","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5522,"post_author":"878","post_date":"2019-03-08 07:51:45","post_date_gmt":"2019-03-08 00:51:45","post_content":"\n

Selepas Danau Beratan, menyimpang ke arah kiri meninggalkan jalan raya Denpasar-Singaraja, menoleh ke kiri jalan, pandangan mata saya tertuju ke Danau Tamblingan. Tak lama kemudian, melalui jalan menurun dan berliku, di kiri-kanan jalan rerimbunan pohon cengkeh tumbuh subur. Sebelum saya dan rekan-rekan tiba di Penginapan dan Restoran Don Biyu yang di kelola Bli Putu Ardana, senior saya di kampus yang juga warga asli Desa Munduk, Kabupaten Buleleng, Bali, di kanan jalan, kami melintasi Pura Kopi. <\/p>\n\n\n\n

Empat kali dalam waktu yang berbeda saya pernah berkunjung ke Desa Munduk. Dua di antaranya saya tinggal cukup lama di sana. Belajar dari dua orang kakak beradik Putu Ardana dan Komang Armada serta beberapa warga Desa Munduk lainnya tentang banyak hal, terutama pertanian cengkeh yang begitu masyhur di sana.<\/p>\n\n\n\n

Bertahun-tahun sebelum tiba di Desa Munduk, Denpasar membikin saya enggan berlama-lama di Pulau Bali. Denpasar terlalu ramai dan pikuk. Tentu saja ini penilaian subjektif saya semata. Namun Desa Munduk mengubah itu semua. Saya jadi betah berlama-lama di Pulau Bali. Lebih lagi bapak dari istri saya berasal dari Seririt, 45 menit ke arah utara dari Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, dari Bli Putu Ardana saya belajar banyak tentang adat dan keyakinan spiritual warga Desa Munduk. Dari Bli Komang Armada, saya mendapat pengetahuan berharga perihal pertanian cengkeh yang menyejahterakan banyak warga Desa Munduk dan banyak warga desa lain di luar Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Bli Putu sempat menjabat sebagai Bendesa, Kepala Desa Adat Munduk. Bli Komang beberapa waktu lalu terpilih sebagai petani teladan karena peran besarnya dalam pertanian cengkeh di Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mendengar Kembali Kesaksian WS Rendra<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Meskipun menyejahterakan banyak orang, pertanian cengkeh di Munduk bukan tanpa masalah. Beberapa waktu lalu, pernah ada masanya pabrik-pabrik penyulingan minyak cengkeh banyak berdiri di Munduk dan desa-desa lain di sekitarnya. Bahan baku utama minyak cengkeh bisa didapat dari bunga cengkeh, tangkai bunga cengkeh, dan daun cengkeh. Yang terbaik tentu dari bunga cengkeh. Sayangnya faktor biaya membikin produsen minyak cengkeh memilih daun cengkeh sebagai bahan baku.<\/p>\n\n\n\n

Pengambilan daun cengkeh yang sudah gugur dari ranting-ranting pohon secara besar-besaran, ternyata membikin akar dan batang pohon cengkeh mudah terserang penyakit. Atas temuan ini, Bli Putu dan Bli Komang mengadvokasi sebuah peraturan yang melarang pengambilan daun cengkeh hingga tingkat bupati. Berhasil. Bupati mengeluarkan peraturan bupati yang melarang pengambilan daun cengkeh berlebihan.<\/p>\n\n\n\n

\"Manusia terikat pada tiga interaksi. Interaksi dengan Tuhan, interaksi dengan sesama manusia, dan interaksi dengan alam, yang terakhir itu kerap dilupakan,\" Ujar Bli Komang sekali waktu di tengah kebun cengkeh miliknya, ia melanjutkan, \"Manusia terlalu banyak mengambil dari alam. Terlalu banyak. Sementara kita seperti enggan mengembalikan sesuatu ke alam, memenuhi hak alam. Semestinya, seberapa besar yang kita ambil dari alam, sebanyak itu juga yang harus kita kembalikan ke alam. Seimbang. Hidup harus seimbang.\"<\/p>\n\n\n\n

Itulah yang mendorong Bli Komang dan Bli Putu menjalani lelaku bertani ramah alam. Dan keyakinan spiritualitas serta tradisi leluhur di Munduk mendukung dan menyarankan laku tani semacam ini. Pura Kopi, pura yang sedikit saya singgung pada pembuka tulisan ini, adalah pura yang khusus diperuntukkan sebagai tempat ritual-ritual religi terkait pertanian. Dinamakan Pura Kopi karena sejarah perkebunan kopi di Munduk lebih dahulu dibanding cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Sepanjang perjalanan dan konser, pemandangan diskriminasi kepada kaum kulit hitam jadi konflik utama dalam film ini. Berbagai diskriminasi tersebut cukup membukakan mata hati Tonny Lip Vallelonga yang tadinya seorang rasis menjadi sosok yang toleran. Perubahan juga dialami oleh Dr. Shirley, kebiasaan-kebiasaan nyentrik yang dilakukan oleh supir sekaligus sahabatnya tersebut membuatnya menjadi sosok yang lebih cair dan tak kaku. Sekali lagi, film ini memiliki kekuatan dalam percakapan, tonton saja adegan saat Tonny Lip Vallelonga memakan Ayam KFC di dalam mobil, itu sangat menggemaskan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai penutup, Tonny Lip Vallelonga yang menjadi tokoh utama dalam film Green Book adalah seorang perokok berat. Nyaris dalam film ini setiap scene yang menyorotinya mennggambarkannya sedang menghisap rokok. Bisa dikatakan ia adalah sosok perokok yang hebat dan memiliki kawan, kehidupan, hati, ketangguhan, dan perjalanan yang luar biasa.<\/p>\n","post_title":"Green Book dan Kisah Perjalanan Panjang Seorang Perokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"green-book-dan-kisah-perjalanan-panjang-seorang-perokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-17 09:44:06","post_modified_gmt":"2019-03-17 02:44:06","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5550","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5536,"post_author":"877","post_date":"2019-03-12 09:21:46","post_date_gmt":"2019-03-12 02:21:46","post_content":"\n

\u201cEnten mriki, menawi musim ketigo mboten wonten tanduran ingkang cucuk sanesipun soto, nyambut gawe rong sasi kagem urip setaun\u201d<\/em> (Disini kalau musim kemarau, tidak ada tanaman yang bisa hidup selain tembakau. Kerja dua bulan untuk hidup setahun, ya yang bisa hanya tembakau). Ungkapan Yamuh, seorang petani muda yang sudah bertahun-tahun menjadi petani tembakau, dalam bahasa Jawa dialek Temanggung di atas adalah fakta empiris yang mengungkapkan betapa agungnya anugerah Tuhan yang menurunkan tanaman tembakau di Temanggung.<\/p>\n\n\n\n

Dalam buku \u201cKretek; Kajian Ekonomi dan Budaya Empat Kota\u201d,<\/em> kita bisa membaca kearifan budaya dan kreatifitas masyarakat lokal Temanggung dalam bertani, mengolah lahan, menanami tembakau, memanen dan menikmati hasil tembakau yang sangat dicintainya. Untuk mempertahankan kelestarian tembakau sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Pemurah, ribuan petani mengawali musim tanam tembakau dengan tradisi among tebal.<\/em> Yaitu semacam ritual yang menandai awal musim tanam tembakau, khususnya di desa Legoksari kecamatan Tlogomulyo, tempat penghasil tembakau mutu terbaik, antara akhir Maret hingga awal April. Sebagai bentuk penghormatan terhadap Ki Ageng Makukuhan, tokoh mitologis yang dipercaya para petani membawa bibit tembakau ke wilayah itu.<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Baca: Mitologi Munculnya Srinthil, Tembakau Terbaki dan Termahal di\u00a0Dunia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tradisi dan ritual yang hampir sama juga berlaku ketika para petani tembakau menyambut musim panen, yakni dengan menggelar wiwitan.<\/em> Wiwitan adalah ritual yang menandai awal musim panen yang dilakukan pada pengujung musim kemarau, antara akhir Agustus hingga awal September dengan memperhitungkan hari yang dianggap baik. Berbeda dengan among tebal<\/em> yang dilaksanakan pada pagi hari, wiwitan<\/em> berlangsung pada saat senja atau petang hari. Dipimpin oleh kaum,<\/em> pemuka agama setempat, perangkat upacara diarak menuju ladang tembakau dari pemukiman dengan membawa sesajen, biasanya berupa tujuh tumpeng, ketan salak, dan daging ayam tolak. <\/p>\n\n\n\n

Potret antropologi budaya masyarakat petani tembakau di Temanggung tidak bisa dilepaskan begitu saja dari aspek historis ditemukannya produk dan kreatifitas budaya yang bernama kretek. Kretek, jauh sebelum menjadi komoditas industri nasional yang menjadi simbol kejayaan bangsa, adalah sebuah penemuan, kreatifitas budaya, yang asli lahir dan tumbuh berkembang dari tangan-tangan terampil leluhur bangsa ini. <\/p>\n\n\n\n

Idiom-idiom kreatifitas dari lahirnya kretek muncul menjadi keseharian warga Kudus, kota yang melahirkan kretek, dan tempat dimana kretek mencapai puncak kejayaan ekonomi dan budaya nasional bahkan dunia luar. Idiom bathil <\/em>(menggunting untuk merapikan kedua ujung batang kretek), nggiling<\/em> (menggulung), nglinthing<\/em> (gulung tangan), sampai saat ini masih bisa disaksikan sebagai bukti masa kejayaan kretek masih bisa dirasakan anak cucu negeri ini. <\/p>\n\n\n\n

Mbok Ruminah, bekerja sebagai buruh bathil<\/em> di barak Burikan milik sebuah pabrik rokok ternama. Dia sudah bekerja sebagai buruh bathil selama 25 tahun. Setiap hari dia mampu mengerjakan 2.000 batang kretek (Roem Topatimasang dkk; 2010, hlm. 121). Keterampilan tangan Mbok Ruminah bukanlah semata-mata skill industri, tetapi kreatifitas lokal yang unik, karya budaya yang tidak disemua tempat orang bisa melakukan dan melestarikannya.   <\/p>\n\n\n\n

Menurut Roem Topatimasang, mata pencaharian yang lahir dari kraetifitas melinting<\/em> juga bisa ditemukan di Kediri, kota kretek kedua setelah Kudus. Agus Susanto, pria asli Kediri yang bekerja di salah satu pabrik kretek, ternyata seluruh anggota keluarganya bekerja sebagai buruh linting.<\/p>\n\n\n\n

Lanjut lagi Roem Topatimasang mengatakan, keunikan di tempat lain yang sangat menentukan produk budaya berupa kretek adalah di daerah Minahasa penghasil cengkeh terbesar. Sisa-sisa kejayaan budidaya cengkeh masih terlihat hingga kini. Rumah-rumah megah dan gereja-gereja besar dibangun pada saat petani cengkeh Minahasa mendapatkan harga jual yang sangat tinggi. Mantan Gubernur Sulawesi Utara (alm) Willy Lasut menyebutkan bahwa petani cengkeh Minahasa pernah menikmati kejayaan sebagai penduduk yang memiliki pendapatan perkapita tertinggi di Indonesia pada era Gus dur jadi presiden, bahkan menyamai Swiss, negeri paling makmur di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Cengkeh: Dulu, Kini dan Nanti<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Karena itu hingga kini, Gus Dur masih terus dikenang sebagai pembawa berkah bagi petani cengkeh di Sulawesi Utara. Demikian senang dan hormatnya mereka kepada Gus Dur, para petani cengkeh di Sonder-Minahasa, memperingati meninggalnya Gus dur dengan menyalakan lilin di gereja-gereja dan jalan-jalan kota kecil itu. Betapa besar dampak sosial dan budaya dari cengkeh dan kretek bagi orang Minahasa.   <\/p>\n\n\n\n

Dari sisi antropologi sungguh menarik untuk dicermati. Satu kampung, satu dusun atau bahkan beberapa dusun, ribuan orang, satu keluarga, mempertahankan hidup, mempertahankan warisan budaya dan keterampilan nenek moyangnya dari kretek. Bagaimana cara hidup dan bermasyarakat orang-orang di kawasan petani tembakau di Temanggung, tradisi orang-orang Minahasa yang hidup dari pertanian cengkeh, serta buruh dan pekerja pabrik kretek di Kudus dan Kediri yang unik, penuh sentuhan ritual dan kultural.
<\/p>\n","post_title":"\u201cKretek Kajian Ekonomi & Budaya Empat Kota\u201d Sebuah Analisa dalam Kacamata Antropologi Budaya","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-kajian-ekonomi-budaya-empat-kota-sebuah-analisa-dalam-kacamata-antropologi-budaya","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-12 09:21:52","post_modified_gmt":"2019-03-12 02:21:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5536","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5528,"post_author":"919","post_date":"2019-03-10 09:12:59","post_date_gmt":"2019-03-10 02:12:59","post_content":"\n

Sudah berulang kali narasi buruk tentang para perokok timbul di masyarakat. Sedangkan di berbagai berita, isu-isu kesehatan selalu dikaitkan dengan para perokok. Seolah-olah rokok memang tak dibolehkan hadir di bumi dan keberadaannya dicap haram. Namun, apakah memang benar demikian? Sedangkan banyak tokoh-tokoh hebat juga yang menikmati rokok bahkan hingga saat ini.<\/p>\n\n\n\n

Ridwan Remin, seorang komika asal Bogor adalah salah satu tokoh terkenal yang juga diketahui sebagai seorang penikmat rokok. Pria berkacamata tersebut mulai naik daun dan namanya dikenal publik terutama saat menjuarai ajang stand up comedy di salah satu televisi swasta. Dalam sebuah pertunjukannya, ia bahkan memasukkan unsur rokok dalam materi lawakannya tersebut. Pujian kemudian diberikan oleh sang juri karena lawakan tersebut dianggap matang dan cerdas.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Andaikan Jokowi-Prabowo Merokok, Inilah Rokok yang Cocok Buat Mereka<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Ridwan Remin diberi tema soal rokok. Ketika komika lain terjebak pada narasi-`narasi buruk soal rokok, Ridwan Remin mencoba untuk menggunakan hal tersebut sebagai pembuka namun dipatahkannya sebagai sebuah lawakan. Menurutnya, kegiatan merokok itu membang membuat seseorang cepat mati, namun ia lebih memilih merokok ketimbang harus mati gaya. Lemparan lawakannya tersebut diterima tawa penonton termasuk juri, Akan tetapi jika melihat dari premis lelucon itu, sedikit nampak ada kekesalan terhadap justifikasi kepada para perokok.<\/p>\n\n\n\n

Lingkungan sosial kerap melabeli para perokok sebagai kegiatan yang bersifat \u2018gentleman\u2019. Dari sebutan tersebut jelas bahwa mereka mencoba untuk melabeli rokok dengan hanya sebagai bagian dari kaum pria saja. Bisa anda saksikan padahal bahwa banya juga kaum hawa yang menikmati produk tersebut, jika ditanya alasannya mungkin juga bukan karena hanya terlihat keren semata. Nah, teori yang kedua ini juga muncul di lingkungan sosial yang mengkambinghitamkan kata \u2018keren\u2019 sebagai biang dari lahirnya perokok muda.<\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya, kalau mau diakui rokok memang membuat seseorang terlihat keren, kalian para anti rokok mau membantah? Hayo, hayo, hayo. Memang terlihat membuat keren berada di tengah kerumitan hidup lantas mencoba menikmatinya dengan tanaman ciptaan tuhan (tembakau) yang kemudian dimodifikasi sebagai sebuah rokok, apakah ada salahnya? Selama dia sudah memiliki umur yang tepat dan sadar dalam mengkonsumsi rokok maka sah-sah saja dong itu dilakukan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah Agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Coba kalihan tengok lagi berbagai film terkemuka  di dunia atau bahkan hingga yang masuk dalam box office dan menerima penghargaan. Sama seperti adegan saat hujan, adegan seseorang merokok dalam sebuah film terlihat sangat keren dan dengan pengambilan gambar yang seapik mungkin. Apakah sang sutradara adalah seorang marketing rokok ? ah itu dugaan anda saja. Film sebagai bentuk eksistensi daya pikir manusia memberikan adegan rokok didalamnya karena memang rokok tak bisa lepas dari realitas kehidupan, dan itu keren!<\/p>\n\n\n\n

Di kehidupan nyata anda bisa merekam berbagai pola dan tingkah para perokok dalam segi yang lebih humanis. Memang tak bisa dipungkiri ada yang berperilaku buruk dengan membuang puntungnya sembarangan, namun jangan gelap mata dan tak memberikan apresiasi bagi yang masih mentaati peraturan. Bukankah, para perokok yang tetap mentaati peraturan itu adalah orang-orang yang keren?<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi soal keren, para perokok itu memang keren karena dengan berbagai hujatan dan stigma sosial mereka tetap bisa mempertahankan hidup. Para perokok itu keren karena ditengah cercaan, konsumsi mereka akan produk tembakau juga menghasilkan sesuatu yang bisa membangun negeri. Angkat topi juga untuk kalian para perokok yang tetap menjaga stabilitas kehidupannya serta kesehatannya masih bisa terjamin. Mengkhiri tulisan ini, mari bakar rokokmu sejenak dan nikmati hidup yang fana ini.<\/p>\n\n\n\n

\u201cRokok itu emang buat gaya, kalau mau bunuh mah bunuh ajah, toh percuma gue hidup kalau mati gaya,\u201d Ridwan Remin, Juara Stand Up Comedy Indonesia 7.<\/p>\n","post_title":"Akui Saja Merokok Itu Memang Hal yang Keren","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"akui-saja-merokok-itu-memang-hal-yang-keren","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-10 09:13:07","post_modified_gmt":"2019-03-10 02:13:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5528","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5522,"post_author":"878","post_date":"2019-03-08 07:51:45","post_date_gmt":"2019-03-08 00:51:45","post_content":"\n

Selepas Danau Beratan, menyimpang ke arah kiri meninggalkan jalan raya Denpasar-Singaraja, menoleh ke kiri jalan, pandangan mata saya tertuju ke Danau Tamblingan. Tak lama kemudian, melalui jalan menurun dan berliku, di kiri-kanan jalan rerimbunan pohon cengkeh tumbuh subur. Sebelum saya dan rekan-rekan tiba di Penginapan dan Restoran Don Biyu yang di kelola Bli Putu Ardana, senior saya di kampus yang juga warga asli Desa Munduk, Kabupaten Buleleng, Bali, di kanan jalan, kami melintasi Pura Kopi. <\/p>\n\n\n\n

Empat kali dalam waktu yang berbeda saya pernah berkunjung ke Desa Munduk. Dua di antaranya saya tinggal cukup lama di sana. Belajar dari dua orang kakak beradik Putu Ardana dan Komang Armada serta beberapa warga Desa Munduk lainnya tentang banyak hal, terutama pertanian cengkeh yang begitu masyhur di sana.<\/p>\n\n\n\n

Bertahun-tahun sebelum tiba di Desa Munduk, Denpasar membikin saya enggan berlama-lama di Pulau Bali. Denpasar terlalu ramai dan pikuk. Tentu saja ini penilaian subjektif saya semata. Namun Desa Munduk mengubah itu semua. Saya jadi betah berlama-lama di Pulau Bali. Lebih lagi bapak dari istri saya berasal dari Seririt, 45 menit ke arah utara dari Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, dari Bli Putu Ardana saya belajar banyak tentang adat dan keyakinan spiritual warga Desa Munduk. Dari Bli Komang Armada, saya mendapat pengetahuan berharga perihal pertanian cengkeh yang menyejahterakan banyak warga Desa Munduk dan banyak warga desa lain di luar Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Bli Putu sempat menjabat sebagai Bendesa, Kepala Desa Adat Munduk. Bli Komang beberapa waktu lalu terpilih sebagai petani teladan karena peran besarnya dalam pertanian cengkeh di Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mendengar Kembali Kesaksian WS Rendra<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Meskipun menyejahterakan banyak orang, pertanian cengkeh di Munduk bukan tanpa masalah. Beberapa waktu lalu, pernah ada masanya pabrik-pabrik penyulingan minyak cengkeh banyak berdiri di Munduk dan desa-desa lain di sekitarnya. Bahan baku utama minyak cengkeh bisa didapat dari bunga cengkeh, tangkai bunga cengkeh, dan daun cengkeh. Yang terbaik tentu dari bunga cengkeh. Sayangnya faktor biaya membikin produsen minyak cengkeh memilih daun cengkeh sebagai bahan baku.<\/p>\n\n\n\n

Pengambilan daun cengkeh yang sudah gugur dari ranting-ranting pohon secara besar-besaran, ternyata membikin akar dan batang pohon cengkeh mudah terserang penyakit. Atas temuan ini, Bli Putu dan Bli Komang mengadvokasi sebuah peraturan yang melarang pengambilan daun cengkeh hingga tingkat bupati. Berhasil. Bupati mengeluarkan peraturan bupati yang melarang pengambilan daun cengkeh berlebihan.<\/p>\n\n\n\n

\"Manusia terikat pada tiga interaksi. Interaksi dengan Tuhan, interaksi dengan sesama manusia, dan interaksi dengan alam, yang terakhir itu kerap dilupakan,\" Ujar Bli Komang sekali waktu di tengah kebun cengkeh miliknya, ia melanjutkan, \"Manusia terlalu banyak mengambil dari alam. Terlalu banyak. Sementara kita seperti enggan mengembalikan sesuatu ke alam, memenuhi hak alam. Semestinya, seberapa besar yang kita ambil dari alam, sebanyak itu juga yang harus kita kembalikan ke alam. Seimbang. Hidup harus seimbang.\"<\/p>\n\n\n\n

Itulah yang mendorong Bli Komang dan Bli Putu menjalani lelaku bertani ramah alam. Dan keyakinan spiritualitas serta tradisi leluhur di Munduk mendukung dan menyarankan laku tani semacam ini. Pura Kopi, pura yang sedikit saya singgung pada pembuka tulisan ini, adalah pura yang khusus diperuntukkan sebagai tempat ritual-ritual religi terkait pertanian. Dinamakan Pura Kopi karena sejarah perkebunan kopi di Munduk lebih dahulu dibanding cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Awalnya Tonny Lip Vallelonga merasa ditipu karena ia sebenarnya bukan bekerja untuk seorang dokter. Dr. Shirley sejatinya adalah seorang pianis handal yang akan menjalani tur konsernya di Amerika Serikat. Tokoh yang diperankan oleh Mahershala Ali membutuhkan seorang supir yang tangguh serta mau menjadi asisten pribadi dan manajer turnya. Awalnya, Tonny Lip Vallelonga cukup kesal dan menolak pekerjaan itu karena dianggap terlalu berat dan berlebihan. Namun, rayuan maut dari sang majikan membuatnya mau ikut.<\/p>\n\n\n\n

Sepanjang perjalanan dan konser, pemandangan diskriminasi kepada kaum kulit hitam jadi konflik utama dalam film ini. Berbagai diskriminasi tersebut cukup membukakan mata hati Tonny Lip Vallelonga yang tadinya seorang rasis menjadi sosok yang toleran. Perubahan juga dialami oleh Dr. Shirley, kebiasaan-kebiasaan nyentrik yang dilakukan oleh supir sekaligus sahabatnya tersebut membuatnya menjadi sosok yang lebih cair dan tak kaku. Sekali lagi, film ini memiliki kekuatan dalam percakapan, tonton saja adegan saat Tonny Lip Vallelonga memakan Ayam KFC di dalam mobil, itu sangat menggemaskan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai penutup, Tonny Lip Vallelonga yang menjadi tokoh utama dalam film Green Book adalah seorang perokok berat. Nyaris dalam film ini setiap scene yang menyorotinya mennggambarkannya sedang menghisap rokok. Bisa dikatakan ia adalah sosok perokok yang hebat dan memiliki kawan, kehidupan, hati, ketangguhan, dan perjalanan yang luar biasa.<\/p>\n","post_title":"Green Book dan Kisah Perjalanan Panjang Seorang Perokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"green-book-dan-kisah-perjalanan-panjang-seorang-perokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-17 09:44:06","post_modified_gmt":"2019-03-17 02:44:06","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5550","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5536,"post_author":"877","post_date":"2019-03-12 09:21:46","post_date_gmt":"2019-03-12 02:21:46","post_content":"\n

\u201cEnten mriki, menawi musim ketigo mboten wonten tanduran ingkang cucuk sanesipun soto, nyambut gawe rong sasi kagem urip setaun\u201d<\/em> (Disini kalau musim kemarau, tidak ada tanaman yang bisa hidup selain tembakau. Kerja dua bulan untuk hidup setahun, ya yang bisa hanya tembakau). Ungkapan Yamuh, seorang petani muda yang sudah bertahun-tahun menjadi petani tembakau, dalam bahasa Jawa dialek Temanggung di atas adalah fakta empiris yang mengungkapkan betapa agungnya anugerah Tuhan yang menurunkan tanaman tembakau di Temanggung.<\/p>\n\n\n\n

Dalam buku \u201cKretek; Kajian Ekonomi dan Budaya Empat Kota\u201d,<\/em> kita bisa membaca kearifan budaya dan kreatifitas masyarakat lokal Temanggung dalam bertani, mengolah lahan, menanami tembakau, memanen dan menikmati hasil tembakau yang sangat dicintainya. Untuk mempertahankan kelestarian tembakau sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Pemurah, ribuan petani mengawali musim tanam tembakau dengan tradisi among tebal.<\/em> Yaitu semacam ritual yang menandai awal musim tanam tembakau, khususnya di desa Legoksari kecamatan Tlogomulyo, tempat penghasil tembakau mutu terbaik, antara akhir Maret hingga awal April. Sebagai bentuk penghormatan terhadap Ki Ageng Makukuhan, tokoh mitologis yang dipercaya para petani membawa bibit tembakau ke wilayah itu.<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Baca: Mitologi Munculnya Srinthil, Tembakau Terbaki dan Termahal di\u00a0Dunia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tradisi dan ritual yang hampir sama juga berlaku ketika para petani tembakau menyambut musim panen, yakni dengan menggelar wiwitan.<\/em> Wiwitan adalah ritual yang menandai awal musim panen yang dilakukan pada pengujung musim kemarau, antara akhir Agustus hingga awal September dengan memperhitungkan hari yang dianggap baik. Berbeda dengan among tebal<\/em> yang dilaksanakan pada pagi hari, wiwitan<\/em> berlangsung pada saat senja atau petang hari. Dipimpin oleh kaum,<\/em> pemuka agama setempat, perangkat upacara diarak menuju ladang tembakau dari pemukiman dengan membawa sesajen, biasanya berupa tujuh tumpeng, ketan salak, dan daging ayam tolak. <\/p>\n\n\n\n

Potret antropologi budaya masyarakat petani tembakau di Temanggung tidak bisa dilepaskan begitu saja dari aspek historis ditemukannya produk dan kreatifitas budaya yang bernama kretek. Kretek, jauh sebelum menjadi komoditas industri nasional yang menjadi simbol kejayaan bangsa, adalah sebuah penemuan, kreatifitas budaya, yang asli lahir dan tumbuh berkembang dari tangan-tangan terampil leluhur bangsa ini. <\/p>\n\n\n\n

Idiom-idiom kreatifitas dari lahirnya kretek muncul menjadi keseharian warga Kudus, kota yang melahirkan kretek, dan tempat dimana kretek mencapai puncak kejayaan ekonomi dan budaya nasional bahkan dunia luar. Idiom bathil <\/em>(menggunting untuk merapikan kedua ujung batang kretek), nggiling<\/em> (menggulung), nglinthing<\/em> (gulung tangan), sampai saat ini masih bisa disaksikan sebagai bukti masa kejayaan kretek masih bisa dirasakan anak cucu negeri ini. <\/p>\n\n\n\n

Mbok Ruminah, bekerja sebagai buruh bathil<\/em> di barak Burikan milik sebuah pabrik rokok ternama. Dia sudah bekerja sebagai buruh bathil selama 25 tahun. Setiap hari dia mampu mengerjakan 2.000 batang kretek (Roem Topatimasang dkk; 2010, hlm. 121). Keterampilan tangan Mbok Ruminah bukanlah semata-mata skill industri, tetapi kreatifitas lokal yang unik, karya budaya yang tidak disemua tempat orang bisa melakukan dan melestarikannya.   <\/p>\n\n\n\n

Menurut Roem Topatimasang, mata pencaharian yang lahir dari kraetifitas melinting<\/em> juga bisa ditemukan di Kediri, kota kretek kedua setelah Kudus. Agus Susanto, pria asli Kediri yang bekerja di salah satu pabrik kretek, ternyata seluruh anggota keluarganya bekerja sebagai buruh linting.<\/p>\n\n\n\n

Lanjut lagi Roem Topatimasang mengatakan, keunikan di tempat lain yang sangat menentukan produk budaya berupa kretek adalah di daerah Minahasa penghasil cengkeh terbesar. Sisa-sisa kejayaan budidaya cengkeh masih terlihat hingga kini. Rumah-rumah megah dan gereja-gereja besar dibangun pada saat petani cengkeh Minahasa mendapatkan harga jual yang sangat tinggi. Mantan Gubernur Sulawesi Utara (alm) Willy Lasut menyebutkan bahwa petani cengkeh Minahasa pernah menikmati kejayaan sebagai penduduk yang memiliki pendapatan perkapita tertinggi di Indonesia pada era Gus dur jadi presiden, bahkan menyamai Swiss, negeri paling makmur di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Cengkeh: Dulu, Kini dan Nanti<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Karena itu hingga kini, Gus Dur masih terus dikenang sebagai pembawa berkah bagi petani cengkeh di Sulawesi Utara. Demikian senang dan hormatnya mereka kepada Gus Dur, para petani cengkeh di Sonder-Minahasa, memperingati meninggalnya Gus dur dengan menyalakan lilin di gereja-gereja dan jalan-jalan kota kecil itu. Betapa besar dampak sosial dan budaya dari cengkeh dan kretek bagi orang Minahasa.   <\/p>\n\n\n\n

Dari sisi antropologi sungguh menarik untuk dicermati. Satu kampung, satu dusun atau bahkan beberapa dusun, ribuan orang, satu keluarga, mempertahankan hidup, mempertahankan warisan budaya dan keterampilan nenek moyangnya dari kretek. Bagaimana cara hidup dan bermasyarakat orang-orang di kawasan petani tembakau di Temanggung, tradisi orang-orang Minahasa yang hidup dari pertanian cengkeh, serta buruh dan pekerja pabrik kretek di Kudus dan Kediri yang unik, penuh sentuhan ritual dan kultural.
<\/p>\n","post_title":"\u201cKretek Kajian Ekonomi & Budaya Empat Kota\u201d Sebuah Analisa dalam Kacamata Antropologi Budaya","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-kajian-ekonomi-budaya-empat-kota-sebuah-analisa-dalam-kacamata-antropologi-budaya","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-12 09:21:52","post_modified_gmt":"2019-03-12 02:21:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5536","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5528,"post_author":"919","post_date":"2019-03-10 09:12:59","post_date_gmt":"2019-03-10 02:12:59","post_content":"\n

Sudah berulang kali narasi buruk tentang para perokok timbul di masyarakat. Sedangkan di berbagai berita, isu-isu kesehatan selalu dikaitkan dengan para perokok. Seolah-olah rokok memang tak dibolehkan hadir di bumi dan keberadaannya dicap haram. Namun, apakah memang benar demikian? Sedangkan banyak tokoh-tokoh hebat juga yang menikmati rokok bahkan hingga saat ini.<\/p>\n\n\n\n

Ridwan Remin, seorang komika asal Bogor adalah salah satu tokoh terkenal yang juga diketahui sebagai seorang penikmat rokok. Pria berkacamata tersebut mulai naik daun dan namanya dikenal publik terutama saat menjuarai ajang stand up comedy di salah satu televisi swasta. Dalam sebuah pertunjukannya, ia bahkan memasukkan unsur rokok dalam materi lawakannya tersebut. Pujian kemudian diberikan oleh sang juri karena lawakan tersebut dianggap matang dan cerdas.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Andaikan Jokowi-Prabowo Merokok, Inilah Rokok yang Cocok Buat Mereka<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Ridwan Remin diberi tema soal rokok. Ketika komika lain terjebak pada narasi-`narasi buruk soal rokok, Ridwan Remin mencoba untuk menggunakan hal tersebut sebagai pembuka namun dipatahkannya sebagai sebuah lawakan. Menurutnya, kegiatan merokok itu membang membuat seseorang cepat mati, namun ia lebih memilih merokok ketimbang harus mati gaya. Lemparan lawakannya tersebut diterima tawa penonton termasuk juri, Akan tetapi jika melihat dari premis lelucon itu, sedikit nampak ada kekesalan terhadap justifikasi kepada para perokok.<\/p>\n\n\n\n

Lingkungan sosial kerap melabeli para perokok sebagai kegiatan yang bersifat \u2018gentleman\u2019. Dari sebutan tersebut jelas bahwa mereka mencoba untuk melabeli rokok dengan hanya sebagai bagian dari kaum pria saja. Bisa anda saksikan padahal bahwa banya juga kaum hawa yang menikmati produk tersebut, jika ditanya alasannya mungkin juga bukan karena hanya terlihat keren semata. Nah, teori yang kedua ini juga muncul di lingkungan sosial yang mengkambinghitamkan kata \u2018keren\u2019 sebagai biang dari lahirnya perokok muda.<\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya, kalau mau diakui rokok memang membuat seseorang terlihat keren, kalian para anti rokok mau membantah? Hayo, hayo, hayo. Memang terlihat membuat keren berada di tengah kerumitan hidup lantas mencoba menikmatinya dengan tanaman ciptaan tuhan (tembakau) yang kemudian dimodifikasi sebagai sebuah rokok, apakah ada salahnya? Selama dia sudah memiliki umur yang tepat dan sadar dalam mengkonsumsi rokok maka sah-sah saja dong itu dilakukan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah Agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Coba kalihan tengok lagi berbagai film terkemuka  di dunia atau bahkan hingga yang masuk dalam box office dan menerima penghargaan. Sama seperti adegan saat hujan, adegan seseorang merokok dalam sebuah film terlihat sangat keren dan dengan pengambilan gambar yang seapik mungkin. Apakah sang sutradara adalah seorang marketing rokok ? ah itu dugaan anda saja. Film sebagai bentuk eksistensi daya pikir manusia memberikan adegan rokok didalamnya karena memang rokok tak bisa lepas dari realitas kehidupan, dan itu keren!<\/p>\n\n\n\n

Di kehidupan nyata anda bisa merekam berbagai pola dan tingkah para perokok dalam segi yang lebih humanis. Memang tak bisa dipungkiri ada yang berperilaku buruk dengan membuang puntungnya sembarangan, namun jangan gelap mata dan tak memberikan apresiasi bagi yang masih mentaati peraturan. Bukankah, para perokok yang tetap mentaati peraturan itu adalah orang-orang yang keren?<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi soal keren, para perokok itu memang keren karena dengan berbagai hujatan dan stigma sosial mereka tetap bisa mempertahankan hidup. Para perokok itu keren karena ditengah cercaan, konsumsi mereka akan produk tembakau juga menghasilkan sesuatu yang bisa membangun negeri. Angkat topi juga untuk kalian para perokok yang tetap menjaga stabilitas kehidupannya serta kesehatannya masih bisa terjamin. Mengkhiri tulisan ini, mari bakar rokokmu sejenak dan nikmati hidup yang fana ini.<\/p>\n\n\n\n

\u201cRokok itu emang buat gaya, kalau mau bunuh mah bunuh ajah, toh percuma gue hidup kalau mati gaya,\u201d Ridwan Remin, Juara Stand Up Comedy Indonesia 7.<\/p>\n","post_title":"Akui Saja Merokok Itu Memang Hal yang Keren","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"akui-saja-merokok-itu-memang-hal-yang-keren","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-10 09:13:07","post_modified_gmt":"2019-03-10 02:13:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5528","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5522,"post_author":"878","post_date":"2019-03-08 07:51:45","post_date_gmt":"2019-03-08 00:51:45","post_content":"\n

Selepas Danau Beratan, menyimpang ke arah kiri meninggalkan jalan raya Denpasar-Singaraja, menoleh ke kiri jalan, pandangan mata saya tertuju ke Danau Tamblingan. Tak lama kemudian, melalui jalan menurun dan berliku, di kiri-kanan jalan rerimbunan pohon cengkeh tumbuh subur. Sebelum saya dan rekan-rekan tiba di Penginapan dan Restoran Don Biyu yang di kelola Bli Putu Ardana, senior saya di kampus yang juga warga asli Desa Munduk, Kabupaten Buleleng, Bali, di kanan jalan, kami melintasi Pura Kopi. <\/p>\n\n\n\n

Empat kali dalam waktu yang berbeda saya pernah berkunjung ke Desa Munduk. Dua di antaranya saya tinggal cukup lama di sana. Belajar dari dua orang kakak beradik Putu Ardana dan Komang Armada serta beberapa warga Desa Munduk lainnya tentang banyak hal, terutama pertanian cengkeh yang begitu masyhur di sana.<\/p>\n\n\n\n

Bertahun-tahun sebelum tiba di Desa Munduk, Denpasar membikin saya enggan berlama-lama di Pulau Bali. Denpasar terlalu ramai dan pikuk. Tentu saja ini penilaian subjektif saya semata. Namun Desa Munduk mengubah itu semua. Saya jadi betah berlama-lama di Pulau Bali. Lebih lagi bapak dari istri saya berasal dari Seririt, 45 menit ke arah utara dari Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, dari Bli Putu Ardana saya belajar banyak tentang adat dan keyakinan spiritual warga Desa Munduk. Dari Bli Komang Armada, saya mendapat pengetahuan berharga perihal pertanian cengkeh yang menyejahterakan banyak warga Desa Munduk dan banyak warga desa lain di luar Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Bli Putu sempat menjabat sebagai Bendesa, Kepala Desa Adat Munduk. Bli Komang beberapa waktu lalu terpilih sebagai petani teladan karena peran besarnya dalam pertanian cengkeh di Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mendengar Kembali Kesaksian WS Rendra<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Meskipun menyejahterakan banyak orang, pertanian cengkeh di Munduk bukan tanpa masalah. Beberapa waktu lalu, pernah ada masanya pabrik-pabrik penyulingan minyak cengkeh banyak berdiri di Munduk dan desa-desa lain di sekitarnya. Bahan baku utama minyak cengkeh bisa didapat dari bunga cengkeh, tangkai bunga cengkeh, dan daun cengkeh. Yang terbaik tentu dari bunga cengkeh. Sayangnya faktor biaya membikin produsen minyak cengkeh memilih daun cengkeh sebagai bahan baku.<\/p>\n\n\n\n

Pengambilan daun cengkeh yang sudah gugur dari ranting-ranting pohon secara besar-besaran, ternyata membikin akar dan batang pohon cengkeh mudah terserang penyakit. Atas temuan ini, Bli Putu dan Bli Komang mengadvokasi sebuah peraturan yang melarang pengambilan daun cengkeh hingga tingkat bupati. Berhasil. Bupati mengeluarkan peraturan bupati yang melarang pengambilan daun cengkeh berlebihan.<\/p>\n\n\n\n

\"Manusia terikat pada tiga interaksi. Interaksi dengan Tuhan, interaksi dengan sesama manusia, dan interaksi dengan alam, yang terakhir itu kerap dilupakan,\" Ujar Bli Komang sekali waktu di tengah kebun cengkeh miliknya, ia melanjutkan, \"Manusia terlalu banyak mengambil dari alam. Terlalu banyak. Sementara kita seperti enggan mengembalikan sesuatu ke alam, memenuhi hak alam. Semestinya, seberapa besar yang kita ambil dari alam, sebanyak itu juga yang harus kita kembalikan ke alam. Seimbang. Hidup harus seimbang.\"<\/p>\n\n\n\n

Itulah yang mendorong Bli Komang dan Bli Putu menjalani lelaku bertani ramah alam. Dan keyakinan spiritualitas serta tradisi leluhur di Munduk mendukung dan menyarankan laku tani semacam ini. Pura Kopi, pura yang sedikit saya singgung pada pembuka tulisan ini, adalah pura yang khusus diperuntukkan sebagai tempat ritual-ritual religi terkait pertanian. Dinamakan Pura Kopi karena sejarah perkebunan kopi di Munduk lebih dahulu dibanding cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Baca: Dua Bungkus Kretek Pemberian Jagat Pico<\/a><\/p>\n\n\n\n

Awalnya Tonny Lip Vallelonga merasa ditipu karena ia sebenarnya bukan bekerja untuk seorang dokter. Dr. Shirley sejatinya adalah seorang pianis handal yang akan menjalani tur konsernya di Amerika Serikat. Tokoh yang diperankan oleh Mahershala Ali membutuhkan seorang supir yang tangguh serta mau menjadi asisten pribadi dan manajer turnya. Awalnya, Tonny Lip Vallelonga cukup kesal dan menolak pekerjaan itu karena dianggap terlalu berat dan berlebihan. Namun, rayuan maut dari sang majikan membuatnya mau ikut.<\/p>\n\n\n\n

Sepanjang perjalanan dan konser, pemandangan diskriminasi kepada kaum kulit hitam jadi konflik utama dalam film ini. Berbagai diskriminasi tersebut cukup membukakan mata hati Tonny Lip Vallelonga yang tadinya seorang rasis menjadi sosok yang toleran. Perubahan juga dialami oleh Dr. Shirley, kebiasaan-kebiasaan nyentrik yang dilakukan oleh supir sekaligus sahabatnya tersebut membuatnya menjadi sosok yang lebih cair dan tak kaku. Sekali lagi, film ini memiliki kekuatan dalam percakapan, tonton saja adegan saat Tonny Lip Vallelonga memakan Ayam KFC di dalam mobil, itu sangat menggemaskan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai penutup, Tonny Lip Vallelonga yang menjadi tokoh utama dalam film Green Book adalah seorang perokok berat. Nyaris dalam film ini setiap scene yang menyorotinya mennggambarkannya sedang menghisap rokok. Bisa dikatakan ia adalah sosok perokok yang hebat dan memiliki kawan, kehidupan, hati, ketangguhan, dan perjalanan yang luar biasa.<\/p>\n","post_title":"Green Book dan Kisah Perjalanan Panjang Seorang Perokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"green-book-dan-kisah-perjalanan-panjang-seorang-perokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-17 09:44:06","post_modified_gmt":"2019-03-17 02:44:06","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5550","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5536,"post_author":"877","post_date":"2019-03-12 09:21:46","post_date_gmt":"2019-03-12 02:21:46","post_content":"\n

\u201cEnten mriki, menawi musim ketigo mboten wonten tanduran ingkang cucuk sanesipun soto, nyambut gawe rong sasi kagem urip setaun\u201d<\/em> (Disini kalau musim kemarau, tidak ada tanaman yang bisa hidup selain tembakau. Kerja dua bulan untuk hidup setahun, ya yang bisa hanya tembakau). Ungkapan Yamuh, seorang petani muda yang sudah bertahun-tahun menjadi petani tembakau, dalam bahasa Jawa dialek Temanggung di atas adalah fakta empiris yang mengungkapkan betapa agungnya anugerah Tuhan yang menurunkan tanaman tembakau di Temanggung.<\/p>\n\n\n\n

Dalam buku \u201cKretek; Kajian Ekonomi dan Budaya Empat Kota\u201d,<\/em> kita bisa membaca kearifan budaya dan kreatifitas masyarakat lokal Temanggung dalam bertani, mengolah lahan, menanami tembakau, memanen dan menikmati hasil tembakau yang sangat dicintainya. Untuk mempertahankan kelestarian tembakau sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Pemurah, ribuan petani mengawali musim tanam tembakau dengan tradisi among tebal.<\/em> Yaitu semacam ritual yang menandai awal musim tanam tembakau, khususnya di desa Legoksari kecamatan Tlogomulyo, tempat penghasil tembakau mutu terbaik, antara akhir Maret hingga awal April. Sebagai bentuk penghormatan terhadap Ki Ageng Makukuhan, tokoh mitologis yang dipercaya para petani membawa bibit tembakau ke wilayah itu.<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Baca: Mitologi Munculnya Srinthil, Tembakau Terbaki dan Termahal di\u00a0Dunia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tradisi dan ritual yang hampir sama juga berlaku ketika para petani tembakau menyambut musim panen, yakni dengan menggelar wiwitan.<\/em> Wiwitan adalah ritual yang menandai awal musim panen yang dilakukan pada pengujung musim kemarau, antara akhir Agustus hingga awal September dengan memperhitungkan hari yang dianggap baik. Berbeda dengan among tebal<\/em> yang dilaksanakan pada pagi hari, wiwitan<\/em> berlangsung pada saat senja atau petang hari. Dipimpin oleh kaum,<\/em> pemuka agama setempat, perangkat upacara diarak menuju ladang tembakau dari pemukiman dengan membawa sesajen, biasanya berupa tujuh tumpeng, ketan salak, dan daging ayam tolak. <\/p>\n\n\n\n

Potret antropologi budaya masyarakat petani tembakau di Temanggung tidak bisa dilepaskan begitu saja dari aspek historis ditemukannya produk dan kreatifitas budaya yang bernama kretek. Kretek, jauh sebelum menjadi komoditas industri nasional yang menjadi simbol kejayaan bangsa, adalah sebuah penemuan, kreatifitas budaya, yang asli lahir dan tumbuh berkembang dari tangan-tangan terampil leluhur bangsa ini. <\/p>\n\n\n\n

Idiom-idiom kreatifitas dari lahirnya kretek muncul menjadi keseharian warga Kudus, kota yang melahirkan kretek, dan tempat dimana kretek mencapai puncak kejayaan ekonomi dan budaya nasional bahkan dunia luar. Idiom bathil <\/em>(menggunting untuk merapikan kedua ujung batang kretek), nggiling<\/em> (menggulung), nglinthing<\/em> (gulung tangan), sampai saat ini masih bisa disaksikan sebagai bukti masa kejayaan kretek masih bisa dirasakan anak cucu negeri ini. <\/p>\n\n\n\n

Mbok Ruminah, bekerja sebagai buruh bathil<\/em> di barak Burikan milik sebuah pabrik rokok ternama. Dia sudah bekerja sebagai buruh bathil selama 25 tahun. Setiap hari dia mampu mengerjakan 2.000 batang kretek (Roem Topatimasang dkk; 2010, hlm. 121). Keterampilan tangan Mbok Ruminah bukanlah semata-mata skill industri, tetapi kreatifitas lokal yang unik, karya budaya yang tidak disemua tempat orang bisa melakukan dan melestarikannya.   <\/p>\n\n\n\n

Menurut Roem Topatimasang, mata pencaharian yang lahir dari kraetifitas melinting<\/em> juga bisa ditemukan di Kediri, kota kretek kedua setelah Kudus. Agus Susanto, pria asli Kediri yang bekerja di salah satu pabrik kretek, ternyata seluruh anggota keluarganya bekerja sebagai buruh linting.<\/p>\n\n\n\n

Lanjut lagi Roem Topatimasang mengatakan, keunikan di tempat lain yang sangat menentukan produk budaya berupa kretek adalah di daerah Minahasa penghasil cengkeh terbesar. Sisa-sisa kejayaan budidaya cengkeh masih terlihat hingga kini. Rumah-rumah megah dan gereja-gereja besar dibangun pada saat petani cengkeh Minahasa mendapatkan harga jual yang sangat tinggi. Mantan Gubernur Sulawesi Utara (alm) Willy Lasut menyebutkan bahwa petani cengkeh Minahasa pernah menikmati kejayaan sebagai penduduk yang memiliki pendapatan perkapita tertinggi di Indonesia pada era Gus dur jadi presiden, bahkan menyamai Swiss, negeri paling makmur di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Cengkeh: Dulu, Kini dan Nanti<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Karena itu hingga kini, Gus Dur masih terus dikenang sebagai pembawa berkah bagi petani cengkeh di Sulawesi Utara. Demikian senang dan hormatnya mereka kepada Gus Dur, para petani cengkeh di Sonder-Minahasa, memperingati meninggalnya Gus dur dengan menyalakan lilin di gereja-gereja dan jalan-jalan kota kecil itu. Betapa besar dampak sosial dan budaya dari cengkeh dan kretek bagi orang Minahasa.   <\/p>\n\n\n\n

Dari sisi antropologi sungguh menarik untuk dicermati. Satu kampung, satu dusun atau bahkan beberapa dusun, ribuan orang, satu keluarga, mempertahankan hidup, mempertahankan warisan budaya dan keterampilan nenek moyangnya dari kretek. Bagaimana cara hidup dan bermasyarakat orang-orang di kawasan petani tembakau di Temanggung, tradisi orang-orang Minahasa yang hidup dari pertanian cengkeh, serta buruh dan pekerja pabrik kretek di Kudus dan Kediri yang unik, penuh sentuhan ritual dan kultural.
<\/p>\n","post_title":"\u201cKretek Kajian Ekonomi & Budaya Empat Kota\u201d Sebuah Analisa dalam Kacamata Antropologi Budaya","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-kajian-ekonomi-budaya-empat-kota-sebuah-analisa-dalam-kacamata-antropologi-budaya","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-12 09:21:52","post_modified_gmt":"2019-03-12 02:21:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5536","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5528,"post_author":"919","post_date":"2019-03-10 09:12:59","post_date_gmt":"2019-03-10 02:12:59","post_content":"\n

Sudah berulang kali narasi buruk tentang para perokok timbul di masyarakat. Sedangkan di berbagai berita, isu-isu kesehatan selalu dikaitkan dengan para perokok. Seolah-olah rokok memang tak dibolehkan hadir di bumi dan keberadaannya dicap haram. Namun, apakah memang benar demikian? Sedangkan banyak tokoh-tokoh hebat juga yang menikmati rokok bahkan hingga saat ini.<\/p>\n\n\n\n

Ridwan Remin, seorang komika asal Bogor adalah salah satu tokoh terkenal yang juga diketahui sebagai seorang penikmat rokok. Pria berkacamata tersebut mulai naik daun dan namanya dikenal publik terutama saat menjuarai ajang stand up comedy di salah satu televisi swasta. Dalam sebuah pertunjukannya, ia bahkan memasukkan unsur rokok dalam materi lawakannya tersebut. Pujian kemudian diberikan oleh sang juri karena lawakan tersebut dianggap matang dan cerdas.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Andaikan Jokowi-Prabowo Merokok, Inilah Rokok yang Cocok Buat Mereka<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Ridwan Remin diberi tema soal rokok. Ketika komika lain terjebak pada narasi-`narasi buruk soal rokok, Ridwan Remin mencoba untuk menggunakan hal tersebut sebagai pembuka namun dipatahkannya sebagai sebuah lawakan. Menurutnya, kegiatan merokok itu membang membuat seseorang cepat mati, namun ia lebih memilih merokok ketimbang harus mati gaya. Lemparan lawakannya tersebut diterima tawa penonton termasuk juri, Akan tetapi jika melihat dari premis lelucon itu, sedikit nampak ada kekesalan terhadap justifikasi kepada para perokok.<\/p>\n\n\n\n

Lingkungan sosial kerap melabeli para perokok sebagai kegiatan yang bersifat \u2018gentleman\u2019. Dari sebutan tersebut jelas bahwa mereka mencoba untuk melabeli rokok dengan hanya sebagai bagian dari kaum pria saja. Bisa anda saksikan padahal bahwa banya juga kaum hawa yang menikmati produk tersebut, jika ditanya alasannya mungkin juga bukan karena hanya terlihat keren semata. Nah, teori yang kedua ini juga muncul di lingkungan sosial yang mengkambinghitamkan kata \u2018keren\u2019 sebagai biang dari lahirnya perokok muda.<\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya, kalau mau diakui rokok memang membuat seseorang terlihat keren, kalian para anti rokok mau membantah? Hayo, hayo, hayo. Memang terlihat membuat keren berada di tengah kerumitan hidup lantas mencoba menikmatinya dengan tanaman ciptaan tuhan (tembakau) yang kemudian dimodifikasi sebagai sebuah rokok, apakah ada salahnya? Selama dia sudah memiliki umur yang tepat dan sadar dalam mengkonsumsi rokok maka sah-sah saja dong itu dilakukan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah Agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Coba kalihan tengok lagi berbagai film terkemuka  di dunia atau bahkan hingga yang masuk dalam box office dan menerima penghargaan. Sama seperti adegan saat hujan, adegan seseorang merokok dalam sebuah film terlihat sangat keren dan dengan pengambilan gambar yang seapik mungkin. Apakah sang sutradara adalah seorang marketing rokok ? ah itu dugaan anda saja. Film sebagai bentuk eksistensi daya pikir manusia memberikan adegan rokok didalamnya karena memang rokok tak bisa lepas dari realitas kehidupan, dan itu keren!<\/p>\n\n\n\n

Di kehidupan nyata anda bisa merekam berbagai pola dan tingkah para perokok dalam segi yang lebih humanis. Memang tak bisa dipungkiri ada yang berperilaku buruk dengan membuang puntungnya sembarangan, namun jangan gelap mata dan tak memberikan apresiasi bagi yang masih mentaati peraturan. Bukankah, para perokok yang tetap mentaati peraturan itu adalah orang-orang yang keren?<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi soal keren, para perokok itu memang keren karena dengan berbagai hujatan dan stigma sosial mereka tetap bisa mempertahankan hidup. Para perokok itu keren karena ditengah cercaan, konsumsi mereka akan produk tembakau juga menghasilkan sesuatu yang bisa membangun negeri. Angkat topi juga untuk kalian para perokok yang tetap menjaga stabilitas kehidupannya serta kesehatannya masih bisa terjamin. Mengkhiri tulisan ini, mari bakar rokokmu sejenak dan nikmati hidup yang fana ini.<\/p>\n\n\n\n

\u201cRokok itu emang buat gaya, kalau mau bunuh mah bunuh ajah, toh percuma gue hidup kalau mati gaya,\u201d Ridwan Remin, Juara Stand Up Comedy Indonesia 7.<\/p>\n","post_title":"Akui Saja Merokok Itu Memang Hal yang Keren","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"akui-saja-merokok-itu-memang-hal-yang-keren","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-10 09:13:07","post_modified_gmt":"2019-03-10 02:13:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5528","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5522,"post_author":"878","post_date":"2019-03-08 07:51:45","post_date_gmt":"2019-03-08 00:51:45","post_content":"\n

Selepas Danau Beratan, menyimpang ke arah kiri meninggalkan jalan raya Denpasar-Singaraja, menoleh ke kiri jalan, pandangan mata saya tertuju ke Danau Tamblingan. Tak lama kemudian, melalui jalan menurun dan berliku, di kiri-kanan jalan rerimbunan pohon cengkeh tumbuh subur. Sebelum saya dan rekan-rekan tiba di Penginapan dan Restoran Don Biyu yang di kelola Bli Putu Ardana, senior saya di kampus yang juga warga asli Desa Munduk, Kabupaten Buleleng, Bali, di kanan jalan, kami melintasi Pura Kopi. <\/p>\n\n\n\n

Empat kali dalam waktu yang berbeda saya pernah berkunjung ke Desa Munduk. Dua di antaranya saya tinggal cukup lama di sana. Belajar dari dua orang kakak beradik Putu Ardana dan Komang Armada serta beberapa warga Desa Munduk lainnya tentang banyak hal, terutama pertanian cengkeh yang begitu masyhur di sana.<\/p>\n\n\n\n

Bertahun-tahun sebelum tiba di Desa Munduk, Denpasar membikin saya enggan berlama-lama di Pulau Bali. Denpasar terlalu ramai dan pikuk. Tentu saja ini penilaian subjektif saya semata. Namun Desa Munduk mengubah itu semua. Saya jadi betah berlama-lama di Pulau Bali. Lebih lagi bapak dari istri saya berasal dari Seririt, 45 menit ke arah utara dari Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, dari Bli Putu Ardana saya belajar banyak tentang adat dan keyakinan spiritual warga Desa Munduk. Dari Bli Komang Armada, saya mendapat pengetahuan berharga perihal pertanian cengkeh yang menyejahterakan banyak warga Desa Munduk dan banyak warga desa lain di luar Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Bli Putu sempat menjabat sebagai Bendesa, Kepala Desa Adat Munduk. Bli Komang beberapa waktu lalu terpilih sebagai petani teladan karena peran besarnya dalam pertanian cengkeh di Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mendengar Kembali Kesaksian WS Rendra<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Meskipun menyejahterakan banyak orang, pertanian cengkeh di Munduk bukan tanpa masalah. Beberapa waktu lalu, pernah ada masanya pabrik-pabrik penyulingan minyak cengkeh banyak berdiri di Munduk dan desa-desa lain di sekitarnya. Bahan baku utama minyak cengkeh bisa didapat dari bunga cengkeh, tangkai bunga cengkeh, dan daun cengkeh. Yang terbaik tentu dari bunga cengkeh. Sayangnya faktor biaya membikin produsen minyak cengkeh memilih daun cengkeh sebagai bahan baku.<\/p>\n\n\n\n

Pengambilan daun cengkeh yang sudah gugur dari ranting-ranting pohon secara besar-besaran, ternyata membikin akar dan batang pohon cengkeh mudah terserang penyakit. Atas temuan ini, Bli Putu dan Bli Komang mengadvokasi sebuah peraturan yang melarang pengambilan daun cengkeh hingga tingkat bupati. Berhasil. Bupati mengeluarkan peraturan bupati yang melarang pengambilan daun cengkeh berlebihan.<\/p>\n\n\n\n

\"Manusia terikat pada tiga interaksi. Interaksi dengan Tuhan, interaksi dengan sesama manusia, dan interaksi dengan alam, yang terakhir itu kerap dilupakan,\" Ujar Bli Komang sekali waktu di tengah kebun cengkeh miliknya, ia melanjutkan, \"Manusia terlalu banyak mengambil dari alam. Terlalu banyak. Sementara kita seperti enggan mengembalikan sesuatu ke alam, memenuhi hak alam. Semestinya, seberapa besar yang kita ambil dari alam, sebanyak itu juga yang harus kita kembalikan ke alam. Seimbang. Hidup harus seimbang.\"<\/p>\n\n\n\n

Itulah yang mendorong Bli Komang dan Bli Putu menjalani lelaku bertani ramah alam. Dan keyakinan spiritualitas serta tradisi leluhur di Munduk mendukung dan menyarankan laku tani semacam ini. Pura Kopi, pura yang sedikit saya singgung pada pembuka tulisan ini, adalah pura yang khusus diperuntukkan sebagai tempat ritual-ritual religi terkait pertanian. Dinamakan Pura Kopi karena sejarah perkebunan kopi di Munduk lebih dahulu dibanding cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Bermula dari seorang pria keturunan Italia-Amerika bernama Tonny Lip Vallelonga \u00a0yang sedang mencafi pekerjaan baru. Pria yang sebelumnya bekerja di bar tersebut harus diberhentikan sementara karena bar tempat ia bekerja mengalami pemugaran. Pada dasarnya Tonny Lip Vallelonga adalah seorang yang sedikit rasis, namun pekerjaan barunya dengan tawaran uang yang cukup menggiurkan membuatnya harus bekerja menjadi seorang supir dengan majikan yang seorang pria berkulit hitam bernama Donald Walbridge Shirley atau Dr. Shirley.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Dua Bungkus Kretek Pemberian Jagat Pico<\/a><\/p>\n\n\n\n

Awalnya Tonny Lip Vallelonga merasa ditipu karena ia sebenarnya bukan bekerja untuk seorang dokter. Dr. Shirley sejatinya adalah seorang pianis handal yang akan menjalani tur konsernya di Amerika Serikat. Tokoh yang diperankan oleh Mahershala Ali membutuhkan seorang supir yang tangguh serta mau menjadi asisten pribadi dan manajer turnya. Awalnya, Tonny Lip Vallelonga cukup kesal dan menolak pekerjaan itu karena dianggap terlalu berat dan berlebihan. Namun, rayuan maut dari sang majikan membuatnya mau ikut.<\/p>\n\n\n\n

Sepanjang perjalanan dan konser, pemandangan diskriminasi kepada kaum kulit hitam jadi konflik utama dalam film ini. Berbagai diskriminasi tersebut cukup membukakan mata hati Tonny Lip Vallelonga yang tadinya seorang rasis menjadi sosok yang toleran. Perubahan juga dialami oleh Dr. Shirley, kebiasaan-kebiasaan nyentrik yang dilakukan oleh supir sekaligus sahabatnya tersebut membuatnya menjadi sosok yang lebih cair dan tak kaku. Sekali lagi, film ini memiliki kekuatan dalam percakapan, tonton saja adegan saat Tonny Lip Vallelonga memakan Ayam KFC di dalam mobil, itu sangat menggemaskan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai penutup, Tonny Lip Vallelonga yang menjadi tokoh utama dalam film Green Book adalah seorang perokok berat. Nyaris dalam film ini setiap scene yang menyorotinya mennggambarkannya sedang menghisap rokok. Bisa dikatakan ia adalah sosok perokok yang hebat dan memiliki kawan, kehidupan, hati, ketangguhan, dan perjalanan yang luar biasa.<\/p>\n","post_title":"Green Book dan Kisah Perjalanan Panjang Seorang Perokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"green-book-dan-kisah-perjalanan-panjang-seorang-perokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-17 09:44:06","post_modified_gmt":"2019-03-17 02:44:06","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5550","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5536,"post_author":"877","post_date":"2019-03-12 09:21:46","post_date_gmt":"2019-03-12 02:21:46","post_content":"\n

\u201cEnten mriki, menawi musim ketigo mboten wonten tanduran ingkang cucuk sanesipun soto, nyambut gawe rong sasi kagem urip setaun\u201d<\/em> (Disini kalau musim kemarau, tidak ada tanaman yang bisa hidup selain tembakau. Kerja dua bulan untuk hidup setahun, ya yang bisa hanya tembakau). Ungkapan Yamuh, seorang petani muda yang sudah bertahun-tahun menjadi petani tembakau, dalam bahasa Jawa dialek Temanggung di atas adalah fakta empiris yang mengungkapkan betapa agungnya anugerah Tuhan yang menurunkan tanaman tembakau di Temanggung.<\/p>\n\n\n\n

Dalam buku \u201cKretek; Kajian Ekonomi dan Budaya Empat Kota\u201d,<\/em> kita bisa membaca kearifan budaya dan kreatifitas masyarakat lokal Temanggung dalam bertani, mengolah lahan, menanami tembakau, memanen dan menikmati hasil tembakau yang sangat dicintainya. Untuk mempertahankan kelestarian tembakau sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Pemurah, ribuan petani mengawali musim tanam tembakau dengan tradisi among tebal.<\/em> Yaitu semacam ritual yang menandai awal musim tanam tembakau, khususnya di desa Legoksari kecamatan Tlogomulyo, tempat penghasil tembakau mutu terbaik, antara akhir Maret hingga awal April. Sebagai bentuk penghormatan terhadap Ki Ageng Makukuhan, tokoh mitologis yang dipercaya para petani membawa bibit tembakau ke wilayah itu.<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Baca: Mitologi Munculnya Srinthil, Tembakau Terbaki dan Termahal di\u00a0Dunia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tradisi dan ritual yang hampir sama juga berlaku ketika para petani tembakau menyambut musim panen, yakni dengan menggelar wiwitan.<\/em> Wiwitan adalah ritual yang menandai awal musim panen yang dilakukan pada pengujung musim kemarau, antara akhir Agustus hingga awal September dengan memperhitungkan hari yang dianggap baik. Berbeda dengan among tebal<\/em> yang dilaksanakan pada pagi hari, wiwitan<\/em> berlangsung pada saat senja atau petang hari. Dipimpin oleh kaum,<\/em> pemuka agama setempat, perangkat upacara diarak menuju ladang tembakau dari pemukiman dengan membawa sesajen, biasanya berupa tujuh tumpeng, ketan salak, dan daging ayam tolak. <\/p>\n\n\n\n

Potret antropologi budaya masyarakat petani tembakau di Temanggung tidak bisa dilepaskan begitu saja dari aspek historis ditemukannya produk dan kreatifitas budaya yang bernama kretek. Kretek, jauh sebelum menjadi komoditas industri nasional yang menjadi simbol kejayaan bangsa, adalah sebuah penemuan, kreatifitas budaya, yang asli lahir dan tumbuh berkembang dari tangan-tangan terampil leluhur bangsa ini. <\/p>\n\n\n\n

Idiom-idiom kreatifitas dari lahirnya kretek muncul menjadi keseharian warga Kudus, kota yang melahirkan kretek, dan tempat dimana kretek mencapai puncak kejayaan ekonomi dan budaya nasional bahkan dunia luar. Idiom bathil <\/em>(menggunting untuk merapikan kedua ujung batang kretek), nggiling<\/em> (menggulung), nglinthing<\/em> (gulung tangan), sampai saat ini masih bisa disaksikan sebagai bukti masa kejayaan kretek masih bisa dirasakan anak cucu negeri ini. <\/p>\n\n\n\n

Mbok Ruminah, bekerja sebagai buruh bathil<\/em> di barak Burikan milik sebuah pabrik rokok ternama. Dia sudah bekerja sebagai buruh bathil selama 25 tahun. Setiap hari dia mampu mengerjakan 2.000 batang kretek (Roem Topatimasang dkk; 2010, hlm. 121). Keterampilan tangan Mbok Ruminah bukanlah semata-mata skill industri, tetapi kreatifitas lokal yang unik, karya budaya yang tidak disemua tempat orang bisa melakukan dan melestarikannya.   <\/p>\n\n\n\n

Menurut Roem Topatimasang, mata pencaharian yang lahir dari kraetifitas melinting<\/em> juga bisa ditemukan di Kediri, kota kretek kedua setelah Kudus. Agus Susanto, pria asli Kediri yang bekerja di salah satu pabrik kretek, ternyata seluruh anggota keluarganya bekerja sebagai buruh linting.<\/p>\n\n\n\n

Lanjut lagi Roem Topatimasang mengatakan, keunikan di tempat lain yang sangat menentukan produk budaya berupa kretek adalah di daerah Minahasa penghasil cengkeh terbesar. Sisa-sisa kejayaan budidaya cengkeh masih terlihat hingga kini. Rumah-rumah megah dan gereja-gereja besar dibangun pada saat petani cengkeh Minahasa mendapatkan harga jual yang sangat tinggi. Mantan Gubernur Sulawesi Utara (alm) Willy Lasut menyebutkan bahwa petani cengkeh Minahasa pernah menikmati kejayaan sebagai penduduk yang memiliki pendapatan perkapita tertinggi di Indonesia pada era Gus dur jadi presiden, bahkan menyamai Swiss, negeri paling makmur di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Cengkeh: Dulu, Kini dan Nanti<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Karena itu hingga kini, Gus Dur masih terus dikenang sebagai pembawa berkah bagi petani cengkeh di Sulawesi Utara. Demikian senang dan hormatnya mereka kepada Gus Dur, para petani cengkeh di Sonder-Minahasa, memperingati meninggalnya Gus dur dengan menyalakan lilin di gereja-gereja dan jalan-jalan kota kecil itu. Betapa besar dampak sosial dan budaya dari cengkeh dan kretek bagi orang Minahasa.   <\/p>\n\n\n\n

Dari sisi antropologi sungguh menarik untuk dicermati. Satu kampung, satu dusun atau bahkan beberapa dusun, ribuan orang, satu keluarga, mempertahankan hidup, mempertahankan warisan budaya dan keterampilan nenek moyangnya dari kretek. Bagaimana cara hidup dan bermasyarakat orang-orang di kawasan petani tembakau di Temanggung, tradisi orang-orang Minahasa yang hidup dari pertanian cengkeh, serta buruh dan pekerja pabrik kretek di Kudus dan Kediri yang unik, penuh sentuhan ritual dan kultural.
<\/p>\n","post_title":"\u201cKretek Kajian Ekonomi & Budaya Empat Kota\u201d Sebuah Analisa dalam Kacamata Antropologi Budaya","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-kajian-ekonomi-budaya-empat-kota-sebuah-analisa-dalam-kacamata-antropologi-budaya","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-12 09:21:52","post_modified_gmt":"2019-03-12 02:21:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5536","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5528,"post_author":"919","post_date":"2019-03-10 09:12:59","post_date_gmt":"2019-03-10 02:12:59","post_content":"\n

Sudah berulang kali narasi buruk tentang para perokok timbul di masyarakat. Sedangkan di berbagai berita, isu-isu kesehatan selalu dikaitkan dengan para perokok. Seolah-olah rokok memang tak dibolehkan hadir di bumi dan keberadaannya dicap haram. Namun, apakah memang benar demikian? Sedangkan banyak tokoh-tokoh hebat juga yang menikmati rokok bahkan hingga saat ini.<\/p>\n\n\n\n

Ridwan Remin, seorang komika asal Bogor adalah salah satu tokoh terkenal yang juga diketahui sebagai seorang penikmat rokok. Pria berkacamata tersebut mulai naik daun dan namanya dikenal publik terutama saat menjuarai ajang stand up comedy di salah satu televisi swasta. Dalam sebuah pertunjukannya, ia bahkan memasukkan unsur rokok dalam materi lawakannya tersebut. Pujian kemudian diberikan oleh sang juri karena lawakan tersebut dianggap matang dan cerdas.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Andaikan Jokowi-Prabowo Merokok, Inilah Rokok yang Cocok Buat Mereka<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Ridwan Remin diberi tema soal rokok. Ketika komika lain terjebak pada narasi-`narasi buruk soal rokok, Ridwan Remin mencoba untuk menggunakan hal tersebut sebagai pembuka namun dipatahkannya sebagai sebuah lawakan. Menurutnya, kegiatan merokok itu membang membuat seseorang cepat mati, namun ia lebih memilih merokok ketimbang harus mati gaya. Lemparan lawakannya tersebut diterima tawa penonton termasuk juri, Akan tetapi jika melihat dari premis lelucon itu, sedikit nampak ada kekesalan terhadap justifikasi kepada para perokok.<\/p>\n\n\n\n

Lingkungan sosial kerap melabeli para perokok sebagai kegiatan yang bersifat \u2018gentleman\u2019. Dari sebutan tersebut jelas bahwa mereka mencoba untuk melabeli rokok dengan hanya sebagai bagian dari kaum pria saja. Bisa anda saksikan padahal bahwa banya juga kaum hawa yang menikmati produk tersebut, jika ditanya alasannya mungkin juga bukan karena hanya terlihat keren semata. Nah, teori yang kedua ini juga muncul di lingkungan sosial yang mengkambinghitamkan kata \u2018keren\u2019 sebagai biang dari lahirnya perokok muda.<\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya, kalau mau diakui rokok memang membuat seseorang terlihat keren, kalian para anti rokok mau membantah? Hayo, hayo, hayo. Memang terlihat membuat keren berada di tengah kerumitan hidup lantas mencoba menikmatinya dengan tanaman ciptaan tuhan (tembakau) yang kemudian dimodifikasi sebagai sebuah rokok, apakah ada salahnya? Selama dia sudah memiliki umur yang tepat dan sadar dalam mengkonsumsi rokok maka sah-sah saja dong itu dilakukan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah Agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Coba kalihan tengok lagi berbagai film terkemuka  di dunia atau bahkan hingga yang masuk dalam box office dan menerima penghargaan. Sama seperti adegan saat hujan, adegan seseorang merokok dalam sebuah film terlihat sangat keren dan dengan pengambilan gambar yang seapik mungkin. Apakah sang sutradara adalah seorang marketing rokok ? ah itu dugaan anda saja. Film sebagai bentuk eksistensi daya pikir manusia memberikan adegan rokok didalamnya karena memang rokok tak bisa lepas dari realitas kehidupan, dan itu keren!<\/p>\n\n\n\n

Di kehidupan nyata anda bisa merekam berbagai pola dan tingkah para perokok dalam segi yang lebih humanis. Memang tak bisa dipungkiri ada yang berperilaku buruk dengan membuang puntungnya sembarangan, namun jangan gelap mata dan tak memberikan apresiasi bagi yang masih mentaati peraturan. Bukankah, para perokok yang tetap mentaati peraturan itu adalah orang-orang yang keren?<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi soal keren, para perokok itu memang keren karena dengan berbagai hujatan dan stigma sosial mereka tetap bisa mempertahankan hidup. Para perokok itu keren karena ditengah cercaan, konsumsi mereka akan produk tembakau juga menghasilkan sesuatu yang bisa membangun negeri. Angkat topi juga untuk kalian para perokok yang tetap menjaga stabilitas kehidupannya serta kesehatannya masih bisa terjamin. Mengkhiri tulisan ini, mari bakar rokokmu sejenak dan nikmati hidup yang fana ini.<\/p>\n\n\n\n

\u201cRokok itu emang buat gaya, kalau mau bunuh mah bunuh ajah, toh percuma gue hidup kalau mati gaya,\u201d Ridwan Remin, Juara Stand Up Comedy Indonesia 7.<\/p>\n","post_title":"Akui Saja Merokok Itu Memang Hal yang Keren","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"akui-saja-merokok-itu-memang-hal-yang-keren","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-10 09:13:07","post_modified_gmt":"2019-03-10 02:13:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5528","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5522,"post_author":"878","post_date":"2019-03-08 07:51:45","post_date_gmt":"2019-03-08 00:51:45","post_content":"\n

Selepas Danau Beratan, menyimpang ke arah kiri meninggalkan jalan raya Denpasar-Singaraja, menoleh ke kiri jalan, pandangan mata saya tertuju ke Danau Tamblingan. Tak lama kemudian, melalui jalan menurun dan berliku, di kiri-kanan jalan rerimbunan pohon cengkeh tumbuh subur. Sebelum saya dan rekan-rekan tiba di Penginapan dan Restoran Don Biyu yang di kelola Bli Putu Ardana, senior saya di kampus yang juga warga asli Desa Munduk, Kabupaten Buleleng, Bali, di kanan jalan, kami melintasi Pura Kopi. <\/p>\n\n\n\n

Empat kali dalam waktu yang berbeda saya pernah berkunjung ke Desa Munduk. Dua di antaranya saya tinggal cukup lama di sana. Belajar dari dua orang kakak beradik Putu Ardana dan Komang Armada serta beberapa warga Desa Munduk lainnya tentang banyak hal, terutama pertanian cengkeh yang begitu masyhur di sana.<\/p>\n\n\n\n

Bertahun-tahun sebelum tiba di Desa Munduk, Denpasar membikin saya enggan berlama-lama di Pulau Bali. Denpasar terlalu ramai dan pikuk. Tentu saja ini penilaian subjektif saya semata. Namun Desa Munduk mengubah itu semua. Saya jadi betah berlama-lama di Pulau Bali. Lebih lagi bapak dari istri saya berasal dari Seririt, 45 menit ke arah utara dari Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, dari Bli Putu Ardana saya belajar banyak tentang adat dan keyakinan spiritual warga Desa Munduk. Dari Bli Komang Armada, saya mendapat pengetahuan berharga perihal pertanian cengkeh yang menyejahterakan banyak warga Desa Munduk dan banyak warga desa lain di luar Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Bli Putu sempat menjabat sebagai Bendesa, Kepala Desa Adat Munduk. Bli Komang beberapa waktu lalu terpilih sebagai petani teladan karena peran besarnya dalam pertanian cengkeh di Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mendengar Kembali Kesaksian WS Rendra<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Meskipun menyejahterakan banyak orang, pertanian cengkeh di Munduk bukan tanpa masalah. Beberapa waktu lalu, pernah ada masanya pabrik-pabrik penyulingan minyak cengkeh banyak berdiri di Munduk dan desa-desa lain di sekitarnya. Bahan baku utama minyak cengkeh bisa didapat dari bunga cengkeh, tangkai bunga cengkeh, dan daun cengkeh. Yang terbaik tentu dari bunga cengkeh. Sayangnya faktor biaya membikin produsen minyak cengkeh memilih daun cengkeh sebagai bahan baku.<\/p>\n\n\n\n

Pengambilan daun cengkeh yang sudah gugur dari ranting-ranting pohon secara besar-besaran, ternyata membikin akar dan batang pohon cengkeh mudah terserang penyakit. Atas temuan ini, Bli Putu dan Bli Komang mengadvokasi sebuah peraturan yang melarang pengambilan daun cengkeh hingga tingkat bupati. Berhasil. Bupati mengeluarkan peraturan bupati yang melarang pengambilan daun cengkeh berlebihan.<\/p>\n\n\n\n

\"Manusia terikat pada tiga interaksi. Interaksi dengan Tuhan, interaksi dengan sesama manusia, dan interaksi dengan alam, yang terakhir itu kerap dilupakan,\" Ujar Bli Komang sekali waktu di tengah kebun cengkeh miliknya, ia melanjutkan, \"Manusia terlalu banyak mengambil dari alam. Terlalu banyak. Sementara kita seperti enggan mengembalikan sesuatu ke alam, memenuhi hak alam. Semestinya, seberapa besar yang kita ambil dari alam, sebanyak itu juga yang harus kita kembalikan ke alam. Seimbang. Hidup harus seimbang.\"<\/p>\n\n\n\n

Itulah yang mendorong Bli Komang dan Bli Putu menjalani lelaku bertani ramah alam. Dan keyakinan spiritualitas serta tradisi leluhur di Munduk mendukung dan menyarankan laku tani semacam ini. Pura Kopi, pura yang sedikit saya singgung pada pembuka tulisan ini, adalah pura yang khusus diperuntukkan sebagai tempat ritual-ritual religi terkait pertanian. Dinamakan Pura Kopi karena sejarah perkebunan kopi di Munduk lebih dahulu dibanding cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Sebenarnya apa yang membuat Green Book meniadi begitu istimewa? Film bergenre drama yang disutradarai oleh Peter Farelly ini memuat kisah yang memang istimewa, terlebih percakapan yang hadir sepanjang film bisa dikatakan sangat berkualitas. Secara pengambilan gambar, film ini memang tak serumit yang lainnya, akan tetapi kisah yang ditawarkan cukup membuat anda berdecak kagum.<\/p>\n\n\n\n

Bermula dari seorang pria keturunan Italia-Amerika bernama Tonny Lip Vallelonga \u00a0yang sedang mencafi pekerjaan baru. Pria yang sebelumnya bekerja di bar tersebut harus diberhentikan sementara karena bar tempat ia bekerja mengalami pemugaran. Pada dasarnya Tonny Lip Vallelonga adalah seorang yang sedikit rasis, namun pekerjaan barunya dengan tawaran uang yang cukup menggiurkan membuatnya harus bekerja menjadi seorang supir dengan majikan yang seorang pria berkulit hitam bernama Donald Walbridge Shirley atau Dr. Shirley.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Dua Bungkus Kretek Pemberian Jagat Pico<\/a><\/p>\n\n\n\n

Awalnya Tonny Lip Vallelonga merasa ditipu karena ia sebenarnya bukan bekerja untuk seorang dokter. Dr. Shirley sejatinya adalah seorang pianis handal yang akan menjalani tur konsernya di Amerika Serikat. Tokoh yang diperankan oleh Mahershala Ali membutuhkan seorang supir yang tangguh serta mau menjadi asisten pribadi dan manajer turnya. Awalnya, Tonny Lip Vallelonga cukup kesal dan menolak pekerjaan itu karena dianggap terlalu berat dan berlebihan. Namun, rayuan maut dari sang majikan membuatnya mau ikut.<\/p>\n\n\n\n

Sepanjang perjalanan dan konser, pemandangan diskriminasi kepada kaum kulit hitam jadi konflik utama dalam film ini. Berbagai diskriminasi tersebut cukup membukakan mata hati Tonny Lip Vallelonga yang tadinya seorang rasis menjadi sosok yang toleran. Perubahan juga dialami oleh Dr. Shirley, kebiasaan-kebiasaan nyentrik yang dilakukan oleh supir sekaligus sahabatnya tersebut membuatnya menjadi sosok yang lebih cair dan tak kaku. Sekali lagi, film ini memiliki kekuatan dalam percakapan, tonton saja adegan saat Tonny Lip Vallelonga memakan Ayam KFC di dalam mobil, itu sangat menggemaskan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai penutup, Tonny Lip Vallelonga yang menjadi tokoh utama dalam film Green Book adalah seorang perokok berat. Nyaris dalam film ini setiap scene yang menyorotinya mennggambarkannya sedang menghisap rokok. Bisa dikatakan ia adalah sosok perokok yang hebat dan memiliki kawan, kehidupan, hati, ketangguhan, dan perjalanan yang luar biasa.<\/p>\n","post_title":"Green Book dan Kisah Perjalanan Panjang Seorang Perokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"green-book-dan-kisah-perjalanan-panjang-seorang-perokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-17 09:44:06","post_modified_gmt":"2019-03-17 02:44:06","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5550","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5536,"post_author":"877","post_date":"2019-03-12 09:21:46","post_date_gmt":"2019-03-12 02:21:46","post_content":"\n

\u201cEnten mriki, menawi musim ketigo mboten wonten tanduran ingkang cucuk sanesipun soto, nyambut gawe rong sasi kagem urip setaun\u201d<\/em> (Disini kalau musim kemarau, tidak ada tanaman yang bisa hidup selain tembakau. Kerja dua bulan untuk hidup setahun, ya yang bisa hanya tembakau). Ungkapan Yamuh, seorang petani muda yang sudah bertahun-tahun menjadi petani tembakau, dalam bahasa Jawa dialek Temanggung di atas adalah fakta empiris yang mengungkapkan betapa agungnya anugerah Tuhan yang menurunkan tanaman tembakau di Temanggung.<\/p>\n\n\n\n

Dalam buku \u201cKretek; Kajian Ekonomi dan Budaya Empat Kota\u201d,<\/em> kita bisa membaca kearifan budaya dan kreatifitas masyarakat lokal Temanggung dalam bertani, mengolah lahan, menanami tembakau, memanen dan menikmati hasil tembakau yang sangat dicintainya. Untuk mempertahankan kelestarian tembakau sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Pemurah, ribuan petani mengawali musim tanam tembakau dengan tradisi among tebal.<\/em> Yaitu semacam ritual yang menandai awal musim tanam tembakau, khususnya di desa Legoksari kecamatan Tlogomulyo, tempat penghasil tembakau mutu terbaik, antara akhir Maret hingga awal April. Sebagai bentuk penghormatan terhadap Ki Ageng Makukuhan, tokoh mitologis yang dipercaya para petani membawa bibit tembakau ke wilayah itu.<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Baca: Mitologi Munculnya Srinthil, Tembakau Terbaki dan Termahal di\u00a0Dunia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tradisi dan ritual yang hampir sama juga berlaku ketika para petani tembakau menyambut musim panen, yakni dengan menggelar wiwitan.<\/em> Wiwitan adalah ritual yang menandai awal musim panen yang dilakukan pada pengujung musim kemarau, antara akhir Agustus hingga awal September dengan memperhitungkan hari yang dianggap baik. Berbeda dengan among tebal<\/em> yang dilaksanakan pada pagi hari, wiwitan<\/em> berlangsung pada saat senja atau petang hari. Dipimpin oleh kaum,<\/em> pemuka agama setempat, perangkat upacara diarak menuju ladang tembakau dari pemukiman dengan membawa sesajen, biasanya berupa tujuh tumpeng, ketan salak, dan daging ayam tolak. <\/p>\n\n\n\n

Potret antropologi budaya masyarakat petani tembakau di Temanggung tidak bisa dilepaskan begitu saja dari aspek historis ditemukannya produk dan kreatifitas budaya yang bernama kretek. Kretek, jauh sebelum menjadi komoditas industri nasional yang menjadi simbol kejayaan bangsa, adalah sebuah penemuan, kreatifitas budaya, yang asli lahir dan tumbuh berkembang dari tangan-tangan terampil leluhur bangsa ini. <\/p>\n\n\n\n

Idiom-idiom kreatifitas dari lahirnya kretek muncul menjadi keseharian warga Kudus, kota yang melahirkan kretek, dan tempat dimana kretek mencapai puncak kejayaan ekonomi dan budaya nasional bahkan dunia luar. Idiom bathil <\/em>(menggunting untuk merapikan kedua ujung batang kretek), nggiling<\/em> (menggulung), nglinthing<\/em> (gulung tangan), sampai saat ini masih bisa disaksikan sebagai bukti masa kejayaan kretek masih bisa dirasakan anak cucu negeri ini. <\/p>\n\n\n\n

Mbok Ruminah, bekerja sebagai buruh bathil<\/em> di barak Burikan milik sebuah pabrik rokok ternama. Dia sudah bekerja sebagai buruh bathil selama 25 tahun. Setiap hari dia mampu mengerjakan 2.000 batang kretek (Roem Topatimasang dkk; 2010, hlm. 121). Keterampilan tangan Mbok Ruminah bukanlah semata-mata skill industri, tetapi kreatifitas lokal yang unik, karya budaya yang tidak disemua tempat orang bisa melakukan dan melestarikannya.   <\/p>\n\n\n\n

Menurut Roem Topatimasang, mata pencaharian yang lahir dari kraetifitas melinting<\/em> juga bisa ditemukan di Kediri, kota kretek kedua setelah Kudus. Agus Susanto, pria asli Kediri yang bekerja di salah satu pabrik kretek, ternyata seluruh anggota keluarganya bekerja sebagai buruh linting.<\/p>\n\n\n\n

Lanjut lagi Roem Topatimasang mengatakan, keunikan di tempat lain yang sangat menentukan produk budaya berupa kretek adalah di daerah Minahasa penghasil cengkeh terbesar. Sisa-sisa kejayaan budidaya cengkeh masih terlihat hingga kini. Rumah-rumah megah dan gereja-gereja besar dibangun pada saat petani cengkeh Minahasa mendapatkan harga jual yang sangat tinggi. Mantan Gubernur Sulawesi Utara (alm) Willy Lasut menyebutkan bahwa petani cengkeh Minahasa pernah menikmati kejayaan sebagai penduduk yang memiliki pendapatan perkapita tertinggi di Indonesia pada era Gus dur jadi presiden, bahkan menyamai Swiss, negeri paling makmur di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Cengkeh: Dulu, Kini dan Nanti<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Karena itu hingga kini, Gus Dur masih terus dikenang sebagai pembawa berkah bagi petani cengkeh di Sulawesi Utara. Demikian senang dan hormatnya mereka kepada Gus Dur, para petani cengkeh di Sonder-Minahasa, memperingati meninggalnya Gus dur dengan menyalakan lilin di gereja-gereja dan jalan-jalan kota kecil itu. Betapa besar dampak sosial dan budaya dari cengkeh dan kretek bagi orang Minahasa.   <\/p>\n\n\n\n

Dari sisi antropologi sungguh menarik untuk dicermati. Satu kampung, satu dusun atau bahkan beberapa dusun, ribuan orang, satu keluarga, mempertahankan hidup, mempertahankan warisan budaya dan keterampilan nenek moyangnya dari kretek. Bagaimana cara hidup dan bermasyarakat orang-orang di kawasan petani tembakau di Temanggung, tradisi orang-orang Minahasa yang hidup dari pertanian cengkeh, serta buruh dan pekerja pabrik kretek di Kudus dan Kediri yang unik, penuh sentuhan ritual dan kultural.
<\/p>\n","post_title":"\u201cKretek Kajian Ekonomi & Budaya Empat Kota\u201d Sebuah Analisa dalam Kacamata Antropologi Budaya","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-kajian-ekonomi-budaya-empat-kota-sebuah-analisa-dalam-kacamata-antropologi-budaya","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-12 09:21:52","post_modified_gmt":"2019-03-12 02:21:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5536","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5528,"post_author":"919","post_date":"2019-03-10 09:12:59","post_date_gmt":"2019-03-10 02:12:59","post_content":"\n

Sudah berulang kali narasi buruk tentang para perokok timbul di masyarakat. Sedangkan di berbagai berita, isu-isu kesehatan selalu dikaitkan dengan para perokok. Seolah-olah rokok memang tak dibolehkan hadir di bumi dan keberadaannya dicap haram. Namun, apakah memang benar demikian? Sedangkan banyak tokoh-tokoh hebat juga yang menikmati rokok bahkan hingga saat ini.<\/p>\n\n\n\n

Ridwan Remin, seorang komika asal Bogor adalah salah satu tokoh terkenal yang juga diketahui sebagai seorang penikmat rokok. Pria berkacamata tersebut mulai naik daun dan namanya dikenal publik terutama saat menjuarai ajang stand up comedy di salah satu televisi swasta. Dalam sebuah pertunjukannya, ia bahkan memasukkan unsur rokok dalam materi lawakannya tersebut. Pujian kemudian diberikan oleh sang juri karena lawakan tersebut dianggap matang dan cerdas.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Andaikan Jokowi-Prabowo Merokok, Inilah Rokok yang Cocok Buat Mereka<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Ridwan Remin diberi tema soal rokok. Ketika komika lain terjebak pada narasi-`narasi buruk soal rokok, Ridwan Remin mencoba untuk menggunakan hal tersebut sebagai pembuka namun dipatahkannya sebagai sebuah lawakan. Menurutnya, kegiatan merokok itu membang membuat seseorang cepat mati, namun ia lebih memilih merokok ketimbang harus mati gaya. Lemparan lawakannya tersebut diterima tawa penonton termasuk juri, Akan tetapi jika melihat dari premis lelucon itu, sedikit nampak ada kekesalan terhadap justifikasi kepada para perokok.<\/p>\n\n\n\n

Lingkungan sosial kerap melabeli para perokok sebagai kegiatan yang bersifat \u2018gentleman\u2019. Dari sebutan tersebut jelas bahwa mereka mencoba untuk melabeli rokok dengan hanya sebagai bagian dari kaum pria saja. Bisa anda saksikan padahal bahwa banya juga kaum hawa yang menikmati produk tersebut, jika ditanya alasannya mungkin juga bukan karena hanya terlihat keren semata. Nah, teori yang kedua ini juga muncul di lingkungan sosial yang mengkambinghitamkan kata \u2018keren\u2019 sebagai biang dari lahirnya perokok muda.<\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya, kalau mau diakui rokok memang membuat seseorang terlihat keren, kalian para anti rokok mau membantah? Hayo, hayo, hayo. Memang terlihat membuat keren berada di tengah kerumitan hidup lantas mencoba menikmatinya dengan tanaman ciptaan tuhan (tembakau) yang kemudian dimodifikasi sebagai sebuah rokok, apakah ada salahnya? Selama dia sudah memiliki umur yang tepat dan sadar dalam mengkonsumsi rokok maka sah-sah saja dong itu dilakukan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah Agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Coba kalihan tengok lagi berbagai film terkemuka  di dunia atau bahkan hingga yang masuk dalam box office dan menerima penghargaan. Sama seperti adegan saat hujan, adegan seseorang merokok dalam sebuah film terlihat sangat keren dan dengan pengambilan gambar yang seapik mungkin. Apakah sang sutradara adalah seorang marketing rokok ? ah itu dugaan anda saja. Film sebagai bentuk eksistensi daya pikir manusia memberikan adegan rokok didalamnya karena memang rokok tak bisa lepas dari realitas kehidupan, dan itu keren!<\/p>\n\n\n\n

Di kehidupan nyata anda bisa merekam berbagai pola dan tingkah para perokok dalam segi yang lebih humanis. Memang tak bisa dipungkiri ada yang berperilaku buruk dengan membuang puntungnya sembarangan, namun jangan gelap mata dan tak memberikan apresiasi bagi yang masih mentaati peraturan. Bukankah, para perokok yang tetap mentaati peraturan itu adalah orang-orang yang keren?<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi soal keren, para perokok itu memang keren karena dengan berbagai hujatan dan stigma sosial mereka tetap bisa mempertahankan hidup. Para perokok itu keren karena ditengah cercaan, konsumsi mereka akan produk tembakau juga menghasilkan sesuatu yang bisa membangun negeri. Angkat topi juga untuk kalian para perokok yang tetap menjaga stabilitas kehidupannya serta kesehatannya masih bisa terjamin. Mengkhiri tulisan ini, mari bakar rokokmu sejenak dan nikmati hidup yang fana ini.<\/p>\n\n\n\n

\u201cRokok itu emang buat gaya, kalau mau bunuh mah bunuh ajah, toh percuma gue hidup kalau mati gaya,\u201d Ridwan Remin, Juara Stand Up Comedy Indonesia 7.<\/p>\n","post_title":"Akui Saja Merokok Itu Memang Hal yang Keren","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"akui-saja-merokok-itu-memang-hal-yang-keren","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-10 09:13:07","post_modified_gmt":"2019-03-10 02:13:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5528","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5522,"post_author":"878","post_date":"2019-03-08 07:51:45","post_date_gmt":"2019-03-08 00:51:45","post_content":"\n

Selepas Danau Beratan, menyimpang ke arah kiri meninggalkan jalan raya Denpasar-Singaraja, menoleh ke kiri jalan, pandangan mata saya tertuju ke Danau Tamblingan. Tak lama kemudian, melalui jalan menurun dan berliku, di kiri-kanan jalan rerimbunan pohon cengkeh tumbuh subur. Sebelum saya dan rekan-rekan tiba di Penginapan dan Restoran Don Biyu yang di kelola Bli Putu Ardana, senior saya di kampus yang juga warga asli Desa Munduk, Kabupaten Buleleng, Bali, di kanan jalan, kami melintasi Pura Kopi. <\/p>\n\n\n\n

Empat kali dalam waktu yang berbeda saya pernah berkunjung ke Desa Munduk. Dua di antaranya saya tinggal cukup lama di sana. Belajar dari dua orang kakak beradik Putu Ardana dan Komang Armada serta beberapa warga Desa Munduk lainnya tentang banyak hal, terutama pertanian cengkeh yang begitu masyhur di sana.<\/p>\n\n\n\n

Bertahun-tahun sebelum tiba di Desa Munduk, Denpasar membikin saya enggan berlama-lama di Pulau Bali. Denpasar terlalu ramai dan pikuk. Tentu saja ini penilaian subjektif saya semata. Namun Desa Munduk mengubah itu semua. Saya jadi betah berlama-lama di Pulau Bali. Lebih lagi bapak dari istri saya berasal dari Seririt, 45 menit ke arah utara dari Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, dari Bli Putu Ardana saya belajar banyak tentang adat dan keyakinan spiritual warga Desa Munduk. Dari Bli Komang Armada, saya mendapat pengetahuan berharga perihal pertanian cengkeh yang menyejahterakan banyak warga Desa Munduk dan banyak warga desa lain di luar Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Bli Putu sempat menjabat sebagai Bendesa, Kepala Desa Adat Munduk. Bli Komang beberapa waktu lalu terpilih sebagai petani teladan karena peran besarnya dalam pertanian cengkeh di Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mendengar Kembali Kesaksian WS Rendra<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Meskipun menyejahterakan banyak orang, pertanian cengkeh di Munduk bukan tanpa masalah. Beberapa waktu lalu, pernah ada masanya pabrik-pabrik penyulingan minyak cengkeh banyak berdiri di Munduk dan desa-desa lain di sekitarnya. Bahan baku utama minyak cengkeh bisa didapat dari bunga cengkeh, tangkai bunga cengkeh, dan daun cengkeh. Yang terbaik tentu dari bunga cengkeh. Sayangnya faktor biaya membikin produsen minyak cengkeh memilih daun cengkeh sebagai bahan baku.<\/p>\n\n\n\n

Pengambilan daun cengkeh yang sudah gugur dari ranting-ranting pohon secara besar-besaran, ternyata membikin akar dan batang pohon cengkeh mudah terserang penyakit. Atas temuan ini, Bli Putu dan Bli Komang mengadvokasi sebuah peraturan yang melarang pengambilan daun cengkeh hingga tingkat bupati. Berhasil. Bupati mengeluarkan peraturan bupati yang melarang pengambilan daun cengkeh berlebihan.<\/p>\n\n\n\n

\"Manusia terikat pada tiga interaksi. Interaksi dengan Tuhan, interaksi dengan sesama manusia, dan interaksi dengan alam, yang terakhir itu kerap dilupakan,\" Ujar Bli Komang sekali waktu di tengah kebun cengkeh miliknya, ia melanjutkan, \"Manusia terlalu banyak mengambil dari alam. Terlalu banyak. Sementara kita seperti enggan mengembalikan sesuatu ke alam, memenuhi hak alam. Semestinya, seberapa besar yang kita ambil dari alam, sebanyak itu juga yang harus kita kembalikan ke alam. Seimbang. Hidup harus seimbang.\"<\/p>\n\n\n\n

Itulah yang mendorong Bli Komang dan Bli Putu menjalani lelaku bertani ramah alam. Dan keyakinan spiritualitas serta tradisi leluhur di Munduk mendukung dan menyarankan laku tani semacam ini. Pura Kopi, pura yang sedikit saya singgung pada pembuka tulisan ini, adalah pura yang khusus diperuntukkan sebagai tempat ritual-ritual religi terkait pertanian. Dinamakan Pura Kopi karena sejarah perkebunan kopi di Munduk lebih dahulu dibanding cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Film-film yang mengandung unsur politik memang merajai penganugerahan Oscar Award dalam tiga tahun terakhir. 2017 lalu, film moonlight tentang perjuangan keturunan afrika-amerika yang hidup dalam bisnis narkotika menjadi pemenangnya. Sedangkan tahun sebelumnya, The Shape of Water malah jadi pemenangnya. Film ini juga diangkap merepresentasikan sebagai perjuangan dari kaum minoritas di Amerika Serikat.<\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya apa yang membuat Green Book meniadi begitu istimewa? Film bergenre drama yang disutradarai oleh Peter Farelly ini memuat kisah yang memang istimewa, terlebih percakapan yang hadir sepanjang film bisa dikatakan sangat berkualitas. Secara pengambilan gambar, film ini memang tak serumit yang lainnya, akan tetapi kisah yang ditawarkan cukup membuat anda berdecak kagum.<\/p>\n\n\n\n

Bermula dari seorang pria keturunan Italia-Amerika bernama Tonny Lip Vallelonga \u00a0yang sedang mencafi pekerjaan baru. Pria yang sebelumnya bekerja di bar tersebut harus diberhentikan sementara karena bar tempat ia bekerja mengalami pemugaran. Pada dasarnya Tonny Lip Vallelonga adalah seorang yang sedikit rasis, namun pekerjaan barunya dengan tawaran uang yang cukup menggiurkan membuatnya harus bekerja menjadi seorang supir dengan majikan yang seorang pria berkulit hitam bernama Donald Walbridge Shirley atau Dr. Shirley.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Dua Bungkus Kretek Pemberian Jagat Pico<\/a><\/p>\n\n\n\n

Awalnya Tonny Lip Vallelonga merasa ditipu karena ia sebenarnya bukan bekerja untuk seorang dokter. Dr. Shirley sejatinya adalah seorang pianis handal yang akan menjalani tur konsernya di Amerika Serikat. Tokoh yang diperankan oleh Mahershala Ali membutuhkan seorang supir yang tangguh serta mau menjadi asisten pribadi dan manajer turnya. Awalnya, Tonny Lip Vallelonga cukup kesal dan menolak pekerjaan itu karena dianggap terlalu berat dan berlebihan. Namun, rayuan maut dari sang majikan membuatnya mau ikut.<\/p>\n\n\n\n

Sepanjang perjalanan dan konser, pemandangan diskriminasi kepada kaum kulit hitam jadi konflik utama dalam film ini. Berbagai diskriminasi tersebut cukup membukakan mata hati Tonny Lip Vallelonga yang tadinya seorang rasis menjadi sosok yang toleran. Perubahan juga dialami oleh Dr. Shirley, kebiasaan-kebiasaan nyentrik yang dilakukan oleh supir sekaligus sahabatnya tersebut membuatnya menjadi sosok yang lebih cair dan tak kaku. Sekali lagi, film ini memiliki kekuatan dalam percakapan, tonton saja adegan saat Tonny Lip Vallelonga memakan Ayam KFC di dalam mobil, itu sangat menggemaskan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai penutup, Tonny Lip Vallelonga yang menjadi tokoh utama dalam film Green Book adalah seorang perokok berat. Nyaris dalam film ini setiap scene yang menyorotinya mennggambarkannya sedang menghisap rokok. Bisa dikatakan ia adalah sosok perokok yang hebat dan memiliki kawan, kehidupan, hati, ketangguhan, dan perjalanan yang luar biasa.<\/p>\n","post_title":"Green Book dan Kisah Perjalanan Panjang Seorang Perokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"green-book-dan-kisah-perjalanan-panjang-seorang-perokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-17 09:44:06","post_modified_gmt":"2019-03-17 02:44:06","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5550","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5536,"post_author":"877","post_date":"2019-03-12 09:21:46","post_date_gmt":"2019-03-12 02:21:46","post_content":"\n

\u201cEnten mriki, menawi musim ketigo mboten wonten tanduran ingkang cucuk sanesipun soto, nyambut gawe rong sasi kagem urip setaun\u201d<\/em> (Disini kalau musim kemarau, tidak ada tanaman yang bisa hidup selain tembakau. Kerja dua bulan untuk hidup setahun, ya yang bisa hanya tembakau). Ungkapan Yamuh, seorang petani muda yang sudah bertahun-tahun menjadi petani tembakau, dalam bahasa Jawa dialek Temanggung di atas adalah fakta empiris yang mengungkapkan betapa agungnya anugerah Tuhan yang menurunkan tanaman tembakau di Temanggung.<\/p>\n\n\n\n

Dalam buku \u201cKretek; Kajian Ekonomi dan Budaya Empat Kota\u201d,<\/em> kita bisa membaca kearifan budaya dan kreatifitas masyarakat lokal Temanggung dalam bertani, mengolah lahan, menanami tembakau, memanen dan menikmati hasil tembakau yang sangat dicintainya. Untuk mempertahankan kelestarian tembakau sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Pemurah, ribuan petani mengawali musim tanam tembakau dengan tradisi among tebal.<\/em> Yaitu semacam ritual yang menandai awal musim tanam tembakau, khususnya di desa Legoksari kecamatan Tlogomulyo, tempat penghasil tembakau mutu terbaik, antara akhir Maret hingga awal April. Sebagai bentuk penghormatan terhadap Ki Ageng Makukuhan, tokoh mitologis yang dipercaya para petani membawa bibit tembakau ke wilayah itu.<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Baca: Mitologi Munculnya Srinthil, Tembakau Terbaki dan Termahal di\u00a0Dunia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tradisi dan ritual yang hampir sama juga berlaku ketika para petani tembakau menyambut musim panen, yakni dengan menggelar wiwitan.<\/em> Wiwitan adalah ritual yang menandai awal musim panen yang dilakukan pada pengujung musim kemarau, antara akhir Agustus hingga awal September dengan memperhitungkan hari yang dianggap baik. Berbeda dengan among tebal<\/em> yang dilaksanakan pada pagi hari, wiwitan<\/em> berlangsung pada saat senja atau petang hari. Dipimpin oleh kaum,<\/em> pemuka agama setempat, perangkat upacara diarak menuju ladang tembakau dari pemukiman dengan membawa sesajen, biasanya berupa tujuh tumpeng, ketan salak, dan daging ayam tolak. <\/p>\n\n\n\n

Potret antropologi budaya masyarakat petani tembakau di Temanggung tidak bisa dilepaskan begitu saja dari aspek historis ditemukannya produk dan kreatifitas budaya yang bernama kretek. Kretek, jauh sebelum menjadi komoditas industri nasional yang menjadi simbol kejayaan bangsa, adalah sebuah penemuan, kreatifitas budaya, yang asli lahir dan tumbuh berkembang dari tangan-tangan terampil leluhur bangsa ini. <\/p>\n\n\n\n

Idiom-idiom kreatifitas dari lahirnya kretek muncul menjadi keseharian warga Kudus, kota yang melahirkan kretek, dan tempat dimana kretek mencapai puncak kejayaan ekonomi dan budaya nasional bahkan dunia luar. Idiom bathil <\/em>(menggunting untuk merapikan kedua ujung batang kretek), nggiling<\/em> (menggulung), nglinthing<\/em> (gulung tangan), sampai saat ini masih bisa disaksikan sebagai bukti masa kejayaan kretek masih bisa dirasakan anak cucu negeri ini. <\/p>\n\n\n\n

Mbok Ruminah, bekerja sebagai buruh bathil<\/em> di barak Burikan milik sebuah pabrik rokok ternama. Dia sudah bekerja sebagai buruh bathil selama 25 tahun. Setiap hari dia mampu mengerjakan 2.000 batang kretek (Roem Topatimasang dkk; 2010, hlm. 121). Keterampilan tangan Mbok Ruminah bukanlah semata-mata skill industri, tetapi kreatifitas lokal yang unik, karya budaya yang tidak disemua tempat orang bisa melakukan dan melestarikannya.   <\/p>\n\n\n\n

Menurut Roem Topatimasang, mata pencaharian yang lahir dari kraetifitas melinting<\/em> juga bisa ditemukan di Kediri, kota kretek kedua setelah Kudus. Agus Susanto, pria asli Kediri yang bekerja di salah satu pabrik kretek, ternyata seluruh anggota keluarganya bekerja sebagai buruh linting.<\/p>\n\n\n\n

Lanjut lagi Roem Topatimasang mengatakan, keunikan di tempat lain yang sangat menentukan produk budaya berupa kretek adalah di daerah Minahasa penghasil cengkeh terbesar. Sisa-sisa kejayaan budidaya cengkeh masih terlihat hingga kini. Rumah-rumah megah dan gereja-gereja besar dibangun pada saat petani cengkeh Minahasa mendapatkan harga jual yang sangat tinggi. Mantan Gubernur Sulawesi Utara (alm) Willy Lasut menyebutkan bahwa petani cengkeh Minahasa pernah menikmati kejayaan sebagai penduduk yang memiliki pendapatan perkapita tertinggi di Indonesia pada era Gus dur jadi presiden, bahkan menyamai Swiss, negeri paling makmur di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Cengkeh: Dulu, Kini dan Nanti<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Karena itu hingga kini, Gus Dur masih terus dikenang sebagai pembawa berkah bagi petani cengkeh di Sulawesi Utara. Demikian senang dan hormatnya mereka kepada Gus Dur, para petani cengkeh di Sonder-Minahasa, memperingati meninggalnya Gus dur dengan menyalakan lilin di gereja-gereja dan jalan-jalan kota kecil itu. Betapa besar dampak sosial dan budaya dari cengkeh dan kretek bagi orang Minahasa.   <\/p>\n\n\n\n

Dari sisi antropologi sungguh menarik untuk dicermati. Satu kampung, satu dusun atau bahkan beberapa dusun, ribuan orang, satu keluarga, mempertahankan hidup, mempertahankan warisan budaya dan keterampilan nenek moyangnya dari kretek. Bagaimana cara hidup dan bermasyarakat orang-orang di kawasan petani tembakau di Temanggung, tradisi orang-orang Minahasa yang hidup dari pertanian cengkeh, serta buruh dan pekerja pabrik kretek di Kudus dan Kediri yang unik, penuh sentuhan ritual dan kultural.
<\/p>\n","post_title":"\u201cKretek Kajian Ekonomi & Budaya Empat Kota\u201d Sebuah Analisa dalam Kacamata Antropologi Budaya","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretek-kajian-ekonomi-budaya-empat-kota-sebuah-analisa-dalam-kacamata-antropologi-budaya","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-12 09:21:52","post_modified_gmt":"2019-03-12 02:21:52","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5536","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5528,"post_author":"919","post_date":"2019-03-10 09:12:59","post_date_gmt":"2019-03-10 02:12:59","post_content":"\n

Sudah berulang kali narasi buruk tentang para perokok timbul di masyarakat. Sedangkan di berbagai berita, isu-isu kesehatan selalu dikaitkan dengan para perokok. Seolah-olah rokok memang tak dibolehkan hadir di bumi dan keberadaannya dicap haram. Namun, apakah memang benar demikian? Sedangkan banyak tokoh-tokoh hebat juga yang menikmati rokok bahkan hingga saat ini.<\/p>\n\n\n\n

Ridwan Remin, seorang komika asal Bogor adalah salah satu tokoh terkenal yang juga diketahui sebagai seorang penikmat rokok. Pria berkacamata tersebut mulai naik daun dan namanya dikenal publik terutama saat menjuarai ajang stand up comedy di salah satu televisi swasta. Dalam sebuah pertunjukannya, ia bahkan memasukkan unsur rokok dalam materi lawakannya tersebut. Pujian kemudian diberikan oleh sang juri karena lawakan tersebut dianggap matang dan cerdas.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Andaikan Jokowi-Prabowo Merokok, Inilah Rokok yang Cocok Buat Mereka<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Ridwan Remin diberi tema soal rokok. Ketika komika lain terjebak pada narasi-`narasi buruk soal rokok, Ridwan Remin mencoba untuk menggunakan hal tersebut sebagai pembuka namun dipatahkannya sebagai sebuah lawakan. Menurutnya, kegiatan merokok itu membang membuat seseorang cepat mati, namun ia lebih memilih merokok ketimbang harus mati gaya. Lemparan lawakannya tersebut diterima tawa penonton termasuk juri, Akan tetapi jika melihat dari premis lelucon itu, sedikit nampak ada kekesalan terhadap justifikasi kepada para perokok.<\/p>\n\n\n\n

Lingkungan sosial kerap melabeli para perokok sebagai kegiatan yang bersifat \u2018gentleman\u2019. Dari sebutan tersebut jelas bahwa mereka mencoba untuk melabeli rokok dengan hanya sebagai bagian dari kaum pria saja. Bisa anda saksikan padahal bahwa banya juga kaum hawa yang menikmati produk tersebut, jika ditanya alasannya mungkin juga bukan karena hanya terlihat keren semata. Nah, teori yang kedua ini juga muncul di lingkungan sosial yang mengkambinghitamkan kata \u2018keren\u2019 sebagai biang dari lahirnya perokok muda.<\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya, kalau mau diakui rokok memang membuat seseorang terlihat keren, kalian para anti rokok mau membantah? Hayo, hayo, hayo. Memang terlihat membuat keren berada di tengah kerumitan hidup lantas mencoba menikmatinya dengan tanaman ciptaan tuhan (tembakau) yang kemudian dimodifikasi sebagai sebuah rokok, apakah ada salahnya? Selama dia sudah memiliki umur yang tepat dan sadar dalam mengkonsumsi rokok maka sah-sah saja dong itu dilakukan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah Agar Rileks Menerima Perbedaan<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Coba kalihan tengok lagi berbagai film terkemuka  di dunia atau bahkan hingga yang masuk dalam box office dan menerima penghargaan. Sama seperti adegan saat hujan, adegan seseorang merokok dalam sebuah film terlihat sangat keren dan dengan pengambilan gambar yang seapik mungkin. Apakah sang sutradara adalah seorang marketing rokok ? ah itu dugaan anda saja. Film sebagai bentuk eksistensi daya pikir manusia memberikan adegan rokok didalamnya karena memang rokok tak bisa lepas dari realitas kehidupan, dan itu keren!<\/p>\n\n\n\n

Di kehidupan nyata anda bisa merekam berbagai pola dan tingkah para perokok dalam segi yang lebih humanis. Memang tak bisa dipungkiri ada yang berperilaku buruk dengan membuang puntungnya sembarangan, namun jangan gelap mata dan tak memberikan apresiasi bagi yang masih mentaati peraturan. Bukankah, para perokok yang tetap mentaati peraturan itu adalah orang-orang yang keren?<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi soal keren, para perokok itu memang keren karena dengan berbagai hujatan dan stigma sosial mereka tetap bisa mempertahankan hidup. Para perokok itu keren karena ditengah cercaan, konsumsi mereka akan produk tembakau juga menghasilkan sesuatu yang bisa membangun negeri. Angkat topi juga untuk kalian para perokok yang tetap menjaga stabilitas kehidupannya serta kesehatannya masih bisa terjamin. Mengkhiri tulisan ini, mari bakar rokokmu sejenak dan nikmati hidup yang fana ini.<\/p>\n\n\n\n

\u201cRokok itu emang buat gaya, kalau mau bunuh mah bunuh ajah, toh percuma gue hidup kalau mati gaya,\u201d Ridwan Remin, Juara Stand Up Comedy Indonesia 7.<\/p>\n","post_title":"Akui Saja Merokok Itu Memang Hal yang Keren","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"akui-saja-merokok-itu-memang-hal-yang-keren","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-10 09:13:07","post_modified_gmt":"2019-03-10 02:13:07","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5528","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5522,"post_author":"878","post_date":"2019-03-08 07:51:45","post_date_gmt":"2019-03-08 00:51:45","post_content":"\n

Selepas Danau Beratan, menyimpang ke arah kiri meninggalkan jalan raya Denpasar-Singaraja, menoleh ke kiri jalan, pandangan mata saya tertuju ke Danau Tamblingan. Tak lama kemudian, melalui jalan menurun dan berliku, di kiri-kanan jalan rerimbunan pohon cengkeh tumbuh subur. Sebelum saya dan rekan-rekan tiba di Penginapan dan Restoran Don Biyu yang di kelola Bli Putu Ardana, senior saya di kampus yang juga warga asli Desa Munduk, Kabupaten Buleleng, Bali, di kanan jalan, kami melintasi Pura Kopi. <\/p>\n\n\n\n

Empat kali dalam waktu yang berbeda saya pernah berkunjung ke Desa Munduk. Dua di antaranya saya tinggal cukup lama di sana. Belajar dari dua orang kakak beradik Putu Ardana dan Komang Armada serta beberapa warga Desa Munduk lainnya tentang banyak hal, terutama pertanian cengkeh yang begitu masyhur di sana.<\/p>\n\n\n\n

Bertahun-tahun sebelum tiba di Desa Munduk, Denpasar membikin saya enggan berlama-lama di Pulau Bali. Denpasar terlalu ramai dan pikuk. Tentu saja ini penilaian subjektif saya semata. Namun Desa Munduk mengubah itu semua. Saya jadi betah berlama-lama di Pulau Bali. Lebih lagi bapak dari istri saya berasal dari Seririt, 45 menit ke arah utara dari Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, dari Bli Putu Ardana saya belajar banyak tentang adat dan keyakinan spiritual warga Desa Munduk. Dari Bli Komang Armada, saya mendapat pengetahuan berharga perihal pertanian cengkeh yang menyejahterakan banyak warga Desa Munduk dan banyak warga desa lain di luar Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Bli Putu sempat menjabat sebagai Bendesa, Kepala Desa Adat Munduk. Bli Komang beberapa waktu lalu terpilih sebagai petani teladan karena peran besarnya dalam pertanian cengkeh di Munduk.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mendengar Kembali Kesaksian WS Rendra<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Meskipun menyejahterakan banyak orang, pertanian cengkeh di Munduk bukan tanpa masalah. Beberapa waktu lalu, pernah ada masanya pabrik-pabrik penyulingan minyak cengkeh banyak berdiri di Munduk dan desa-desa lain di sekitarnya. Bahan baku utama minyak cengkeh bisa didapat dari bunga cengkeh, tangkai bunga cengkeh, dan daun cengkeh. Yang terbaik tentu dari bunga cengkeh. Sayangnya faktor biaya membikin produsen minyak cengkeh memilih daun cengkeh sebagai bahan baku.<\/p>\n\n\n\n

Pengambilan daun cengkeh yang sudah gugur dari ranting-ranting pohon secara besar-besaran, ternyata membikin akar dan batang pohon cengkeh mudah terserang penyakit. Atas temuan ini, Bli Putu dan Bli Komang mengadvokasi sebuah peraturan yang melarang pengambilan daun cengkeh hingga tingkat bupati. Berhasil. Bupati mengeluarkan peraturan bupati yang melarang pengambilan daun cengkeh berlebihan.<\/p>\n\n\n\n

\"Manusia terikat pada tiga interaksi. Interaksi dengan Tuhan, interaksi dengan sesama manusia, dan interaksi dengan alam, yang terakhir itu kerap dilupakan,\" Ujar Bli Komang sekali waktu di tengah kebun cengkeh miliknya, ia melanjutkan, \"Manusia terlalu banyak mengambil dari alam. Terlalu banyak. Sementara kita seperti enggan mengembalikan sesuatu ke alam, memenuhi hak alam. Semestinya, seberapa besar yang kita ambil dari alam, sebanyak itu juga yang harus kita kembalikan ke alam. Seimbang. Hidup harus seimbang.\"<\/p>\n\n\n\n

Itulah yang mendorong Bli Komang dan Bli Putu menjalani lelaku bertani ramah alam. Dan keyakinan spiritualitas serta tradisi leluhur di Munduk mendukung dan menyarankan laku tani semacam ini. Pura Kopi, pura yang sedikit saya singgung pada pembuka tulisan ini, adalah pura yang khusus diperuntukkan sebagai tempat ritual-ritual religi terkait pertanian. Dinamakan Pura Kopi karena sejarah perkebunan kopi di Munduk lebih dahulu dibanding cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Kemarin, kamis, 7 Maret 2019, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Perayaan menyambut tahun baru saka. Salah satu rangkaian perayaan Nyepi adalah Tawur Kesanga. Apa-apa yang disampaikan Bli Komang tentang keseimbangan manusia dan alam persis dengan makna yang terkandung dalam ritus Tawur Kesanga. Itu sependek yang saya ketahui.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Filosofi dan Nilai Budaya Di Balik Budidaya Tembakau<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Pada bagian belakang Penginapan dan Restoran Don Biyu milik Bli Putu, pemandangan lembah hingga ke puncak gunung tersaji. Hamparan pohon cengkeh memenuhi sebagian besar wilayah itu. Saat senja, kabut kerap memenuhi kawasan itu, angin berhembus bawa kesejukan. Kadang hingga begitu dingin. Sunyi. Sepi.<\/p>\n\n\n\n

Pada suasana seperti itu, saya kerap merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Merenung dan merenung. Memikirkan banyak hal yang melintas dalam kepala. Tentang cerita-cerita adat di Munduk dari Bli Putu, tentang pelajaran di kebun cengkeh dari Bli Komang, tentang Tuhan, manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Saya muslim. Sependek pengetahuan saya, lelaku semacam nyepi yang dilakukan umat Hindu, ada kemiripan dengan lelaku yang juga dipraktikkan oleh umat Islam. Ada beberapa perbedaan tentu. Tetapi ada pula persamaannya. Dalam Islam, lelaku itu lazim disebut uzlah. Nabi Muhammad mencontohkan itu dalam uzlahnya ke Gua Hira misal.<\/p>\n\n\n\n

Di Desa Munduk, saya merenungi kesamaan-kesamaan itu, mendengar cerita tentang ritual utama perayaan Nyepi Umat Hindu dari Bli Putu, dan mempraktikkan semampu saya apa yang kami orang muslim kerap sebut Uzlah.<\/p>\n\n\n\n

Ritual utama perayaan Nyepi, atau disebut Catur Barata Penyepian, mensyaratkan empat lelaku utama: Amati Geni; Amati Karya; Amati Lelungaan; Amati Lelanguan. Tidak menyalakan api termasuk penerangan dan tungku masak yang artinya mesti berpuasa, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak mencari hiburan.<\/p>\n\n\n\n

Lelaku itu menjadikan banyak unsur dalam diri diistirahatkan dan mereka yang menjalani lelaku itu memfokuskan diri berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Saya pikir, dalam kondisi sosial kemasyarakatan seperti sekarang ini di muka bumi, lelaku ini diperlukan oleh manusia seluruhnya, tak hanya Umat Hindu. Dan saya yakin, seperti juga uzlah dalam ajaran Islam, dalam banyak keyakinan lain di muka bumi ini, ada juga sebuah anjuran semisal Nyepi, Uzlah, dengan ragam penamaan lain.<\/p>\n\n\n\n

Selamat Hari Raya Nyepi.<\/p>\n","post_title":"Menyepi di Desa Munduk","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"menyepi-di-desa-munduk","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-08 07:51:54","post_modified_gmt":"2019-03-08 00:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5522","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5504,"post_author":"924","post_date":"2019-03-03 09:37:39","post_date_gmt":"2019-03-03 02:37:39","post_content":"\n

Menghisap kretek adalah mengingat nenek dan kebun kelapanya. Siang\u00a0hari seusai berkebun, biasanya nenek\u2014atau Mama Tua, seperti orang kampung\u00a0dan cucu-cucunya memanggilnya\u2014istirahat di gubuk kayunya yang terletak di\u00a0tengah kebun. Bernaung atap sederhana dan dedaunan dari pohon kelapa yang\u00a0menjulang, ia akan melakukan ritualnya saban hari dan berharap cucu-cucunya\u00a0tidak akan datang untuk minta dicarikan kutu. Di pondok sederhananya\u00a0 itu,\u00a0ia menghayati\u00a0 suara\u00a0 laut\u00a0 yang\u00a0 tidak\u00a0 jauh\u00a0 dari\u00a0 kebun. Dan mengingat\u00a0 anak-cucunya\u00a0 yang merantau.\u00a0 Seperti\u00a0 dukun-dukun\u00a0 yang\u00a0 umumnya mengepulkan\u00a0doa-doa\u00a0 melalui\u00a0 hembusan\u00a0 asap\u00a0 kretek,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 pun\u00a0 berdoa.\u00a0 Untuk\u00a0memanggil pulang anak-cucunya.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa\u00a0 tahun\u00a0 setelah menemukan\u00a0 ritual\u00a0 nenek,\u00a0 saya\u00a0 bertemu\u00a0 teman\u00a0
yang\u00a0 juga\u00a0 cerita\u00a0 tentang\u00a0 ritual\u00a0 personalnya\u00a0 dengan\u00a0 kretek. Willy\u00a0 namanya.\u00a0Dalam\u00a0 keriuhan\u00a0 warung\u00a0 soto\u00a0 Kudus, Willy\u00a0 bercerita\u00a0 kalau\u00a0 ia\u00a0 rindu\u00a0 sekali\u00a0mendaki\u00a0 gunung dan melaksanakan\u00a0 ritualnya.\u00a0 Ia membayangkan perjalanan\u00a0menuju puncak dimana hanya akan ada teman-teman yang sudah akrab kental\u00a0dan tumbuhan. Ia membayangkan perjalanan berjam-jam melalui jalan setapak\u00a0sebelum menjelang puncak dan mendirikan\u00a0 tenda di\u00a0 sana. Kemudian\u00a0 ia dan\u00a0teman-temannya akan menyalakan api unggun, menjerang air, mengopi, dan\u00a0mengkretek\u00a0 sambil menikmati matahari\u00a0 yang\u00a0 terbenam\u00a0 atau\u00a0 terbit keesokan\u00a0paginya. Dan Willy pun berkhayal, saat teman-temannya sudah tidur, ia ingin\u00a0duduk sendiri bersama api unggun dan sebatang kretek. Bunyi cengkeh terbakar\u00a0
akan menemani hening sementara kepulan asap akan menari untuknya, sebelum\u00a0pergi menikmati bintang. \u201cItulah liburan holistik buatku,\u201d katanya.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Cerita  lain  datang  dari  seorang \nkawan  seniman  yang  seringkali  mati  gaya karena kehabisan  ide. Dan di  saat-saat \nseperti  itu,  ia akan menyiapkan segelas kopi dan mencari sudut\nuntuk duduk paling nyaman. Di sudut  itulah ia kemudian merenung\nsambil menyeruput kopi, mengkretek, dan berbincang kalau ada teman. Kalau\nlagi sendiri ia akan duduk bersama kertas gambarnya  dan  membiarkan  dirinya \nmenggambar  apapun  yang  terlintas  dalam \nbenak.  Kretek  itu \npenting  dalam  proses  kreatif  saya.  \u201cKretek \nitu  teman  berpikir,\u201d  ujarnya.\nPaduannya dengan kopi bikin  imajinasi  jadi cemerlang dan\nmemacu endorfin. Entah karena  tembakau  atau \ncengkeh  atau kopi  yang penting bisa  menggambar lagi. <\/p>\n\n\n\n

Baik Mama Tua, Willy, maupun kawan seniman saya, ketiganya merokok\u00a0
kretek.\u00a0 Willy\u00a0 dengan\u00a0 Sampoerna\u00a0 A\u00a0 Mild-nya,\u00a0 Mama\u00a0 Tua\u00a0 dengan\u00a0 Djarum\u00a0Super-nya,\u00a0 dan\u00a0 si\u00a0 seniman\u00a0 dengan Gudang Garam Merah-nya. Dan\u00a0 kenapa\u00a0kretek? Bukannya mereka tidak tahu kalau ada rokok putih di warung. Tapi ini\u00a0masalah selera. Willy lebih suka kretek yang ada bunyinya dan rasanya manis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sementara si seniman beranggapan kalau rokok putih selain tidak enak adalah\u00a0rokok kapitalis. Dan Mama Tua,\u00a0 ia tidak suka rokok putih karena tidak ada\u00a0rasanya. Lagipula, sejak\u00a0 ia kecil, rokok yang dikenalnya adalah rokok kretek\u00a0atau kalau tidak ada rokok nginang bisa jadi pengganti. Tapi, Mama Tua tetap\u00a0milih merokok di masa\u00a0 tuanya daripada nginang. Kenapa? Karena\u00a0 gigi\u00a0 saya\u00a0sudah bagus, kelakar Mama Tua.

***

Berbicara tentang ritual sekilas terkesan religius. Padahal tidak selamanya\u00a0
begitu. Ritual bukan hanya milik agama atau aliran-aliran kepercayaan yang\u00a0melulu mesti dikerjakan berjamaah. Bersembahyang sendiri pun tanpa disadari\u00a0termasuk ritual personal seseorang. Kemudian menyapu halaman di pagi hari,\u00a0mencuci piring, membereskan rumah juga bisa dikatakan sebagai ritual. Maka,\u00a0ritual itu sesungguhnya hak semua orang dan penyelenggaraannya bisa dibuat\u00a0sekreatif mungkin, selama tidak mengganggu atau merepotkan orang lain.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Sebuah  contoh  datang  dari  paman \nyang  tinggal  di  sebuah  desa  dekat 
\nBorobudur. Setiap pagi ia punya ritual untuk\nbersepeda berkeliling desa sehabis mandi. \u201cMau tengok Merapi atau\nmengeringkan rambut,\u201d katanya setiap ada orang bertanya hendak kemana ia\npergi dengan onthel kesayangannya. Ritual itu kemudian dilanjutkannya\ndengan menjerang air panas dan menyeduh kopi instan untuk ia bawa ke ruang\ntamu dan di kursi dekat jendela ia akan duduk, menikmati sinar matahari\nyang jatuh di punggungnya. Kemudian ia akan mulai melinting  tembakau\nMadura dan  cengkehnya  sambil memperhatikan  lukisan yang \nsedang dikerjakannya. Ritualnya  ini bisa memakan waktu  sampai \nsatu, dua jam, hampir setiap harinya. <\/p>\n\n\n\n

Lain si paman,  lain  juga petani-petani yang\nbiasanya saya  temui ketika 
\nmblasuk ke desa-desa. Dan sebetulnya ini bukan\npemandangan asing bagi yang menyadari. Kalau pada waktu-waktu \nistirahat makan  siang atau pulang dari sawah dan  ladang akan\nbanyak  terlihat petani menikmati kretek atau klobot yang tersemat di\nbibir mereka\u2014tidak akan ada pemandangan petani menikmati rokok putih dan\nsaya bersyukur atas ketidakadaan tersebut. Lebih-lebihkalau jalanjalan \ndi  seputar  Wonosobo,  Banjarnegara,  sampai \nDieng.  Rasanya menggetarkan  sekalimencium  aroma \nkemenyan  di  udara  dari  klobot  petani yang \nsedang  berjalan  pulang  atau  nongkrong  di \npinggir  jalan. Memandangi hijau  perbukitan  dan \nsawah, mendengarkan  sayup-sayup  jeram  dari \nSerayu, ditambah aroma kemenyan yang tipis di udara adalah pengalaman yang\nsangat sulit dilupakan sekaligus didapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Mengingat bagaimana orang-orang tua di desa melinting tembakau, saya\u00a0
teringat perbincangan dengan salah satu teman. Dalam perbincangan tersebut,\u00a0kami bersepakat kalau orang-orang yang melinting dengan penghayatan penuh\u00a0adalah\u00a0 seorang\u00a0 alkemis. Mereka\u00a0 tidak\u00a0 sekedar menikmati\u00a0 tembakau,\u00a0 tetapi\u00a0juga\u00a0 sedang\u00a0 melakukan\u00a0 proses\u00a0 pemurnian\u00a0 diri\u00a0 layaknya\u00a0 orang\u00a0 mandi.\u00a0 Jika\u00a0mandi membersihkan permukaan raga, maka asap yang tersesap membersihkan\u00a0dada\u2014sarang bagi perasaan-perasaan\u2014melalui api yang memberi nyawa pada\u00a0sebatang kretek.\u00a0

Dalam perbincangan itu saya teringat salah satu guru SD (sekolah dasar)\u00a0
saya.\u00a0 Bu\u00a0 Nonce\u00a0 namanya.\u00a0 Kabar\u00a0 terakhir\u00a0 tentangnya\u00a0 sungguh\u00a0 tidak\u00a0 enak\u00a0didengar. Orang-orang bilang Bu Nonce stres, baru bercerai dengan suaminya\u00a0yang selingkuh. Lantas kini dia jadi asosial dan perokok berat. Ibu saya cerita\u00a0pula kalau teman-teman sesama guru malas untuk mendekatinya karena ia kini\u00a0perokok berat Djarum Super.\u00a0

Saat mendapat\u00a0 berita\u00a0 ini\u00a0 saya\u00a0 tidak\u00a0 terlalu\u00a0 ambil\u00a0 pusing\u00a0 dengan\u00a0 kisah\u00a0
Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Tapi\u00a0 belakangan\u00a0 saya\u00a0 jadi\u00a0 memikirkan\u00a0 Bu\u00a0 Nonce.\u00a0 Sepanjang\u00a0ingatan saya ia tampak sebagai sosok perempuan yang punya pendirian. Lantas\u00a0hubungannya\u00a0 dengan\u00a0 rokok,\u00a0 semestinya\u00a0 tidak\u00a0 serta-merta membuat\u00a0 teman-temannya menjauh darinya. Toh, mereka tidak berada dalam sepatu Bu Nonce.\u00a0Mereka tidak tahu pikiran dan perasaan-perasaan seperti apa yang berkecamuk\u00a0dalam diri Bu Nonce. Maka semestinya tidak ada satu orang pun yang berhak\u00a0menghakimi Bu Nonce. Tapi mungkin, Bu Nonce pun sudah tidak ambil pusing lagi dengan kelakuan suaminya atau teman-teman yang menjauhinya. Mungkin,\u00a0Bu Nonce\u00a0 sudah mati\u00a0 rasa\u00a0 terhadap\u00a0 dunia\u00a0 dan\u00a0 di\u00a0 saat-saat\u00a0 seperti\u00a0 itu,\u00a0 bisa\u00a0jadi sebungkus Djarum Super menyelamatkan pikirannya tetap jernih bertahan\u00a0pada kesadaran bahwa ia bisa bertahan dan tidak kehilangan dirinya sendiri.\u00a0

Lantas, apa yang membuat kretek menjadi begitu magis? Entah karena\u00a0
tembakau, cengkeh, atau paduan keduanya, semua orang punya pendapat dan\u00a0imajinasinya masing-masing. Tapi kapan-kapan silakan coba memasukkan kata\u00a0kunci \u201cthe magic of\u00a0 cloves\u201d di mesin pencari, maka akan ada banyak\u00a0 sekali\u00a0website yang memaparkan kekuatan magis\u00a0 cengkeh.<\/p>\n\n\n\n

Selain digunakan untuk\u00a0memasak dan pengobatan, beberapa di antaranya mengatakan kalau cengkeh\u00a0dapat\u00a0 membawa\u00a0 keberuntungan\u00a0 ke\u00a0 rumah\u00a0 seseorang,\u00a0 menghentikan\u00a0 gosip\u00a0yang\u00a0 sedang menerpa,\u00a0 dan mempererat\u00a0 ikatan\u00a0 persahabatan.\u00a0 Yang\u00a0 terakhir\u00a0ini mungkin benar, mengingat betapa seringnya terjadi komunikasi antara dua\u00a0orang atau lebih setelah salah satunya berkata, \u201cRokok, Mas?\u201d

Dengan\u00a0 segala\u00a0 yang\u00a0 terkandung\u00a0 di\u00a0 dalamnya\u00a0 rasanya\u00a0 tidak\u00a0 salah\u00a0 jika\u00a0
kretek menjadi pelengkap ritual personal banyak orang, baik laki-laki maupun\u00a0perempuan. Dengan begitu, kretek melampaui batasan gender dan bidang-bidang\u00a0pekerjaan\u2014sungguh\u00a0 sesuatu yang universal. Yang muda dan yang\u00a0 tua punya\u00a0caranya sendiri dalam menikmati rokok kretek dan bahkan menyematkannya\u00a0ritual personal yang menunjukkan tingkat kreativitas. Dengan kecenderungan\u00a0habis\u00a0 lebih\u00a0 lama dibanding rokok putih, kretek memberi\u00a0 lebih banyak waktu bagi\u00a0 perokok\u00a0 berdialog\u00a0 dengan\u00a0 dirinya\u00a0 sendiri.\u00a0 Meski\u00a0 banyak\u00a0 orang\u00a0 yang\u00a0
bukan perokok bilang, kalau merokok\u00a0 sambil bengong atau ngobrol\u00a0 saja\u00a0 itu\u00a0buang-buang waktu\u2014time is money, dude!\u00a0

Ya, di satu sisi waktu memang uang. Tapi di sisi\u00a0 lain, ada hal-hal yang\u00a0
tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibeli\u00a0 dengan\u00a0 uang.\u00a0 Seperti\u00a0 misalnya\u00a0 uang\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 membeli\u00a0rasa\u00a0 kebersamaan\u00a0 yang\u00a0 tercipta\u00a0 antara\u00a0 dua\u00a0 orang\u00a0 atau\u00a0 lebih\u00a0 karena mereka\u00a0merokok kretek yang sama. Atau kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan\u00a0dari\u00a0 kretek\u00a0 bagi\u00a0 seseorang\u00a0 yang\u00a0 sedang\u00a0 merenungi\u00a0 pertengkaran\u00a0 yang\u00a0meluluhlantakkan\u00a0 harinya. Hal hal\u00a0 seperti\u00a0 itu\u00a0 jelas\u00a0 tidak\u00a0 bisa\u00a0 dibandingkan\u00a0dengan\u00a0 harga\u00a0 sebungkus\u00a0 kretek.\u00a0 Abstrak\u00a0 memang.\u00a0 Tapi,\u00a0 begitulah\u00a0 adanya\u00a0pengalaman\u00a0 rasa.\u00a0 Ia\u00a0 tidak bisa ditampilkan dalam bentuk yang nyata\u00a0 saking\u00a0lenturnya. Dan di antara pengalaman-pengalaman rasa tersebut terselip kretek\u00a0 di bibir banyak orang.

Banyak\u00a0 orang\u00a0 yang merokok\u00a0 ala\u00a0 kadarnya.\u00a0 Tapi,\u00a0 tidak\u00a0 sedikit\u00a0 orang-
orang\u00a0 yang\u00a0 memiliki\u00a0 ikatan\u00a0 batin\u00a0 dengan\u00a0 kretek\u00a0 selain Mama\u00a0 Tua, Willy,\u00a0kawan-kawan seniman, dan Bu Nonce. Membayangkan betapa sebatang kretek\u00a0menjadi\u00a0 teman dalam perhentian di antara perjalanan, berendam di mata air\u00a0panas alami atau sekedar duduk di ruang tamu bersama salah satu novel Anais\u00a0Nin saat hujan, adalah momen-momen seksi. Yang mengajak untuk melupakan\u00a0sejenak\u00a0 permasalahan\u00a0 dunia\u00a0 yang\u00a0 semakin\u00a0 aneh-aneh\u00a0 saja,\u00a0 tetapi\u00a0 kemudian\u00a0mampu\u00a0 mengajak\u00a0 untuk\u00a0 menyelami\u00a0 diri\u00a0 sendiri\u00a0 sampai\u00a0 ke\u00a0 bagian-bagian\u00a0tergelapnya.\u00a0

Beberapa\u00a0 kisah\u00a0 di\u00a0 atas memang\u00a0 bukan\u00a0 kisah-kisah\u00a0 bombastis. Hanya\u00a0
kisah-kisah\u00a0 sederhana\u00a0 dari\u00a0 keseharian\u00a0 berikut\u00a0 perasasan-perasaan\u00a0 yang\u00a0menyertainya.\u00a0 Tapi\u00a0 justru,\u00a0 menyelami\u00a0 kenangan\u00a0 tentang\u00a0 kretek,\u00a0 kerabat-kerabat, petani, klobot, dan ladang; adalah proses pengenalan kembali terhadap\u00a0Indonesia,\u00a0 dan\u00a0 bagaimana\u00a0 saya\u00a0 berupaya\u00a0 mencintai\u00a0 negeri\u00a0 berikut\u00a0 sesama\u00a0makhluk ciptaan yang kuasa melalui sudut-sudutnya yang terabaikan.<\/p>\n\n\n\n


<\/p>\n","post_title":"Mereka yang Mencintai Kretek","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"mereka-yang-mencintai-kretek","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-03 09:37:45","post_modified_gmt":"2019-03-03 02:37:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5504","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5501,"post_author":"883","post_date":"2019-03-02 08:24:17","post_date_gmt":"2019-03-02 01:24:17","post_content":"\n

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?
<\/p>\n\n\n\n

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.
<\/p>\n\n\n\n

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.
<\/p>\n\n\n\n

Korek Api Kayu Ditemukan di China<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.
<\/p>\n\n\n\n

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

\"Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,\" tulis Tao Gu.
<\/p>\n\n\n\n

\"Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut 'pembawa cahaya', tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi 'tongkat api',\" sambung tulisan itu.
<\/p>\n\n\n\n

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.
<\/p>\n\n\n\n

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.
<\/p>\n\n\n\n

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.
<\/p>\n\n\n\n

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.
<\/p>\n\n\n\n

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.
<\/p>\n\n\n\n

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.
<\/p>\n\n\n\n

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.
<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.
<\/p>\n\n\n\n

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang \"Lucifer\".
<\/p>\n\n\n\n

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.<\/p>\n\n\n\n

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.
<\/p>\n\n\n\n

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.
<\/p>\n\n\n\n

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.
<\/p>\n\n\n\n

Kemunculan Korek Api Pemantik<\/strong>
<\/h4>\n\n\n\n

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang D\u00f6bereiner. Alat yang disebut \"lampu D\u00f6bereiner\" ditemukan oleh Wolfgang D\u00f6bereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan D\u00f6bereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.
<\/p>\n\n\n\n

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label \u201cWonderlitte\u201d.
<\/p>\n\n\n\n

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.
<\/p>\n\n\n\n

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata \u201cZippo\u201d digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata \u201czipper\u201d (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.
<\/p>\n\n\n\n

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.
<\/p>\n\n\n\n

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas \u201ckekuatan\u201d apinya.
<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media \u201cPiezoelektrik\u201d yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh \u201croda besi\u201d kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.
<\/p>\n\n\n\n

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.
<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.
<\/p>\n\n\n\n

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.
<\/p>\n","post_title":"Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"kretekus-harus-tahu-inilah-sejarah-penemuan-dan-perkembangan-korek-api-di-dunia","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-02 08:24:21","post_modified_gmt":"2019-03-02 01:24:21","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5501","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5498,"post_author":"878","post_date":"2019-03-01 08:59:39","post_date_gmt":"2019-03-01 01:59:39","post_content":"\n

Sepanjang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua sejak pertengahan 2014 hingga pertengahan 2015, saya mengenal dan berinteraksi dengan beberapa orang pastor yang bertugas di Kabupaten Asmat. Mereka datang dari berbagai tempat di negeri ini, satu dua orang berasal dari luar Indonesia. Pulau Kei, Flores, Timor, Jawa, hingga Sumatera ada.<\/p>\n\n\n\n

Dari belasan pastor yang pernah saya jumpai, lima di antaranya saya kenal akrab. Empat dari lima orang pastor yang saya kenal itu, aktif merokok. Menariknya lagi, jenis rokok favorit mereka berbeda-beda. Dari sana saya kemudian memetakan karakter empat orang pastor itu. <\/p>\n\n\n\n

Yang pertama, seorang pastor asal Jawa Tengah. Kali pertama berjumpa dengannya, penampilannya khas pastor-pastor flamboyan dari Jawa Tengah dan Yogya, berambut gondrok sebahu dengan sebagian besar rambut memutih, berpakaian santai, jika bicara tenang dan elegan. Flamboyan, betul-betul flamboyan.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Mari Mengenal Jenis-Jenis Kretek<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Jenis rokok favoritnya adalah sigaret kretek tangan (SKT) Dji Sam Soe. Selain itu, ia juga kerap membawa tembakau rajangan, cengkeh, dan kertas linting sendiri. Berbincang dengannya, begitu santai dan menenangkan. Betul-betul menerapkan prinsip tuma'ninah, tidak tergesa-gesa, perlahan, dan penuh pengendapan makna sebelum kata-kata dan asap rokok keluar dari mulutnya.<\/p>\n\n\n\n

Yang kedua, seorang pastor muda asal Pulau Kei. Gayanya eksentrik, khas anak muda. Tubuhnya atletis, pembawaannya selalu jenaka. Ia mengisap rokok sigaret kretek mesin (SKM) mild, tepatnya Sampoerna Mild. Pilihan rokoknya seakan menyesuaikan dengan karakter pemuda yang masih enerjik.<\/p>\n\n\n\n

Yang ketiga, seorang pastor asal Bogor, Jawa Barat. Bertubuh gemuk namun kerap tergesa-gesa. Ia juga begitu mudah bergaul dengan siapa saja dan mudah dekat dengan banyak kalangan. Rokok favoritnya adalah sigaret putih mesin (SPM) Marlboro merah. Pastor ini jugalah yang mengelola asrama dan penginapan milik gereja di Agats.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Akulturasi dan Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Kretek, Kudus<\/a><\/h4>\n\n\n\n

Dan yang terakhir, adalah seorang pastor yang ditempatkan sejauh sekira 200 kilometer dari ibukota kabupaten. Ia bertugas di kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan antar-kabupaten di hulu sungai. Gemar menjelajah, dan berjalan-jalan keliling kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga inovatif dan sangat merakyat. Rokok favoritnya, juga seperti rokok favorit di tanah Papua, Gudang Garam Surya 16.<\/p>\n\n\n\n

Selain empat orang pastor itu, saya juga mendapati banyak pastor dari gereja Katolik yang merokok. Saya lantas menanyakan bagaimana pandangan resmi gereja Katolik terkait konsumsi rokok. Berdasarkan informasi dari mereka (beberapa pastor mengutip ayat Al Kitab dan Katekismus Gereja Katolik, tetapi saya lupa persisnya ayat danbagian yang mana), segala yang merusak tubuh terlarang dikonsumsi dan dianggap perbuatan berdosa. Jika data kesehatan menyebutkan merokok mengganggu kesehatan, maka rokok terlarang.<\/p>\n\n\n\n

Itu pulalah yang menyebabkan Paus Fransiskus pada 2018 melarang secara resmi penjualan rokok di wilayah Vatikan. Berdasarkan juru bicara Vatikan, Paus Fransiskus mengacu pada data WHO yang menyebutkan dalam satu tahun lebih tujuh juta orang meninggal karena rokok. Sebuah data yang masih bisa dibantah sesungguhnya, namun saya merasa saya harus menghormati keputusan Paus Fransiskus dan Vatikan, seperti juga saya menghormati fatwa Muhammadiyah, NU, Persis, dan beberapa organisasi lainnya terkait hukum merokok.<\/p>\n\n\n\n

Namun ada informasi tambahan yang menarik dari berita pelarangan penjualan rokok di wilayah Vatikan. Vatikan merupakan daerah istimewa yang dikelilingi kota Roma di Italia. Wilayah tersebut adalah wilayah dengan otonomi khusus. Sejak 2003, di Vatikan dibuka toko-toko yang menjual produk-produk bebas cukai dan pajak. Salah satu produknya adalah rokok.<\/p>\n\n\n\n

Mereka yang bisa berbelanja di sana hanya penduduk Vatikan dan para pegawai yang bekerja di Vatikan. Murahnya harga rokok di Vatikan dan mahalnya harga rokok di wilayah Italia yang mengepung Vatikan, membikin penjualan rokok di Vatikan begitu tinggi dan memberi keuntungan yang juga tinggi bagi otoritas pemerintahan di Vatikan.<\/p>\n\n\n\n

Kerap mereka yang tinggal di Italia dan memiliki saudara yang bekerja di Vatikan menitip dibelikan rokok oleh saudaranya karena harganya yang relatif murah dibanding di luar Vatikan. Dalam sebulan, seorang pegawai yang bekerja di Vatikan diperbolehkan membeli 50 pak rokok, sedangkan para kardinal diperbolehkan membeli rokok mencapai 200 pak tiap bulannya.<\/p>\n\n\n\n

Sekira 14 tahun rokok menjadi produk dengan penjualan tertinggi di Vatikan dan mampu memberikan pemasukan yang cukup menjanjikan di sana. Saya kira, fakta ini adalah fakta yang menarik tentu saja.<\/p>\n","post_title":"Rokok dan Vatikan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"rokok-dan-vatikan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-01 08:59:46","post_modified_gmt":"2019-03-01 01:59:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5498","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":38},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_3"};

Paling Populer

\n

Baca: Cigarettes After Sex, Benarkah Nikmat?<\/a><\/p>\n\n\n\n

Film-film yang mengandung unsur politik memang merajai penganugerahan Oscar Award dalam tiga tahun terakhir. 2017 lalu, film moonlight tentang perjuangan keturunan afrika-amerika yang hidup dalam bisnis narkotika menjadi pemenangnya. Sedangkan tahun sebelumnya, The Shape of Water malah jadi pemenangnya. Film ini juga diangkap merepresentasikan sebagai perjuangan dari kaum minoritas di Amerika Serikat.<\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya apa yang membuat Green Book meniadi begitu istimewa? Film bergenre drama yang disutradarai oleh Peter Farelly ini memuat kisah yang memang istimewa, terlebih percakapan yang hadir sepanjang film bisa dikatakan sangat berkualitas. Secara pengambilan gambar, film ini memang tak serumit yang lainnya, akan tetapi kisah yang ditawarkan cukup membuat anda berdecak kagum.<\/p>\n\n\n\n

Bermula dari seorang pria keturunan Italia-Amerika bernama Tonny Lip Vallelonga \u00a0yang sedang mencafi pekerjaan baru. Pria yang sebelumnya bekerja di bar tersebut harus diberhentikan sementara karena bar tempat ia bekerja mengalami pemugaran. Pada dasarnya Tonny Lip Vallelonga adalah seorang yang sedikit rasis, namun pekerjaan barunya dengan tawaran uang yang cukup menggiurkan membuatnya harus bekerja menjadi seorang supir dengan majikan yang seorang pria berkulit hitam bernama Donald Walbridge Shirley atau Dr. Shirley.<\/p>\n\n\n\n

Baca: Dua Bungkus Kretek Pemberian Jagat Pico<\/a><\/p>\n\n\n\n

Awalnya Tonny Lip Vallelonga merasa ditipu karena ia sebenarnya bukan bekerja untuk seorang dokter. Dr. Shirley sejatinya adalah seorang pianis handal yang akan menjalani tur konsernya di Amerika Serikat. Tokoh yang diperankan oleh Mahershala Ali membutuhkan seorang supir yang tangguh serta mau menjadi asisten pribadi dan manajer turnya. Awalnya, Tonny Lip Vallelonga cukup kesal dan menolak pekerjaan itu karena dianggap terlalu berat dan berlebihan. Namun, rayuan maut dari sang majikan membuatnya mau ikut.<\/p>\n\n\n\n

Sepanjang perjalanan dan konser, pemandangan diskriminasi kepada kaum kulit hitam jadi konflik utama dalam film ini. Berbagai diskriminasi tersebut cukup membukakan mata hati Tonny Lip Vallelonga yang tadinya seorang rasis menjadi sosok yang toleran. Perubahan juga dialami oleh Dr. Shirley, kebiasaan-kebiasaan nyentrik yang dilakukan oleh supir sekaligus sahabatnya tersebut membuatnya menjadi sosok yang lebih cair dan tak kaku. Sekali lagi, film ini memiliki kekuatan dalam percakapan, tonton saja adegan saat Tonny Lip Vallelonga memakan Ayam KFC di dalam mobil, itu sangat menggemaskan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai penutup, Tonny Lip Vallelonga yang menjadi tokoh utama dalam film Green Book adalah seorang perokok berat. Nyaris dalam film ini setiap scene yang menyorotinya mennggambarkannya sedang menghisap rokok. Bisa dikatakan ia adalah sosok perokok yang hebat dan memiliki kawan, kehidupan, hati, ketangguhan, dan perjalanan yang luar biasa.<\/p>\n","post_title":"Green Book dan Kisah Perjalanan Panjang Seorang Perokok","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"closed","ping_status":"closed","post_password":"","post_name":"green-book-dan-kisah-perjalanan-panjang-seorang-perokok","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2019-03-17 09:44:06","post_modified_gmt":"2019-03-17 02:44:06","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/bolehmerokok.com\/?p=5550","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":5536,"post_author":"877","post_date":"2019-03-12 09:21:46","post_date_gmt":"2019-03-12 02:21:46","post_content":"\n

\u201cEnten mriki, menawi musim ketigo mboten wonten tanduran ingkang cucuk sanesipun soto, nyambut gawe rong sasi kagem urip setaun\u201d<\/em> (Disini kalau musim kemarau, tidak ada tanaman yang bisa hidup selain tembakau. Kerja dua bulan untuk hidup setahun, ya yang bisa hanya tembakau). Ungkapan Yamuh, seorang petani muda yang sudah bertahun-tahun menjadi petani tembakau, dalam bahasa Jawa dialek Temanggung di atas adalah fakta empiris yang mengungkapkan betapa agungnya anugerah Tuhan yang menurunkan tanaman tembakau di Temanggung.<\/p>\n\n\n\n

Dalam buku \u201cKretek; Kajian Ekonomi dan Budaya Empat Kota\u201d,<\/em> kita bisa membaca kearifan budaya dan kreatifitas masyarakat lokal Temanggung dalam bertani, mengolah lahan, menanami tembakau, memanen dan menikmati hasil tembakau yang sangat dicintainya. Untuk mempertahankan kelestarian tembakau sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Pemurah, ribuan petani mengawali musim tanam tembakau dengan tradisi among tebal.<\/em> Yaitu semacam ritual yang menandai awal musim tanam tembakau, khususnya di desa Legoksari kecamatan Tlogomulyo, tempat penghasil tembakau mutu terbaik, antara akhir Maret hingga awal April. Sebagai bentuk penghormatan terhadap Ki Ageng Makukuhan, tokoh mitologis yang dipercaya para petani membawa bibit tembakau ke wilayah itu.<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Baca: Mitologi Munculnya Srinthil, Tembakau Terbaki dan Termahal di\u00a0Dunia<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Tradisi dan ritual yang hampir sama juga berlaku ketika para petani tembakau menyambut musim panen, yakni dengan menggelar wiwitan.<\/em> Wiwitan adalah ritual yang menandai awal musim panen yang dilakukan pada pengujung musim kemarau, antara akhir Agustus hingga awal September dengan memperhitungkan hari yang dianggap baik. Berbeda dengan among tebal<\/em> yang dilaksanakan pada pagi hari, wiwitan<\/em> berlangsung pada saat senja atau petang hari. Dipimpin oleh kaum,<\/em> pemuka agama setempat, perangkat upacara diarak menuju ladang tembakau dari pemukiman dengan membawa sesajen, biasanya berupa tujuh tumpeng, ketan salak, dan daging ayam tolak. <\/p>\n\n\n\n

Potret antropologi budaya masyarakat petani tembakau di Temanggung tidak bisa dilepaskan begitu saja dari aspek historis ditemukannya produk dan kreatifitas budaya yang bernama kretek. Kretek, jauh sebelum menjadi komoditas industri nasional yang menjadi simbol kejayaan bangsa, adalah sebuah penemuan, kreatifitas budaya, yang asli lahir dan tumbuh berkembang dari tangan-tangan terampil leluhur bangsa ini. <\/p>\n\n\n\n

Idiom-idiom kreatifitas dari lahirnya kretek muncul menjadi keseharian warga Kudus, kota yang melahirkan kretek, dan tempat dimana kretek mencapai puncak kejayaan ekonomi dan budaya nasional bahkan dunia luar. Idiom bathil <\/em>(menggunting untuk merapikan kedua ujung batang kretek), nggiling<\/em> (menggulung), nglinthing<\/em> (gulung tangan), sampai saat ini masih bisa disaksikan sebagai bukti masa kejayaan kretek masih bisa dirasakan anak cucu negeri ini. <\/p>\n\n\n\n

Mbok Ruminah, bekerja sebagai buruh bathil<\/em> di barak Burikan milik sebuah pabrik rokok ternama. Dia sudah bekerja sebagai buruh bathil selama 25 tahun. Setiap hari dia mampu mengerjakan 2.000 batang kretek (Roem Topatimasang dkk; 2010, hlm. 121). Keterampilan tangan Mbok Ruminah bukanlah semata-mata skill industri, tetapi kreatifitas lokal yang unik, karya budaya yang tidak disemua tempat orang bisa melakukan dan melestarikannya.   <\/p>\n\n\n\n

Menurut Roem Topatimasang, mata pencaharian yang lahir dari kraetifitas melinting<\/em> juga bisa ditemukan di Kediri, kota kretek kedua setelah Kudus. Agus Susanto, pria asli Kediri yang bekerja di salah satu pabrik kretek, ternyata seluruh anggota keluarganya bekerja sebagai buruh linting.<\/p>\n\n\n\n

Lanjut lagi Roem Topatimasang mengatakan, keunikan di tempat lain yang sangat menentukan produk budaya berupa kretek adalah di daerah Minahasa penghasil cengkeh terbesar. Sisa-sisa kejayaan budidaya cengkeh masih terlihat hingga kini. Rumah-rumah megah dan gereja-gereja besar dibangun pada saat petani cengkeh Minahasa mendapatkan harga jual yang sangat tinggi. Mantan Gubernur Sulawesi Utara (alm) Willy Lasut menyebutkan bahwa petani cengkeh Minahasa pernah menikmati kejayaan sebagai penduduk yang memiliki pendapatan perkapita tertinggi di Indonesia pada era Gus dur jadi presiden, bahkan menyamai Swiss, negeri paling makmur di Eropa. <\/p>\n\n\n\n

Baca: Cengkeh: Dulu, Kini dan Nanti<\/a><\/h3>\n\n\n\n

Karena itu hingga kini, Gus Dur masih terus dikenang sebagai pembawa berkah bagi petani cengkeh di Sulawesi Utara. Demikian senang dan hormatnya mereka kepada Gus Dur, para petani cengkeh di Sonder-Minahasa, memperingati meninggalnya Gus dur dengan menyalakan lilin di gereja-gereja dan jalan-jalan kota kecil itu. Betapa besar dampak sosial dan budaya dari cengkeh dan kretek bagi orang Minahasa.   <\/p>\n\n\n\n

Dari sisi antropologi sungguh menarik untuk dicermati. Satu kampung, satu dusun atau bahkan beberapa dusun, ribuan orang, satu keluarga, mempertahankan hidup, mempertahankan warisan budaya dan keterampilan nenek moyangnya dari kretek. Bagaimana cara hidup dan bermasyarakat orang-orang di kawasan petani tembakau di Temanggung, tradisi orang-orang Minahasa yang hidup dari pertanian cengkeh, serta buruh dan pekerja pabrik kretek di Kudus dan Kediri yang unik, penuh sentuhan ritual dan kultural.
<\/p>\n","post_title":"\u201cKretek Kajian Ekonomi & Budaya Empat Kota\u201d Sebuah Analisa dalam Kacamata Antropologi Budaya","post_