rokok mild terjangkau
Review Rokok

4 Rokok Mild dengan Harga Terjangkau

Rokok Mild dengan harga terjangkau banyak beredar di pasaran. Rokok dengan harga murah ini, tentu rasanya tidak murahan.

Saya mendapat momen untuk menulis lagi, setelah beberapa hari lalu berkumpul dengan beberapa teman yang kebetulan menghisap 4 merek rokok jenis Mild kelas 3, kelas yang digandrungi banyak orang sejak tahun 2019-2020 karena harga kelas 1-nya semakin tidak ramah kantong dan Mild kelas 2 kadang rasanya tidak sesuai harapan padahal harga lumayan mahal.

Mild kelas 3 yang terbilang sukses sampai hari ini bertahan dengan melihat berapa banyak orang yang menghisapnya antara lain; Diplomat Evo, Lodjie Mild, Polo Mild, Envio Mild, Aroma Mile.dsb.

Saya datang ke sebuah warung kopi di daerah utara Yogyakarta, secara kebetulan, kami para ahli hisap yang berjumlah 8 orang masing-masing membawa rokok dengan merek yang berbeda-beda, seperti sedang bertukar hadiah, kami saling mencoba rokok-rokok yang kami bawa. Saya sendiri datang bermodal rokok Sukun Executive dan Esse Honey POP

Saya mencoba salah satu merek yang jarang sekali saya lihat ada orang yang membawanya di kantong, mungkin baru 2 kali, mereknya; Grendel Mild.

Karena rasa penasaran, rokok ini yang pertama saya hisap hari itu. Grendel Mild adalah produk dari salah satu pabrik rokok legendaris; Grendel, yang didirikan oleh keluarga Sarwa Martani di Kota Malang Jawa Timur pada tahun 1949, di daerah Glintung – Malang. Ini adalah satu-satunya produk Mild yang diproduksi oleh Grendel saat ini.

Rasanya tajam, mirip seperti rokok kretek filter pada umumnya, aroma kuat, hanya tarikan pada setiap hisapannya tetap mengusung spirit Mild; ringan. Sementara asap yang lewat di tenggorokan sedikit memberikan sensasi pedas seperti produk Mild dari Sampoerna.

Tapi ada yang unik sekaligus bisa jadi daya tarik sendiri, saya menyebut rokok ini memberi aroma orang tua, atau retro, atau 90-an awal. Aroma berani yang tidak dimiliki Mild lain di kelas apapun. Bau “retro” seperti ini bisa kalian dapat di beberapa produk Sukun, Bentoel, atau beberapa merek rokok lama yang masih diproduksi hingga sekarang.

Saya tidak bilang ini enak atau tidak, ini soal selera, bagi saya yang sudah sering menemui macam-macam rokok, ini menjadi pembeda, sama seperti alasan saya menghisap Sukun Executive; merek itu punya ciri khas, dan secara kebetulan juga rasanya enak.

Saya tidak paham apa resep dari Grendel Mild ini sehingga dalam sebatang rokoknya mampu menghasilkan kepuasan menghisap rokok kretek filter, tidak berat, rasa manis yang masih cukup tebal terasa di rongga mulut, aroma cengkeh dan tembakau yang terbakar memberikan aroma berbeda apabila kita mencium asap hasil bakarannya.

Salah satu hal mudah bagi saya menyebut ini produk layak hisap adalah saya menghisap habis batang rokok ini sampai di batas ujung filternya (95%), walaupun rasa di 80% bakar sudah mulai sedikit pahit dan sensasi hisapan yang semakin tebal dan panas di rongga mulut sudah muncul, tapi merek ini tidak mengecewakan untuk dinikmati dan bisa jadi petarung hebat di kelasnya.

Mozza Mild

Ini saya sebut 11-12 dengan Grendel dalam urusan aftertaste sedikit pedas di tenggorokan, sedikit lebih manis dan tidak terlalu wangi, sama-sama juga dari kota Malang. Kalau kalian pernah mencicipi L&M dari Sampoerna, maka mirip seperti itu. Namanya Mild kelas 2 atau 3, hisapan “tebal” yang diberikan dari hasil bakaran cengkeh dan tembakau tetap akan muncul bagaimanapun cara kalian menghisapnya.

Mungkin karena ini produk yang sudah tidak “fresh” bagi lidah saya, bisa karena plastik bungkusnya terbuka, grenjeng atas yang dicabut lalu asal disimpan di kamar terkena kipas angin atau AC, maka sensasi awal sudah memberikan aftertaste yang sedikit, sedikit saja, kurang nikmat. 

Hisapan sedikit lebih terasa berat dari Grendel setiap kali hisapan demi hisapan saya lakukan di ujung filter. Seperti serat di dalam filter lebih padat, bukan karena lintingan, karena kalau dipencet, batang bakar tidak terasa padat dan cenderung sama dengan Grendel.

Saya suka wangi yang dihembuskan ketika asap rokok ini keluar lewat hidung dan mulut secara bersamaan, layaknya Mild, hembusan lembut terasa tapi asap tetap tebal, aroma “bakaran kue” tidak saya temukan di merek ini, aroma yang sering saya sebut sebagai standar enak dalam menghisap Mild, itu bisa kalian temukan di Sampoerna A Mild, tapi jangan disamakan, lur. Beda kelas.

Rokok ini tidak cocok kalian hisap saat sedang penat, sendiri atau lelah setelah seharian bekerja. Bagi saya, ini hanya cocok dinikmati saat sedang beramai-ramai, hisapannya tidak begitu punya arti yang membekas, seperti hanya berlalu begitu saja, tapi tidak juga sebagai rokok pelarian. Kalau kalian mau menjadikan ini selingan nyebat 3 kali seminggu, merek ini layak kalian beli.

Top Mild

Entah karena ini produk lama yang dibeli di warung, atau sang pemilik tidak menyimpannya dengan baik sebagai rokok selingannya, maka sensasi awal yang muncul adalah rasa pedas, sedikit lebih berat dari 2 merek sebelumnya dan ada sensasi tipis menghisap rokok lembab yang menghasilkan asap abu-abu seperti warna asap yang dihembuskan, bukan berwarna kebiru-biruan yang umumnya kita lihat keluar dari ujung bakar rokok.

Walaupun bermarkas di Kudus, rasa yang dihasilkan dari hisapan awal Top Mild memberikan sensasi aliran rokok kretek Solo Raya dan Jawa Tengah sisi Timur, Lodjie salah satu merek terkenal yang ada di aliran ini. Rasa yang tidak populer di kalangan perokok Mild, belum lagi rasa “kental” yang muncul menyisakan sesuatu di tenggorokan yang sulit saya deskripsikan.

Tapi kembali lagi, mungkin karena rokok ini lama terbuka dan menyimpannya tidak di tempat yang benar, sekaligus ini membuktikan kalau rokok kelas 2 atau 3 yang sudah terbuka lama (4-5 hari) maka kualitas hisapannya akan memberikan efek berbeda, sudah tidak sesegar saat plastik pertama kali dibuka.

Mirip dengan Lodjie Mild merah tapi tidak dengan rasa yang menyengat di hidung ketika menghembuskan asapnya. Rasa menyengat menjadi salah satu penilaian khusus untuk rokok kelas Mild, kalau kepekatan asap sampai meninggalkan rasa kurang sedap, apa gunanya menghisap rokok LTLN, lebih baik kembali ke Kretek Filter reguler.

Tapi secara umum, saya memberi nilai 6,5 untuk rasa, 7 untuk desain dan urursan ramah di kantong. Sayang, saya hanya menghisap rokok ini sampai 70% batang terbakar, karena alasan “freshness” tadi dan ditambah asap yang melewati tenggorokan sudah mulai terasa pedas.

Red Mild

Ini produk ke-empat yang saya coba, sebagai penutup rasa penasaran dan sesuai rekomendasi teman-teman yang hari itu ada di tongkrongan, Red Mild memang layak menjadi aktor utama, bahkan mungkin bisa menggeser ketenaran Aroma Mile, merek dari Kudus yang sempat heboh di akhir tahun lalu.

Red Mild ini bermarkas di kota Malang, ciri khas aroma Jawa Timur memang sedikit muncul ketika hisapan demi hisapan sejak awal sampai akhir kita nikmati. Manisnya ada sedikit di bawah 3 merek sebelumnya, dengan hisapan ringan, kepulan asap yang pas sesuai dengan kelasnya; Mild, dan tingkat pedas yang masih dalam batas wajar.

Rokok ini terbilang enak karena secara kebetulan juga sang pemilik mengakui baru saja membuka bungkusnya setibanya dia di tempat kami berkumpul hari itu. Jadi wajar saja rasanya sedikit berbeda dari 3 merek sebelumnya.

Wangi yang didapat sebelum terbakar sangat khas dengan aroma rokok Mild pada umumnya, lembut, wangi tipis, ada sensasi manis yang muncul sebentar ketika batang rokok dihirup dari ujung bakar sampai ujung hisap. Kita akan tahu kalau aroma ini pas, dan enak untuk dihisap.

Hisapan demi hisapan setelah rokok terbakar pun terasa nikmat, tidak ada yang “salah” dengan racikan dan kenikmatan hisapnya. Ini bahkan bisa jadi rokok harian bagi kalian yang senang menghisap rokok Mild tapi enggan membeli yang mahal.

Hari itu saya menikmati 4 macam merek rokok Mild secara bergantian, tidak langsung; bakar-hisap-bakar-hisap, tetap ada jeda minimal setengah jam agar indera perasa bisa netral dulu supaya bisa membedakan rasa yang dihisap.

Hari itu saya memesan kopi susu dan segelas air putih sebagai teman mengobrol sekaligus mencoba 4 merek tadi. Menu minuman standar yang biasa menemani para ahli hisap di tongkrongan. Ditambah, cuaca sehabis hujan memang jadi momentum tepat untuk menikmati rokok kretek. Ah, ini agak lebay sedikit sih.

Grendel Mild pantas kalian nikmati seminggu paling tidak 3 kali, tanpa harus ditemani minuman hangat atau pemanis, tidak terasa kering dan karena keunikan rasa “retro” yang saya sebut tadi, kalian boleh mencoba ini sambil menikmati kuliner tradisional, baik makanan atau minuman di situasi apapun.

Mozza dan Top saya sarankan untuk mencicipi milik teman dulu, kalau kebetulan ada yang merokok merek itu, baru setelahnya kalau indera perasa kalian cocok maka silahkan beli 1-2 bungkus untuk stock selingan di rumah. Saran saya, rokok apapun, simpanlah di tempat yang jauh dari kipas angin, atau masukkan kotak kalau kalian berada di ruangan ber-AC. Kalau memang malas menyimpan, habiskan dalam waktu 2-3 hari kalau kalian penikmat rokok yang mengutamakan “freshness”.

Red Mild? apakah ini lebih baik dari 3 merek sebelumnya? tidak juga. Soal rasa, 3 merek sebelumnya juga tidak kalah enak dibanding Red mild. Hanya saja untuk urusan memenuhi persyaratan sebagai rokok Mild, Red Mild memang masih nomor 1 dibanding 3 merek lainnya.

Desain 4 merek rokok Mild ini juga termasuk desain yang layak bawa dan layak pamer. Ya, wajar sih, kelas Mild memang diperuntukkan bagi mereka yang mau agak bergaya sambil mengantongi sebungkus rokok. Itu kenapa merek-merek Mild kelas 1 selalu memperhatikan betul kemasan serta cara mereka promosi di media.

Soal harga, 4 merek tadi tidak berbeda jauh harga jualnya di warung kelontong atau warung yang lagi “hype” sekarang di DIY; Warung Madura. Rata-rata mereka membeli 4 merek tadi di kisaran harga 19,000-21,000. Pun begitu saat saya kroscek di marketplace, kisaran harganya ada di 19,000-20,000 per bungkus, bahkan bisa lebih murah tergantung seberapa banyak kalian sekali membeli di marketplace.

Kalau urusan selera pribadi, saya akan menempatkan Grendel Mild di posisi pertama, Top Mild kedua, Red Mild ketiga dan Mozza di posisi empat. Tidak ada yang istimewa, tapi ini 4 merek yang layak hisap versi saya dan semuanya menjadi solusi jitu menghadapi kenaikan harga rokok awal tahun ini. Selamat mencoba.