rokok impor
Review Rokok

Ini Alasan Kenapa Rokok Impor Naik di Indonesia

Rokok impor sudah sejak lama beredar di Indonesia. Sebut saja Marlboro atau Lucky Strike. Bagi generasi 90-an seperti saya, dua merek tersebut sudah tidak asing lagi. Iklannya yang selalu muncul di televisi begitu melekat dalam pikiran. Lewat iklan tersebut pula banyak orang jadi makin penasaran dengan rokok dari luar negeri. Dari yang awalnya hanya penasaran dan mulai mencoba, lah kok, enak? Akhirnya jadi suka dan kemudian tumbuhlah penggemar rokok impor di Indonesia.

Potensi ini kemudian dimanfaatkan oleh produsen-produsen rokok luar untuk memasarkan produknya di Indonesia. Meskipun pasar rokok di Indonesia dibanjiri oleh sigaret kretek, hal itu tidak menghalangi rokok impor yang didominasi oleh sigaret putih untuk ikut mencuri hati konsumen di Indonesia. Banyak cara yang dilakukan oleh produsen rokok luar untuk menarik perhatian perokok dalam negeri. Hasilnya, mulai tampak kenaikan tren rokok impor di Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor rokok Indonesia pada tahun 2021 mencapai US$73,33 juta. Nilai tersebut naik dari tahun sebelumnya yaitu US$49,38 juta. Tren kenaikan ini sudah terjadi selama satu dekade terakhir dan diprediksi masih akan terus naik. Negara asal rokok impor di Indonesia pun beragam. Ada Singapura yang jadi pengekspor paling banyak. Kemudian ada Vietnam, China, Jepang, Korea Selatan, hingga Jerman.

Tren kenaikan tersebut tidak muncul secara tiba-tiba. Ada banyak faktor yang melatarbelakangi rokok luar makin digemari oleh orang Indonesia. Berikut adalah beberapa hal yang jadi penyebab kenaikan tren rokok import sejauh pengamatan saya.

Citra yang menarik

rokok

Salah satu alasan di balik popularitas rokok impor di Indonesia adalah citra yang lebih menarik. Merek rokok impor sering dikaitkan dengan kelas atas dan gaya hidup mewah. Merek-merek ini seringkali terlihat di film atau serial terkenal yang ditonton oleh banyak orang di seluruh dunia. Ambil contoh adegan merokok yang ikonik dari Thomas Shelby dalam serial Peaky Blinders. Dalam imajinasi penonton, rokok yang dihisap oleh Thomas Shelby pasti tidak jauh-jauh dari Marlboro atau Lucky Strike. Susah sekali membayangkan seorang Thomas Shelby menghisap Samsu atau Garpit. 

Lewat salah contoh tersebut, bisa dilihat bahwa citra yang kerap ditunjukkan oleh kebanyakan produsen rokok luar adalaah citra yang keren, dingin, alpha male. Citra yang diidam-idamkan oleh banyak orang. Citra yang dianggap bisa membuat orang terkesima hingga berusaha ditiru, setidaknya dari cara merokoknya dan merek rokok apa yang dihisap.

Kualitas yang konsisten

ladang tembakau

Rasa tidak bisa berbohong. Produsen rokok luar memahami betul hal itu. Hasilnya adalah konsistensi rasa yang tetap sama. Sependek ingatan saya, rokok Marlboro yang diproduksi beberapa tahun yang lalu rasanya masih sama dengan rokok Marlboro yang diproduksi saat ini. Ini yang membuat orang tetap setia dengan merek tersebut. Hal tersebut juga bisa jadi portofolio yang bagus untuk menarik konsumen baru.

Inovasi

rokok impor malboro

Tidak bisa dipungkiri bahwa orang bisa bosan dengan produk yang itu-itu saja. Maka produsen rokok luar terus berinovasi supaya produknya tetap relevan bagi banyak orang. Banyak inovasi yang dilakukan oleh rokok import untuk menarik perhatian konsumennya. Mulai dari inovasi dalam promosi lewat kampanye yang menarik hingga inovasi pada produknya itu sendiri.

Ambil contoh Esse. Produsen rokok asal Korea Selatan ini menciptakan banyak sekali varian produk yang memenuhi keinginan berbagai segmen pasar. Mereka menciptakan rokok dengan rasa buah-buahan yang unik dan khas. Variasi yang ditawarkan akhirnya membuka peluang bagi konsumen baru mencoba dan berakhir menyukai produk-produk Esse yang ditawarkan.

Marlboro juga melakukan hal yang kurang lebih sama. Marlboro sadar betul bahwa orang Indonesia lekat dengan rokok kretek. Maka mereka keluar dari zona nyaman. Marlboro yang sudah sejak lama terkenal dengan rokok putihnya akhirnya mencoba berinovasi dengan menciptakan rokok kretek mereka sendiri. Hasilnya, rokok kretek Marlboro ikut menarik perhatian penikmat rokok kretek di Indonesia.

Itulah beberapa hal yang membuat kenaikan tren rokok impor di Indonesia. Di satu sisi, ini bisa dilihat sebagai ancaman atau kalau boleh dibilang peluang bagi produsen rokok dalam negeri untuk bisa terus bersaing dan berinovasi. Sebagai konsumen tentu saja ini adalah kabar gembira karena lewat persaingan, peluang untuk melihat produk-produk baru yang unik dan menarik di masa depan akan semakin terbuka lebar.