Jalan Terjal Musim Tembakau 2024: Dari Pamekasan hingga Lombok Timur

musim tembakau

Musim panen tembakau segera tiba. Beberapa petani tembakau mulai menyiapkan hal-hal mulai dari terkecil hingga terbesar. Sebab, dengan persiapan yang matang maka hasilnya pun maksimal. Namun, di tengah persiapan itu, muncul sebuah video yang memberikan narasi cukup mengerikan: Petani Tembakau Mencabut Tembakau Sebelum Masa Panen.

Video itu berasal dari Kelurahan Kangenan, Kecamatan Pamekasan, Kabupaten Pamekasan, Pulau Madura, Provinsi Jawa Timur. Apabila melihat unggahan tersebut, tercatat tanggalnya 2 Juli 2024. Tergolong baru dan wajar video tersebut bikin kaget penggiat Industri Hasil Tembakau.

Apalagi, kehadiran video tersebut dapat menimbulkan bias informasi. Informasi yang diberikan adalah pemberian pupuk palsu. Alhasil, ini seperti memberikan gambaran bahwa pemerintah setempat tidak mendukung petani tembakau. Kemudian, musim kemarau menjadi alasan terbaik agar di kemudian hari anti tembakau mengimbau petani tidak perlu menanam lagi tembakau.

Narasi-narasi seperti inilah yang sebaiknya harus dihindari. Sebab, jika narasi tersebut awet, yang terjadi malah kemunduran bagi petani tembakau. 

Bukan Pupuk Palsu, tapi Cara Pemasangan Pupuk yang Keliru

Beruntung, video tersebut mendapatkan respons yang cepat dari Ketua Kelompok Tani Unggul 4 Kelurahan Kangean, Akhmad Fuad. Menurut hasil penelusuran dan investigasinya, ternyata bukan pupuk palsu yang menyebabkan petani mencabut tembakaunya, melainkan faktor lain. Faktor tersebut adalah cara pemasangan dan pencampuran obat hama. 

Pertama, cara pemasangan. Jika pemasangan tidak sesuai prosedur, akan menyebabkan tanaman tembakau menjadi layu dan kemudian mati. Kedua, pencampuran obat hama. Jika keliru dalam mencampurkan obat, yang terjadi adalah tembakau seperti berkerut layaknya daun kubis. 

Hal inilah yang kemudian menjadi perhatian dari Akhmad Fuad. Penggunaan pupuk dan insektisida penting bagi tanaman tembakau. Namun, untuk menggunakannya harus sesuai prosedur. Jangan sampai berlebihan atau kekurangan. Kemudian, jangan asal mencampurkan sehingga menyebabkan tanaman tembakau mati. 

“Kesalahan kecil dalam pemeliharaan tanaman tembakau bisa berdampak besar pada hasil tanaman,” ujar Akhmad Fuad.

Musim Kemarau Menjadi Berkah dan Tantangan Petani Tembakau

Musim kemarau, seperti tahun lalu, menjadi berkah bagi petani tembakau di beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sebab, kehadiran musim kemarau membuat hasil panen cenderung lebih baik. 

Namun begitu, apabila kemaraunya datang lebih cepat, itu juga menjadi bumerang bagi tanaman tembakau. Salah satunya di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Di daerah tersebut, petani mengakali suplai air dengan cara memberikan es balok. Tentu cara ini akan mengeluarkan biaya produksi yang lebih besar. Namun, cara seperti ini pernah dilakukan pada 2018 lalu. 

Hal ini perlu dilakukan karena lahan yang mudah mengering, mengeras, dan mudah retak. Maka dari itu, agar suplai air tetap ada, penggunaan balok air menjadi alternatif. 

Memang, tanaman tembakau tidak terlalu bergantung kepada air. Sebab, sisa lahan yang masih basah saat akhir musim hujan dapat berguna untuk penanaman awal tembakau. Namun, karena musim kemarau lebih terik daripada sebelumnya, penggunaan es balok seperti mengulang peristiwa lima tahun lalu. 

Tanaman tembakau merupakan tanaman yang memberikan banyak penghidupan bagi masyarakat. Tidak hanya tanamannya, melainkan cukainya. Bahkan, penerimaan cukai hasil tembakau melebihi anggaran dari beberapa Kementerian seperti Kementerian Pertahanan dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Lalu, pajaknya berguna untuk pelayanan kesehatan dan pembangunan infrastruktur. Sudah semestinya pemerintah memberikan perhatian lebih kepada petani yang mau dan mampu menanam tembakau. Karena dari tembakau lah, negara masih bisa eksis hingga hari ini. 

Artikel Lain Posts

Paling Populer