Hamparan pohon cengkeh di Munduk, Bali BOLEH MEROKOK
PERTANIAN

Datanglah ke Munduk, Hatimu akan Terusik saat Melihat Geliat Petani Cengkeh di Bali

Pengalaman menyaksikan hamparan pohon cengkeh di Munduk, Bali, benar-benar mengusik hati, yang melahirkan pertanyaan: kenapa ada saja orang yang membenci tanaman berjasa tersebut?

***

Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah, terutama dari sektor tetumbuhan. Di antara tetumbuhan yang menjadi kekayaan Indonesia adalah tembakau dan cengkeh. Kedua komoditas ini menjadi sektor unggulan dalam pembuatan rokok kretek: produk asli bangsa Indonesia.

Jika bicara industri rokok kretek, sering kali “hanya” tembakau yang menjadi sorotan. Tapi perlu diketahui juga, bahwa cengkeh juga jadi variabel penting di dalam pembuatan sebatang rokok kretek. Tanpa cengkeh, maka tidak akan lahir sebatang rokok kretek yang gurih ketika dihisap.

Melihat Geliat Petani Cengkeh di Munduk, Bali

Saking pentingnya cengkeh dalam pembuatan rokok kretek, erapan cengkeh pada industri rokok terbilang sangat besar, di angka 95%. Sisanya digunakan untu keperluan lain, salah satunya obat-obatan.

Sebagai orang yang tinggal di Temanggung dan jarang sekali menjelajah ke luar pulau (baca: luar Jawa), saya tentu dekat dengan tembakau. Tapi interaksi saya dengan cengkeh jelas nyaris tidak ada.

Sebab, petani cengkeh di Pulau Jawa cenderung sedikit. Kebanyakan petani cengkeh bergeliat di luar Jawa seperti Maluku, Bali, hingga Sulawesi.

Beberapa waktu lalu, saya bekesempatan menyaksikan perkebunan cengkeh di Bali, tepatnya di Munduk, Buleleng. Pengalaman yang, membuat saya, membuka mata lebar-lebar atas rentannya sektor pertanian ini.

Hamparan pohon cengkeh di Munduk, Bali BOLEH MEROKOK

Hamparan pohon cengkeh di Munduk, Bali. (Boleh Merokok)

Petani Munduk, Bali, Gantungkan Hidup pada Cengkeh

Munduk, Bali, memang terdiri dari hamparan pegunungan. Di antaranya adalah hamparan pohon-pohon cengkeh. Entah berapa hektare luasnya. Yang jelas, dari sini saya bisa merangkum bahwa masyarakat sekitar menggantungkan hidupnya dari bertani dan memetik cengkeh.

Sehingga, saya heran kalau ada statement seperti, “Kan rokok itu bahaya. Mending kalau menanam jangan tembakau atau cengkeh”.

Kita perlu merenungi bagaimana nasib mereka–para petani cengkeh di Munduk, Bali–kalau harus berganti tanaman lain. Karena hasil panenan cengkeh bisa lebih dari sekadar untuk menyambung hidup.

Hamparan pohon cengkeh di Munduk, Bali BOLEH MEROKOK

Pohon cengkeh yang hidupi petani di Munduk, Bali. (Boleh Merokok)

Tidak kalah pentingnya juga, sudah banyak investasi waktu yang masyarakat Munduk, Bali, gunakan untuk bertani cengkeh. Karena cengkeh bukan tanaman musiman seperti cabai atau tembakau.

Untuk menjadikan tanaman cengkeh “belajar berbunga”, butuh waktu empat sampai enam tahun. Tahun paling produktifnya di atas lima belas tahun. Ada juga usia pohon cengkeh yang sudah berpuluh bahkan beratus-ratus tahun.

Cengkeh bukan tanaman terlarang. Tapi kenapa ada saja orang yang melarang menanamnya, di saat lebih banyak orang pula bergantung hidup dari sana? Pertanyaan tersebut benar-benar mengusik hati.

BACA JUGA: Pendidikan untuk Anak-anak Petani Tembakau dan Petani Cengkeh Hukumnya Wajib