logo boleh merokok putih 2

PBNU dan Sikap Tidak Mengharamkan Rokok hingga Kiamat

hukum rokok pbnu

Rokok bagi penikmatnya tidak semata selinting tembakau bertabur cengkeh, ia adalah teman dan inspirasi yang romantis. Bagi pemerintah, rokok dalam industrinya yang sangat besar itu adalah sebuah berkah. Industri hasil tembakau, secara konsisten menyumbangkan kas besar untuk negara. Tetapi bagi antirokok, rokok dianggap mimpi buruk bagi kehidupan umat manusia.

Perdebatan panjang mengenai boleh atau tidaknya rokok ini, menjadi semacam perseteruan tom dan jerry.

Seperti tidak pernah usai. Keduanya memiliki hujjah masing-masing. Meski kadang, jika dipikir lebih dalam lagi dan mengamati cara antirokok berkampanye tidak mencerminkan sikap yang dewasa dan matang dalam memandang rokok.

Antirokok memang konsisten dalam sikap antinya kepada rokok. Mereka memang militan menyuarakan “rokok membunuhmu”, termasuk militan dalam advokasi peraturan-peraturan untuk menghimpit ruang gerak rokok. Ruangnya, bukan hasil dari cukainya. Kampanye-kampanye mereka diamini dan kemudian lebih nyaring, sebab mengutip dhawuh Gus Mus, kurang lebih, dana kampanye untuk menjelek-jelekkan rokok lebih besar. 

Menakjubkannya, di tengah masifnya antirokok berkampanye dan banyak orang menyatakan perang kepada rokok, sikap PBNU hingga kini tetap konsisten: banyak pilihannya, tergantung bagaimana kondisi dan situasi perokok itu sendiri. Dulu, jaman-jaman antirokok nyaring-nyaringnya menggugat keberadaan rokok dan perokok, PBNU dengan tegas mengatakan “Hingga kiamat ulama NU tidak akan mengharamkan rokok….”

Hal itu diungkapkan oleh Staf Dewan Halal PBNU kala itu, Kiai Arwani Faisal. Bahwa semua kiai NU telah sepakat untuk memperbolehkan pengikutnya mengisap rokok, kecuali pada kondisi-kondisi tertentu.

Setidaknya ada beberapa landasan argumentasi Kiai Arwani Faisal itu, yaitu:

Rokok tidak bahaya

rokok nu

Penetapan hukum rokok ini telah diperhitungkan masak-masak ketika Muktamar NU dan dalam forum-forum bahtsul masail NU. Sikap hukumnya tergantung bagaimana kondisi dan situasi pengisapnya. 

Apalagi rokok Indonesia berbeda dari rokok-rokok yang diproduksi oleh pabrikan luar negeri. Bangsa ini memiliki rokok yang khas. Kretek namanya. Kretek adalah selinting tembakau dan cengkeh. Kretek memiliki sejarah panjang dan tak pernah henti memberikan sumbangsih bagi kas negara. 

Sejarah kretek adalah jawaban untuk antirokok yang tak pernah lelah berteriak: rokok tidak sehat, rokok membunuh umat manusia. Kretek ditemukan sebagai obat Kiai Djamhari dari penyakit asmanya. 

Kretek bagi Profesor Universitas Brawijaya, Sutiman, memiliki manfaat bagi manusia. Kretek dibuat dari bahan alami, tembakau dan cengkeh, jika dibakar elemennya bisa pecah sendiri. 

Merokok, kiai NU umurnya panjang

rokok panjang umur

Sebagai perokok aktif, para pembesar NU mengkritik kampanye antirokok yang digalakkan Kemenkes. Menurut PBNU, rokok tidak punya bahaya yang berlebihan terhadap kesehatan manusia sehingga tidak perlu dilarang berlebihan.

“Kok kejam langsung bilang haram, ulama NU bilang enggak haram. Karena puluhan tahun merokok sehat-sehat saja. Kan tingkat bahayanya dilihat,”ujar Kiai Arwani Faisal

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Penulis