gambar peringatan kesehatan
OPINI

Gambar Peringatan Kesehatan di Bungkus Rokok, untuk Apa?

Di Indonesia, siapa orang yang paling kuat mentalnya? Ia adalah perokok. Mulai dari tahan menghadapi psikis hingga rezim antirokok. Coba kamu bayangkan. Bahkan, dari sejak awal perokok membeli sebungkus rokok, ia ditakut-takuti dengan gambar peringatan kesehatan. Gambar yang dianggap seram. 

Alasan pemasangan gambar seram tersebut agar perokok takut. Tumbang dan tidak beli rokok lagi. Harapan terbesarnya, jumlah perokok semakin berkurang dari tahun ke tahun. Namun, pertanyaannya, apakah cara tersebut benar-benar berhasil? Apakah gambar peringatan kesehatan bisa mempengaruhi psikis perokok? 

Atau jangan-jangan kehadiran gambar tersebut hanyalah ide dari rezim antirokok untuk mendapatkan proyek dari kampanye global? Mana yang lebih tepat idenya?

Kita Merokok, Kita Bersedekah untuk Negara

Barangkali ini klise, tapi sudah berulang kali dijelaskan di banyak tulisan. Perokok selalu bersedekah kepada negara. Jumlahnya tidak main-main. Melalui cukai rokok, pemasukan negara mencapai Rp200 Triliun. Itu masuk ke kantong negara. 

Akan tetapi, perokok selalu ditekan bahkan ditindas. Meskipun perokok membeli produk legal, nyatanya negara hendak menyerang psikis perokok. Caranya, ya itu tadi. Negara menerapkan gambar peringatan kesehatan di bungkus rokok. Gambar yang lambat laun dikenal sebagai gambar seram. Namun, seseram apa gambar tersebut?

Asal kamu tahu, konon, gambar seram di bungkus rokok merupakan akibat dari kebiasaan orang merokok. Kamu bisa lihat ada tenggorokannya berlubang, giginya keropos, paru-parunya bolong. Bahkan, sampai ada gambar seorang pria dengan menggendong anak di sela aktivitas merokok. Gambar yang kemudian tidak ada lagi. Entah apa sebabnya. 

Maka dari itu, jika alasannya menurunkan jumlah perokok, lebih baik pemerintah menutup keberadaan pabrik rokok. Lha negara, kok, cuman ingin menakut-nakuti perokok, tetapi tetap ambil cukainya. Ini, mah, namanya munafik, dong. 

Kemudian, apakah gambar peringatan kesehatan menjadikan perokok ketakutan?

Tentu saja tidak. Buktinya, jumlah perokok malah naik. Produksi rokok, meskipun turun, tetap saja keuntungannya menggiurkan bagi negara. Cukai rokok saja dari tahun ke tahun meningkat. Pemasukan selalu melebihi target. Jadi, apa guna gambar tersebut?

Gambar Peringatan Kesehatan Hanyalah Gimmick

Selain gambar, rezim antirokok juga berupaya menakut-nakuti perokok dengan cara slogan-slogan religius. Sebagai contoh, aktivitas merokok adalah jalan untuk bunuh diri. Kemudian, aktivitas tersebut bertentangan dengan dogma agama. Yang lebih mengerikan adalah merokok memiliki unsur untuk menjatuhkan perokok ke dalam jurang kebinasaan. 

Tapi apakah kemudian perokok menjadi takut? Sekali lagi, tidak. 

Meskipun menggunakan gambar atau tulisan, tetap tidak mempan untuk perokok. Sebab, merokok bukan perkara kesehatan semata. Ada hal yang lebih luas, yaitu budaya. Apalagi rezim antirokok yang hendak melenyapkan budaya tersebut tidak berdiri sendiri. Ada kepanjangan tangan dari pihak-pihak asing. 

Lagi pula, perokok sudah mandiri. Ia tahu kapan membutuhkan nikotin atau tidak. Jika perokok kecanduan, barangkali hari ini tidak ada yang puasa di bulan Ramadan. Nyatanya, puasa tetap jalan dan perokok bisa menikmati aktivitasnya setelah buka puasa. 

Hal-hal seperti inilah yang tampaknya luput dari pengamatan kaum antirokok. Sehingga mereka merasa gebyah uyah terhadap pengalamannya sendiri. Ada hal-hal lain yang tidak masuk dalam pertimbangan oleh rezim tersebut.

Kini, agenda tersebut sedang masuk dalam rancangan peraturan menteri kesehatan. Beberapa gambar tersebut hendak diganti. Yang lebih baik (?). Yang lebih menakutkan untuk perokok. Pertanyaannya, apakah mungkin bisa? Apakah lebih efektif? 

Cak Met tidak yakin bisa berhasil. Apalagi, melihat dari tahun ke tahun, perubahan tersebut bukan mengikuti apa yang terjadi di Indonesia. Melainkan melihat apa yang menjadi gejolak di luar Indonesia.