Awal kali istilah rokok muncul dan beredar di pasaran terbagi menjadi tiga klasifikasi, yaitu cerutu, putih dan kretek (klobot, filter dan non filter). Perkembangannya kekinian muncul istilah rokok elektrik dan rokok herbal. Walaupun definisi rokok herbal sebenarnya sama persis batasannya dengan istilah rokok kretek.
Tulisan kali ini, mencoba mengemukakan tentang tiga kategori rokok di awal kemunculannya, hingga perbedaan bahan bakunya, yaitu:
Rokok Cerutu
Bukan asli Indonesia, ada yang diproduksi di Indonesia, tembakaunya asal petani nusantara. Seluruh bagian rokok mulai dari pembungkus hingga isiannya memakai daun tembakau kering. Kali pertama bentuk cerutu berdiameter besar, panjang dan konus. Perkembangannya hingga saat ini, bentuknya beragam dan tak beraturan. Tidak ada patokan tentang bentuk dan ukuran.
Sebutan lain rokok cerutu adalah “cigar atau cigarillos”. Pada bagian paling luar terbuat dari tembakau krosok disebut pembungkus, didalamnya lagi di lapis kedua juga tembakau krosok disebut pembalut dan kemudian bagian dalamnya terdiri tembakau rajangan yang biasa disebut isian.
Tembakau pembungkus dibutuhkan:
- Daun yang utuh dan tidak cacat (tidak robek atau ada lubang)
- Warna daun sudah masak rata dan sehat
- Daunnya agak elastis (tidak kaku)
- Metode pengolahannya dengan proses curing
- Daunnya agak tipis
- Aroma daunnya ringan
- Panjang daun minimal 35 cm
Tembakau pembalut membutuhkan:
- Daunnya paling tua dan sehat
- Tidak harus tipis atau bisa agak tebal
- Punya aroma agak gurih sedikit berat
- Panjang daun minimal 30 cm
Tembakau isian, kebutuhan tembakau tergantung selera si pembuat. Namun rata-rata isian cerutu terbuat dari daun tembakau yang punya aroma rendah, lebih rendah dari pembungkus dan pembalutnya. Sifat tembakau sudah dirajang.
Dalam perkembangannya, lagi-lagi rokok cerutu isiannya tidak tidak ada paten. Cerutu yang bentuknya besar biasanya memakai isian tembakau yang aroma sangat ringan, sedang cerutu kecil biasanya memakai isian dari daun tembakau yang aroma agak berat. Besar dan kecil bentuk rokok cerutu sangat menentukan kenikmatan.
Ambil contoh, cerutu besar jika memakai isian aroma tembakau berat akan berat juga saat dihisap, akhirnya tidak nikmat. Karena selain isian berat, pembungkus dan pembalutnya dari bahan tembakau yang sifatnya berat saat dibakar dan dihisap.
Sebaliknya juga demikian, cerutu yang berbentuk kecil, jika memakai isian ringan, maka rasanya hambar saat dihisap. Kalau terlalu ringan, kenikmatannya akan hilang (kurang mantap hisapannya).
Rokok Putih
Bukan asli Indonesia, akan tetapi ada yang diproduksi di Indonesia, rerata memakai bahan baku tembakau asal USA. Minim sekali memakai tembakau petani nusantara. Rokok putih atau biasa dikenal putihan, dengan bahan baku utamanya dan terbanyak memakai tembakau virginia flue cured. Pembungkusnya memakai kertas papir dan memakai busa di ujung hisapnya. Jarang sekali rokok putih ini tidak memakai busa.
Rokok putih isiannya hanya tembakau (tidak memakai campuran cengkeh), dengan daya hisapnya sangat ringan, dan pembakarannya sangat cepat. Karena memakai tembakau virgina yang punya aroma sangat ringan sehingga mudah terbakar dan relatif ringan saat dihisap. Rokok putih ini punya segmen atau konsumen tersendiri.
Tembakau yang dibutuhkan rokok putih/putihan meliputi:
- Wana tembakau kuning cerah, boleh agak limau atau kuning keemasan
- Daya bakar tembakaunya sangat ringan
- Kandungan minyak pada daun sangat sedikit bahkan hampir tidak ada.
Rokok Kretek
Rokok asli Indonesia, ditemukan putra bangsa, diproduksi anak bangsa, bahan baku mayoritas dari petani Nusantara atau disebut “tembakau rakyat”. (definisi tembakau rakyat dapat dilihat tulisan sebelumnya di website boleh merokok).
Rokok kretek beda dengan rokok cerutu dan rokok putih. Bahan bakunya dari olahan tembakau rakyat dan cengkeh, serta terkadang ditambah semprotan cairan herbal, yang terbuat dari tumbuhan obat, seperti; kapulaga, kunyit, jahe dan tumbuhan lainnya sesuai selera pembuat rokok. Bahan-bahan tersebut tentunya melalui proses fermentasi dari bahan padat menjadi cair.
Kali pertama, rokok kretek dibungkus dengan daun jagung yang dipotong rapi, bulu daun dihaluskan dan dijemur. Untuk mempercepat pengeringan daun jagung terkadang memakai bantuan alat setrika. Setelah olahan tembakau cengkeh dibalut atau dibungkus dengan daun jagung, kemudian dikasih 2 pita atau tali tipis di bagian agak ujung bakar dan ujung hisap.
Perkembangannya, selain memakai daun jagung, rokok kretek sekarang memakai kertas papier. Jenis rokok kretek terbagi menjadi dua, sigaret kretek mesin (SKM) dan sigaret kretek tangan (SKT).
SKM berbentuk silinder (dari ujung hisap hingga ujung bakar berdiameter sama), memakai busa di ujung hisapnya. SKM biasa di sebut rokok filter. Sebutan untuk hasil SKM terbagi menjadi dua, yaitu filter dan mild.
Pada dasarnya mild pasti filter, tapi filter belum tentu mild. Sama namun beda. Sama karena konten isinya dari olahan tembakau dan cengkeh, berfilter. Beda bentuk dan asal bahan tembakaunya. Mild dominan tembakau aroma sangat ringan seperti tembakau virginia atau tembakau lokal lainnya yang sifatnya ringan, dan tembakau rakyat hanya sebagai campuran (bumbu) .
Bentuk silindernya mild relatif kecil. Seringan apapun jenis tembakaunya, ketika dicampur dengan cengkeh, tetap tarikan hisapnya mantap.
Filter biasa, konten isinya lebih memakai tembakau aroma agak berat sedikit di atas level mild. Bentuk silindernya lebih besar daripada mild.
SKT berbentuk konus, artinya ujung hisap lebih kecil dari pada ujung bakar. Konten isinya dominan tembakau rakyat dicampur dengan cengkeh.
Rokok SKT inilah yang masih agak murni dari kali pertama ditemukan rokok kretek oleh H. Djamhari orang desa Langgardalem Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. Bentuk (konus) dan konten isian rokoknya ( olahan tembakau dan cengkeh) masih sama. Yang membedakan inovasi pembungkus atau pembalutnya memakai kertas papier yang dahulu pembungkusnya hanya memakai daun jagung.
Dari ketiga model rokok, yang mencerminkan kedaulatan ekonomi hanyalah rokok kretek, bahan baku berasal dari petani nusantara (tembakau rakyat dan cengkeh), diracik dibuat oleh anak bangsa, diciptakan orang pribumi, dan dikonsumsi rakyat Indonesia.